Pendahuluan
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Childrens
Funds (UNICEF) dan World Health Organisation (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak
hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya
diberikan sesudah anak berumur enam bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak
berusia dua tahun.1 Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya,
dari pemberian ASI eksklusif selama empat bulan menjadi enam bulan, sesuai dengan
rekomendasi UNICEF dan WHO.2
Dalam laporan Riskesdas, disebutkan bahwa definisi menyusui eksklusif sesuai dengan
definisi WHO adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain
menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).3
Pada Riskesdas 2010, menyusui eksklusif adalah komposit dari pertanyaan: bayi masih disusui,
sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir
bayi hanya disusui (tidak diberi makanan selain ASI).
Bagi mendukung program ini, pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (PP Nomor 33 Tahun 2012).4 Dalam PP tersebut
diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan
program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi
dan sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI eksklusif. Dalam
rangka mendukung keberhasilkan menyusui, sampai tahun 2013, telah dilatih sebanyak 4314
orang konselor menyusui dan 415 orang fasilitator pelatihan menyusui.
Namun begitu, kenyataan yang terjadi adalah program ASI Eksklusif di wilayah kerja
dan daerah binaan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) tidak mencapai target yang
ditetapkan secara nasional yaitu 90%. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007 menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan sebesar 32% (tahun 2007) yang
menunjukkan kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.5 Berdasarkan data Survei
1
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012, dari tahun ke
tahun cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan
cakupan ASI eksklusif 6 bulan. Sementara itu, berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi
tahun 2013, sebaran cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 54.3%.
jumlah bayi tidak mendapat ASI eksklusif terbanyak di Provinsi Jawa Barat, dan paling sedikit di
Maluku Utara.1 Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, jumlah
persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Karawang sebesar 8.7%, jauh di
bawah persentase rata-rata Provinsi Jawa Barat yaitu 31.2%.6 Di Puskesmas Wanakerta sendiri,
cakupan ASI eksklusif sampai bulan Maret tahun 2017 hanyalah 63.8%.7
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi
terhadap program ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta sehingga diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait yaitu Puskesmas Wanakerta dalam upaya
meningkatkan pencapaian program ASI Eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
2
5. Belum diketahuinya permasalahan yang ada dalam Program ASI eksklusif di
Puskesmas Kecamatan Wanakerta periode April 2016 sampai dengan Maret 2017.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui permasalahan pada pelaksanaan program ASI Eksklusif dan mencari
penyelesaian untuk permasalahan tersebut di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Puskesmas Kecamatan Wanakerta Kabupaten Karawang periode April 2016 sampai dengan
Maret 2017 dengan pendekatan sistem.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
1.4.1.2 Melatih serta mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program khususnya program
ASI Eksklusif.
1.4.1.3 Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
1.4.1.4 Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
3
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1 Merealisasikan Tridama Perguruan Tinggi.
1.4.2.2 Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
1.5 Sasaran
Semua ibu hamil dan semua ibu yang memiliki bayi yang berusia 0-6 bulan di seluruh
wilayah kerja UPTD Puskesmas Wanakerta periode April 2016 sampai dengan Maret 2017.
4
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan hasil dari kegiatan Puskesmas mengenai
program ASI Eksklusif di UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta Kabupaten Karawang
periode April 2016 sampai dengan Maret 2017, antara lain:
a. Penyuluhan
Perorangan
Kelompok
b. Pelatihan kader
c. Pojok ASI eksklusif
d. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
e. Pencatatan dan pelaporan program ASI Eksklusif
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dikumpulkan untuk
dievaluasi kemudian diolah, dianalisis dengan membandingkan cakupan program ASI Eksklusif
di UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta Kabupaten Karawang periode April 2016 sampai
dengan Maret 2017 terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dengan pendekatan sistem dan
diinterpretasikan sehingga ditemukan permasalahannya. Dari permasalahan yang ditemukan
tersebut kemudian diberi masukan dan saran agar permasalahan tersebut dapat terselesaikan
sehingga diharapkan dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif kelak dapat mencapai hasil yang
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan.
