Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini seseungguhnya merupakan
suatu struktur yang transisional. Kita sedang beralih struktur yang agraris ke industrial
dari struktur yang etatis ke borjulis, dari sturktur yang kedesaan/tradisional ke
kotaan/modern, sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai
desentralis.

Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan


sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang
diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi
ciri khas dari suatu perekonomian. sektor ekonomi menjadi sumber mata pencaharian
sebagian terbesar penduduk yang ada di Negera Indonesia serta menjadi penyerap
tenaga kerja yang terbesar.

Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan


sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang
diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi
ciri khas dari suatu perekonomian.

Maka dari itu, sistem ekonomi indonesia sangat dibutuhkan oleh negara dan
bangsa Indonesia sendiri. jadi Sistem pendidikan di Indonesia mesti dirombak agar
mampu menumbuh-kembangkan budaya inovasi. Bukan hanya budaya menghafal
seperti sekarang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan struktur ekonomi ?

2. Apakah struktur ekonomi yang ditinjau dari makro sektoral, keruangan ,


penyelenggaraan negara dan birokrasi pembuat keputusan ?

3. Bagaimana struktur ekonomi Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa itu struktur ekonomi

1
2. Untuk mengetahui bagaimana jika struktur ekonomi ditinjau dari segi makro
sektoral, keruangan, penyelenggaraan negara dan birokrasi pembuat keputusan

3. Untuk mengetahui struktur ekonomi Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Struktur Ekonomi

Istilah struktur dipakai untuk menunjukkan susunan atau komposisi dari


sesuatu. Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan
sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang
diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi
ciri khas dari suatu perekonomian.

Dimaksudkan dengan sektor ekonomi yang dominan atau yang diandalkan


adalah sektor ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar
penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar. Sektor ekonomi yang
dominan atau andal dapat juga berarti sektor yang memberikan sumbangan terbesar
terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang tinggi, yang menjadi ciri
khas dari suatu perekonomian.

Dikenal dua macam struktur ekonomi, yaitu:

1. Struktur Agraris

adalah struktur ekonomi didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian


menjadi sumber mata encaharian sebagian terbesar penduduknya. Pada
umumnya negara-negara berkembang (developing countries) termasuk
Indonesia disebut negara agraris dan negara-negara yang termasuk negara-
negara belum berkembang (under developed countries) yang pertaniannya
masih sangat tradisional dikategorikan negara agraris tradisional.

2. Struktur Industri

dimana struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri. Sebagian terbesar


produk domestik disumbangkan dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggal
disumbangkan oleh sektor industri. Negara-negara amerika Serikat, Jerman,
Inggris, Perancis, Italy, Jepang dan Kanada yang termasuk negara industri
maju, negara-negara Eropa dan negara-negara lainnya termasuk negara
industri

Namun menurut Sadono Sukirno menjelaskan bahwa berdasarkan lapangan


usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam
tiga kelompok utama yaitu :

3
1. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan dan penggalian.

2. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air,
bangunan

3. Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan


komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintahan

B. Struktur Ekonomi Dilihat dari Berbagai Sudut Tinjauan

Menurut Dumairy (1996) Struktur ekonomi sebuah Negara dapat dilihat dari
berbagai sudut tinjauan. Dalam hal hal ini, struktur ekonomi dapat dilihat dari empat
macam sudut pandang, yaitu :

1. Tinjauan makro-sektoral

2. Tinjauan Keruangan

3. Tinnjauan kenegaraan

4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan

Pertama tinjauan makro sektoral, jika ditinjau berdasarkan makro-sektoral


maka suatu perekonomian dapat dikelompokan ke dalam struktur industrial, agraris,
dan niaga dengan bergantung pada bidang apa yang menjadi kekuatan ekonomi dalam
suatu negara. Misalnya Indonesia bisa dikatakan sebagai negara dengan struktur
agraris karena sebagian besar penduduknya hidup dari bertani dengan lahan yang
masih tersedia serta sumber daya tanah yang melimpah. Sekarang sektor pertanian
yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia telah mulai
digeser struktur industrial seiring perkembangan sektor industri yang semakin
membaik. Namun, sektor industri belumlah menjadi kekuatan ekonomi sesungguhnya
karena masih sangat dini pertumbuhannya. Keindustrian masih dianggap
berkontribusi pada pembentukan pendapatan nasional atau sebagai produk domestik
bruto negara Indonesia. Hal ini disebabkan karena sektor industri dan
perkembangannya belum sepenuhnya didukung oleh kesiapan tenaga kerja dan
sumber daya manusia secara umum belum memadai. Maka bisa dikatakan bahwa jika
dilihat dari struktur makro-sektoral maka struktur perekonomian Indonesia masih
dualisme. Ini terlihat dari kesiapan dan proses penyerapan angkatan kerja dalam
sektor pertanian lebih unggul ketimbang sektor industri sehingga selain industri,
sektor agraris juga masih dianggap sebagai struktur ekonomi yang kuat.

