Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN SISTEM

DALAM SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Oleh : Adie Irwan Kusumah, SE., M.Si

Abstrak

Dalam mengembangkan suatu sistem informasi dalam perusahaan, para akuntan pada
umumnya menerapkan pendekatan sistem. Banyak perusahaan yang menerapkan pendekatan
sistem ini dalam suatu proses daur formal yang disebut daur hidup pengembangan sistem.
Sebelum melakukan pengembangan sistem perlu dilakukan beberapa tahapan agar nantinya
tidak terjadi kegagalan selama proses pengembangan dilakukan dan hasil pengembangan
tersebut dapat digunakan secara optimal.

Daur hidup pengembangan sistem terdiri dari beberapa tahap, yaitu : perencanaan
sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem (implementasi dan
operasionaliasi sistem). Tiga tahap, yaitu analisis, desain dan implementasi, merupakan
tahapan pengembangan sistem yang sesungguhnya dan memerlukan waktu bulanan hingga
tahunan. Sedangkan tahap operasionalisasi sistem, bisa mencapai waktu puluhan tahun.

Pengembangan sistem yang besar biasanya memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang besar. Namun, apabila kebutuhan informasi berubah sangat cepat, maka sistem yang
baru tersebut cepat usang. Untuk menghindari hal itu, maka perusahaan melakukan
pendekatan baru agar pengembangan sistem dengan memodifikasi pada daur hidup
pengembangan sistem (sistem development life cycle/SDLC) sehingga waktu yang diperlukan
untuk menerapkan sistem dikurangi. Dari banyak modifikasi yang dicoba ada dua hal yang
mendapat perhatian. kedua hal tersebut adalah Prototyping dan metode Rapid Application
Development (RAD).

Prototyping merupakan proses menghasilkan sebuah ide atau gagasan bagi pembuat
maupun pemakai potensial tentang cara system yang akan berfungsi dalam bentuk
lengkapnya. Sedangkan RAD merupakan seperangkat strategi, metodologi dan peralatan yang
terintegrasi yang ada dalam satu kerangka kerja menyeluruh yang disebut juga information
engineering.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 6


A. Latar Belakang
Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu kerangka pengkoordinasian sumber
daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal, and funds) untuk mengkonversi
input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi
akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Transaksi memungkinkan perusahaan
melakukan operasi, menyelenggarakan arsip dan catatan yang up to date, dan
mencerminkan aktivitas organisasi. Sebagai pengolah transaksi, sistem informasi
akuntansi berperan mengatur dan mengoperasionalkan semua aktivitas transaksi
perusahaan. Untuk mengembangkan suatu sistem informasi dalam perusahaan, para
akuntan pada umumnya menerapkan pendekatan sistem. Banyak perusahaan yang
menerapkan pendekatan sistem ini dalam suatu proses daur formal yang disebut daur
pengembangan sistem. Akuntan harus memahami dan menguasai daur pengembangan
sistem karena dua hal. Pertama mereka pasti terlibat dalam tim pengembangan sistem.
Kedua, apabila akuntan berperan sebagai auditor dalam suatu perusahaan, maka ia harus
melakukan pengkajian atas sistem perusahaan yang diauditnya. Dimana hal itu sangat
membutuhkan pengetahuan yang memadai dari akuntan mengenai sistem yang
bersangkutan.

B. Tujuan Pengembangan Sistem

Akuntan pada umumnya dilibatkan dalam pengembangan sistem dengan pertimbangan


bahwa mereka merupakan professional yang menguasai mekanisme pengendalian intern,
khususnya yang berkaitan dengan sistem pengolahan data elektronik. Untuk
pengembangan suatu sistem informasi akuntansi yang efektif, unsur pengendalian intern
merupakan salah satu prasyarat. Sistem informasi dianggap efektif jika bisa memenuhi
kebutuhan yang menjadi tujuan pengembangan sistem itu sendiri. Berdasarkan syarat
informasi yang baik maka tujuan pengembangan sistem (Tata Sutabri; 2004:163) yaitu :
1. Sistem yang dihasilkan harus menghasilkan informasi yang cermat dan
tepat waktu
2. Pengembangan sistem harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang layak
3. Sistem harus memenuhi kebutuhan informasi organisasi
4. Sistem harus dapat memberikan kepuasan pada penggunanya.

