Anda di halaman 1dari 70

BAB II

PROSEDUR PEROLEHAN HAK GUNA USAHA PT MADINA


AGROLESTARI DI DESA SIKAPAS KABUPATEN MANDAILING
NATAL

A. Gambaran Umum PT Madina Agrolestari

PT. Madina Agrolestari (PT MAL) adalah Perusahaan yang berbadan hukum

yang kegiatan usahanya antara lain bergerak dibidang perkebunan. Berkedudukan di

Jakarta, yang didirikan berdasarkan Akta yang dibuat di hadapan Henry Tjong,

Sarjana Hukum, Notaris di Medan tanggal 30 Agustus 2004 Nomor 56. Akta

Perubahan tanggal 3 November 2004 Nomor 05 yang disahkan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia tanggal 23

November 2004 Nomor C-28541ht.01.01.th.2004, terakhir diubah berdasarkan Akta

Berita Acara Rapat yang dibuat di hadapan Cipto Soenaryo, Sarjana Hukum, Notaris

di Medan tanggal 11 Desember 2007 Nomor 5 yang telah disetujui berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Tanggal 22

Februari 2008 Nomor AHU-08823.AH.01.02. Tahun 2008, dan didaftarkan pada

Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat tanggal 16 Mei 2006 Nomor

TDP.09.05.1.51.53698.

Tanah untuk lokasi pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Madina

Agrolestari terletak di Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten

Mandailing Natal yang berada di Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). PT.

MAL ingin memamfaatkan lahan tersebut untuk perkebunan kelapa sawit. Lokasi

Universitas Sumatera Utara


tersebut sesuai dengan areal pengembangan pertanian dari Rencana Struktur Tata

Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sumatera Utara 2003-2018 (Perda No. 7 Tahun

2003), areal yang dimohonkan terletak dikawasan budidaya perkebunan besar.

Disamping itu lokasi proyek tersebut sesuai juga dengan Peta Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten (RTRWK) Mandailing Natal (Perda No. 14 Tahun 2002), areal

yang dimohonkan berada pada areal budidaya perkebunan.

Lokasi pembangunan perkebunan kelapa sawit milik PT. MAL meliputi

areal seluas + 6.500 hektar, sesuai dengan pertimbangan teknis ketersediaan lahan

untuk usaha perkebunan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal atas

nama PT. MAL Nomor : 522/115/Dishut/2007 Tanggal 26 Juni 2007. terletak di

Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal.

PT. Madina Agrolestari berkantor cabang di Medan, jalan Diponegoro Nomor

51, pertama kali melakukan permohonan izin lokasi pembangunan pembukaan lahan

perkebunan sawit kepada Bupati Mandailing Natal pada tanggal 16 Juni 2004.

B. Kondisi Umum Fisik Lingkungan di Lokasi

1. Gambaran Wilayah

1). Lokasi

Lokasi proyek pembangunan perkebunan kelapa sawit terletak di Desa

Sikapas dan Batu Mundam, Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing

Natal, namun dalam hal ini lokasi penelitian penulis memfokuskan pada satu desa

yaitu Desa Sikapas Kecamatan Mandailing Natal Kabupaten Mandailing Natal.

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan Muara Batang Gadis terdiri dari 17 desa/kelurahan, antara lain:

1. Rantau Panjang

2. Manuncang

3. Lubuk Kapundung

4. Huta Imbaru

5. Panunggulan

6. Tabuyung

7. Psr II Singkuang

8. Singkuang I

9. Sikapas

10. Batu Mundam

11. Tagilang Julu

12. Sale Baru

13. Suka Rame

14. Lubuk Kapundung

15. UPT Tabuyung

16. UPT Singkuang II

17. UPT Sngkuang I

Sumber : Proyek Proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. MAL

Secara administrasi Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis mempunyai

batas-batas sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Sebelah Utara : Kab. Tapanuli Selatan

2. Sebelah Selatan : Kec. Natal

3. Sebelah Barat : Samudera Indonesia

4. Sebelah Timur : Kab. Tapanuli Selatan, Kec. Siabu

Sumber: Badan Pusat Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis

Sementara itu, Batas-Batas Wilayah Administrasi Proyek Pembangunan PT.

MAL adalah:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan KUD Batu Mundam Sejahtera.

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan perkebunan PT. Madina Agro Lestari

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Hutan Negara (HPT)

4. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Lahan masyarakat Desa Sikapas dan

Jalan Pantai Barat

Sumber : Proyek Proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. MAL

Universitas Sumatera Utara


a. Jumlah Penduduk

Tabel 1

Jumlah Penduduk dan KK di desa Sekitar dan kecamatan

KECAMATAN
KELOMPOK DESA
NO MUARA BATANG
PENDUDUK SIKAPAS
GADIS
1 Laki-Laki 458 7.546

2 Perempuan 420 7.530

Jumlah Penduduk 878 15.076

Jumlah KK 316 4.059

Sumber: Badan Pusat Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis, 2010

Tabel 2

Kepadatan Penduduk di desa Sikapas dan Kecamatan

N Wilayah Penduduk Luas Kepadatan Rasio


o Administrasi (jiwa) Wilayah (ha) Penduduk terhadap
(jiwa/km2) total
Desa Sikapas 878 16.852,43 5 11,15
1
Kec. Muara Batang 15.076 151.078,00 9 100
2 Gadis
Sumber : Badan Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis, 2010

Penduduk di desa ini hampir seluruhnya petani dan pada umumnya bermata

pencaharian dari pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Selain petani hanya

penduduk ada yang sebagai nelayan dan sedikit yang menjadi pegawai negri sipil dan

pedagang.

Universitas Sumatera Utara


Pola pertanian masyarakat di sekitar lokasi perkebunan umumnya dalah pola

pertanian tanaman pangan di lahan kering dan sawah serta perkebunan rakyat. Selain

padi, tanaman pangan lainnya yang ditanam oleh masyarakat adalah palawija, buah-

buahan dan sayuran.

Keterangan tabel tersebut diatas, dapat di lihat bahwa, hampir 80%

masyarakat Desa Sikapas mengantungkan kehidupannya sehari-hari pada sektor

kehutanan, dengan bercocok tanaman yang telah mereka lakukan secara turun

temurun.

2). Riwayat Tanah

Tanah untuk lokasi pembangunan perkebunan kelapa sawit PT MAL DI Desa

Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten mandailing Natal berada di

kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) . PT MAL ingin memamfaatkan lahan

tersebut untuk perkebunan kelapa sawit tersebut sesuai dengan areal pengembangan

pertanian dari Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Sumatera Utara (Perda No. 7

Tahun 2003) Disamping itu lokasi proyek sesuai dengan Peta Dasar Pengembangan

Wilayah Perkebunan Atas dasar pertimbangan tersebut pemanfaatan sumber daya

alam dan usaha pelestariannya maka areal tersebut lebih layak bila diperuntukkan

bagi pengembangan tanaman perkebunan yang fungsi hidrologinya sama dengan

tanaman hutan.

Universitas Sumatera Utara


3). Iklim dan Keadaan Tanah

a. Topografi

Keadaan topografi wilayah PT. Madina Agrolestari datar berada sekitar 15

meter dari permukaan laut.

b. Curah Hujan

Data curah hujan tahunan berdasarkan data curah hujan Mandailing Natal

menunjukkan bahwa lokasi proyek memiliki curah hujan berkisar 1000 sampai 2000

mm/tahun dan tidak terdapat bulan kering. Jumlah hari hujan rata-rata 13,4

hari/bulan. Dari data curah hujan tersebut, menurut Koppen daerah proyek

diklasifikasikan sebagai tipe D dan E menurut Schmitd dan Ferguson karena merata

sepanjang tahun dengan periode kering sangat pendek. Kelembaban udara rata-rata

80% menunjukkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Suhu udara maksimum 32

celcius serta suhu udara minimum 23 celcius. Lama penyiraman berkisar antara 6-8

jam/hari. Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada wilayah yang cukup curah

hujannya, berkisar 2000-3000 mm/tahun dengan penyebaran yang merata sepanjang

tahun. Temperatur yang dikehendaki 24 celcius sampai 30 celcius. Lama penyinaran

tidak kurang dari 5 jam/hari dan bulan tertentu 7 jam/hari. Kelembaban udara antara

80-85% Sumber Mata Air.

Universitas Sumatera Utara


c. Keadaan Tanah

1. Jenis Tanah

Jenis tanah yang dijumpai pada areal pengembangan adalah tanah gambut

(organosol/histosol) dengan ketebalan gambut bervariasi 2-3 meter, tanah mineral dan

marginal.

Pembentukan tanah gambut ini berasal bahan organic berupa daun/ranting

atau bahan lain dari tumbuhan yang gugur yang mengalami proses pelapukan. Bahan

organic ini sangat peka terhadap bahaya kebakaran terutama pada musim kemarau.

Jenis tanah gambut tersebut perlu perlakuan khusus baik pada saat pembukaan lahan

dan pemeliharaan tanama dengan memperhatikan aspek-aspek pengawetan

(konservasi) tanah.

2. Kemampuan Tanah

Tingkat kesuburan tanah pada lokasi proyek cukup baik tetapi dari batuan

induk yang relatif porous meyebabkan terjadinya proses pencucian. Seluruh areal PT

MAL memiliki kedalaman efektif diperkirakan 60-90 cm atau lebih, tekstur halus,

tergenang periodik, dan kemungkinan terjadi erosi.

C. Kondisi Umum Pengembangan Wilayah di Sekitar Lokasi

1. Program Lingkungan Hidup (Areal Konservasi Sempadan Sungai) 46

a. Mempertahankan Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai Marait dan sunagi Siriam

50 Meter kanan alur sungai;

46
Progres Kerja PT Madina Agrolestari, Priode 31 Mei 2010

Universitas Sumatera Utara


b. Tegakan kayu pada 50 meter kiri dan kanan tidak dilakukan penumbangan;

c. Daerah tepi sungai yang tidak ada tegakan kayu dilakukan penanaman Mohoni;

d. Daerah perbukitan terjal dan batu tidak diolah dan dijadikan areal konservasi;

e. Melakukan penanaman penahan longsor dengan Vertivera gress;

f. Penanaman pencegah penyakit hama ulat api dengan Tornerra subulate;

g. Untuk menjaga lingkungan daerah dilakukan system irigasi untuk mengatur air di

areal lokasi dengan memakai program konsultan PT. KPM (Karya Pratama

Mandiri);

h. Untuk lingkungan dalam analisa AMDAL (Aanalisis Dampak Lingkungan)

memakai konsultan dari peneliti Lingkungan Hidup USU dan hasil sudah keluar

serta izin dari BAPEDALDA no. 660/2056/BPDL-MN/2008.

2. Keberadaan Pembangunan Sarana sekitar Lokasi 47

a. Jalan : 90.240 Meter

b. Jembatan antar blok : 42 unit

c. Jembatan Akses Sungai Marait : 1 Unit (penghubung Desa Sikapas

dengan Desa sebelah )

3. Administrasi Kebun 48

a. Izin Lokasi No. 525.25/427/K/2007

b. Izin Usaha Perkebunan Inti No. 525/432/K/2007

c. Izin Lokasi Plasma No. 525.25/428/K/2007

47
Progres Kerja PT Madina Agrolestari, Priode 31 Mei 2010
48
Progres Kerja PT Madina Agrolestari, Priode 31 Mei 2010

Universitas Sumatera Utara


d. Izin Lokasi Perkebunan Plasma No. 525.25/433/K/2007

e. Rekomendasi Teknik Land Clearing No. 522/216/Dishut/2008

f. Izin Pemanfaatan Kayu No. 522/1016/HUTBUN/K/2010

g. Izin Pendaratan Alat No. 522.21/2901/2010

h. Izin Lingkungan Hidup/AMDAL No. 660/2056/BPDL-MN/2008

Kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk pada tanggal 23 Nopember 1998


berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1998 tanggal 23 Nopember 1998
Tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing
Natal. Selanjutnya Kabupaten Mandailing Natal diresmikan oleh Menteri Dalam
Negeri Syarwan Hamid pada tanggal 9 Maret 1999 di Kantor Gubernur Sumatera
Utara Medan dan pejabat Bupati Mandailing Natal pada masa itu adalah H. Amru
Daulay, SH. 49

Visi Kabupaten Mandailing Natal:

terwujudnya pembangunan masyarakat MADINA yang maju, mandiri, sejahtera

dan berwawasan lingkungan tahun 2010

Misi Kabupaten Mandailing Natal :

1. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang maju tahun 2010

2. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang mandiri tahun 2010

3. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang sejahtera tahun 2010

4. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang berwawasan lingkungan

tahun 2010

Pemanfaatan lahan di Kabupaten Mandailing Natal, yang paling banyak


memanfaatkan lahan adalah pengusaha HPH yaitu seluas 81.278 hektar. Lahan
lainnya adalah 48.476 hektar, hutan rakyat 46.557 hektar, rawa-rawa 48.476

49
www.madina.go.id, Selayang Pandang Kabupaten Mandailing Natal, diakses 10 Maret
2011

Universitas Sumatera Utara


hektar, persawahan 21.126 hektar, perladangan, kebuan dan tambak 44.545 hektar,
pemukiman dan perkantoran 15.618 hektar dan lain-lain 85.884 hektar. 50

Sebagai salah satu Kabupaten baru, berupaya untuk mengejar

ketertinggalannya dengan menyusun program dan skala prioritas dengan sasaran

diberbagai sektor dan wilayah. Hal ini jelas terlihat dalam visi dan misi Kabupaten

Mandailing Natal tahun 2010, yang di prioritaskan dalam pemabangunan khususnya

dalam bidang Pertanian, yaitu diarahkan dalam rangka upaya meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan masyarakat, dengan memanfaatkan semua potensi Sumber

Daya Alam dan kekayaan lainnya. Dengan prioritas pembangunan tersebut Bupati

Mandailing Natal dalam ini telah mengeluarkan beberapa izin lokasi.

