Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
INDAH KURNIASARI
NIM. G2A216106
2.2 Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
- Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis
renalis terlalu tinggi
- Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
- Batu di dalam pelvis renalis
- Penekanan pada ureter oleh:
jaringan fibrosa
arteri atau vena yang letaknya abnormal
tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah
sambungan ureteropelvik atau karma arus balik air kemih dari kandung kemih:
- Batu di dalam ureter
- Tumor di dalam atau di dekat ureter
- Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
- Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
- Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
- Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
- Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
- Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke
uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
- Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
- Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter ( Brunner & Suddarth,2001)
2.3 Klasifikasi
1. Hidronefrosis unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan
oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan
ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi
salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral
adalah:
1. Obstruksi ureteropelvik-kelainan ini umum ditemukan. Pada beberapa
pasien memang terdapat obstruksi anatomik-paling sering adalah
arteria renalis aberen yang menekan ureter bagian atas-sebagian besar
kasus bersifat idiopatik (hidronefrosis idiopatik). Pada pasien ini
didapatkan obstruksi fungsional pada taut ureteropelvik dengan lumen
paten. Kelainan kongenital pada inervasi atau otot ureteropelvik telah
diduga sebagai penyebab, dan kelainan ini dapat disembuhkan dengan
pengangkatan regio tersebut dan reanatomosis secara bedah. Pada
kasus ini didapatkan obstruksi berat dan dilatasi progresif pelvis ginjal
(hidronefrosis) di atas taut ureteropelvik. Ureter masih normal. Akibat
pada ginjal bervariasi. Pada pasien dengan pelvis ginjal ekstrarenal,
pelebaran masif menghasilkan massa kistik yang sangat besar pada
hilum ginjal yang dapat terlihat sebagai massa abdomen. Pada keadaan
ini, peningkatan tekanan di dalam ginjal kurang dibandingkan bila
pelvis berada intrarenal, dan distensi akan menyebabkan pembesaran
sistem pelviokalise dan selanjutnya atrofi ginjal.
2. Penyakit ureter kongenital-kelainan kongenital ureter yang lain dapat
menyebabkan hidronefrosis unilateral. Keadaan ini meliputi ureter
ganda, ureter bifida, dan kelainan otot ureter yang menyebabkan
penebalan dinding ureter (megaureter). Ureterokel merupakan
pelebaran kistik bagian terminal ureter yang disebabkan oleh stenosis
kongenital orifisium ureter pada dinding kandung kemih. Ureter
terminal kistik tersebut umumnya menonjol ke dalam lumen kandung
kemih. Walaupun kelainan ureter ini dapat terjadi pada masa anak,
sebagian besar ditemukan secara kebetulan atau menimbulkan gejala
pada usia dewasa.
3. Penyakit ureter didapat-kelainan ini umum ditemukan dan meliputi (1)
obstruksi lumen oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila ginjal yang
nekrotik; (2) penyebab mural, seperti striktur fibrosa dan neoplasma;
(3) tekanan ekstrinsik terhadap ureter pada fibrosis retroperitoneum
dan neoplasma retroperitoneum.
Struktur fibrosa dapat terjadi setelah peradangan, tuberkulosis, atau
cedera ureter yang sebagian besar disebabkan oleh pembedahan pelvis
pada kanker genokologi. Lesi neoplasma (baik primer maupun
metastasis) jarang mengenai ureter secara primer. Yang lebih sering
terjadi adalah keganasan retroperitoneum dan pelvis yang
menginfiltrasi ureter pada saat menyebar. Ureter juga dapat
mengalami obstruksi pada bagian terminal yang masuk kedalam
kandung kemih. Kanker kandung kemih sering menimbulkan
komplikasi hidronefrosis unilateral.
2. Hidronefrosis bilateral:
1. Di sebelah distal kandung kemih, penyebab tersering adalah
hiperplasia prostat pada pria usia lanjut. Adanya katup uretra
posterior kongenital juga dapat menyebabkan hidronefrosis
bilateral pada anak usia muda. Pada pasien paraplegia dengan
kandung kemih neurogenik biasanya juga didapatkan hidronefrosis
bilateral.
2. Penyebab yang mengenai kedua ureter mencakup fibrosis
retroperitoneum dan keganasan.
3. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan (mungkin
akibat efek progesteron pada otot polos) juga dapat menimbulkan
hidroureter dan hidronefrosis ringan.