Sebelum melakukan pengembangan sistem perlu dilakukan beberapa tahapan agar


nantinya tidak terjadi kegagalan selama proses pengembangan dilakukan dan hasil
pengembangan tersebut dapat digunakan secara optimal. Cara yang dapat ditempuh
antara lain, pertama perancang sistem harus mempelajari ruang lingkup sistem baru yang
dapat dikembangkan dalam jangka waktu yang memadai. Dalam terminologi teori sistem,
mereka harus menetapkan batas-batas sistem, dan membatasi usaha mereka sampai
dengan komponen-komponen yang terdapat pada batas-batas itu.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 7


Kedua, tim desain harus menggunakan teknik-teknik manajemen desain, seperti anggaran,
bagan Gantt dan diagram PERT & CPM. Dengan menggunakan metode ini, semua
kegiatan yang akan dikerjakan dalam proyek sistem berikut jangka waktu dan biaya
penyelesaian masing-masing kegiatan itu harus ditentukan terlebih dahulu.

Karena penyusunan sistem informasi memerlukan banyak dana dan waktu, sistem yang
dihasilkan harus dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perancang
sistem harus memperhatikan strategi jangka panjang perusahaan agar sistem yang
didesainnya bias mendukung strategi tersebut untuk meraih tujuan jangka panjang
perusahaan.

Untuk menjaga sistem yang dihasilkan benar-benar teruji, pada umumnya


perancang sistem akan mengevaluasi dan mengkaji ulang sistem rancanganya
secara periodic dalam rentang waktu tertentu. Tujuan dari revaluasi dan kaji ulang
ini adalah untuk menentukan apakah sistem tersebut benar-benar dapat
diandalkan oleh penggunanya dan apakah pengguna benar-benar puas atas informasi
yang dihasilkan.

C. Daur Hidup Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi

Apabila terjadi perubahan dalam organisasi perusahaan, para manajer di semua lini akan
menghadapi bentuk-bentuk persoalan baru dan pola baru dalam pengambilan keputusan
sesuai dengan perubahan tadi. Sistem akuntansi organisasi juga harus mengikuti
perubahan-perubahan tersebut. Pola perkembangan sistem akuntansi pada umumnya
memiliki suatu pola yang lazim disebut Daur Hidup Pengembangan Sistem (Sistem
Development Life Cycle/SDLC).

Menurut Raymond McLeod dan George Schell (2004:133) bahwa :

Daur hidup pengembangan sistem adalah daur dari suatu perkembangan sistem
informasi mulai dari tahap perencanaan, tahap analisis, tahap rancangan dan tahap
penerapan serta tahap penggunanya.

Upaya peningkatan kemampuan sistem dapat dilakukan oleh tim atau pihak
manajemen manapun dalam perusahaan. Namun apabila sumberdaya internal
tidak memungkinkan, perusahaan dapat menunjuk akuntan public untuk
menangani pengembangan sistem tersebut. Tim tersebut dapat menyusun sistem
baru memperbaiki ataupun memperluas sistem lama. Hasil pekerjaan ini akan
diimplementasikan ke dalam perusahaan dan akan berlaku untuk beberapa tahun
mendatang. Dan apabila terjadi perubahan lagi maka daur yang sama akan
terulang.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 8


Gambar 1. Daur Hidup Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Sumber Tata Sutabri (2004:168)

Daur hidup pengembangan sistem menurut Tata Sutabri (2004:166-190) terdiri dari
beberapa tahap, yaitu :
1. Perencanaan sistem
2. Analisis sistem
3. Desain sistem
4. Implementasi sistem (Implementasi dan operasionalisasi)

1. Perencanaan Sistem
Idealnya, pengembangan sistem dilaksanakan dalam suatu kerangka rencana
induk sistem yang telah mengkoordinasikan proyek-proyek pengembangan sistem ke
dalam rencana strategis perusahaan. Manajer dan staf perencanaan strategis harus
dapat bekerja sama dengan manajer dan staf akuntansi, dan menuangkan pokok-
pokok pikiran mereka ke dalam suatu rencana strategis bisnis yang didukung oleh
rencana strategis sistem informasi akuntansi yang andal.
Sebelum proyek pengembangan dimulai, kedua belah pihak harus yakin bahwa
proyek tersebut telah sesuai dengan rencana strategis perusahaan. Adanya perbedaan
antara strategi perusahaan dan strategi sistem akan menimbulkan hambatan bagi
manajemen dalam mewujudkan visi dan misinya.