5
Bab III
Kerangka Teoritis
6
Lingkungan
1 2 3 5
4
Umpan balik
Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan
dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Pendekatan ssitem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Tujuan dari pembentukan sistem adalah untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Agar terbentuknya sistem tersebut perlu
dirangkai beberapa unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan membentuk
suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan.7
Ada enam macam unsur yang saling berhubungan dan mempengaruhi pada sitem, yaitu:
a. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material) dan metode (method).
6
b. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, terdiri dari
unsur perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling).
c. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
d. Umpan balik (feedback) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
e. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
f. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
7
Bab IV
Penyajian Data
8
dengan waktu tempuh 45 Menit dengan kendaraan roda empat dan 30 Menit
dengan kendaraan roda dua.
Secara administratif terdiri dari 10 desa :
Desa Wanajaya
Desa Wanakerta
Desa Wanasari
Desa Karangmulya
Desa Mulyajaya
Desa Mekarjaya
Desa Parungsari
Desa Karangligar
Desa Margamulya
Desa Margakaya
4.2.2. Data Demografis
9
21,37%. Ini merupakan bukti cukup banyaknya penduduk miskin di wilayah kerja
Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat, sehingga harus menjadi perhatian
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
10
4.3.1.2 Dana
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Karawang.
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Wanakerta.
4.3.1.3 Sarana
Ruang pendaftaran : Ada
Ruang pemeriksaan : Ada
Ruang tunggu : Ada
Ruang obat : Ada
Lemari obat : Ada
Protaps cara menyusui yang baik : Ada
Pojok ASI Eksklusif : Tidak Ada
Kartu status, alat tulis : Ada
Tempat tidur : Ada
Alat penyuluhan : Ada
(papan tulis, poster, spidol, brosur, mikrofon)
4.3.1.4 Metode
a. Penyuluhan
i) Perorangan
Penyuluhan perorangan yang diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada setiap
ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang datang berobat di
Puskesmas melalui pemberian informasi mengenai manfaat ASI Eksklusif secara singkat.
ii) Kelompok (dilakukan di posyandu setiap bulan)
Pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi dua arah.
Membahas mengenai berbagai manfaat ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi serta metode
penyimpanan serta pemberian ASI Eksklusif dengan baik.
Memberikan motivasi kepada peserta ASI Eksklusif untuk meneruskan pemberian ASI
Eksklusif hingga bayi berusia enam bulan dan melanjutkan sampai usia dua tahun sesuai
dengan keadaan pribadi dan keluarganya.
11
b. Pelatihan Kader Mengenai ASI eksklusif
Pelatihan kader kesehatan mengenai ASI eksklusif dilakukan minimal satu kali per
tahun. Pelatihan boleh dijalankan oleh dokter, bidan, konselor ASI eksklusif, atau bagian
promosi kesehatan.
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Perencanaan tertulis mengenai:
a. Penyuluhan
i) Perorangan
Akan dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu yang mempunyai bayi
berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas Wanakerta, jam 08.00-12.00.
ii) Kelompok (dilakukan di posyandu setiap bulan)
Akan diadakannya penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan cara menyusui yang benar
kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan, akan dilaksanakan
sebanyak satu bulan sekali di posyandu yang dibantu oleh kader.
12
b. Pelatihan Kader Mengenai ASI eksklusif
Akan dilakukan penjadwalan pelatihan kader mengenai program ASI Eksklusif yang
disediakan oleh petugas Program Gizi dan disesuaikan dengan anggaran operasional
yang tersedia.
4.3.2.2. Organisasi
Terdapat struktur organisasi tertulis dalam menjalankan program ASI eksklusif,:
13
Kepala UPTD Puskesmas
Guruh Sapta, SKM
Ka Subang TU
Asep Rohendi, SKM
4.3.2.3 Pelaksanaan
a. Penyuluhan
i) Perorangan
Dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai
bayi berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas Wanakerta, jam 08.00-
12.00.
ii) Kelompok
Adanya penyuluhan di posyandu dan masyarakat, namun tidak dilakukan setiap bulan.
14
d. Inisiasi Menyusui Dini
Bidan desa/ bidan PONED/ kader memberikan pengarahan kepada ibu untuk
memberikan kesempatan kepada bayi memulai/inisiasi menyusui sendiri segera setelah
lahir dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau
lebih sampai menyusui pertama selesai.