2.4 Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik
sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika
obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka
hanya satu ginjal yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas
jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di
pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi
pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urine di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal
terjadi ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan bertahap maka ginjal
yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi komensatori) akhirnya
fungsi renal terganggu (Smeltzer, 2001:1442).
Pathway Hidronefrosis
Jaringan parut ginjal ureter, batu, tumor, hipertrofi prosial, kelainan kongenital, penyempitan uretra, pembesaran
uterus pada ibu hamil
Proses infeksi
Obsruksi akut urin terkumpul Penyempitan
akumulasi urin ureter/uretra
di piala ginjal disaluran kemih
Metabolisme Kolik renalis/
meningkat nyeri pinggang Urin mengalir
balik ke ginjal Cairan dalam tubuh
Urin yang keluar
tidak dapat
sedikit
diekskresikan
Panas/demam
Nyeri akut Hidroureter
Hipertermi Gangguan
Urin masuk ke Gangguan pola
pelvis ginjal keseimbangan eliminasi urin
volume cairan
Penekanan pada
medulla sel-sel ginjal
Kerusakan sel-sel
Produksi eritrosit ginjal
menurun
Kegagalan ginjal
Anemia untuk membuang
limbah metabolik
Sistem
Mulut
pencernaan
Ureum bertemu
Bau amonia dengan asam lambung
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 FARMAKOLOGI
Farmakologi yang dapat diberikan pada klien dengan gangguan tersebut
meliputi:
1. Antiseptik Sistem Urinaria
Antiseptik ini bekerja langsung di tubulus ginjal dan vesika urinaria yang
berfungsi untuk mereduksi pertumbuhan bakteri yang disebabkan oleh
infeksi pada sistem urinaria. Bisanya obat jenis obat ini diberikan pada
klien yang memiliki gangguan infeksi bada bagian sistem urinaria. Obat
jenis ini mencakup nitrofurantoin, methenamine, trimethroprim dan
fluoroquinolones. Pada klien yang mengalami hidronefrosis dimana terjadi
disuria menandakan adanya infeksi pada saluran kemih (ISK). Pengobatan
yang dapat dilakukan pada penyakit dengan infeksi saluran kemih dapat
diberikan antiseptik sistem urinaria yang menyerang bakteri akibat infeksi
tersebut.
Nitrofurantoin (Macrodantin) Obat ini diadsorbsi di sistem
gastrointestinal yang didukung dengan makanan yang dimakan. Waktu
paruh yang diperlukan oleh obat ini bereaksi pada sasaran adalah 20 menit
dan diekskresikan melalui urin dan empedu. Efek samping atau
farmakodinamik dari obat ini dapat menyebabkan nyeri perut, diare,
pusing, demam, dan tidak nafsu makan.
Mathamine Methamine ini dikonsumsi dengan sulfodinamides.
Mthamine juga memberikan efek bakterisidal pada pH urin dibawah 5,5.
Obat ini juga diadsorbsi di sistem gastrointestinal. Dalam hal ini,
methamine membentuk ammonia dan formaldehid dalam urin yang asam
sehingga dapat mendesak aksi bakteri yang ada. Efek samping dari obat ini
meliputi mual, muntah (anoreksia), serta diare.
2. Analgesik Sistem Urinaria Obat ini digunakan sebagai analgesik pada
gangguan sistem urinaria. Indikasi dari penggunaan analgesik ini
digunakan pada seseorang dengan gangguan sistem urinaria yang
merasakan nyeri, rasa seperti terbakar, pengeluaran urin yang banyak dan
mendadak. Obat ini mencakup phenazopyridine hydrochloride (Pyridium).
Efek samping penggunaan ini meliputi anemia, gangguan pencernaan,
nephrotoxicity, dan hepatotoxicity. Seperti yang ada dalam kasus
hidronefrosis adalah adanya nyeri yang ditimbulkan saat berkemih. Dalam
hal ini, dapat diberikan analgesik sistem urinaria untuk penanganan nyeri
yang ditimbulkan.
