Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PEMBAHASAN

A. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat(BPR) Bank yang melaksanakn kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berawal dari rasa keinginan untuk membantu dan mensejaterakan para petani,

pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat para pelepas uang (rentenir) yang selalu

memberikan kredit dengan bunga tinggi,maka dengan itu lembaga perkreditan rakyat mulai

didirikan. Sekilas ini dapat dipaparkan runtutan sejarah pendirian BPR di indonesi:

Abad ke-19:dibentuklah Lumbung Desa,Bank Desa,Bank Tani,serta Bank Dagang

Desa. Pasca kemerdekaan Indonesia:didirikan Bank Pasar,Bank Karya Produksi Desa

(BKPD).

awal 1970an:Kemudian didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh

Pemerintah Daerah.

1988:Kemudian pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 yaitu

(PAKTO 1988) melalui adanya Keputusan Presiden RI No.38 yang telah menjadi

momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut telah memberikan

kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat atau

BPR

1
1992:Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR telah diberikan

landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum yang ada

di indonesia.

PP No.71/1992 Sebagai lembaga Keuangan bukan bank yang telah memperoleh izin

usaha dari Menteri Keuangan serta lembaga-lembaga keuangan kecil seperti Bank

Desa,

Landasan Hukum BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan membuat UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas telah disebutkan

bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan segala kegiatan usaha secara konvensional

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha

kecil serta masyarakat di daerah pedesaan pada dasarnya. Bentuk hukum BPR dapat berupa

Perseroan Terbatas maupun Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

B. Kegiatan Usaha BPR

1. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR :

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Memberikan kredit.

Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),seperti deposito

berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada Bank lain.

2. Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh BPR :

2
Menerima jenis simpanan berupa giro dan ikut serta dalam melakukan lalu lintas

pembayaran.

Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pelaku pedagang valuta

asing (dengan izin Bank Indonesia).

Melakukan penyertaan modal.

Melakukan usaha perasuransian.

Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada butir 1

a. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal

melayani golongan pengusaha mikro,kecil dan menengah.BPR merupakan lembaga

perbankan resmi yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan yang berfungsi tidak hanya

sekedar menyalurkan kredit dalam bentuk kredit modal kerja,investasi maupun konsumsi

tetapi juga melakukan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk deposito

berjangka,tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

Sebagaimana halnya dengan Bank Umum,masyarakat yang menyimpan dana di BPR

juga dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), selama penempatan yang dilakukan

tersebut memenuhi kriteria yang telah ditentukan LPS.

Pada bulan Desember 2012 lalu,Bank Indonesia menerbitkan peraturan yang mengatur

tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh Bank Umum dan bantuan teknis dalam

rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah. Disebutkan secara bertahap

hingga tahun 2018, Bank Umum wajib memberikan kredit atau pembiayaan UMKM paling

rendah 20% dari total kredit atau pembiayaan. Pembiayaan tersebut dapat dilakukan secara

3
langsung kepada UMKM atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing, channeling

atau secara sindikasi. Pembiayaan tidak langsung dapat dilakukan antara lain melalui BPR.

Menyimak statistik perbankan BPR konvensional hingga Maret 2013 dan keberhasilan

BPR dalam melakukan fungsi intermediasi, masih terbuka luas kesempatan bagi Bank

Umum untuk melakukan channeling melalui BPR.Keuntungan yang diperoleh oleh Bank

Umum melalui cara tersebut antara lain adalah dapat mengandalkan BPR dalam

infrastruktur serta pengalamannya menilai resiko kredit debitur UMKM, yang selama ini

mungkin belum didalami oleh Bank Umum.Dalam jangka panjang dengan kebijakan yang

ditempuh Bank Indonesia tersebut, diharapkan dapat menekan suku bunga kredit BPR

konvensional karena semakin meningkatnya supply dan kemudahan akses dana dari Bank

Umum melalui penyaluran kredit langsung atau tidak langsung kepada UMKM tersebut.

C. Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat memiliki beberapa fungsi di antaranya :

1. Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah satu jenis bank

yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan lokasi

yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. (BI)

2. BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk

deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan denganitu dan

menyalurkan dana sebagai usaha BPR.(Gunadarma)

Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil

dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit

kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat

Sasaran, karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat

4
mengerti akan kebutuhan Nasabah. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur

berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut secara

jelas disebutkan bawah ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Jenis layanan yg

diberikan BPR antara lain :

1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau

bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, maupun Kredit

Konsumsi.

3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito

berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat

yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.

Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh

dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

1. Menerima simpanan berupa giro.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap

layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.

4. Melakukan usaha perasuransian.

5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha

BPR.

5
Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu :

1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan

kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.

2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai

batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang

dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait,

termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR

tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai

batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang

dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10%

atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi

(dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya

terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau

lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan

keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari

modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

6
D. Peranan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Landasan hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR

sebagai satu jenis bank yangkegiatan usahanya terutama ditujukan untuk melayani usaha-

usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya

BPR dapat menjalankan usahanya secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah.

Melalui kebijakan tersebut diharapkan dapat tercapai struktur perbankan yang terdiri

dari empat strata bank yaitu :

1. Bank internasional yang memiliki kapasitas dan kemampuan beroperasi di wilayah

internasional serta memiliki modal diatas Rp50 triliun;

2. Bank nasional yang memiliki cakupan usaha sangat luas dan beroperasi secara nasional

serta memiliki modal antara Rp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun;

3. Bank dengan fokus usaha tertentu yaitu bank yang kegiatan usahanya terfokus pada

segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank

serta memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun; serta

4. BPR dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal di bawah Rp100

miliar.