Kedua peninjauan keruangan, maka struktur ekonomi dilihat sebagai


pergeseran dari struktur pedesaan ke struktur perkotaan. Pemekaran kota-kota serta

4
lapangan kerja yang dianggap lebih baik di daerah perkotaan menyebabkan urbanisasi
penduduk. Selain itu, modernisasi dan globalisasi membuat masyarakat semakin
menjauhi kegiatan ekonomi yang tradisional dan beralih ke hal-hal yang berkaitan
dengan perusahaan besar, industri di perkotaan dan lapangan kerja lain yang tidak
ditemukan di desa.

Ketiga tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, bila dilihat dari tinjauan ini


maka struktur ekonomi menjadi tiga struktur yakni egaliter, etatis, dan borjuis.
Struktur egaliter bila pemeran utama perekonomian adalah rakyat, etatis jika
pemerintah menjadi peran utama, sementara borjuis bila perekonomian dikuasai oleh
pemilik modal. Indonesia pada masa orde baru merupakan struktur ekonomi etatis
dengan pemerintah menjadi sentral, lalu berangsur berubah menjadi borjuis ketika
pemilik modal menguasai pasar, dan saat ini ada usaha untuk membuatnya menjadi
egaliter dimana rakyat dan seluruh elemen penggerak ekonomi juga berperan.

Keempat berdasarkan birokrasi pengambilan keputusan, bila dipantau dari


tinjauan ini maka struktur ekonomi terdiri atas struktur ekonomi sentralisasi dan
struktur ekonomi desentralisasi. Ketika Indonesia masih berada pada masa
pembangunan jangka panjang yakni zaman orde baru maka struktur ekonomi
merupakan sentralisasi (terpusat). Pemerintah pusat membuat kebijakan sementara
pemerintah daerah dan masyarakat sebagai pelaksananya. Lalu pada era reformasi,
sentralisasi mulai kabur dan keinginan menjadi desentraliasi semakin kuat. Kemudian
setelah UU tahun 2004 mengenai peran pemerintah daerah, sentralisasi diubah
menjadi desentralisasi dimana pemerintah pusat tidak lagi sebagai satu-satunya
pengambil keputusan dan peran pemerintah daerah tidak lagi hanya sebagai
pelaksana.

Desentralisasi merupakan usaha dimana peran pemerintah pusat tidak perlu


terlalu dominan dalam kebijakan karena pemerintah daerah bisa membuat kebijakan
tersendiri dalam memajukan perekonomian daerahnya sendiri.
Dari masa ke masa, struktur ekonomi Indonesia masih akan terus berubah dan yang
paling kentara pada struktur agraris menuju struktur industri.

Dua tinjauan pertama merupakan tinjauan ekonomi murni yaitu tinjauan makro
sektoral dan tinjauan keruangan, sedangkan dua tinjauan yang terakhir merupakan
tinjauan politik, yaitu tinjauan penyelenggaraan dan tinjauan birokrasi.

C. Struktur Ekonomi Indonesia Masa Reformasi sampai SBY ( 1998-2013 )

Pada masa reformasi pemerintahan Indonesia dibawah kendali persiden BJ.


Habibie, dan pada masa pemerintah B.J. Habibie Indonesia berhasil mengatasi
permasalah ekonomi yang disebabkan karena krisis ekonomi dunia yang berimbas
pula pada perekonomian Indonesia.

5
Kemudian pemerintahan dilanjutkan oleh presiden Abdurahman Wahid yang
tidak lama diturunkan dari kursi jabatannya yang kemudian digantikan oleh Megawati
Soekarno Putri, ia merupakan presiden pertama wanita Indonesia.