2. Analisis Sistem
Kegiatan ini merupakan proses pengujian sistem informasi atau proses
pemeriksaan terhadap sistem informasi yang ada dan lingkungannya untuk
mengidentifikasikan perbaikan.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 9


Ada 3 alasan proses analisa sistem ini harus dilakukan yaitu : memecahkan
suatu masalah dengan sistem yang ada, memenuhi persyaratan baru akan informasi
dan melaksanakan bentuk teknologi baru.

System Analysis

Preliminary Feastibility System


Implementation Operation
Survey Study Design

Gam
bar 2. Fase analisa sistem

a. Studi Awal (Preliminary Survey)


Kegiatan ini merupakan bentuk dari evaluasi sistem yang ada. Oleh karena
itu, kegiatan evaluasi ini dilakukan oleh tim analis dari MIS dan departemen
pemakai. Adapun tujuan dari kegiatan studi awal adalah
Memperoleh suatu pemahaman tentang sistem yang ada,
Mengembangkan hubungan yang bagus dengan para pemakai sistem,
Mengumpulkan data yang mungkin berguna dalam perencanaan sistem, dan
Mengidentifikasikan sifat dasar problem yang sedang diselidiki.
Komisi pengarah sistem informasi memulai survey pendahuluan untuk
menanggapi usulan studi sistem. Dalam melaksanakan survey, tim studi sistem
menentukan informasi berikut tentang sistem yang ada, yaitu :
 Aliran data : tim studi mengumpulkan fakta tentang aliran data dalam sistem
dan melintasi interface terhadap sistem yang lainnya. Aliran data dapat
membentuk dokumen, komunikasi lisan atau catatan computer. Tim studi
sistem melakukan identifikasi dari masing-masing item yang digunakan
dalam sistem serta menentukan data apa yang terkandung pada masing-
masing item tersebut, siapa yang mengirim data dan siapa yang
menerimanya.
 Keefektifan : tim studi sistem pertama-tama harus membatasi dengan jelas
sasaran sistem yang ada untuk mengukur keefektifan kemudian
mengumpulkan data tentang sistem yang dapat digunakan untuk mengukur
keefektifan tadi. Data ini mungkin obyektif seperti statistic deskriptif tentang
operasi sistem atau subyektif seperti pendapat para pemakai tentang manfaat
sistem itu sendiri.
 Efisiensi : tim studi mencari cara untuk memperbaiki efisiensi sistem,
meskipun efisiensi mungkin sulit diukur, tim itu kadang-kadang dapat
menghitung efisiensi sebagai perbandingan output sistem dengan input
sistem.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 10