Hasil wawancara penulis kepada Kasubsi PGT Kantor Pertanahan Kabupaten

Mandailing Natal, diperoleh beberapa data jumlah hektar masing-masing perusahaan

yang telah dikeluarkan izinnya diantaranya; 51

1. PT.Haidir di Batahan, (4000.Ha),

2. PT.MAL di Muara Batanggadis dengan luas izin diperkirakan (6000.Ha).

3. PT.Madina Alam Lestari di Batahan dan Muara Batangadis dengan luas

(4000.Ha),

4. PT. Anugrah Langkat Makmur(20000.Ha),

5. PT. Agro Bina Mandiri (2000.Ha),

6. PT.Spalar Jaya kartika di lokasi Natal dan Linggabayu (11.500 Ha),

50
Basyral Hamidy Harahap, Madina membangun masyarakat yang Madani, suatu studi
perbandingan, Pemda Kab. Madina, Penyabungan, 2004, hal 23
51
Wawancara Kasubsi PGT Kantor Pertanahan Kabupaten Mandailing Natal, Bapak
Hidayatsyah, tanggal 25 Maret 2011

Universitas Sumatera Utara


7. PT.Rendi Pratama Raya di Muara Batanggadis (4000.Ha).

8. Koperasi Universitas Sumatera Utara, yang sama sekali tidak dikelola.

Usaha perkebunan sudah sejak lama memberikan andil dan menjadi salah satu

andalan dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut diyakini masih akan tetap

bertahan dimasa-masa mendatang, terutama komoditas perkebunan yang terbukti

mampu bertahan di masa-masa krisis seperti sekarang ini. Disamping itu komoditas

perkebunan selalu dapat diusahakan dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya

alam terutama tanah dan air.

Sebagai komoditas yang dapat diusahakan secara berkesinambungan

produksinya, jenis usaha perkebunan memberikan andil besar dalam penyedian bahan

baku induustri dalam negeri serta keperluan pemenuhan ekspor ke manca negara,

oleh karenanya secara umum prooyek pembangunan kelapa sawit yang dikelolah oleh

PT. MAL yang mengajukan permohonan di tahun 2004 bertujuan : 52

1. Mendaya-gunakan sumberdaya yang ada secara efisien dan efektif yang akan
memberikan keuntungan bagi Pemerintah Daerah dan Perusahaan dengan tidak
melupakan fungsi sosial kemasyarakatan disekitar lokasi proyek.
2. Membantu pencapaian target ekspor hasil-hasil pertanian sebagai komoditas non
migas melalui peningkatan produksi dan perbaikan mutu, di dalamnya terkait
pula kepentingan beberapa manfaat yang akan diperoleh seperti perluasan
lapangan pekerjaan dan pendatang maupun masyarakat di sekitar lokasi proyek
3. Memberikan pemahaman tekhnologi dan manajemen pengelolaan perkebunan
terutama kepada petani disekitar lokasi proyek melalui pembinaan kepada petani,
khususnya petani yang mengembangkan tanaman sejenis dengan yang
dikembangkan oleh proyek.
4. Menjaga dan melestarikan lingkungan, terutama fungsi tanah, air dan vegetasi.
Untuk maksud tersebut maka proyek perkebunan kelapa sawit yang direncanakan

52
Proyek Proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. MAL

Universitas Sumatera Utara


akan menerapkan tekhnologi tepat guna serta berupaya menghindari akibat-
akibat negatif dari proyek, antara lain melakukan rehabilitasi,
pengawetan,perencanaan dan pendayagunaan lahan secara optimum.
5. Memberi keuntungan kepada Negara pada umumnya dan Pemerintah Kabupaten
Mandailing Natal serta Propinsi Sumatera Utara pada khususnya melalui pajak
dan lainnya.
6. Membantu Pemerintah daerah melakukan penataan lingkungan dan mendorong
pola pertanian menetap.

Adapun misi PT MAL ini dinyatakan sebagai berikut :


1. Ikut membangun ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dilingkungan kebun PT

MAL dan ekonomi masyarakat umumnya.

2. Mendukung pelaksanaan program pemerintah dalam rangka pengentasan

kemiskinan dan peningkatan perekonomian rakyat melalui pengembangan

pembangunan kebun kelapa sawit di Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten

Mandailing Natal;

3.. Ikut membangun agribisnis di Mandailing Natal pada umumnya.

4.. Mendukung dan menumbuh kembangkan peran koperasi sebagai pengembang

masyarakat perkebunan di pedesaan dan penyelenggara beberapa kegiatan usaha

alternatif.

Jadi pendirian PT. MAL dalam pemanfaatan lahan perkebunan di di sektor

perkebunan adalah sebagai pendukung pertumbuhan perekonomian Nasional dan

membantu pemerintah mengurangi pengangguran dalam hal pekerjaan sehingga

kesejahteraan masyarakat sekitar berkesinambungan, terutama pada masyarakat desa

Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal yang berada di

sekitar proyek pembangunan Perkebunan Sawit PT. Masina Agrolestari.

Universitas Sumatera Utara


D. Perolehan Tanah Bagi Kegiatan Perusahaan Pembangunan Perkebunan

1. Perolehan Tanah Menurut Hukum Tanah Nasional

a. Asas-Asas Perolehan Tanah

Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun serta untuk keperluan

apapun harus ada landasan haknya. Oleh karenanya Undang Undang Pokok Agraria

menyediakan berbagai jenis hak atas tanah untuk memenuhi berbagai keperluan 53.

Misalnya saja disediakan tanah dengan status Hak Milik sebagai sarana untuk

membangun rumah tinggal bagi Warga Negara Indonesia. Jika di desa, selain untuk

bangunan rumah tinggal, tanah Hak Milik juga diperuntukkan bagi pertanian dalam

skala kecil. Tanah-tanah dengan status Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan

Hak Pakai, disediakan sebagai sarana untuk kegiatan usaha (kegiatan usaha di bidang

pertanian dalam arti luas, disediakan tanah Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai). Di

samping untuk kegiatan usaha, tanah dengan status Hak Pakai juga disediakan

sebagai sarana untuk membangun rumah tinggal bagi orang asing, kegiatan-kegiatan

khusus seperti membangun kantor-kantor instansi pemerintah, rumah ibadah, kantor

ataupun rumah tinggal bagi para diplomat asing, dan keperluan-keperluan khusus

lainnya, Sebagai sarana untuk membangun sesuatu yang diperlukan bagi kepentingan

umum, disediakan tanah dengan status Hak Pengelolaan, bisa juga Hak Pakai.

Meskipun Undang Undang Pokok Agraria menyediakan berbagai jenis hak

atas tanah untuk memenuhi berbagai kebutuhan, haruslah diingat bahwa penguasaan

atas tanah-tanah tersebut tidak bersifat mutlak. Pemilikan dan penguasaan tanah oleh
53
Irene Eka Sihombing, op,cit, hal 53

Universitas Sumatera Utara


siapapun dibatasi dengan adanya kepentingan orang lain (antar individu), kepentingan

bersama, dan kepentingan negara.

Sehubungan dengan hal itu, dituntut penguasaan dan penggunaan tanah secara

wajar dan bertanggung jawab, di samping bahwa dalam setiap hak atas tanah yang

dipunyaai seseorang diletakkan pula kewajiban tertentu. Ada pertanggungjawaban

individu terhadap masyarakat melalui terpenuhinya kepentingan bersama/kepentingan

umum, karena manusia tidak dapat berkembang sepenuhnya apabila berada di luar

keanggootaan suatu masyarakat mengenai hal ini lihat juga pasal 6 UUPA. 54

Cara berpikir yang serba berpasangan ini belakangan mulai diperkenalkan di

Amerika Serikat. Gregory Alexander dari Cornell University pada tahun 1991

mengemukakan peeemikirannya yang disebut sebagai post-modern dialectic of

property, yang beruusaha menepis pandangan individualistic semata dalam

hubungan manusia dengan tanah (self regarding vision), dengan menawarkan

communitarian visio of property sebagai alternatifff.

Jika di Amerika Serikat pada tahun 1991 baru diperkenalkan konsep

communitarian visio of propert, Hukum Tanah Nasional yang didasarkan pada

hukum Adat sudah memperkenaalkan konsepsi komunalistik religius sejak

tahun1960, yaitu saat diundangkannya UUPA.

Sifat komunalistik religious dari konseepsi hukum Tanah Nasional ditunjukkan


oleh Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa seeluruh bumi, air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah

54
Sehubungan dengan Pasal 6 UUPA yang menyatakan semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial

Universitas Sumatera Utara


Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan
ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional. 55

Kalau dalam Hukum Adat tanah Ulayat merupakan tanah bersama warga

masyarakat adat yang bersangkutan, dalam rangka Hukum Tanah Nasional semua

tanah dalam wilayah Negara kita adalah tanah bersama rakyat Indonesia, yang telah

bersatu menjadi bangsa Indonesia. Unsur religius dari konsepsi ini ditunjukkan oleh

pernyataan bahwa bumi, air dan ruang angkasa Indonesia termasuk kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada

Bangsa Indonesia. Dalam rangka Hukum Tanah Nasional, dimungkinkan Warga

Negara Indonesia masing-masing menguasai bagian-bagian dari tanah bersama

tersebut secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus

mengandung unsur kebersamaan. 56

Tanah dan Pembangunan adalah dua unsur yang satu dengan lainnya

berkaitan, Dengan perkataan lain tak ada pembangunan tanpa tanah. Akibat

diperlukannya tanah untuk pembangunan, muncul istilah penggusuran. Istilah ini

muncul untuk menggambarkan terjadinya penyimpangan perolehan tanah untuk

memenuhi berbagai keperluan, termasuk pembangunan, dalam Hukum Tanah

Nasional terdapat asas-asas yang berlaku mengenai penguasaaan tanah dan

55
Irene Eka Sihombing, op,cit,hal 55
56
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanannya, Djambatan, Jakarta, 2003, hal 206-207

Universitas Sumatera Utara


perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Adapun asas-asas tersebut

adalah: 57

1. Bahwa penguasaan dan peggunaan tanah oleh siapapun dan untuk keperluan
apapun, harus dilandasi hak atas tanah yang disediakan oleh Hukum Tanah
Nasional;
2. Bahwa penguasaan dan penggunaan tanah tanpa ada landasan haknya (illegal)
tidak dibenarkan, bahkan diancam dengan sanksi pidana;
3. Bahwa penguasaan dan penggunaan tanah yang berlandaskan hak yang
disediakan Oleh Hukum Tanah Nasional, dilindungi oleh hukum terhadap
gangguan-gangguan dari pihak manapun, baik oleh sesama anggota masyarakat
maupun oleh pihak penguasa sekalipun, jika gangguan tersebut tidak ada
landasan hukumnya.
4. Bahwa oleh Hukum disediakan berbagaisarana hukum untuk menanggulangi
gangguan yang ada yaitu:
a. Gangguan oleh sesama anggota masyarakat: gugatan perdata melalui
Pengadilan Negeri atau meminta perlindungan kepada
Bupati/Walikotamadya menurut UU no.51 Prp Tahun 1960;
b. Gangguan oleh Penguasa: gugatan melalui pengadilan Umum atau
Pengadilan Tata Usaha Negara.
5. Bahwa dalam keadaan biasa, diperlukan oleh siapapun dan untuk keperluan
apapun (juga untuk proyek-proyek kepentingan umum) perolehan tanah yang
dihaki seseorang harus melalui musyawarah untuk mencapai kesepakatan, baik
mengenai penyerahan tanahnya kepada pihak yang memmerlukan maupun
mengenai imbalannya yang merupakan hak pemegang hak atas tanah yang
bersangkutan untuk menerimanya.
6. Bahwa sehubungan apa yang tersebut di atas, dalam keadaan biasa, untuk
memperoleh tanah yang diperlukan tidak dibenarkan adanya paksaan dalam
bentuk apapun dan oleh pihak siapapun kepada pemegang haknya, untuk
menyerahkan tanah kepunyaannya dan atau menerima imbalan yang tidak
disetujuinya, termasuk juga penggunaan lembaga penawaran pembayaran
yang diikuti dengan konsinyasi pada Pengadilan Negeri seperti yang diatur
dalam pasal 1404 kitab Undang Undang hukum Perdata.
7. Bahwa dalam keadaan yang memaksa, jika tanah yang bersangkutan
diperlukan untuk penyelenggaraan kepentingan umum, dan tidak mungkin
menggunakan tanah yang lain, sedang musyawarah yang diadakan tidak
berhasil memperoleh kesepakatan, dapat dilakukan pengambilan secara paksa,
dalam arti tidak memerlukan persetujuan pemegang haknya, dengan
menggunakan acara pencabutan hak yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1961.
57
Irene Eka Sihombing, op,cit, hal 56-58

Universitas Sumatera Utara


8. Bahwa dalam perolehan atau pengambilan tanah, baik atas dasar kepakatan
bersama maupun melalui pencabutan hak, pemegang haknya berhak
memperoleh imbalan atau ganti kerugian, yang bukan hanya meliputi tanahnya,
bangunan, dan tanaman pemegang hak, melainkan juga kerugian-kerugian
lainyang dideritanya sebagai akibat penyerahan tanah yang bersangkutan.
9. Bahwa bentuk dan jumlah imbalan atau ganti kerugian tersebut, juga jika
tanahnya diperlukan untuk kepentingan umum dan dilakukan pencabutan hak,
haruslah sedemikian rupa, hingga bekas pemegang haknya tidak mengalami
kemunduran, baik dalam bidang sosial maupun tingkat ekonominya.