4.3.2.4 Pengawasan
a. Pertemuan / Rapat
Tiap bulan diadakan satu kali rapat di Puskesmas Wanakerta dan dipimpin oleh kepala
Puskesmas untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana (12 kali per
tahun).
Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk menentukan program
tahun depan, diadakan satu tahun sekali.
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan Penyuluhan:
a. Cakupan penyuluhan perorangan :
%
= 100%
378
( ) 100% = 18.55%
2037
15
b. Cakupan penyuluhan berkelompok di luar gedung:
%
= 100%
44
( ) 100% = 48.33%
91
c. % Asi Eksklusif periode April 2016 sampai dengan bulan Maret 2017:
% 0 6
0 6
= 100%
0 6
1641
=( ) 100% = 63.8%
2572
16
4.3.3.3 Cakupan Inisiasi Menyusui Dini
Jumlah bayi baru lahir yang mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini.
% 0 6
= 100%
1796
=( ) 100% = 89.39%
2009
4.3.4 Lingkungan
4.3.4.1 Fisik
Lokasi Puskesmas : Mudah dijangkau oleh bidan desa.
Transportasi : Tersedia sarana transportasi.
Fasilitas Kesehatan lain : Ada.
4.2.2.6 Dampak
Dampak langsung : Memenuhi kebutuhan asupan gizi bayi 0-6 bulan: Belum dapat
dinilai.
Dampak tidak langsung : Mengurangi angka kesakitan dan kematian anak: Belum dapat
dinilai.
17
Bab V
Pembahasan Masalah
IV Lingkungan
Non-Fisik
Sosial ekonomi
Tidak Menjadi
menghambat hambatan
+
keberhasilan keberhasilan
program program
18
Sosial budaya Menjadi
hambatan
Tidak
keberhasilan
menghambat
program, masih +
keberhasilan
rendahnya
program
kemandirian
mayarakat
keterangan : Variabel selain yang tertera di atas, tidak memiliki masalah berdasarkan tolok ukur
keberhasilan.
19
Bab VI
Perumusan masalah
20
Bab VII
Prioritas Masalah
a. Cakupan ASI eksklusif periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 sebesar 63.8%
dari tolok ukur 90% dengan besar masalah 29.1%.
b. Cakupan pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan diluar gedung sebesar 48.33%
dari tolok ukur 75% dengan besar masalah 35.56%.
Tidak dilakukan prioritas masalah karena jumlah masalah tidak lebih dari dua.
21
Bab VIII
Penyelesaian masalah
a. Masalah 1: Cakupan ASI Eksklusif periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 sebesar
63.8% dari tolok ukur 90% dengan besar masalah 29.1%.
Penyebab Masalah:
Kurangnya sosialisasi tentang ASI Eksklusif, manfaat ASI, dan hal-hal yang
berhubungan dengan ASI kepada masyarakat.
Tidak tersedia ruangan khusus untuk kegiatan pojok ASI Eksklusif di Puskesmas.
Masih terdapat banyak mitos mengenai ASI, seperti bayi lapar seandainya tidak hanya
diberikan ASI, susu kuning (kolostrum) harus dibuang dan sebagainya lagi.
Adanya mayoritas pekerjaan penduduk yaitu pengrajin industri kecil (34.1%), sehingga
membuat ibu yang mempunyai bayi tidak memberikan ASI eksklusif karena faktor
kesibukan bekerja.
Kurangnya kerjasama lintas program dengan tenaga kesehatan lain.
o Mayoritas program ASI eksklusif dijalankan oleh para bidan desa/bidan PONED.
Penyelesaian Masalah:
22
b. Masalah 2: Cakupan pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan diluar gedung sebesar
48.33% dari tolok ukur 75% dengan besar masalah 35.56%.
Penyebab Masalah:
Tidak ada perencanaan tertulis mengenai topik penyuluhan dan penanggung jawab
penyuluhan kelompok.
Waktu, topik dan penanggung jawab penyuluhan ditentukan secara spontan.
Biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan desa, bagian promkes, coass)
seandainya mempunyai kesempatan waktu.
Tidak ada pengawasan penyuluhan ASI Eksklusif.
Tidak ada pelaporan rutin penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu.
Kurangnya tenaga kerja.