Dan kemudian dilanjutkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. SBY nama


panggikan akrabnya, memerintah Indonesia selama 10 tahun, perekonomian Indonesia
dibawah kepemimpinan SBY dan berada pada masa keemasannya. Terbukti dengan
saat terjadi krisis dunia pada tahun 2008 perekonomian Indonesia tetap tangguh,
gemilangnya perekonomian Indonesia ini menyebabkan investor asing tertarik untuk
berinvestasi di Indonesia.

Tinjauan Makro-Sektoral

Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat


berstruktur agraris, industri, atau jasa. Hal ini tergantung pada sektor apa yang dapat
menjadi tulang punggung perekonomian negara yang bersangkutan. Dilihat secara
makro sektoral dalam bentuk produk domestik bruto pada tahun 1991 struktur
perekonomian Indonesia bercorak industri dan pada tahun ini steruktur ekonomia
industri Indonesia sudah mulai stabil. Hal ini diperkuat dengan kebijakan
pemerintahan B.J Habibie yang memprioritaskan pengembangan industri
berkeunggulan kompetitif dalam rangka memulihkan perekonomian yang pada tahun
1997 terkena krisis. Perubahan struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat pada graik
dibawah ini.

Peran Per Sektor Terhadap PDB


Th. 1998-2013 (%)
30
25
20
15
10
5
0
1998 1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 2012* 2013**
Pertanian Industri Jasa

Dari grafik diatas dapat dianalisis bahwa pada periode 1998-2013 PDB
Indonesia masih dominan disumbang oleh sektor industri, pada periode ini sektor
industri sangat stabil dalam memberikan kontribusinya terhadap PDB Indonesia,
namun pada tahun 2000 ada sedikit penurunan kontribusi sektor industri terhadap
PDB Indonesia. Kemudian pada tahun tahun 2006 sumbangan sektor pertanian
terhadap PDB hanya tinggal sekitar 12,9%. Sedangkan sumbangan output dari indurtri
pengolahan (manufaktur) terhadap pembentukan PDB pada tahun 2006 tercatat
sekitar 28%, jadi sudah lebih besar dari pada pertanian, dan ini jelas mencerminkan
bahwa ekonomi nasional telah mengalami suatu perubahan secara struktural dalam 3
dekade belakangan ini. Sedangkan pada tahun 2008 hingga 2010 PDB Indonesia

6
mengalami penurunan dari sektor pertanian peternakan kehutanan perikanan hanya
4,8%, 4,1%, dan 2,9%. Sedangakan tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan
3,0% dan 3,97%.

Pada sektor pertambangan dan penggalian tahun 2008 hanya 0,5% dan
meningkat kembali pada tahun 2009 yakni 4,4%. Kemudian pada triwulan II 2010
menunjukkan bahwa struktur PDB Indonesia masih didomonasi oleh sektor industri
manufaktur, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana
masing-masing memberikan kontribusi sebesar 24,9%, 15,9% dan 13,7 dan 2011
dengan nilai 3,5% dan 1,4 %. Sementara tahun 2012 meningkat kembali yakni
1,49%.krisis.

Struktur perekonomian Indonesia yang industrialisasi pada saat ini


sesungguhnya belum mutlak, tetapi masih sangat dini. Industrialisasi di Indonesia
barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk PDB atau pendapatan
nasional. Industrialisasi yang ada belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam
penerapan tenaga dan angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbang
pendapatan dan dalam penerapan tenaga kerja diperbandingkan, maka struktur
ekonomi Indonesia ternyata masih dualisme.

Boeke seoang ekonom Belanda mengatakan bahwa perekonomian Indonesia


masih berstruktur dualistis. Sebab dari segi penyerapan tenaga kerja dan sumber
kehidupan rakyat (53,69%) masih diserap oleh sektro pertanian, sedangkan sektor
industri pengolahan hanya menyerap 10,51% tenaga kerja.

Hal ini diperkuat dengan data sebagai berikut:

7
50

45

40

35

30

25

20

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian


15
Industri

Listrik, Gas dan Air


10
Konstruksi

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi


5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

0 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan


2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tinjauan Keruangan

Pergeseran sturktur ekonomi secara makro-sektoral senada dengan


pergeserannya dengan keruangan, ditinjau dari sudut pandang keruangan, struktur
perekonomian telah bergeser dari struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan. Hal
ini dapat kita lihat dan kita rasakan sejak Pelita III hingga era reformasi sekarang ini.
Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih besar dibandingkan dengan di
pedesaan, hal ini disebabkan pembangunan industri-industri pengolahan di daerah

8
perkotaan dan juga makin berkembangnya sarana dan prasarana transportasi dan
komunikasi.