 Kontrol internal : merupakan ukuran yang ditetapkan oleh organisasi untuk
menyelamatkan asset, menjamin keakuratan data, meningkatkan efisiensi,
dan mendorong kepatuhan dengan kebijakan pimpinan.
b. Studi Kelayakan (Feastibility Studi)
Studi kelayakan adalah suatu studi yang digunakan untuk menentukan
apakah pengembangan studi proyek layak atau tidak untuk diteruskan.
Studi kelayakan dilakukan dengan melakukan penelitian pendahuluan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami sistem sebelumnya, menentukan
kebutuhan-kebutuhan untuk mencapai sasaran sistem, serta melakukan
inventarisasi permasalahan yang menyebabkan sistem tersebut tidak dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Dari hasil penelitian pendahuluan tersebut juga bisa dinilai kelayakan
sebuah proyek sistem. Penilaian tersebut antara lain mencakup :
 Kelayakan Teknik : digunakan untuk menilai dan mejawab pertanyaan
apakah teknologi dapat diterapkan pada sistem?. Kelayakan ini mencakup
dua hal pokok, yaitu : ketersediaan teknologi di pasar dan ketersediaan ahli
yang mengoperasikannya.
 Kelayakan Ekonomi : digunakan untuk menilai dan menjawab pertanyaan
apakah sistem baru nanti dapat dibiayai dan akan menguntungkan?. Ada
dua hal pokok dalam kelayakan ini yaitu biaya dan manfaat.
 Kelayakan Operasional : digunakan untuk menilai dan mejawab pertanyaan
apakah sistem itu nantinya dapat dioperasikan dengan baik?. Sedikitnya
ada 4 permasalahan yang harus dipertimbangkan untuk menentukan layak
dan tidaknya sistem dioperasikan , diantaranya yaitu : kemungkinan bahwa
sistem tidak praktis dan terlalu rumit sehingga sulit untuk dijalankan oleh
operator, kemungkinan adanya keengganan pemakai meninggalkan sistem
lama yang telah ditekuni selama bertahun-tahun, kualitas informasi yang
dihasilkan sistem apakah sudah cukup memuaskan pemakainya?, dan
kemungkinan terjadinya kesulitan pada pihak manajemen untuk
mengendalikan sistem.
 Kelayakan Waktu : digunakan untuk menilai dan mejawab pertanyaan
apakah sistem dapat dikembangkan sesuai waktu yang ditetapkan?. Pihak
manajemen sebagai pemakai skistem dan analisis sebagai pembuat sistem
dapat menilai waktu yang disediakan untuk mengembangkan sistem dapat
diterima dan disepakati bersama.
 Kelayakan Hukum : peninjauan kembali hal-hal yang menyangkut
penerapan sistem dan dampak yang ditimbulkan. digunakan untuk menilai
dan mejawab pertanyaan apakah sistem dapat dikembangkan dan tidak
menyimpang hukum yang berlaku.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 11


3. Desain Sistem
Desain sistem adalah proses penyusunan spesifikasi untuk sistem baru yang
diusulkan dari rekomendasi yang dibuat selama analisis sistem.
Fase desain sistem terdiri dua aktivitas yaitu :
a. Desain sistem secara umum yang menyediakan diskripsi konseptual tingkat
tinggi mengenai bagaimana seharusnya sistem bekerja.
b. Spesifikasi terinci dimana tim desain membuat deskripsi terinci mengenai
sistem secara tertulis. Ada tiga fungsi utama selama spesifikasi terinci yaitu :
pemilihan peralatan, penetuan software dan laporan manajemen.

System Design

System Preliminary Detail


Analysis Systems Specification Implementation Operation
Design

Gam
bar 3. Fase Desain Sistem

4. Pelaksanaan dan Pengoperasian Sistem (Implementasi Sistem)


Fase implementasi adalah periode waktu selama sistem bekerja dan
ditempatkan dalam operasi.
Lima aktivitas utama selama tahap pelaksanaan adalah instalasi peralatan,
pemrograman, pelatihan, pengujian (pengujian string dan pengujian sistem) dan
perubahan.
Fase operasi adalah jangka waktu selama masa sistem berfungsi sebagai
pemberi informasi akuntansi. Ada 3 aktivitas selama operasi yaitu pemeriksaan
pascaimplementasi, pemeliharaan sistem, akuntansi atas biaya operasi sistem
termasuk biaya pengembangan dan biaya
operasional.
Implementation

Programming

String Operation
Testing
System System Equipment Post
Installation System Implementation
Analysis Design Conversion
Testing and Review

Training

Gambar 4. Fase implementasi dan operasi


Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 12
D. Pengembangan Sistem Secara Cepat
Pengembangan sistem yang besar biasanya memerlukan waktu yang lama dan biaya yang
besar. Namun, apabila kebutuhan informasi berubah sangat cepat, maka sistem yang baru
tersebut cepat usang. Untuk menghindari hal itu, maka perusahaan melakukan pendekatan
baru agar pengembangan sistem dengan memodifikasi pada daur hidup pengembangan
sistem (sistem development life cycle/SDLC) sehingga waktu yang diperlukan untuk
menerapkan sistem dikurangi. Dari banyak modifikasi yang dicoba ada dua hal yang
mendapat perhatian. kedua hal tersebut adalah Prototyping dan metode Rapid
Application Development (RAD).
1. Prototyping
Prototyping adalah proses menghasilkan sebuah ide atau gagasan bagi pembuat
maupun pemakai potensial tentang cara system yang akan berfungsi dalam bentuk
lengkapnya.
Ada 2 jenis prototype yaitu :
a) Prototype jenis I
Prototype jenis I sesungguhnya akan menjadi system operasional. Langkah-
langkahnya sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai
2) Mengembangkan prototype
3) Menentukan apakah prototype dapat diterima
4) Menggunakan prototype
Pendekatan ini hanya memungkinkan jika peralatan prototyping yang
memungkinkan prototype memuat semua elemen penting dari system baru.
b) Prototype jenis II
Prototype jenis II yang merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi
sebagai cetak baru bagi system operasional.
Langkah-langkah yang terdapat pada Prototype jenis II, tiga langkah pertama sama
seperti untuk prototype untuk jenis I. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut :
1) Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai
2) Mengembangkan prototype
3) Menentukan apakah prototype dapat diterima
4) Mengkodekan system operasional
5) Menguji system operasional
6) Menentukan jika system operasional dapat diterima
7) Menggunakan system operasional.
(Sumber : Raymond McLeod dan George Schell (2004:150))