Apabila asas-asas perolehan tanah ini ditaati, maka seharusnya kegiatan

perolehan tanah untuk berbagai kegiatan termasuk pembangunan dapat berjalan

dengan baik.

b. Tata Cara Perolehan Tanah

Hukum tanah nasional menyebutkan berbagai jenis perolehan tanah, yaitu:

1. Primer

a. Pembukaan hutan;

b. Pemberian hak baru oleh negara.

2. Sekunder

a. Pewarisan;

b. Pemindahan hak;

c. Pemberian hak baru oleh pemilik tanah.

3. Perubahan hak;

4. Hapusnya hak:

a. Jangka waktu berakhir;

b. Pelepasan/pembebasan hak;

c. Pembatalan hak;

Universitas Sumatera Utara


d. Pencabutan hak.

Sehubungan dengan hal tersebut dalam Hukum Tanah Nasional disediakan

berbagai cara perolehan tanah yang diperlukan, yang ketentuan-ketentuannya disusun

dalam suatu system, yang didasarkan atas kenyataan status tanah yang tersedia:

1. Tanah Negara

2. Tanah Hak (Hak Milik, Hak GunanUsaha, Hak Guna bangunan, Hak pakai).

Apabila yang tersedia tanah hak, apakah;

a. Pemegang hak atas tanahnya bersedia menyerahkan atau memindahkan hak atas

tanahnya;

b. Apabila pemegang haknya bersedia menyerahkan atau memindahkan haknya,

apakah pihak yang memerlukan tanah tersebut (calon peeemegaang hak):

1) Memenuhi syarat untuk menjadi pemegang hak atas tanah yang

bersangkutan, ataukah

2) Tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemegang hak atas tanah yang

bersangkutan

c. Pemegang hak atas tanahnya tidak bersedia menyerahkan atau memindahkan

hak atas tanahnya.

3. Tanah Hak Pengelolaan.

Berdasarkan kriteria tersebut disusun sistem perolehan tanah baik untuk

keperluan pribadi, bisnis/usaha, maupun kegiatan khusus ataupun kepentingan umum.

Untuk menentukan tata cara perolehan tanah yang disediakan dalam Hukum

Tanah Nasional, terlebih dahulu perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Proyeknya, yaitu apa yang dikembangkan/dibangun di atas tanah yang di

peroleh. Tanah yang tersedia itu akan digunakan untuk keperluan pribadi,

kegiatan usaha (bisnis), atau keperluan khusus lainnya.

2. Lokasinya, yaitu letak proyek yang bersangkutan, Untuk itu perlu diketahui

terlebih dahulu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota). Apabila untuk keperluan

bisnis/proyek trtentu perlu dimohon ijin Prinsip dan ijin Lokasi (peraturan

Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 2/1999 Tentang Ijin Lokasi).

3. Tanah yang tersedia, yaitu segi fisik dan segi yuridisnya.

Perlu dianalisis data fisik dan data yuridis bidang tanah yang ditawarkan atau

akan diperoleh berdasarkan dokumen kepemilikannya, yaitu:

a. Segi fisik tanah

Letaknya, batas-batasnya dan luasnya. Apabila telah bersertipikat, data fisik

dapat dibaca pada Surat Ukur yang memuat keterangan tentang data

fisiknya.

b. Segi yuridisnya

1. Jenis haknya

2. Pemegang haknya

3. Hak-hak pihak ketiga, apabila dibebani Hak Tanggungan, bararti sebagai

jaminan pelunasan kredit yang diperoleh dari Bank tertentu. Atau

dibebani dengan hak atas tanah HGB, Hak pakai atau Hak Sewa yang

diberikan di atas tanah Hak Milik.

Universitas Sumatera Utara


4. Terjadinya pewarisan karena hukum ( dikuasai oleh para ahli waris

pemegang hak)

5. Perbuatan hukum yang terjadi, misalnya diperoleh melalui jual beli,

hibah, tukar menukar, atau bentuk pemindahan hak lainnya. Data yuridis

dapat dibaca pada Salinan Buku Tanah, yang merupakan bagian

Sertipikat.

4. Kesediaan pemegang hak melepaskan hak atas tanahnya;

5. Status hukum calon pemegang hak atas tanah.

2. Perolehan Lahan Perkebunan yang dilakukan oleh PT. Madina

Agrolestari

Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan tanah oleh PT. MAL dalam

rangka pemberian status Hak Guna Usahanya adalah sebagai berikut:

a. Izin Lokasi

1) pengertian

Di dalam peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1993

disebutkan bahwa, pengertian izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada

perusahaan untuk memperoleh tanah sesuai dengan tata ruang wilayah, yang berlaku

pula sebagai izin pemindahan hak.

Sedangkan Affan Mukti, menyatakan:

Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah

yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin

Universitas Sumatera Utara


pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha

penanaman modal. 58

Bahwa izin lokasi ini diberikan setelah pihak yang membutuhkan tanah

tersebut mengajukan permohonan kepada kapala kantor Badan Pertanahan guna

usaha penanaman modalnya, setelah memenuhi beberapa syarat yang harus dipenuhi

oleh perusahaan tersebut.

Setelah mendapatkan izin lokasi, maka investor sudah dapat melakukan

kegiatan perolehan tanah. Jika kegiatan perolehan tanahanya sudah selesai, maka

investor dapat mengajukan permohonan hak atas tanah, maka atas tanah yang di

mohonkan harus sesuai dengan status juridis pemohon dan sifat usaha kegiatannya.

Dalam pelaksanaan izin lokasi bukan merupakan bukti kepemilikan, akan

tetapi berupa surat keputusan dalam upaya perusahaan untuk memperoleh

tanah/lahan yang dibutuhkan, oleh karena itu setelah perusahaan menerima surat

keputusan perusahaan baru dapat menguasai tanah apabila dapat membebaskan tanah

tersebut tentunya harus dengan jual beli. Artinya di dalam perjanjian jaul beli

tersebut harus ada kesepakatan baik mengenai harga ganti kerugian maupun

penyerahan tanah/lahan tersebut.

2) Subjektif

Bahwa yang dapat menjadi subjektif dalam pemberian izin lokasi adalah:

a. Pemerintah

b. Perusahaan yang membutuhkan tanah


58
Affan Mukti, loc.cit

Universitas Sumatera Utara


c. Masyarakat yang akan menyerahkan tanahnya.

3) Luas Tanah yang diberikan

bahwa tanah yang dapat ditunjuk dalam izin lokasi adalah tanah yang menurut

rencana tata ruang wilayah yang berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai

dengan rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut

persetujuan penanaman modal yang dipunyai.

Izin lokasi dapat diberikan kepada perusahaan yang sudah mendapatkan

persetujuan penannnnaman modal sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk

memperoleh tanah dengan luas tertentu sehingga apabila perusahaan tersebut berhasil

membebaskan seluruh areal yang ditunjuk, maka luas penguasaan tanah yang oleh

perusahaan tersebut dan perusahaan-perusahaan lain yang merupakan satu grup

perusahaan dengannya tidak lebih dari luasan sebagai berikut:

a. Untuk usaha pengembangan perumahan dan pemukiman:

- kawasan perumahan dan pemukiman

untuk 1 provinsi 400 ha

untuk seluruh provinsi 4000 ha

- untuk usaha resort dan perhotelan

untuk 1 provinsi 200 ha

untuk seluruh provinsi 2000 ha

b. untuk kawasan industry

untuk 1 provinsi 400 ha

Universitas Sumatera Utara


c. untuk usaha perkebunan yang diusahakan dalam bentuk perkebunan besar dengan

pemberian Hak Guna Usaha untuk:

- komoditas tebu

untuk 1 provinsi 60.000 ha

untuk seluruh provinsi 150.000 ha

- komoditas lainnya

untuk 1 provinsi 20.000 ha

untuk seluruh provinsi 100.000 ha

d. untuk usaha tambak

- di Pulau Jawa

untuk 1 provinsi 100 ha

untuk seluruh provinsi 1.000 ha

- di luar Pulau Jawa

untuk 1 provinsi 200 ha

untuk seluruh provinsi 2.000 ha

Khusus untuk daerah Irian Jaya maksimum luas penguasaan tanah adlan dua

kali maksimum luas penguasaan tanah untuk satu provinsi Jawa.

4) Jangka Waaktu Izin Lokasi

Bahwa izin lokasi diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut:

a. Izin Lokasi sampai dengan 25 ha, jangka waktunya 1 tahun;

b. Izin Lokasi untuk 25 s.d. 50 ha, jangka waktunya 2 tahun;

c. Izin Lokasi untuk luas lebih dari 50 ha, maka jnagka waktunya 3 tahun.

Universitas Sumatera Utara


5) Hak dan Kewajiban Pemegang Izin lokasi

Sesuai dengan Pasal 8 dari Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan

Pertanhan Nasional Nomor. 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi, Menyetakan:

Hak Pemegang Izin Lokasi


a. Pemegnag izin lokasi diizinkan membeskan tanah dalam areal izin lokasi dari
hak dan kepentingan pihak lain berdasarkan kesepakan dengan pemegang hak
atau pihak yang mempunyai kepentingan tersebut dengan cara jual beli,
pemberian ganti kerugian, konsolidasi tanha atau cara lain sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Sebelum tanah yang dibebaskan oleh pemegang izin lokasi, maka semau hak atau
kepentingan pihak lain yang sudah ada atas tanah yangh bersangkutan tidak
nberkurang dan tetap diakui, termasuk kewenangan yang menurut hukum di
punyai oleh pemegang hak atas tanah untuk memperoleh tanda bukti hak
(sertifikat) dan kewenangan untuk menggunakna dan memanfaatkan tanahnya
bagi keprluan pribadi atau usahanya sesuai rencana tata ruang ynag berlaku serta
kewenangan untuk mengalihkannya kepada pihak lain.

Kewajiban Pemegnag Izin Lokasi


a. Pemegang izin lokasi wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain atas
tanah yang belum dibebaskan, tidak menutup atau mengurangi aksessibilitas
yang dimiliki masyarakat di sektar lokasi dan mnejaga serta melindungi
kepentingan umum.
b. Sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan kepentingan pihak
lain, maka kepada pemegang izin lokasi dapat diberikan hak atas tanah yang
memberikan kewenangan kepadanya untuk melaksanakan rencana penanaman
modalnya.
c. Pemegang izin lokasi berkewajiban untuk melaporkan secara berkala setiap 3(tiga) bulan
kepada kantor pertanahan mengenai perolehan tanah yang sudah dilaksanakan
berdasarkan izin lokasi dan pelaksanan penggunaan tanah tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAGAN I
Mekanisme Pemberian Izin Lokasi
PERMEN AGRARIA/KEPALA BPN No. 2/1993

KANTOR INSTANSI
PERTANAHAN (2) Koordinasi
TERKAIT
DATI II
Permohonan Izin Lokasi
(1) (3)

INVESTOR

Persyaratan Permohonan:
1. Akta Pendirian Perusahaan

2. NPWP

3. Gambar Kasar/ Sketsa Tanah yang dimohonkan

4. Pernyatan kesanggupan akan memberikan ganti rugi atau menyediakan tempat


penampungan bagi pemilik tanah/yang berhak atas tanah

5. Uraian rencana proyek yang akan dibangun

6. SPPP/SPPM atau persetujuan prinsip

Dalam hal ini PT. MAL memperoleh SK Bupati No: 525.25/124/2005,

Tanggal 8 Maret 2005, Revisi No. 525.25/427/K/2007, dan perpanjangan No.

525.25/455/K/2010 tentang izin lokasi untuk keperluan perkebunan kepada PT. MAL

dengan luas 6.500 Ha tanggal. Izin lokasi diatur dalam peraturan Kepala Daerah

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah masing-masing yang esensinya sebagai

berikut: 59

1. perolehan tanah harus dilaksanakan secara langsung antara pihak-pihak yang

berkepentingan melalui ganti rugi, jual beli atau secara pelepasan hak yang

dilaksanakan dihadapan pejabat yang berwenang dengan pemberian

ganti/kerugian ataupun konpensasi lainnya yang berbentuk dan besarnya

ditentukan secara musyawarah.

2. Pembayaran ganti rugi , tanah serta tanam yang tumbuh \, dan bangunan milik/

pemegang hak atas tanah, tidak dibenarkan dilaksanakan melalui perantara dalam

bentuk dan nama apapun juga, melainkan harus dilaksanakan secara langsung

kepada yang berhak.

3. Pemegang izin lokasi wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain yang

tanah yang belum dibebaskan, dengan tidak menutup dan mengurangi

Aksesibilitas yang dimiliki masyarakat disekitar lokasi dan menjaga serta

melindungi kepentingan umum.

4. Sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan kepentingan pihak

lain, maka kepada pemegang izin lokasi dapat diberikan hak atas tanah yang

memberikan kewenangan kepadanya untuk menggunakan tanah tersebut sesuai

dengan keperluan untuk melaksanakan rencana penanaman modalnya.

59
Surat Keputusan Bupati Mandailing Natal Nomor : 525.25/427/K/2007 tentang pemberian
izin lokasi kepada PT. MAL

Universitas Sumatera Utara


5. Pemegang izin lokasi berkewajiban untuk melaporkan secara berkala setiap 3

(tiga) bulan kepada Kantor Pertanahan mengenai perolehan tanah yang dapat

dilaksanakannya berdasarkan izin Lokasi dan pelaksanaan penggunaan tanah

tersebut.

6. Perolehan tanah harus dilaksanakan dalam jangka waktu 36 (tiga puluh enam)

bulan sejak tanggal ditetapkannya Surat Keputusan ini yang dapat diperpanjang

paling lama 12 (dua belas) bulan dan perkembangan perolehan tanah harus

dilaporkan oleh penerima Izin Lokasi kepada Bupati Mandailing Natal melalui

Kantor Petanahan Mandailing Natal.

7. Pihak perusahaan agar menyesuaikan segala permasalahan tanah yang

menyangkut tanah-tanah garapan masyarakat melalui musyawarah.

8. Didalam pelaksanaan pembangunan perkebunan, pihak perusahaan berkewajiban

membangun kebun kemitraan melalui wadah Koperasi Unit Desa.

9. Untuk tanah yang diperoleh, penerima Izin Lokasi diwajibkan segera mengajukan

permohonan pengukuran kadasteral guna penentuan batas dan luas tanah secara

pasti, dan mengajukan permohonan Hak Guna Usaha (HGU), kepada pemerintah

melalui Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara.

10. Perusahaan berkewajiban memelihara dan menjaga jalur hijau berupa Sempadam

sungai + 100 m dikiri kanan sungai besar dan + 50 m dikiri kanan sungai kecil

serta radius 200m dari sumber mata air untuk dilestarikan.

11. Perusahaan berkewajiban mengadakan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL),

menyediakan serta menguasahakan sarana dan prasarana pengendalian

Universitas Sumatera Utara


pencemaran lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan bilaman

dikemudian hari terdapat efek samping yang mengakibatkan

kerusakan/pencemaran lingkungan disekitar lokasi karena kegiatan perkebunan,

hal ini menjadi tanggungjawab dari PT. MAL.

12. Perusahaan berkewajiban mengutamakan penggunaan tenaga kerja setempat

sesuai dengan kemampuannya dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan.

13. Perusahaan berkewajiban melaporkan kepada Bupati Mandailing Natal melalui

Kantor Pertanahan kabupaten setempat tentang kemajuan perolehan tanahn

besarta studi AMDAL dan persyaratan lainnya setiap 3 (tiga) bulan sekali.

14. Mengolah sendiri tanah yang diberikan Izin Lokasi sesuai dengan peruntukannya

dan tidak dibenarkan memindah tangankan Izin Lokasi dari Instansi yang

berwenang.

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa Izin Lokasi yang diperoleh perusahaan,

bukanlah berarti hak yang bisa dimiliki/dikuasai oleh perusahaan tersebut, karena

Izin Lokasi pada dasarnya hanyalah izin untuk memperoleh tanah, dengan kata lain

pintu bagi perusahaan untuk memperoleh hak atas tanah.

Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal:

Universitas Sumatera Utara


Di Mandailing Natal Khususnya penetapan lokasi untuk diberikan izin lokasi sering

menimbulkan kesulitan, dikarenakan sebelumnya belum adanya kepastian tata ruang

sesuai dengan rencana pembangunan daerah. 60

Proses permohonan Izin Lokasi dapat memakan waktu yang cukup lama,

seperti yang jelaskan oleh Direktur PT MAL :

Permohonan Izin Lokasi yang diajukan oleh perusahaan di tahun 2004 kepada

Bupati Mandailing Natal baru dapat dikeluarkan di tahun 2005, hal ini tentu sangat

merugikan bagi perusahaan yang telah menanamkan modalnya dalam waktu lama. 61

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, baik didasarkan penjelasan Pemohon

Izin Lokasi (Perusahaan PT. MAL) maupun dari instansi Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal bahwa dengan Izin Lokasi yang telah

diperoleh oleh perusahaan PT. MAL, perusahaan langsung mengerjakan tanahnya

walaupun belum ada surat keputusan pemberian HGU. Sebenarnya dengan pemberian

Izin Lokasi belum berarti pengusaha tersebut berhak mengerjakan tanahnya, tetapi

dalam hal ini pemerintah tidak melarangnya, alasannya hal tersebut dilakukan untuk

menyelamatkan tanah dari penggarap liar, dan orang-orang yang tidak

bertanggungjawab.

60
Wawancara Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Mandailing Natal, Bapak Panisien Nasution, SP, MM, pada tanggal 25 Maret 2011
61
Wawancara Direktur PT MAL, Bapak Drs. Rustam Honein, MBA pada tanggal 29 Mei
2011

Universitas Sumatera Utara


Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mempunyai alasan

tersendiri menyikapi hal tersebut, keterangan yang diberikan oleh Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Mandailing Natal menjelaskan bahwa:

Dengan Izin Lokasi yang diterima oleh perusahaan bisa langsung beroperasi,

dengan terbukanya lahan, maka lowongan kerja akan terbuka juga, dan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitar lokasi perkebunan, di tambah lagi

Kabupaten Mandailing Natal yang baru berkembang, namun dalam hal ini Bupati

dengan Izin Lokasi yang telah diperoleh perusahaan harus segera memenuhi semua

syarat-syarat dan kewajiiban-kewajiban yang telah ditentukan. 62

PT. MAL yang telah memperoleh Izin Lokasi dari tahun 2005, langsung

beroperasi, dalam hal ini perusahan lupa akan kewajiban yang akan dilaksanakan,

seperti yang dijelaskan oleh instansi yang terkait, penyimpangan yang dilakukan oleh

Perusahaan dari izin yang dikeluarkan adalah:

1. Garapan-garapan masyarakat belum seutuhnya selesai;

2. Tidak melaksanakan konservasi;

3. Ganti rugi kepada masyarakat tidak berjalan lancer;

4. Adanay intervensi dari perusahaan seolah-olah memiliki seutuhnya dari izin

lokasi yang dimiliki perusahaan tersebut.

Penyimpangan yang terjadi di atas berdampak kepada perusahaan yang baru

memperoleh status HGU setengah dari luas izin lokasi yang diberikan, hal ini

62
Wawancara Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Mandailing Natal, Bapak Panisien Nasution, SP, MM, pada tanggal 25 Maret 2011

Universitas Sumatera Utara


dikarenakan pihak perusahaan yang tidak menyelesaikan kewajiban-kewajibannya

terutama pembebasan lahan garapan masyarakat yang tidak seutuhnya dilaksanakan.

b. Pembebasan Tanah

Tanah, merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam upaya pembangunan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dalam perolehan tanahnya, pada umumnya

ditempuh suatu proses yaitu melalui acara pembebasan tanah. 63 Dari kenyataannya,

dapat diketahui bahwa pembebasan tanah merupakan suatu masalah yang sangat

rawan, terutama bagi pihak yang tanahnya akan dibebaskan.

Pembebasan tanah adalah setiap perbuatan yang bermaksud langsung atau

tidak langsung melepaskan hubungan hukum yang ada antara pemengang

hak/penguasaan atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang

berhak/penguasa tanah 64

Dalam hal acara pembebasan tanah seperti tersebut di atas, satu permasalahan

yang muncul biasanya adalah sering tidak sepakatnya mengenai besarnya ganti

kerugian antara pemilik tanah dan yang membutuhkan. Pemilik tanah merasa

dirugikan, dan merasa tidak layak atas besarnya ganti kerugian yang diberikan. 65

Tanah yang menjadi objek Hak Guna Usaha yang diatasnya telah ada hak

orang lain atau garapan oleh rakyat harus dibebaskan terlebih dahulu menjadi tanah

63
Tim kerja dibawah pimpinan Moh. Hasan Wargakusumah, , Analisis dan Evaluasi tentang
Ganti Rugi dan Pemberian Uang Pasangan dalam Proses Penyerahan Hak Atas Tanah, Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 1995, hal 1
64
B.F.Sihombing, Evaluasi Kebijakan Pertanahan dalam Hukum Tanah Indonesia, PT. Toko
Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2005, hal 202
65
Tim kerja dibawah pimpinan Moh. Hasan Wargakusumah, loc,cit

Universitas Sumatera Utara


yang dikuasai langsung oleh Negara. Terlaksananya pembebasan tanah ini dilakukan

langsung oleh pemohon di bawah pengawasan Instansi yang berwenang. 66

Kendala-kendala yang dihadapi yang dirasakan dapat menghambat jalannya

pembebasan tanah adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya masyarakat di wilayah lokasi pembebasan adalah petani yang


kehidupannya sangat bergantung kepada lahan yang dimilikinya, sehingga ada
sejumlah kepala keluarga yang tidak mau menjual tanahnya terutama pada
daerah-daerah subuh seperti daerah persawahan, tegalan yang sangat potensial
mengahasilkan pendapatan, dan lain-lain.
2. Lokasi pembebasan yang bermacam-macam seperti terletak di lereng lereng
pegunungan dengan kecurangan yang tajam sehingga kondisi ini cukup
menyulitkan dan memakan waktu,
3. Harga yang diminta oleh penduduk sangat bervariasi dan berfluktuasi dan
terjadi dsaling mempengaruhi antar perjual, sehingga harga menjadi tidak
terkendali dari waktu kewaktu, dan harga menjadi cenderung semakin tinggi.
Dalam kondisi seperti ini, bila dipaksakan untuk dibebaskan dapat dipastikan
akan menjadi preseden kenaikan harga tanah, sedangkan sebaliknya apabila
tidak dibebaskan akan menimbulkan enclave atau tidak bersambungan atau
tidak lengket dengan tanah Perum Perhutani yang sudah ada.
4. Pemilik tanah sukar dihubungi, karena sudah pindah ke tempat lain, juga
apabila musim kemarau penduduk banyak yang pergi ke kota untuk mencari
pekerjaan lain, karena pertanian di daerah itu bersifat tadah hujan.
5. Luas tanah pengganti yang harus dibebaskan cukup luas dengan persil tiap
pemilik tanah yang sangat kecil (umumnya jauh dibawah 1 Ha.), sehingga
jumlah pemilik tanah yang harus diinventariskan satu per satu menjadi sangat
banyak (ribuan persil).
6. Adanya beberapa spekulasi tanah yang tentu akan mengganggu kestabilan
harga yang terasa di beberapa daerah.
7. Rata-rata penduduk berpendidikan rendah jadi tingkat emosional cukup
tinggi. 67

Sebagaimanaa yang di jelaskan sebelumnya bahwa tanah yang dimohonkan

oleh PT. MAL adalah tanah negara dan tanah hak perorangan/garapan masyarakat

Sikapas, Maka dari itu untuk PT. MAL melakukan pembebasan tanah di atas tanah

66
Chadijah Dalimunthe, op,cit, hal 69
67
D. Soetrisno, op,cit, hal 37

Universitas Sumatera Utara


hak perorangan tersebut/garapan masyarakat menjadi tanah yang dikuasai langsung

oleh negara, dengan cara:

1) Penyerahan / Peralihan (Jual Beli) Hak atas Tanah

Peralihan hak atas tanah adalah suatu perbuatan hukum yang dikuatkan

dengan akta otentik yang diperbuat oleh dan di hadapan pajabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT) yang mengakibatkan beralihnya pemegang hak atas tanah kepada pihak

lain. 68

Peralihan hak atas tanah menurut Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 dapat dilakukan melalui perbuatan hukum seperti jual beli, tukar

menukar, hibah, pemasukan dalam perusaahaan lainnya yang dibuktikan dengan akta

yang dibuat oleh PPAT yang berwenang. Sedangkan dalam Pasal 2 Peraturan

pPemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang PPAT dan Pasal 95 Peraturan Menteri

Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 ditentukan jenis akta yang dibuat

oleh PPAT antara lain perbuatan hukum mengenai jual beli, tukar menukar, hibah,

pemasukan kedalam perusahaan (imbreng), pembagian hak bersama, pemberian Hak

Guna Bangunan atau Tanggungan dan Pemberian Kuasa Membebankan Hak

Tanggungan.

Dalam kaitan dengan peralihan hak atas tanah tersebut maka yang termasuk

disini adalah perbuatan hukum berupa:

1. Jual beli;

68
Mhd. Yamin Lubis, dan Abd. Rahim Lubis, op.cit,hal 276

Universitas Sumatera Utara


2. Tukar menukar;

3. Hibah;

4. Pemasukan dalam perusahaan;dan

5. Pembagian Hak Bersama;

6. Penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang didahului dengan

likuidasi (Pasal 43 ayat (2)).