3. Stimulan Urinaria
Obat ini mempunyai efek yang sama dengan bethanechol chloride
(Urecholine) yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi bladder
dengan meningkatkan kontraksi otot detrusor yang mana dapat
meningkatkan kontraksi yang cukup untuk memicu urinasi terjadi. Indikasi
dari pemakaian obat ini adalah ketika blader mengalami penurunan fungsi
atau kehilangan pemicu saraf pada bladder itu yang menyebabkan
disfungsi yang disebabkan lesi pada sistem saraf, terjadinya jejas pada
bagian tulang belakang. Obat ini dapat menyebabkan kejang abdomen,
mual, muntah, diare, kembung. Selain itu juga dapat menyebabkan pusing
atau bahkan pingsan terutama saat berdiri dari posisi duduk. Pemicu ini
dapat digunakan sebagai pemicu urinasi yang terjadi karena retensi urin
sehingga aliran urin bisa menjadi lancar sehingga dapat menurunkan
hidronfrosis yang terjadi akibat ketidakmampuan atau susahnya
pengeluaran urin.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab
obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta
melindungi fungsi renal.
2.8 Komplikasi
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal
bisa menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan
produk sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.
Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal,
sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian.
Fungsi ginjal akan mulai menurun segera dengan timbulnya hidronefrosis
tetapi reversibel jika tidak menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal
sembuh dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6 minggu.
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut:
a. Batu ginjal. Adanya obstuksi dalam hidronefrosis menyababkan
pengeluaran urin terganggu atau bahkan menjadi statis. dengan adanya
kondisi tersebut, maka fungsi ginjal untuk mengekskresikan zat yang dapat
membentuk kristal secara berlebihan terganggu, hal itu menyababkan zat
tersebut mengendap dan mengkristal, dan lama-kelamaan dapat
mengakibatkan batu ginjal
b. Sepsis. dengan adanya hidronefrosis maka potensi untuk terjadinya infeksi
sangat dapat terjadi akibat kuman dapat masuk ke saluran urinari,
kemudian kuman teresbut dapat masuk ke pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan septikemia
c. Hipertensi renovaskuler. Pada keadaan hidronefrosis yang parah yang
mengakibatkan perfusi renal yang buruk maka akan terjadi sekresi
sejumlah besar renin yang berfungsi dalam pelepasan angiostensin.
Angiostensin akan merangsang pengeluaran hormon adolsteron yang
membuat tubula menyerap banyak natrium dan air sehingga meningkatkan
volume dan tekanan darah. Akibat hidronefrosis maka akan terjadi
perubahan respon terhadap resitensi vaskular dan fungsi renal yang
mengakibatkan ginjal mengalami hipertensi renovaskular.
d. Nefropati obstruktif. Adanya hidronefrosis menyebabkan perubahan
stuktur anatomi disertai penurunan fungsi ginjal
e. Pielonefritis. Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pionefritis).
aliran balik urin yang membawa kuman dari saluran urinari yang dapat
mengkaibatkan infeksi pada ginjal
f. Ileus paralitik. hidronefrosis yang parah dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan elektroli. Adanya ketidakseimabangan tersebut dapat
menimbulkan penurusan fungsi kerja peristaltik usus sehingga usus dapat
mengalami ilius paralitik.
2.9 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada hidronefrosis dengan cara
mengurangi faktor penyebab penyakit tersebut, misalnya minum air
minimal 8 gelas sehari untuk mencegah terbentuknya batu di saluran
kemih, menjaga kebersihan diri untuk mencegah resiko terjadinya infeksi
dari saluran kemih, menghindari paparan zat karsinogenik yang dapat
memicu kanker serta menghindari kebiasaan menahan miksi yang dapat
menimbulkan batu ginjal.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN HIDRONEFROSIS
4.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas Klien: Hidronefrosis dapat terjadi pada klien yang mengalami
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas.
- Ditemukan pada laki-laki di atas usia 60 tahun
- Perempuan lebih banyak terjadi daripada laki-laki
- Pekerjaan yang meningkatkan statis urine (sopir, sekretaris, dll)
b. Keluhan Utama
Klien dengan hidronefrosis dapat mengeluh nyeri yang luar biasa di daerah
tulang rusuk dan tulang panggul biasanya skala 6-8.
4.1 Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena
itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu
adanya problem solving melalui proses keperawatan. Tujuannya dari
penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki
penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui
tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.
4.2 Saran
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga juga
harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan perawatan
mandiri kepada pasien setelah perawat mengajrkan cara perawatn mandiri di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Burner & Sudarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, ECG
Purnomo, B.B 2011. Dasar-dasar Urologi Edisi ketiga. Jakarta. Sagung Seto
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.