Mayoritas kegiatan di Posyandu dijalankan oleh bidan desa, terutamanya
pemeriksaan ibu hamil, suntikan imunisasi, dan penyuluhan. Apabila jumlah
masyarakat yang datang banyak, penyuluhan biasanya tidak sempat dilakukan.
Alokasi penggunaan dana belum terstruktur
Terdapat dana yang diberikan untuk para kader kesehatan. Alokasi penggunaan
dana diserahkan kepada para kader kesehatan. Sering terjadi kekurangan dana
dalam melaksanakan program di Posyandu.
Penyelesaian Masalah:
Menyusun pembagian tugas yang jelas, rinci, dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggung jawab dalam melakukan penyuluhan di tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Diadakan pelaporan rutin mengenai penyuluhan ASI eksklusif.
Menambahkan sumber daya manusia. Boleh dilakukan dengan cara menjalankan
pelatihan kader yang sudah direncanakan dan juga meningkatkan kerjasama lintas
program (sebagai contoh kerjasama bagian gizi dan bagian promosi kesehatan), dan lintas
sektoral (sektor kesehatan dan tokoh masyarakat).
23
Mengalokasikan penggunaan dana secara terstruktur, dan jelas. Sebagai contoh berapa
persen dana yang harus digunakan untuk Program Makanan Tambahan, keperluan
penyuluhan, dan sebagainya lagi.
24
Bab IX
A. Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program ASI Eksklusif yang dilakukan dengan pendekatan sistem di
Puskesmas Wanakerta untuk periode April 2016 sampai dengan Maret 2017, didapatkan
beberapa permasalahan dalam Program ASI Eksklusif yang mampu mempengaruhi keberhasilan
program ini. Adapun dari hasil evaluasi Program ASI Eksklusif di Puskesmas Wanakerta untuk
periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 didapatkan:
Cakupan ASI eksklusif periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 sebesar 63.8%
dari tolok ukur 90% dengan besar masalah 29.1%.
Cakupan penyuluhan perorangan 18.55%, sudah mencapai tolok ukur 5%
Cakupan pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan diluar gedung sebesar 48.33%
dari Tolok ukur 75% dengan besar masalah 35.56%.
Cakupan Inisiasi Menyusui Dini sebesar 89.39%, sudah mencapai tolok ukur 75%
Tidak ada ruangan khusus untuk kegiatan Pojok ASI Eksklusif.
Tidak ada pelatihan kader sampai dengan bulan Maret 2017 (target: satu kali pelatihan
per tahun)
Pencatatan dan Pelaporan program ASI Eksklusif ada sebanyak satu kali per bulan.
B. Saran
1. Merencanakan pembagian tugas dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara
rinci dan jelas.
25
2. Memperbaiki sistem pelaporan terutama untuk penyuluhan terutama di Posyandu.
3. Menggerakkan tenaga kesehatan yang ada untuk tujuan mempromosikan program ASI
eksklusif.
4. Meningkatkan kegiatan penyuluhan terutama di Posyandu mengenai topik yang
berhubungan dengan ASI.
5. Menyediakan satu ruangan untuk dijadikan Pojok ASI Eksklusif. Ruangan ini boleh
dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan ASI Eksklusif.
6. Menjalankan pelatihan kader sesuai dengan perencanaan.
Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh
petugas-petugas kesehatan, maka diharapkan dapat membantu keberhasilan program ASI
Eksklusif di Puskesmas Wanakerta dan masalah-masalah yang sama untuk program ini tidak
akan terulang untuk periode berikutnya.
26
Daftar Pustaka:
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan analisis ASI eksklusif;
Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
2. Keputusan Menteri Kesejatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004
Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia
Diunduhdari:http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/08/Per
menkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf.
3. Departemen Kesehatan RI, Paket modul kegiatan inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI
eksklusif 6 bulan; Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, 2008.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013. Diunduh dari :
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/08/Permenkes-No.-
15-th-2013-ttg-Fasilitas-Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf.
5. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak RI, Pedoman
peningkatan penerapan 10 langkap menuju keberhasilan menyusui yang responsive
gender bagi pusat dan daerah. Jakarta; 2010.
6. Penulis. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Diunduh dari
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/12_Profi
l_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf.
7. Catatan Kegiatan Program Gizi Puskesmas Kecamatan Wanakerta bulan April 2016
sampai dengan Maret 2017.
27