Pasal 37 PP No. 24 Tahun 1997 menyebutkan bahwa peralihan atas tanah

melalui jual beli hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat

PPAT yang berwenang menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Untuk

dibuat akta peralihan hak tersebut, pihak yang memindahkan hak dan pihak yang

menerima hak harus menghadap PPAT. 69

Dalam hukum pertanahan, transaksi jual beli tanah dapat dilaksanakan oleh

PPAT, Camat juga dapat ditunjuk sebagai PPAT Sementara oleh Kepala BPN,. Hal

ini perlu mendapat perhatian secara serius, dalam rangka melayani masyarakat dalam
70
pembuatan akta jual beli PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. Selain

itu, karena fungsinya dibidang pendaftaran tanah sangat penting bagi masyarakat

yang memerlukan, maka fungsi tersebut harus dilaksanakan di seluruh wilayah

negara. Oleh karena itu, di wilayah yang belum cukup terdapat PPAT, Camat perlu

ditunjuk sebagai PPAT Sementara. Yang dimaksud dengan daerah yang belum cukup

terdapat PPAT adalah daerah yang jumlah PPAT-nya belum memenuhi jumlah

69
Adrian Sutedi, Peralihan Hak tas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2006
hal.80
70
Ibid, hal 87

Universitas Sumatera Utara


formasi yang ditetapkan Menteri/Kepala Badan Pertanahan Nasional tersebut dalam

Pasal 14 PP NO. 37 Tahun 1998. Di daerah yang sudah cukup terdapat PPAT dan

merupakan daerah tertutup untuk mengangkat PPAT baru, camat baru tidak lagi

ditunjuk sebagi PPAT sementara.

Untuk desa-desa dalam wilayah yang terpencil, Kepala Badan Pertanahan

dapat menunjuk PPAT semantara. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan

pelayanan pada rakyat di daerah terpencil yang tidak ada PPAT untuk melaksanakan

perbuatan hukum peralihan hak atas tanah meraka yang ditunjuk sebagai PPAT

Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang menguasai keadaan daerah yang

bersangkutan, yaitu Kepala Desa.

Semantara itu di mana untuk satu daerah kecamatan belum diangkat seorang

Pejabat Pembuat Akta Tanha, maka Camat yang mengepalai wilayah Kecamatan

tersebut untuk sementara ditunjuk karena jabatannya sebagai Pejabat Pembuat Akta

Tanah. 71

Diharuskan jual beli tanah dengan Akta PPAT berdasarkan PP Nomor 24

Tahun 1997, PP Nomor 37 Tahun 1998 dan Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1999, juga menimbulkan

persoalan lebih ruwet. Khususnya daerah pedesaan yang Camat atau Kepala Desanya

yang belum ditunjuk sebagai PPAT Sementara, sedangkan banyak penduduk

71
G. Kartasapetra, dkk, Hukum Tanha jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan
Tanah, Rineka Cipta, Bandung,1991, hal 184

Universitas Sumatera Utara


pedesaan yang melakukan jual beli tanah tanpa akta PPAT, tetapi dilakukan di

hadapan Kepala Desa atau Camat.

Untuk jual beli tanah dengan status hak milik adat (belum berbentuk

sertifikat) mengharuskan adanya keterangan tertulis dari lurah tentang kebenaran

tanah yang diperjual belikan diwilayah itu. 72

Tanah yang diperoleh PT. MAL untuk usaha perkebunannya yang terletak di

Desa Sikapas tersebut berasal dari Tanah Negara dan Tanah hak/Tanah Garapan

masyarakat Desa Sikapas yang belum terdaftar (belum berbentuk sertifikat).

Sementara itu, Desa Sikapas adalah sebuah desa yang sangat terpencil dari

pusat dari kabupaten/kota, dimana di daerah tersebut belum terdapat satu PPAT pun

yang akan melaksanakan kegiatan jual beli seperti yang di amanatkan oleh Pasal 37

PP NO. 24 Tahun 1997, maka dari itu untuk melaksankan peralihak hak atas tanah

kepada perusahaan PT. MAL dilakukan dengan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah

dengan Ganti Rugi yang dibuat dibawah tangan dan diketahui oleh Camat Muara

Batang Gadis dan Kepala Desa.

Perlu ditegaskan jual beli yang dimaksudkan adalah sama dengan Pelepasan

Hak Atas dengan Ganti Rugi yang dibuat oleh Notaris atau Camat, hal ini

dikarenakan tanah tersebut belum dimiliki dengan hak tertentu (sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 16 UUPA) dan status tanah tersebut merupakan tanah yang

langsung dikuasai oleh negara.

72
Adrian Sutedi, op.cit, hal 88

Universitas Sumatera Utara


Dari keterangan masyarakat di sekitar lokasi yaitu masyarakat Desa Sikapas,

menjelaskan bahwa masyarakat menyamakan pengertian antara jual beli dengan ganti

rugi, jual beli yang dikenal dalam Hukum Perdata Barat tidak mereka ketahui sama

sekali, ini sebabkan minimnya pengetahuan masyarakat akan Hukum.

Perbuatan jual beli dalam pengertian sehari-hari diartikan sebagia suatu

perbuatan dimana seseorang menyerahkan uang untuk mendapatkan barang yang

dikendaki dengan sukarela. 73

Pengertian jual beli tanah menurut hukum adat yaitu perbuatan hukum

penyerahan tanah untuk selama-lamanya disebut dengan jual beli lepas, dimana

penjual menerima pembayaran sejumlah uang dari harga penjualannya.

Dengan melepaskan haknya itu, tanah yang terlibat menjadi tanah negara,

yaitu dikuasai oleh negara. Langsung dikuasai artinya tidak ada pihak lain selain

negara yang berhak atas tanah tersebut. 74

Tanah yang diperoleh PT. MAL yang berasal dari tanah garapan masyarakat

yang belum pernah di daftarkan oleh masyarakat desa Sikapas sebagai pemilik dari

tanah tersebut, maka dari itu, untuk membuktikan bahwa masyarakat tersebut

mempunyai lahan garapan yang masuk dalam Izin Loaksi PT. MAL, maka

masyarakat tersebut harus memenuhi syarat-syarat administrasi, antara lain: 75

1. Surat Keterangan Garapan;

73
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, alumni, Bandung, hal 25
74
AP. Parlindungan, Konservasi Hak-Hak Atas Tanah Menurut Sistem UUPA, Mandar Maju,
Bandung, 1997 hal 135
75
Wawancara dengan Kepala Desa Sikpas, dan Camat Muara Batang Gadis, pada tanggal 20-
22 Mei 2011

Universitas Sumatera Utara


Yang mana surat tersebut dikeluarkan dan di tanda tangani oleh Kepala Desa dan

dua orang saksi.

2. Penglepasan Hak atas Tanah dengan Ganti rugi;

Yang mana surat tersebut ditanda tangani oleh pihak I sebagi penjual dan pihak II

sebagai Pembeli (perusahaan), dan diketahui oleh Camat dan Kepala Desa Muara

Batang Gadis.

3. Surat Pernyataan;

Yang menyatakan bahwa tanah yang akan dijual tersebut adalah benar garapan si

penjual tersebut, dan Surat Pernyataan tersebut di tanda tangani oleh pemilik

garapan tersebut dan dua orang saksi.

4. Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah;

Yang mana surat tersebut ditanda tangani oleh yang membuat pernyataan

(pemilik garapan) dan diketahui oleh Kepala Desa.

5. Surat Keterangan Silang Sengketa;

Yang mana surat tersebut diketahui oleh camat dan ditanda tangani oleh Kepala

desa, yang menyatakan bahwa lahan garapan tersebut tidak dalam sengketa, baik

diantara masyarakat maupun di pengadilan.

6. Surat Pernyataan;

Surat Pernyataan yang kedua ini berguna untuk menyatakan, bahwa yang

membuat surat pernyataan tidak mempunyai lagi tanah garapan di tempat

lain,yang masih masuk dalam Izin Lokasi PT. MAL, di maksudkan agar yang

Universitas Sumatera Utara


bersangkutan tidak bisa membuat pengakuan dan menghindari agar tidak terjadi

penuntutan ganti rugi yang berulang-ulang kepada perusahaan.

7. Peta Lokasi tanah garapan si penjual lahan garapan tersebut.

Dari syarat-syarat tersebut diatas dapat dilihat bahwa, begitu banyaknya

prosedur yang harus dipenuhi oleh oleh masyarakat penggarap untuk menjual

tanahnya kepada perusahaan, ini dilakukan oleh perusahaan supaya masyarakat tidak

begitu mudah membuat pengakuan bahwa lahan garapannya ada masuk dalam Izin

Lokasi PT. MAL

Sementara, sebagai bukti pemindahan hak atas tanah tersebut dengan

membayar sejumlah harga pada saat bersamaan dilakukan secara tunai dan terang.

Tunai artinya ketika jual beli dilakukan, penjual menyerahkan tanah tersebut kepada

pembeli dan penjual menerima pembayaran harganya dari pembeli, dan pembeli

menyerahkan selembar Kwitansi sebagai bukti telah dilakukan pembayaran untuk

selanjutnya pembuatan jual beli tersebut dianggap telah selesai. Terang artinya telah

diserahkan fisik benda yang dibeli tersebut dalam hal ini adalah tanah. 76

Berdasarkan uraian tersebut di atas, seseorang yang melakukan jual beli tanah

dengan cara sederhana seperti yang di sebutkan diatas yang buktinya hanya

menggunakan selembar Kwitansi sebagai bukti pembayarannya maupun sebagai

bukti peralihannnya adalah perbuatan hukum yang salah dan tidak mempunyai

kekuatan hukum ketika kepentingan orang tersebut selaku pembeli terhadap pihak

lain tidak terpenuhi.


76
Wawancara dengan tokoh masyarakat, Bapak Nasution, Pada tanggal 25 Mei 2011

Universitas Sumatera Utara


Jual beli dalam masyarakat awam intinya adalah bergantinya subyek

kepemilikan yaitu antara pemilik lama dnegan pemilik baru dengan adanya

pembayaran sesuai dengan harga yang disepakati tanpa memperhatikan prosedur jual

beli, aspek-aspek hukum maupun konsekuensinya di kemudian hari, baik untuk

masyarakat maupun bagi perusahaan yang akan menerima dampak yang lebih

banyak.

2) Musyawarah dan Penetapan Besarnya Ganti Rugi

a) Tinjauan Tentang Musyawarah

Musyawarah menurut istilah atau etimologis adalah "kegiatan untuk mencapai

satu kata mufakat" sedangkan menurut harfiahnya " kegiatan saling mendengar dan

mengutarakan pendapat untuk satu maksud tujuan kesepahaman dan kemufakatan

dalam mengambil suatu keputusan secarabersama-sama" 77

Musyawarah dalam penetapan ganti rugi dilakukan dalam pengertian

musyawarah kualitatif, maksudnya yang dipentingkan adalah dialog secara langsung

dengan warga, namun apabila jumlah pemegang hak atas tanah tidak

memungkinkankan musyawarah secara efektif maka kemungkinan dengan wakil-

wakilnya yang ditunjuk diantara para pemegang hak atas tanah yang sekaligus

bertindak selaku kuasa mereka. Bila musyawarah telah berkali-kali dilakukan dan

gagal, tidak mencapai kata mufakat maka panitia pengadaan tanah mengeluarkan

77
Woyowarsito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Apollo, Surabaya, 1997, hal. 108

Universitas Sumatera Utara


keputusan mengenai bentuk dan besarya ganti rugi dengan tetap memperhatikan

aspirasi yang berkembang di masyarakat.

Pemegang hak atas tanah yang tidak menyetujui keputusan tersebut, dapat

mengajukan keberatan kepada Gubernur/KDH tingkat I, dan Gubernur

mengupayakan menyelesaikannya dengan mempertimbangkan pendapat dan

keinginan para pihak, untuk selanjutnya mengeluarkan keputusan yang dapat

mengukuhkan atau mengubah keputusan panitia.

Musyawarah adalah proses atau kegiatan saling mendengar dengan sikap

saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kesukarelaan antara

pihak pemegang hak atas tanah dengan pihak yang memerlukan tanah untuk

perolehan kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian. 78

Musyawarah merupakan sarana yang paling menentukan berhasil tidaknya

dengan baik pengambilan tanah dalam rangka pelaksanaan pengadaan tanah. Oleh

karena itu pengertian dari musyawarah sebagai suatu kegiatan yang mengandung

proses saling mendengar, saling memberi dan saling menerima pendapat, serta

keinginan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan

masalah lain harus dilakukan dengan benar. Sehingga dalam kegiatan pengadaan

tanah benar-benar aatas dasar kesukarelaan dan kesataraan antara pihak yang

mempunyai tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan

tanah dengan pihaak yang memerlukan tanah.

78
D. Soetrisno, op.cit, hal 17

Universitas Sumatera Utara


Tidak akan terelakkan perbedaan pendapat antara kedua belah pihak terutama

kesediaan si pemilik untuk melepaskan tanahnya apalagi tentang besar dan bentuk

ganti rugi. 79 Merupakan hal yang sangat manusiawi jika si pemilik menghendaki

ganti rugi yang sebesar-besarnya dan pihak yang memerlukan tanah sebaliknya.

Dalam hal inilah ditantang kemampuan Panitia Pengadaan Tanah dengan segala

kemampuannya sebagai mediator menjembatani pendapat dan keinginan para pihak

yang berbeda itu dan sekaligus sebagai arbiter mampu mencari solusi penyelesaian

atas dasar kesukarelaan pihak-pihak.