Dalam rangka mencapai visi tersebut di atas, program-program API telah memberikan

perhatian pada perlunya penguatan permodalan, kelembagaan dan manajemen BPR, serta

penyempurnaan pengaturan dan pengawasan BPR.

7
a. Posisi Strategis BPR

Disadari bahwa selama ini sebagian besar pengusaha mikro dan kecil, serta masyarakat

di daerah pedesaan belum mendapatkan pelayanan jasa keuangan perbankan baik dari

aspek pembiayaan maupun penyimpanan dana. Adapun lembaga keuangan yang tepat dan

strategis untuk melayani kebutuhan masyarakat tersebut adalah BPR dengan pertimbangan:

BPR merupakan lembaga intermediasi sesuai dengan UU Perbankan.

BPR merupakan lembaga keuangan yang diatur dan diawasi secara ketat oleh Bank

Indonesia.

Adanya penjaminan oleh LPS atas dana masyarakat yang disimpan di BPR.

BPR berlokasi di sekitar UMK dan masyarakat pedesaan, serta memfokuskan

pelayanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.

BPR memiliki karakteristik operasional yang spesifik yang memungkinkan BPR dapat

menjangkau dan melayani UMK dan masyarakat pedesaan.

E. TUJUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan

kesejahteraan rakyat banyak.

F. PRODUK YANG DITAWARKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai

kegiatan, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank

sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan yang paling

pokok adalah membeli uang dengan cara menghimpun dana dari masyarakat luas.

8
Kemudian menjual uang yang berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan kembali

kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit. Dari kegiatan jual beli uang

inilah bank akan memperoleh keuntungan yaitu dari selisih harga beli (bunga simpanan)

dengan harga jual (bunga pinjaman). Disamping itu kegiatan bank lainnya dalam rangka

mendukung kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan jasa-jasa

lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk memperlancar kegiatan menghimpun dan

menyalurkan dana.

Dalam praktiknya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut. Setiap

jenis bank memiliki ciri dan tugas tersendiri dalam melakukan kegiatannya, misalnya

dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank

perkreditan rakyat, jelas memiliki tugas atau kegiatan yang berbeda. Kegiatan bank umum

lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum

lebih beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan

produk dan jasanya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu,

sehingga kegiatannya lebih sempit. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan

kegiatan masing-masing jenis bank dilihat dari segi fungsinya.

G. KEGIATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank umum, hanya yang menjadi

perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi

oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum.

Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri.

9
Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun dana hanya dalam bentuk :

- Simpanan Tabungan

- Simpanan Deposito

2. Menyalurkan dana dalam bentuk :

- Kredit Investasi

- Kredit Modal Kerja

- Kredit Perdagangan

Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan yang tidak

boleh dilakukan BPR. Larangan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

- Menerima Simpanan Giro

- Mengikuti Miring

- Melakukan Kegiatan Valbta Asing

- Melakukan kegiatan Perasuransian

H. Asas Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR berasaskan pada Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi

ekonomi itu sendiri adalah sistem ekonomi yang dijalankan di Indonesia berdasarkan pasal

33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus

dihindari (free fight liberalisme, etatisme dan monopo

a. Syarat Mendirikan Bank Perkreditan Rakyat

Berdasarkan Peraturan BI NO.6/22/PBI/2004, syarat pendirian BPR yakni :

1. WNI

2. Badan Hukun Indonesia yang pemiliknya sepenuhnya WNI

10
3. Pemda

Adapun pertimbangan pemberian izin BPR oleh BI meliputi:

a. Aspek demografi & ekonomi wilayah.

b. Jumlah pertumbuhan lembaga perbankan termasuk lembaga keuangan

mikro.

c. Rencana kegiatan usaha mencakup sumber daa, penyalurannya, & langkah

realisasi kegiatannya.

d. Proyeksi keuangan bulanan untuk th.pertama, dan tahunan untuk dua tahun

berikutnya.

e. Perencanaan SDM.

Adapun usaha yang dilarang bagi BPR :

a. Menerima simpanan berupa giro & ikut serta dlam lalulintas pembayaran.

b. Melakukan penyertaan modal.

c. Melakukan usaha peransuransian.

d. Melakukan usaha lain diluar kegitan yang telah ditetapkan.

I. Pengaturan & Pengawasan

Sebelumnya fungsi perizinan dilaksanakan Departemen Keuangan, sementara fungsi

pengawasan & pembinaan kegiatan operasional BPR diserahkan pada BRI menurut UU

No.7 th.1992. Namun setelah dikeluarkannya UU Perbankan No.10 th.1998,fungsi

perizinan, peraturan, pengawasan dilakukan osepenuhnya oleh BI.

11
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal

melayani golongan pengusaha mikro,kecil dan menengah.BPR merupakan lembaga

perbankan resmi yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan yang berfungsi tidak hanya

sekedar menyalurkan kredit dalam bentuk kredit modal kerja,investasi maupun konsumsi

tetapi juga melakukan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk deposito

berjangka,tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

B. Saran

Dengan adanya landasan hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas

disebutkan bahwa BPR sebagai satu jenis bank yang kegiatan usahanya terutama ditujukan

untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Dalam pelaksanaan

kegiatan usahanya BPR dapat menjalankan usahanya secara konvensional atau berdasarkan

Prinsip Syariah.

12

Anda mungkin juga menyukai