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 13


2. Metode Rapid Application Development (RAD)
Istilah RAD ini, dibuat oleh James Martin, seorang konsultan computer dan pengarang,
untuk suatu siklus hidup pengembangan yang dimaksudkan untuk menghasilkan
system secara cepat tanpa mengorbankan kualitas.
Raymond McLeod dan George Schell (2004:153), mengemukakan bahwa :

Rapid Application Development (RAD) adalah seperangkat strategi, metodologi


dan peralatan yang terintegrasi yang ada dalam satu kerangka kerja menyeluruh
yang disebut juga information engineering.

Selanjutnya Raymond McLeod dan George Schell mengemukakan bahwa RAD


memerlukan empat unsur-unsur penting yaitu manajemen, manusia, metodologi dan
peralatan.
Menggunakan RAD, sistem dan dengan biaya rendah. Tim pendesain bekerja dengan
menggunakan perangkat Computer Aided Software Engineering (CASE). Paket
program ini dapat mengotomisasi berbagai proses yang diperlukan selama
pengembangan sistem. Setiap proses ini diselesaikan oleh perangkat CASE yang
berbeda. Perngakat-perangkat itu ada yang digunakan khusus untuk membuat data
flow diagram, untuk membantu manajemen proyek, untuk merancang dan mengelola
file, input dan output data, untuk membuat kode computer serta mengelola
dokumentasi sistem.
Raymond McLeod dan George Schell (2004:154) mengemukakan dalam Proyek RAD
terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Tahap perencanaan kebutuhan sistem, tim akan melakukan suatu kajian
terhadap fungsi bisnis dan data yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang
diusulkan. Kajian ini akan menghasilkan suatu kerangka fungsi sistem berikut
uraian mengenai biaya dan manfaatnya.
2. Tahap desain pengguna, para pengguna akan merumuskan rincian fungsi
bisnis dan data yang terkaitdengan sistem yang baru. Mereka menentukan
input dan output sistem serta prosedur-prosedur yang dianggap perlu.
3. Tahap tahap kontruksi, tim akan melengkapi sistem, mendemonstrasikannya
pada pengguna dan jika perlu akan mengubah sistem sesuai kebutuhan.
4. Tahap penyerahan, tim menyerahkan sistem kepada pengguna dan
memberikan pelatihan pada mereka.

Tahapan yang tercakup dalam metode RAD sama dengan tahapan yang dilakukan
dalam pengembangan sistem, tetapi pada umumnya dilaksanakan dengan melibatkan
pengguna dengan lebih intensif dan memanfaatkan teknik prototype secara berulang-
ulang sampai kebutuhan pengguna terpenuhi.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 14


DAFTAR PUSTAKA
B. Davis, Gordon, 1999, Sistem Informasi Manajemen Jilid II, Jakarta : PT Pustaka
Binaman Pressindo

Baridwan, Zaki, 2000, Sistem Informasi Akuntansi, Yogyakarta : BPFE.

McLeod, Raymond & George Schell, 2004, Sistem Informasi Manajemen Edisi Kedelapan,
Jakarta : PT. Indeks.

Sutabari, Tata, 2004, Sistem Informasi Akuntansi, Yogyakarta : Andi.

Buletin UNTAG Edisi IV April Juni 2011 ISSN : 1412-2847 15

Anda mungkin juga menyukai