Pelaksanaan musyawarah: 80

a. Musyawarah dilakukan secara langsung antara tim pembebasan tanah dengan para
pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan, tanaman dan atau benda-benda
lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan yang sebaiknya didampingi oleh
kepala desa atau camat.
b. Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan, tanaman dan
atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan tidak mungkin
terselenggaranya musyawarah secara efektif, musyawarah dapat dilakukan
bergiliran secara parsial. Atau dengan wakil yang ditunjuk di antara dan oleh
mereka.
c. Dalam hak musyawarah dilaksanakan melalui perwakilan penunjukan wakil dibuat
dalam bentuk surat kuasa yang diketahui oleh lurah kepala desa setempat.

b) Tinjauan tentang Ganti Rugi

Ganti rugi dalam lapangan hukum perdata adalah pemberian prestasi yang

setimpal akibat dari satu perbuatan yang menyebabkan kerugian diderita oleh salah

satu pihak yang melakukan kesepakatan/ konsensus. Secara harfiah istilah ganti rugi

79
Tampil Anshari Siregar, Mempertahankan Hak atas Tanah, Multi Grafika, Medan, 2007, hal
93
80
D. Soetrisno, loc,cit

Universitas Sumatera Utara


adalah : Pengenaan ganti sebagai akibat adanya penggunaan hak dari satu pihak untuk

pemenuhan kebutuhan dan kepentingan dari lain, Ganti rugi meliputi aspek:

1. Kesebandingan

Ukuran untuk kesebandingan antara hak yang hilang dengan penggantinya

harus adil menurut hukum dan menurut kebiasaan masyarakat yang berlaku umum.

2. Layak

Selain sebanding ganti rugi harus layak jika penggantian dengan hal lain yang

tidak memiliki kesamaan dengan hak yang telah hilang.

3. Perhitungan cermat

Perhitungan harus cermat termasuk didalamnya penggunaan waktu, nilai dan

derajat.

Persoalan mengenai ganti rugi adalah menyangkut masalah hak-hak dari si

pemilik tanah yang tanahnya dibebaskan, sehingga dapatlah dikatakan bahwa unsur

mutlak harus ada dalam pelaksanaan pengadaan tanah harus mengadakan

musyawarah dengan para pemilik/pemegang hak atas tanah dan atau benda/tanaman

yang ada di atasnya berdasarkan harga umum setempat.

Mengenai ganti kerugian harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 81

a. Nilai tanah berdasarkan nilai nyata atau sebanarnya dengan memperhatikan Nilai
Jual Objek Pajak dan Bangunan (NJOP) tahun terakhir untuk tanah yang
bersangkutan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah :
1. Letak/lokasi tanah
2. Jenis hak atas tanah
3. Status penguasaan tanah
81
D. Soetrisno, op,cit, hal 18

Universitas Sumatera Utara


4. Peruntukan tanah
5. Kesesuaian penggunaan tanah yang direncanakan tata ruang wilayah
6. Prasarana yang tersedia
7. Fasilitas dan utilitas
8. Lingkungan
9. Lain-lain yang mempengaruhi harga tanah.
c. Nilai taksiran bangunan, tanaman, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Ganti kerugian diupayakan dalam bentuk yang tidak menyebabkan perubahan

terhadap pola hidup masyarakat sesuai dengan Pasal 13 Keppres no. 55 Tahun 1993

ganti kerugian dapat berupa:

a. Uang;

b. Tanah pengganti;

c. Pemukiman kembali;

d. Gabunagn dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana dalam huruf b

dan huruf c dan;

e. Bentuk lain yang disetujuai oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Ganti rugi yang biasanya merupakan hal yang paling sensitif harus benar-

benar dipahamkan sebagai penggantian terhadap kerugian akibat pengadaan tanah

kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman dan /atau benda-benda lain yang

berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik

dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.

Ganti rugi yang diberikan pihak yang memerlukan tanah kepada si pemilik

tanah harus memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat sosial

ekonominya sebelum terkena pengadaan tanah tersebut dan ketentuan ini dianggap

sudah lebih tinggi dari pengertian ganti rugi yang layak sebagaimana ketentuan

Universitas Sumatera Utara


UUPA dan UU No. 20 Tahun 1961. Karena pengertian ganti rugi yang layak adalah

jangan sampai mundur tingkat sosial ekonomi si pemilik tanah setelah tanahnya

diambil.

Ganti rugi yang diberikan dapat berupa uang dan/atau tanah pengganti

dan/atau pemukiman kembali. Sekalipun ketentuannya dapat dilakukan secara

alternatif namun akan lebih baik bentuk ganti rugi yang diberikan itu komulatif

gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti rugi diatas bahkan terbuka

kemungkinannya dalam bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang

bersangkutan.

Musyawarah sama sekali tidak boleh dimanupulasi, apalagi pemaksaan, harus

jelas tempatnya dengan surat undangan resmi yang dilaksanakan langsung antara

kedua belah pihak dan dipimpin langsung oleh Ketua Panitia Pengadaan Tanah. Jika

jumlah pemilik tanah sangat besar, agar musyawarahnya lebih efektif dapat ditunjuk

wakil-wakil dari pemilik tanah sebagai kuasa mereka menghadiri musyawarah

tersebut namun harus dengan suatu surat kuasa yang bermaterai cukup yang diketahui

oleh Kepala Desa/Lurah atau pejabat yang berwenang. Dalam hal demikian para

pemilik tanah harus cermat jangan sampai posisi mereka menjadi lebih lemah akibat

harus sepengetahuan Kepala Desa/Lurah untuk penunjukan wakil-wakil mereka.

Demikian juga batas waktu musyawarah.

Persoalan yang dihadapi oleh masyarakat adalah persoalan pembayaran ganti

kerugian dimana setelah menerima ganti kerugian terkadang muncul sifat

Universitas Sumatera Utara


konsumerisme dalam memanfaatkan uang dan lupa akan masa depan, sehingga

dengan penggantian ini hidupnya bukan lebih baik tetapi malah semakin jelek.

Berdasarkan hasil musyawarah yang dilaksanakan oleh PT. MAL dengan

masyarakat Desa Sikapas yang difasilitasi oleh Camat dan Kepala Desa menetapkan

bahwa besarnya ganti rugi terhadap lahan garapan masyarakat di dasarkan atas 2

(dua) hal, yaitu : 82

1. Tanah yang sudah di Tanami tumbuhan seperti ladang/perkebunan milik

masyarakat

2. Tanah kosong yang sama sekali belum digarap atau diatanami apapun.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka harga jual tanah keduanya berbeda,

dimana tanah yang sudah di garap/ditanami masyarakat harganya lebih tinggi dari

tanah kosong/atau tanah yang sama sekali belum digarap masyarakat, dengan syarat

masyarakat tersebut mempunyai bukti atas kepemilikan tanah tersebut.

Kesepakatan itu merupakann suatu kesepakan yang baik, dimana lahan yang

sudah ditanami lebih banyak kerugian yang ditimbulkan dari pada lahan lahan yang

belum sama sekali diolah.

Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan beberapa mayarakat Desa

Sikapas yang melakukan ganti rugi tersebut, menjelaskan bahwa:

82
Wawancara dengan staf PT. MAL, PT. MAL, Bapak Johannes Diodemus M. Sitepu, SH
pada tanggal 30 Mei 2011

Universitas Sumatera Utara


Besarnya ganti rugi yang meraka terima adalah Rp. 200.000,-/m (duaratus

ribu rupiah per meter), sementara terhadap tanah ynag sudah di Tanami masyarkata

tersebut besarnya ganti rugi sebesar Rp. 300.000,-/m (tigaratus ribu rupiah per meter).

c. Izin Usaha Perkebunan

1) Jenis dan Perizinan Usaha Perkebunan

Usaha perkebunan merupakan suatu yang berdimensi luas, sebab usaha

perkebunan juga dapat berupa usaha budidaya yang terkait dengan tanaman dan usaha

budi daya yang terkait dengan tanaman dan usaha industry pengelolahan hasil

perkebunan. 83 Selain itu, usaha perkebunan merupakan usaha yang berdimensi luas,

karena dapat mempekerjakan tenaga kerja yang begitu banyak dan menyumbang

pendapatan hasil daerah (PAD).

Dalam Pasal 15 ayat (1) UU Nomor 18 Tahun 2004 Tentang perkebunan

menyatakan bahwa usaha perkebunan terdiri atas usaha budi daya tanaman

perkebunan dan/atau usaha industry pengelolahan hasil perkebunan, sedangkan ayat

(2) menyebutkan : usaha budi daya tanaman perkebunan sebagaiman dimaksud dalam

ayat (1) merupakan serangkaian kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan

tanaman, pemanenan, dan sortasi.

Sejalan dengan ketentuan yang termaktub dalam Pasal 15 di atas, khususnya

jenis tanaman yang akan ditanam dalam perkebunan tersebut ditentukan sepenunya

oleh Menteri yang mempunyai kewenangan untuk itu. Hal ini sesuai dengan
83
Supriadi, op.cit, hal 552

Universitas Sumatera Utara


ketentuan dalam Pasal 16 UU Nomor 18 Tahun 2004 dinyatakan bahwa: jenis

tanaman perkebunan pada budi daya tanaman perkebunan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 ayat (1) ditetapkan oleh menteri. Oleh karena itu, selain penentuan

jenis tanaman yang akan ditanam dalam usaha budi daya perkebunan tersebut, maka

dalam ketentuan ini, ini juga mengatur mengenai kewajiban usaha perizinan usaha

perkebunan bagi pelaku usaha perkebunan yang mengusahakan perkebunan dengan

luas tertentu.

b) Tata Cara Memperoleh Izin Usaha Perkebunan PT MAL

Usaha perkebunan adalah usaha yang menghasilkan barang dan/atau jasa

perkebunan. Dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, pasal 5 Ayat (1) disebutkan bahwa

perkebunan di bawah 25 hektare harus didaftarkan ke Bupati/Walikota dan diatas itu

harus ada IUP.

Maka dari itu PT MAL mendapatkan Izin Usaha Perkebunan, dengan :

SK Bupati Mandailing Natal No: 525.432/K/2007 tentang persetujuan izin usaha

perkebunan kepada PT. Madina Agrolestari tanggal 28 Juni 2007. Persetujuan Izin

Usaha Perkebunan (IUP) ini diberikan kepada PT MAL berlaku selama perusahaan

yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha dengan baik sesuai dengan ketentuan

peraturan yang berlaku, dengan data data sebagai berikut:

a. Jenis Tanaman : Kelapa Sawit

b. Luas Areal : + 6.500 Ha

c. Alamat Perusahaan : Jalan P. Diponegoro No. 51 Medan.

Universitas Sumatera Utara


d. Lokasi : Desa : Sikapas

Kecamatan : Muara Batang Gadis

Kabupaten : Mandailing Natal

Propinsi : Sumatera Utara

Pemberian Izin Usaha Perkebunan ini dengan ketentuan sebagai berikut: 84

1. Perusahaan wajib menyelesaikan hak atas kebun tanah selambat-lambatnya 2

(dua) tahun diterbitkannya Izin Usaha Perkebunan;

2. Merealisasikan pembangunan kebun dan atau unit pengelolahan sesuai dengan

studi kelayakan, baku teknis dan ketentuan yang berlaku;

3. Mengelola usaha budidaya dengan baik sesuai dengan teknologi yang dianjurkan

serta melaksanakan teknik konservasi guna menjga kelestarian lingkungan;

4. Bibit yang digunakan merupakan Benih Bina yang direkomendasikan oleh Dirjen

Perkebunan Departemen Pertanian Republik Indonesia;

5. Dalam pemesanan bibit pihak perusahaan harus mendapatkan Surat Persetujuan

Penyaluran Benih (SP2B) DARI Dinas Perkebunan Kabupaten Mandailing

Natal;

6. Pembukaan lahan tidak diizinkan melaksanakan pembakaran sesuai dengan

pedoman penangulangan kebakaran di bidang perkebunan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004

serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000;

84
SK Bupati Mandailing Natal No: 525.432/K/2007 tentang persetujuan izin usaha
perkebunan kepada PT. Madina Agrolestari tanggal 28 Juni 2007

Universitas Sumatera Utara


7. Memiliki sarana dan prasarana Alat Pemdam Kebakaran berdasarkan surat

Direktur Jendral Perkebunan No: 253/VIII/PRT-5/1999 Tanggal 5 Mei 1999;

8. Memiliki sarana dan prasarana dan system untuk melakukan pengendalian

organisasi penggunaan tumbuhan;

9. Pihak perusahaan tidak diizinkan melaksanakan kegiatan lapangan sebel;um

perizinan untuk pengelollahan lahan diperoleh dari instansi terkait;

10. Dalam pembukaan lahan pihak perusahaan diwajibkan mengurus Surat

Persetujuan Land Clearing dari pejabat yang berwenang sesuai dengan

perundang-undnagan yang berlaku;

11. Apabila didalam lahan yang akan di land clearing terdapat kayu-kayu tegakan,

sebelum mengolah lahan perusahaan harus terlebih dahulu mengurus Izin

Pemanfaatan Kayu (IPK) dari pejabat yang berwenang sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku;

12. Pihak perusahaan tidak diizinkan mengelolah lahan yang berda pada areal hutan

sebelum memperoleh pelepasan kawasan huta atau perubahan peruntukan dari

kawasan hutan menjadi kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) dari menteri

kehutanan repubvlik Indonesia;

13. Pihak perusahaan wajib membangun kebun kelapa sawit bagi masyarakat sekitar

operasional dilapangan dalam rangka menumbuhkembangkan dan

memberdayakan masyarakat setempat;

Universitas Sumatera Utara


14. Menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingklungan Hidup (AMDAL ) dan

upaya pengelolaan lingkunga hidup (UPL) sesuai dengan peraturan perundang-

undangan berlaku;

15. Pihak perusahaan segera mengajukan permohonan Hak Guna Usaha (HGU) dan

permohonan Pengukuran Kadasteral guna penentuan batas dan luas tanah yang

apasti kepada pemerintah melalui Kantor Badan Pertanahan Kabupaten

Mandailing Natal;

16. Menyampaikan laporan kegiatan usaha setiap 6 (enam) bulan sekali kepada

Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal c/q Dinas Perkebunan Kabupaten

Mandailing Natal;

17. Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Pemerintahan Kabupaten

Mandailing Natal terhadap setiap perubahan dari hal-hal yang tercantum dalam

Keputusan ini, dan selanjutnya akan dikeluarkan Surat Keputusan yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dai keputusan ini.