Dengan demikian jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan


menjadi lebih sedikit, hal ini bukan semata-mata karena perpindahan penduduk dari
pedesaan ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik tetapi juga karena mekar dan
berkembangnya kota-kota khusunya di pulau Jawa sehingga terjadi penumpukan
penduduk disini. Disamping itu juga kehidupan masyarakat sehari-hari semakin
modern yang tercermin dari perilaku konsumtif masyarakat dan juga penerapan
teknologi modern untuk proses produksi oleh perusahaan-perusahaan.

Tinjauan Penyelenggaraan Negara

Struktur ekonomi dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggraan


kenegaraan. Ditinjau dari sini maka struktur perekonomian dapat dibedakan menjadi
struktur etatis, egaliter dan borjuis. Etatis ialah struktur ekonomi dimana pemerintah
yang berperan sebagai pelaku utama dalam perekonomian. Egaliter ialah struktur
perekonomian dimana rakyatlah yang berperan lebih banyak dalam suatu
perekonomian. Borjuis ialah dimana kalangan pemodal dan usahawan yang berperan
lebih banyak dalam suatu perekonomian. Predikat ini bergantung pada siapa atau
kalangan mana yang menjadi pemeranm utama dalam perekonomian yang
berangkutan, yaitu bisa pemerintah/negara, bisa rakyat kebanyakan atau kalangan
pemodal dan usahawan.

Struktur ekonomi Indonesia sejak awal Orde Baru hingga pertengahan


dasawarsa 1980-an berstruktur etatis dimana pemerintah atau negara dengan BUMN
dan BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama perekonomian
Indonesia. Baru mulai pertengahan dasawarsa 1990-an peran pemerintah dalam
perekonomian berangsur-angsur dikurangi, yaitu sesudah secara eksplisit dituangkan
melalui GBHN 1988/1989 mengundang kalangan swasta untuk berperan lebih besar
dlam perekonomian nasional.

Struktur ekonomi ini arahnya untuk sementara adalah ke perekonomian yang


berstruktur borjuis, dan belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter,
karena baru kalangan pemodal dan usahawan kuatlah yang dapat dengan cepat
menanggapi undangan dari pemerintah tersebut. Maka akibatnya terjadi ekonomi
konglomerasi dimana hanya beberapa orang pemodal kuat yang mengendalikan
sektor-sektor ekonomi di Indonesia, yang dampaknya kita rasakan sekarang yaitu
ambruknya perekonomian Indonesia karena tidak terkendalinya investasi-investasi
yang dananya berupa pinjaman dari luar negeri.

Pada era reformasi ini struktur ekonomi Indonesia diarahkana pada struktur
ekonomi egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian dilibatkan dalam
membangun perekonomian Indonesia. Misalnya dengan memperkuat peran usaha-
usaha koperasi, pengusaha mikro, kecil dan menengah karena mereka dianggap
pelaku-pelaku ekonomi yang tahan menghadapai krisis ekonomi, dan dianggap

9
sebagai pelaku-pelaku ekonomi yang mampu menjadi penyangga perekonomian
Indonesia.

Tinjauan Birokrasi Pengambilan Keputusan

Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambila


keputusan. Dilihat dari sudut tinjauan ini, struktur ekonomi dapat dibedakan menjadi
struktur ekonomi yang terpusat (sentralisasi) dan desentralisasi.

Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, dapat dikatakan


bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang
tahap pertama adalah sentralistis. Dalam struktur ekonomi yang sentralistis
pembuatan keputusannya lebih banyak ditetapkan oleh pemrintah pusat atau kalangan
atas pemerintahan. Pemerintah daerah atau kalangan pemerintahan dibawah, beserta
masyarakat dan mereka yang tidak memiliki akses ke pemrintahan pusat,
cenderungnya mereka hanya menjadi pelaksana saja, dan dalam pembuatan
perencanaan hanya sekedar sebagai pendengar.

Struktur birokrasi pengambilan keputusan yang sentralistis ini terpelihara rapi


selama pemerintahan orde baru, hal ini disebabkan oleh budaya atau kultur
masyarakat Indonesia yang paternalistik. Walaupun Indonesia sudah merdeka stengah
abad dan menuju era globalisasi namun budaya ini masih sulit untuk ditngalkan, dan
bahkan cenderung dipertahankan.

Struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis berkaitan erat. Pemerintah


Pusat menganggap bahwa Pemerintah Daerah belum cukup mampu untuk diserahi
tugas untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Argumentasi yang sering
dijadikan legitimasi adalah karena sebagai negara sedang berkembang yang barau
mulai melakukan proses pembangunan. Sehingga dalam kondisi yang demikian
diperlukan peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan,
sehingga menjadikannya etatis, dan sekaligus dibutuhkan pemerintahan yang kuat.
Namun demikian sejak awal pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJP II)
struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis tersebut secara berangsur mulai
berkurang kadarnya.

Keinginan untuk melakukan desentralisasi dan demokratisasi ekonomi makin


besar. Perubahan rezim pemerintahan dari orde baru ke rezim pemerintahan era
reformasi telah membawa angin segar bagi pemerintahan di daerah untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi. Hal ini seiring dengan mulai diberlakukannya
UU Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah menjadi UU Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan struktur perekonomian yang
etatis menjadi egaliter, yang tadinya sentralistis menjadi desentralistis.

10
Struktur ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan
suatu struktur yang tradisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke
industrial, dari struktur yang etatis ke borjuis, dari struktur yang kedesaan atau
tradisional ke kekotaan atau modern. Sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan
keputusan mulai desentalistis.
Dampak positif perubahan struktur ekonomi :
1. Peningkatan produksi pertanian yang dirangsang oleh perubahan sistem
pertanian ke sistem pertanian modern.
2. Penyerapan tenaga kerja di perkotaan pada industri-industri baru.
3. Percepatan arus uang dan barang yang merangsang percepatan pendapatan
perkapita masyarakat pada gilirannya memperbaiki kesejahteraan
masyarakat
Dampak negatif perubahan struktur ekonomi :
1. Hilangnya lahan pertanian mengakibatkan para petani dan buruh
penggarap kehilangan mata pencahariaannya.
2. Munculnya pengangguran struktural yang mungkin tidak tertampung
oeleh sektro industri dan jasa
3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan beban kota semakin berat serta
menimbulkan masalah sosial lainnya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah yang pertama
pengertian dari struktur ekonomi yang berarti suatu susunan atau komposisi dari
berbagai sektor yang terdapat dalam perekonomian. Sektor tersebut dibagi menjadi
tiga bagian yaitu sektor primer ,sekunder, dan tersier.
Kedua adalah struktur ekomoni ditinjau dari beberapa sudut tinjauan yaitu
tinjauan makro-sektoral, tinjauan keruangan, tinjauan penyelenggaraan negara dan
tinjauan birokrasi pengambilan keputusan. Tinjauan makro sekoral dan tinjauan
keruangan merupakan tinjauan ekonomi murni. Sedangkan Tinjauan penyelenggaraan
kenegaraan dan Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan merupakan tinjauan
politik.
Ketiga adalah pada masa orde reformasi hingga pemerintahan pak SBY
berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat berstruktur
agraris, industri, atau niaga. Ditinjau dari sudut pandang keruangan, struktur
perekonomian telah bergeser dari struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan sejak
Pelita III hingga era reformasi sekarang ini.Ditinjau dari penyelenggara kenegaraan
struktur ekonomi menganut egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian
dilibatkan dalam membangun perekonomian Indonesia.Terakhir, ditinjauadari
birokrasi pengambilan keputusan, dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian
Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dumairy.1996.Perekonomian Indonesa.Jakarta:Erlangga
Sadono Sukirno.2006.Makro Ekonomi:Pengantar Teori.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Indonesia, Struktur. 2016. " Struktur Ekonomi Indonesia | Accounting Media ". Accounting-
Media.Blogspot.Co.Id. Accessed August 5 2016. http://accounting-
media.blogspot.co.id/2014/05/struktur-ekonomi-indonesia.html.

"Tinjauan Struktur Ekonomi Indonesia - Bimbie.Com". 2016. Bimbie.Com. Accessed August


5 2016. http://www.bimbie.com/struktur-ekonomi-indonesia.htm.

"STRUKTUR EKONOMI INDONESIA-Mutia Farida Hudaya". 2016. Academia.Edu. Accessed August


5 2016. https://www.academia.edu/11882236/STRUKTUR_EKONOMI_INDONESIA-
Mutia_Farida_Hudaya?auto=download.

13

Anda mungkin juga menyukai