Berdasarkan Izin Usaha Perkebunan yang telah di sebutkan di atas, maka

Pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh PT. MAL adalah di manfaatkan untuk Kebun

Kelapa Sawit, dan berdasarkan Izin Lokasi yang diperoleh PT. MAL maka

pemanfaatan lahan dimanfaatkan untuk areal budidaya Perkebunan Besar.

Namun saat ini areal yang telah diberikan HGU dalam tahap penanaman dan

Land Clearing, sementara areal yang belum berstatus HGU masih berupa tanaman

hutan/tanaman kayu yang siap ditebang, karena proses HGU tahap ke dua ini masih

dalam pembebasan lahan.

Universitas Sumatera Utara


d. Penetapan Batas Lahan

Penetapan batas lahan ini dimaksudkan untuk mengetahui batas lahan yang

dipunyai PT MAL agar tidak ada yang mengambil lahan secara liar karena sudah

ditetapkan batas lahan. Dalam hal ini penetapan batas wilayah tidak dapat dipungkiri

bahwa pada umumnya terutama diwilayah perkebunan akan berbatasan dengan

perusahaan lain. Setelah adanya penetapan batas lahan ini barulah dikelurkan

sertifikat Hak Guna Usaha

E. Proses Permohonan Hak Guna Usaha yang dilakukan Oleh PT. Madina

Agrolestari

1. Hak Guna Usaha

HGU merupakan hak-hak baru guna memenuhi kebutuhan masyarakat

modern dan hanya diberikan terhadap tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh

negara, jadi tidak terhadap tanah selain milik negara dan tidak terjadi atas suatu

perjanjian antara pemilik suatu Hak Milik dengan orang lain. 85

Berdasarkan Pasal 28 dan Pasal 29 Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria

(UUPA) juncto Pasal 8 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 40 Tahun 1996,

pengertian Hak Guna Usaha (HGU) adalah hak untuk mengusahakan tanah yang

dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu paling lama 25 atau 35 tahun ,

85
AP. Parlindungan, Komentar Undang-undang Pokok Agraria Jakarta: CV. Mandar
Maju,1998), Hal. 160

Universitas Sumatera Utara


yang bila diperlukan masih dapat diperpanjang lagi 25 tahun, guna usaha

pertanian,perkebunan, perikanan atau peternakan, dengan luas paling sedikit 5 Ha.

Ketentuan tentang HGU dalam UUPA diatur dalam Pasal 28 s/d Pasal 34.

ketentuan lebih lanjut mengenai HGU mendapat pengaturan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan

dan Hak pakai Atas Tanah, dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 18.

a. Subyek Hak Guna Usaha

Subyek Hak Guna Usaha sesuai Pasal 30 ayat (1) Peraturan Dasar Pokok-

pokok Agraria (UUPA) juncto Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996

adalah : 86

1. Warga negara Indonesia

2. Badan Hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia

Berdasarkan ketentuan dalam ayat (1) tersebut, maka jelaslah bahwa memiliki

atau sebagai subyek dari hak ini adalah Warga Negara Indonesia dengan

memperhatikan pasal 9 UUPA, yaitu :

Hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya

dengan bumi, air dan ruang angkasa, dalam batas batas ketentuan Pasal 1 dan Pasal 2.

Tiap-tiap warga negara Indonesia,baik laki-laki maupun wanita mempunyai

86
Chadidjah Dalimunthe, Politik Hukum Agraria Nasional terhadap Hak-Hak atas Tanah,
Yayasan Pencerahan Mandailing, MedaN, 2008, hal 137

Universitas Sumatera Utara


kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk

mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.

Kemudian suatu Badan Hukum Indonesia, dalam arti Badan Hukum yang

didirikan menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia serta tunduk

kepada Hukum Indonesia.

Apabila pemegang HGU tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan prinsip

nasionalitas sebagaimana disebutkan pada Pasal 9 UUPA, dan Pasal 30 ayat (1), serta

Pasal 2 ayat (1) PP No. 40 Tahun 1996, maka dalam jangka waktu satu tahun wajib

melepaskan atau mengalihkan haknya tersebut kepada orang lain yang memenuhi

syarat, jika tidak dilepaskan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus demi

hukum. 87

b. Terjadinya Hak Guna Usaha :

Hak Guna Usaha dapat terjadi dengan Penetapan Pemerintah dan Konversi. 88

Terjadinya Hak Guna Usaha karena Penetapan Pemerintah sebagaimana disebutkan

pada Pasal 31 dan Pasal 37 Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) yakni

berasal dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara yang diberikan Pemerintah

sebagai Hak Guna Usaha kepada yang memerlukannya atas permohonan yang telah

diproses sesuaidengan peraturan yang berlaku.

87
Ibit,
88
K.Wantjik Saleh, Hak Anda atas Tanah, Ghalia Indonesia, 1977, Jakarta, hal. 41

Universitas Sumatera Utara


Sedang terjadinya Hak Guna Usaha karena Konversi sebagaimana diatur

dalam ketentuan-ketentuan tentang Konversi dalam Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria (UUPA) antara lain ditentukan :

- Hak Erfpacht untuk perusahaan kebun besar, yang ada pada mulai berlakunya

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), menjadi Hak Guna Usaha untuk

sisa waktunya, selama-lamanya 20 tahun ;

- Hak-hak atas tanah seperti : Hak Agrarisch Eigendom, Hak Milik Adat, Hak Grant

Sultan, Hak Usaha atas Bekas Tanah Partikulir dan hak-hak lainnya, apabila yang

mempunyai hak tidak memenuhi syarat untuk memiliki Hak Milik, sejak mulai

berlakunya Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menjadi Hak Guna

Usaha bila tanahnya merupakan tanah pertanian.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 diatur lebih lanjut pada

Pasal 6 dan Pasal 7 sebagai berikut :

1. Hak Guna Usaha diberikan dengan Keputusan Pemberian Hak oleh Menteri atau

Pejabat yang ditunjuk;

2. Pemberian Hak Guna Usaha tersebut wajib didaftar dalam Buku Tanah pada

Kantor Pertanahan.

3. Hak Guna Usaha terjadi sejak didaftarkan oleh Kantor Pertanahan dalam Buku

tanah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Pasal 29

PeraturanPemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwatujuan dari

pendaftaran tersebut adalah untuk melakukan pembukuan atas Hak Guna Usaha

yang telah diberikan tersebut).

Universitas Sumatera Utara


c. Hapusnya Hak Guna Usaha

Hapusnya Hak Guna Usaha ditentukan dalam Pasal 34 Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (UUPA) juncto Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1996 disebabkan : 89

1. Jangka waktunya berakhir sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Pemberian

atau Perpanjangannya;

2. Dihentikan/dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka

waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak terpenuhi, misalnya :

- tidak terpenuhinya dan/atau dilanggarnya kewajibankewajiban pemegang hak;

- adanya Putusan Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.

3. Dilepaskan oleh pemegang haknya secara sukarela sebelum jangka waktunya

berakhir ;

4. Dicabut untuk kepentingan umum ;

5. Tanah diterlantarkan ;

6. Tanahnya musnah ;

7. Orang atau Badan Hukum yang mempunyai hak itu, tidak lagi memenuhi syarat

untuk memiliki hak tersebut. Diatur secara khusus dalam Pasal 30 ayat (2)

Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) juncto Pasal 3 ayat (2) Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

89
Ibid, hal 43

Universitas Sumatera Utara


Sebagaimana lahirnya Hak Guna Usaha dicatat dalam Buku tanah, maka

hapusnya Hak Guna Usaha juga harus dicatat menurut ketentuan Pasal 52 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

d. Objek Hak Guna Usaha

Objek HGU adalah disebut dalam Pasal 28 ayat (1) UUPA dan Pasal 4 PP No.

40 Tahun 1996 adalah yang dikuasai langsung oleh Negara atau disebut juga tanah

Negara. Oleh karena itu HGU hanya dapat terjadi berdasarkan Penetapan Pemerintah

dengan suatu Surat Kepeutusan Pemberian HGU. HGU tidak dapat terjadi karena

perjanjian antara pemilik hak dengan yang memperoleh HGU, karena HGU tidak

dapat berasal dari hak milik. 90

Perolehan HGU berdasarkan suatu Surat Keputusan Pemberian Hak harus

didaftarkan pada Kantor Pertanahan untuk dibuat buku tanahnya dan sertifikat. HGU

terjadi sesudah didaftarkan.

2. Tata Cara Perolehan Hak Guna Usaha

a. Syarat-syarat Permohonan Hak Guna Usaha

Sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 9 Tahun 1999 juncto Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 bahwa sebelum mengajukan permohonan

hak maka pemohon terlebih dahulu harus mengajukan permohonannya secara tertulis

90
Chadijah Dalimunthe, op,cit, hal 138

Universitas Sumatera Utara


kepada Kepala Kantor Pertanahan. Permohonan tersebut harus memuat keterangan

tentang : 91

1) Diri pemohon

1. Akta Notaris atau Peraturan/Keputusan tentang Pendirian Badan Hukum

Jika Badan Hukum tersebut berbentuk PerseroanTerbatas, permohonan tersebut

dilengkapi :

- Surat Keputusan Menteri Kehakiman tentang Pengesahan Badan Hukum;

- Tambahan Berita Negara yang memuat atau mengumumkan Akta Pendirian

Badan Hukum.

2. Surat Referensi Bank Pemerintah, yang menunjukkan bonafiditas Pemohon

3. Studi kelayakan atau Proyek Proposal atau Rencana dalam mengusahakan tanah

perkebunan yang dilegalisir oleh Dinas Perkebunan (Disbun) Propinsi

4. Surat Pernyataan tersedianya tenaga ahli yang berpendidikan dan berpengalaman

dalam pengusahaan perkebunan disertai riwayat hidupnya.

2) Tanah yang Dimohon

1. Surat Keterangan Pendaftaran tanah (SKPT) dari Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya setempat,

jika mengenai tanah Hak ;

2. Bila mengenai tanah adat/garapan masyarakat ;

91
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I Pemberian Hak atas
Tanah Negara dan Seri Hukum Pertanahan II Sertipikat dan Permasalahan, Prestasi Pustaka, 2002,
Jakarta, Hlm. 20.

Universitas Sumatera Utara


3. Bukti Perolehan hak (Pembebasan atau Jual Beli) ;

4. Gambar Situasi atau Surat Ukur yang dibuat oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya atau Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi

setempat.

5. Rekomendasi dari Pejabat/Instansi yang terkait

misalnya :

- Dinas Kehutanan

- Dinas Pertanian bila tanah yang dimohon merupakan kawasan hutan/tanah

Pertanian.

6. Fatwa Tata Guna Tanah yang dibuat oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Propinsi.

7. Pertimbangan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi,

apabila tanah yang dimohon merupakan tanah negara yang belum diusahakan

sebagai perkebunan.

permohonan harus melampirkan hal-hal sebagaimana yang dijelaskan

dalamPasal 19 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 tahun1999,

yaitu :

a. foto copy identitas permohonan atau akta pendirian perusahaan yang telah

memperoleh pengesahan dan telah didaftarkan sebagai badan hukum;

b. rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang.

c. izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau sura izin

pencadangan tanah sesuai dengan Rencana tata ruang Wilayah;

Universitas Sumatera Utara


d. bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa pelepasankawasan hutan

dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat atau surat-

surat bukti perolehan tanah lainnya;

e. persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau PenanamanModal

Asing (PMA) atau surat persetujuan dari Presiden bagiPenanaman Modal Asing

tertentu atau surat persetujuan prinsip dariDepartemen Teknis bagi non Penanaman

Modal Dalam Negeri atau Penanaman Modal Asing;

f. surat ukur apabila ada.

Mengenai syarat izin lokasi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 19huruf

c prosedur untuk mendapatkan izin lokasi tersebut diatur dalam pasal 6 Peraturan

Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 1999

tentang Izin Lokasi.

3. Tata Cara Pemberian Hak Guna Usaha

Tata cara pemberian Hak Guna Usaha secara jelas telah diatur dalam Pasal 20

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 tahun 1999. Dalam Pasal 20

ayat (1) disebutkan bahwa : permohonan Hak Guna Usaha diajukan kepada Menteri

melalui Kepala Kantor Wilayah, dengan tembusan kepada Kepala Kantor Pertanahan

yang daerah kerjanya meliputi letak tanah tanah yang bersangkutan. Sedangkan

dalam Pasal 20 ayat (2) dijelaskan bahwa apabila tanah yang dimohon terletak

dalam lebih dari satu daerah Kabupaten/Kotamadya,maka tembusan permohonan

disampaikan kepada masing-masing Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


Pasal 20 ayat (1) menjelaskan bahwa pemohon harus mengajukan

permohonan kepada Menteri, bukan kepada Kepala Kantor Wilayah. Artinya,Kepala

Wilayah bukanlah pejabat yang berhak memberikan jawaban langsungatas

permohonan yang diajukan oleh calon pemegang Hak Guna Usaha. DalamPasal 20

ayat (2) sebagaimana disebutkan di atas bahwa calon pemegang dimungkinkan

mengajukan permohonan atas beberapa areal tanah yang tersebar ditempat berbeda,

namun permohonan yang ditujukan kepada Menteri melalui Kepala Kantor Wilayah

harus disampaikan tembusannya kepada Kepala Kantor Pertanahan di daerah

masing-masing tempat areal atanah itu berada. Keputusan diterima atau ditolaknya

permohonan calon pemegang hak tetap berada pada Menteri dan akan disampaikan

kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang menjamin

sampainya keputusan tersebut kepada pihak yang berhak sebagaimana diatur dalam

Pasal 31 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 tahun 1999.

a. Pengkuran dan Pemetaan

Prosedur pemberian HGU tersebut, dimulai dengan pengajuan permohonan

dari perusahaan yang bersangkutan kepada Kepala BPN melalui Kakanwil (Kepala

Kantor Wilayah) BPN Provinsi, selanjutnya dilakukan kegiatan sebagai berikut :

Pengukuran kadasteral atas tanah yang dimohon dengan biaya tertentu yang

didasarkan pada luas bidang tanah yang dimohon. Pelaksana pengukuran sesuai

dengan kewenangannya, dan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Negara

Agraria PMNA / Keputusan Badan Pertanahan Nasional (KBPN) No. 3 Tahun 1997

Universitas Sumatera Utara


tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah, yaitu Pasal 77 ayat 2 yang berbunyi:

yakni seluas 10 Ha oleh Kantor Pertanahan, seluas 10 1000 Ha oleh Kanwil BPN

Propinsi dan lebih dari 1000 Ha oleh BPN Pusat, hasilnya berupa Peta Pendaftaran

Tanah dan Surat Ukur.

Permohonan yang diajukan ke Kanwil apabila luas lahan lebih dari 1000 Ha,

maka disampaikan permohonannya ke BPN RI, untuk diukur. Dalam praktek luas

tanah diatas 1000 Ha ada yang dimintakan pendelegasian pengukurunannya oleh

Kanwil dengan meminta surat pelimpahan kewenangan dari BPN RI.

Setelah keluar peta bidang sebagai hasil dari Pengukuran dan telah dipenuhi

syarat-syarat lainnya sesuai dengan ketentuan PMNA No. 9 Tahun 1999 maka oleh

Kanwil akan dilaksanakan penelitian berkas (data yuridis) dan objek bidang tanahnya

(data fisik) yang dilakukan oleh panitia pemeriksa tanah B, sesuai dengan peraturan

KBPN No. 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksa Tanah.

Setelah terdapat kesesuaian data fisik 92 dan data yuridis 93 dan tidak ada lagi

permasalahan menyangkut penguasaan dan pengusahaan tanahnya sebagaimana hasil

pemeriksaan tanah B, yang dituangkan dalam risalah Panitia Tanah B. maka

dilanjutkan dengan proses penerbitan Surat Keputusan Pemberian HGUoleh pejabat

yang berwenang, berdasarkan Peraturan KBPN RI No. 1 Tahun 2011 tentang

92
Data Fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan
diatanya.
93
Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah atau satuan rumah
susun yang didaftar, pemengan haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya

Universitas Sumatera Utara


Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran

Tanah Tertentu. Yakni seluas kurang dari 100 Ha oleh Kakanwil BPN Propinsi dan

lebih dari 100 Ha oleh Kepala BPN.

selanjutnya Surat Keputusan Pemberian HGU didaftarkan ke kantor

Pertanahan dengan biaya pendaftaran dan menunjukkan Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB) sesuai dengan isi dari Surat Keputusan yang

diterbitkan. Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten akan menerbitkan

sertifikat Hak Guna Usaha.

E. Status Tanah di Perkebunan PT. Madina Agrolestai di desa Sikapas

Kabupaten Mandailing Natal

Pendaftaran tanah yang sekarang diselenggarakan oleh pemerintah di

Indonesia dilaksanakan semula berdasarkan peraturan pemerintah di Indonesia

dilaksanakan semula berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961

(Lembar Negara Nomor 28 Tahun 1961) kemudian disempurnakan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Lembara Negara Nomor 59 Tahun 1997).

Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahu 1997 tentang

Pendaftaran tanah berbunyi:

untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah

diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur

dengan peraturan pemerintah

Universitas Sumatera Utara


Apa yang dimaksud dengan pendaftaran tanah dalam Pasal 19 ayat 1

Undang-Undnaag Pokok Agraria itu ditegaskan dalam ayat 2 dalam ayat itu

ditetapkan bahwa pendaftaran tanah itu meliputi:

1. pengukuran, pemetaan dan pembukaaan tanah;

2. pendaftaran hak-hak atas tanah, peralihan hak-hak tersebut;

3. pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang

kuat.

Bahwa PT. MAL adalah badan hukum yang kegiatan usahanya antara lain

bergerak dibidang perkebunan, telah berhasil memperoleh lahan dan pemanfaatan

lahan sebanyak 6.500 Ha, sesuai dengan surat keputusan Bupati Mandailing Natal

seperti yang tersebut diatas. Dan bahwa berdasarkan hasil Laporaan Tim Peninjau

Lapangan tanggal 1 Juli 2010 PT. MAL telah melaksanakan pembebasan tanah seluas

+ 5.350 Ha, berdasarkan Surat Pernyataan Pembebasan Tanah tanggal 15 April 2010

dari H. Rustam Honein, selaku Direktur PT. MAL, dengan catatan sebagai berikut:

1. Izin Lokasi : 94

a. Kebun Inti = 6.500 Ha.

b. Kebun Plasma = 700 Ha.

Catatan :

a. Kebun Inti Izin Lokaasi yang dapat dikuasai = 5.050 Ha.

b. Areal Okupasi oleh Otto / Sago = 500 Ha.

c. Areal Konservasi = 410 Ha.


94
Progres Kerja PT. Madina Agrolestari Periode 31 Mei 2010

Universitas Sumatera Utara


d. Plasma untuk Desa Batu Mundam = 240 Ha.

2. Realisasi Pekerjaan :

a. Penanaman Kelapa Sawit = 1.583 Ha.

b. Land Clearing 2010-2011 = 2.570 Ha.

Jumlah 4.153 Ha.

c. Semua pelaksanaan Land Clearing dengan sistem Zerro Burning

Selain status Izin Lokasi yang di peroleh PT. MAL, PT MAL juga

memperoleh status tanah merupakan Hak Guna Usaha (HGU), dimana tanah tersebut

bersumber dari tanah negara dan tanah perorangan dari warga disekitar Desa Sikapas.

PT. MAL telah memperoleh status Hak Guna Usaha secara bertahap dengan

Keputusan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 66/HGU/BPN

RI/2010 tentang Pemberian Hak Guna Usaha atas Nama PT. Madina Agrolestari atas

tanah di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.

Bahwa terhadap tanah yang dimohonkan HGU PT. MAL setelah dilakukan

pengukuran secara kadasteral, diperoleh hasil pengukuran keliling seluas 3.230,15

Ha, dan yang didalamnya terdapat areal yang dienclave seluas 34, 14 Ha., yang mana

tanah yang dienclave tersebut dikeluarkan dari areal yang dimohonkan, sehingga

yang dapat dipertimbangkan untuk HGU seluas 3.196,01 Ha., terletak di desa Sikapas

Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupeten Mandailing Natal.

Bahwa Panitia Pemeriksaan Tanah B Plus Provinsi Sumatera Utara dalam

Risalahnya Tanggal 14 Juni 2010 Nomor 10/PPT/B Plus/2010, menyatakan:

Universitas Sumatera Utara


1. Tanah yang dimohonkan berstatus tanah negara dan berdasarkan hasil telaahan

pada Peta Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara sesuai Lampiran

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2005, secara

keseluruhan berada diluar kawasan hutan degan fungsi Areal Penggunaan Lain.

2. Tanah yang dimohonkan telah dikuasai pemohon, sebahagian diperoleh dengan

cara memberikan ganti rugi kepada masyarakat atas nama Sdr. Barjan Harahap,

dkk (150 orang) seluruhnya seluas 650,15 ha masing-masing berdasarkan Surat

Pelepasan Hak Atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dibawah tangan dan

diketahui oleh Kepala Desa Sikapaas dan Camat Muara Batang Gadis.

Maka dari itu, berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

tentang Pemberian HGU atas nama PT. MAL atas tanah di Kabupaten Mandailing

Natal, Provinsi Sumatera Utara, menyatakan bahwa:

Kesatu : Memberikan kepada PT. MAL berkedudukan di Jakarta, Hak Guna Usaha

selama 35 (tiga puluh lima tahun) Tahun sejak tanggal surat Keputusan ini,

atas tanah negara seluas 3.196,01 ha terletak di desa Sikapas, kecamatan

Muara Batng Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara,

sebagai mana diuraikan dalam Peta Bidang Tanah tanggal 15 Juli 2010

Nomor Peta 031-02.18-2010, terdiri dari:

- Bidang A NIB. 02.18.00.00.00038 seluas 66,12 ha

- Bidang B NIB. 02.18.00.00.00030 seluas 1.385,44 ha

- Bidang C NIB. 02.18.00.00.00031 seluas 1.744,45 ha

Yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Universitas Sumatera Utara


Kedua : Pemberian Hak Guna Usaha tersebut pada diktum kesatu Keputusan ini

disertai syarat dan ketentuan sebagai berikut : 95

a. Penerima Hak Guna Usaha wajib memelihara keberadaan tanda-tanda

batas bidang tanahnya;

b. Penerima Hak Guna Usaha dilarang menelantarkan tanahnya;

c. Penerima Hak Guna Usaha ini harus dipergunaakan untuk usaha

perkebunan, dengan jenis tanaman yang telah mendapat persetujuan dari

Instansi tekhnis yang bertanggung jawab di bidang usahanya.

d. Penerima Hak Guna Usaha diwajibkan untuk mengusahakan perkebunan

secara produktif, dan diwajibkan untuk menyampaikan laporan setiap

akhir tahun mengenai penggunaan dan pemanfaatannya kepada Kepala

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional provinsi Sumatera Utara

dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten Mandailing Natal.

e. Penerima Hak Guna Usaha diwajibkan untuk membangun serta

memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah dalam areal

tersebut.

f. Penerima Hak Guna Usaha diwajibkan untuk memelihara kesuburan

tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga kelestarian

95
Keputusan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 66/HGU/BPN RI/2010
tentang Pemberian Hak Guna Usaha atas Nama PT. Madina Agrolestari atas tanah di Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


kemampuan lingkungan hidup, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

g. Penerima Hak Guna Usaha wajib memanfaatkan potensi dan

memberdayakan masyarakat di daerah sekitarnya, serta menyiapkan

sarana fasilitas sosial dan fasilitas umum.

h. Penerima Hak Guna Usaha diwajibkan untuk menyerahkan kembali

tanah Hak Guna Usaha kepada Negara setelah Hak Guna Usaha tersebut

hapus/dinyatakan hapus, dan diwajibkan untuk menyerahkan Sertipikat

Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia c.q. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Mandailing Natal.

i. Penerima Hak Guna Usaha dilarang untuk menyerahkan pengusahaan

tanah Hak Guna Usaha tersebut kepada pihak lain, kecuali dalam hal-hal

diperbolehkan menurut peraturan perundang-undangan .

j. Setiap pengubahan peruntukan penggunaan tanah dan setiap bentuk

perbuatan hukum yang bermaksud untuk memindahkan Hak Guna Usaha

atas tanah perkebunan tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian,

diperlukan izin terlebih dahulu dari Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia.

k Penerima hak Guna Usaha wajib bersedia dilakukan monitoring

penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah oleh Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


k. Segala akibat yang timbul karena pemberian Hak Guna Usaha ini,

termasuk tindakan penguasaan tanah serta penggunaan dan

pemanfaatannkebunya, meenjadi tanggung jawab sepenuhnya dari

penerima hak.

Poin-poin tersebut diatas terlihat bahwa semuanya merupakan suatu

kewajiban yang harus dipenuhi dan dijalankan oleh perusahaan dalam menjalankan

usaha perkebunannya. Kenyataannya pihak perusahaan telah merealisasikan poin-

poin yang di cantumkan dalam Surat Keputusan Hak Guna Usaha, dalam

menjalankan usaha perkebunannya. Seperti memanfaatkan potensi dan

memberdayakan masyarakat di daerah sekitarnya, sebagai tenaga kerja di lokasi

pembangunan perkebunan sawit PT. MAL, serta menyiapkan sarana fasilitas sosial

dan fasilitas umum. Maka dari itu dengan merealisasikan pion-poin tersebut PT.

MAL telah memperoleh Sertifikat Hak Guna Usaha dari Kantor Pertanahan

Mandailing Natal.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai