Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kegiatan Family Folder

di Pusat Kesehatan Masyarakat


Tirtajaya, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang
Periode 29 Mei - 24 Juni 2017

Oleh:
Andreas Klemens Wienanda 112015130

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Karawang, Juni 2017
Bab I
Pendahuluan

Latar belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal
(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.1
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20
tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar
90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. 1
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur
18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi
hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7%
menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi
yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi
tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) dan Papua yang terendah (16,8%). Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar
9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi ada 0,1
persen yang minum obat sendiri.1
Gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan
bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Prevalensi
hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi
perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.1

2
Bab II
Hasil Kunjungan Rumah

Laporan Kunjungan Rumah

Puskesmas : Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang


Tgl kunjungan rumah : Sabtu, 15 Juni 2017

I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. Warnih
b. Umur : 57 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : Dusun Talolo, Srijaya 09/003, Tirtajaya, Karawang.

II. Riwayat Biologis Keluarga


a. Keadaan kesehatan sekarang : Sedang
b. Kebersihan perorangan : Baik
c. Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
d. Penyakit keturunan : Hipertensi
e. Penyakit kronis : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Sedang (3 kali sehari)
h. Pola istirahat : Sedang ( 7 jam sehari)
i. Jumlah anggota keluarga : 3 orang

III. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Tidak ada
b. Pengambilan keputusan : Musyawarah
c. Ketergantungan obat : Tidak ada

3
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Ada, Puskesmas Tirtajaya, Karawang
e. Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah / Lingkungan


a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Lantai semen bercampur keramik
c. Luas rumah : 7 m x 5 m = 35 m
d. Penerangan : Cukup (ada jendela dan ventilasi)
e. Kebersihan : Cukup
f. Ventilasi : Cukup (ada jendela)
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Air keran warga
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Tidak ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Sedang

V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Cukup (OS dan keluarga rajin sholat 5 waktu)
b. Keyakinan tentang kesehatan : Kurang

VI. Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan : Tamat SD
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang aktif
e. Keadaan ekonomi : Baik

4
VII. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Adat Sunda
b. Lain-lain : Tidak ada

VIII. Daftar Anggota Keluarga

Keadaan Keadaan
No Nama Hub Umur Pend Pekerjaan Agama Imunisasi KB Ket
kesehatan gizi

KK /
1 Tn. Sarwono 45 SD Buruh Islam Sedang Sedang - - -
Anak

Ibu
2 Ny. Ikah Menantu 43 SD rumah Islam Sedang Sedang - - -
tangga

3 An. Darsih Cucu 5 - - Islam Sedang Sedang + - -

IX. Keluhan Utama : Pusing


X. Keluhan Tambahan : Kedua sendi kaki nyeri hilang timbul, nyeri pada tengkuk leher
XI. Riwayat Penyakit Sekarang :
OS mengeluh kepala terasa pusing sejak pagi hari. Pusing dirasa tidak berputar, tidak ada
keluhan mual dan muntah. Badan terasa pegal-pegal. OS sering merasakan nyeri pada tengkuk
leher dan kedua lutut jika terlalu lama berdiri. OS sudah merasakan keluhan ini sejak kurang
lebih 2 tahun yang lalu

XII. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

XIII. Pemeriksaan fisik :


a. Tekanan darah : 180/90 mmHg
b. Nadi : 82x/ menit
c. Nafas : 22x/menit

5
d. Tinggi badan : 145 cm
e. Berat Badan : 55 kg
f. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
g. Mulut : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
h. Paru-paru : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
i. Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
j. Abdomen : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), perkusi timpani, bising usus
normal
k. Ekstremitas : Akral hangat, edema -, CRT <2 detik

XIV. Diagnosis penyakit : Hipertensi Grade II

XV. Anjuran penatalaksanaan penyakit


a. Promotif : Pengobatan hipertensi di Puskesmas gratis
b. Preventif : Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, berolahraga minimal
jalan santai disekitar rumah, menghindari stres, mengurangi makanan yang
asin-asin, makanan instan dan jeroan
c. Kuratif : Terapi medikamentosa :
Captoril 25 mg S2ddtab1
d. Rehabilitatif : Kurangi konsumsi makanan yang asin-asin dan makanan
instant dan jeroan jangka panjang.

XV. Prognosis
Penyakit : Dubia ad bonam
Keluarga : Dubia ad bonam
Masyarakat : Dubia ad bonam

6
Bab III
Tinjauan Pustaka

3.1 Definisi Hipertensi


Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.2

3.2 Klasifikasi Hipertensi


JNC VIII mengklasifikasi hipertensi untuk usia 18 tahun : 3
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Stadium I 140-159 90-99
Stadium II 160 100

3.3 Etiologi hipertensi


Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi yang beragam. Pada kebanyakan
pasien etiologi patofisologinya tidak diketahui (essensial atau hipetensi primer). Hipertensi
primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan
peresentase rendah mempunyai penyebab khusus, dikenal sebgai hipertensi sekunder. Banyak
penyebab hipertensi sekunder, endogen maupun eksogen. Bila penyabab hipertensi sekunder
dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.4

Hipertensi Primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system renin-angiotensin, efek dalam ekskresi Na,

7
peningkatan Na dan Cl intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas
alkohol, merokokm serta polisitemia. 4

Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder dapat diketahui penyebab spesifiknya, dan digolongkan dalam 4
kategori:
a. Hipertensi Kardiovaskuler biasanya berkaitan dengan peningkatan kronik resistensi
perifer total yang disebabkan oleh aterosklerosis.

b. Hipertensi renal (ginjal) dapat terjadi akibat dua defek ginjal: akolsu parsial ateri renalis
atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.

1. Lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen arteri renalis atau kompresi eksternal
pembuluh oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke ginjal. Ginjal berespons
dengan mengaktifkan jalur hormonal yang melibatkan angiotensin II. Jalur ini
meningkatkan retensi garam dan air selama pembentukan urin, sehingga volume darah
meningkat untuk mengkompensasi penurunan aliran darah ginjal. Ingatlah bahwa
angiotensin II juga merupakan vasokonstriktor kuat. Walaupun kedua efek tersebut
(peningkatan volume darah dan vasokonstriksi akibat angiotensis) merupakan mekanisme
kompensasi untuk memperbaiki aliran darah ke arteri renalis yang menyempit, keduanya
juga menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri keseluruhan.4

2. Hipertensi renal juga terjadi jika ginjal sakit dan tidak mampu mengeliminasi beban
garam normal. Terjadi retensi garam yang menginduksi retensi air sehingga volume
plasma bertambah dan timbul hipertensi.

c. Hipertensi endokrin terjadi akibat sedikitnya dan gangguan endokrin dan sindrom cron.

1. Feokromositoma adalah suatu tumor medulla adrenal yang mengeluarkan epinefrin


dan nonepinefrin dalam jumlah yang berlebihan. Peningkatan abnormal kadar kedua
hormone ini mencetuskan peningkatan curah jantung dan vasokontriksi umum,
keduanya menimbulkan hipertensi yang khas untuk penyakit ini.

2. Sindrom conn berkaitan dengan peningkatan pementukan oleh korteks adrenal.


Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang menyebabkan retensi garam dan

8
air oleh ginjal. Beban garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh akibat
peningkatan kadar aldosterone menyebabkan tekanan darah meningkat. 4

d. Hipertensi nuerogenik terjadi akibat lesi saraf.

1. Masalahnya mungkin adalah kesalahan kontrol tekanan darah akibat defek di pusat
kontrol kardiovaskuler atau di baroreseptor

2. Hiperensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap


penurunan aliran darah otak. Sebagai respon terhadap gangguan ini, menucullah suatu
refleks yang meningkatkan tekanan darah sebagai usaha untuk mengalirkan darah
kaya oksigen ke jaringan otak secara adekuat.

Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah.4
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.4
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

9
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetus keadaan hipertensi. 4
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. 4

Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).4
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas
sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan. 4
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa
nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah
yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler. 4
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah,
sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain. 4

10
Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
- Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur
maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat
dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia
kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
premature. 4

- Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa
muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita
lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause. 4

- Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita
memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25%
terkena hipertensi. 4

- Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-
20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam mengandung 40% sodium dan
60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Garam mempunyai sifat
menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan
sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berkebih atau
makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama
sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi. 4

- Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena
nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh

11
dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh.4

- Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan
aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga
otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering
otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.4

- Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.4

Penatalaksanaan hipertensi
Terapi nonfarmakologi
Menerapakan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penitng untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupkan sebagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien
dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping
menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga
dapat mengurangi berkelanjutan tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan
darah prehipertensi. 4
Pengobatan non-farmkologik yang utama terhadap hipertensi adalah pembatasan garam
dalam makan, pengawasan berat badan, dan membatasi minum alkohol.

12
Mengurangi berat badan
Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142% pada penderita-pendertia yang gemuk.
Penurunan berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang cukup besar biasanya
disertai dengan penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti menghitung rata-rata penurunan
tekanan darah sebesar 20,7 sampai 11,7 kg. terdapat hubungan yang erat antara perubahan berat
badan dan perubahan tekanan darah dengan ramalam tekanan darah sebesar 25/15 mmHg setiap
kilogram penurunan berat badan. 4

Terapi Farmakologi
Ada 9 obat antihipertensi. Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi
angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap
sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan
untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan
dengan kelas obat ini. Beberapa kelas dari obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium)
mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme
kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, penghambat adrenergic, dan
vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.3
Jenis obat-obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh
JNC 7: 3
Diuretika, terutama jenis Thiazide atau aldosteron antagonis
Beta blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 reseptor antagonist/blocker (ARB)3

13
3
Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7

Dosis Obat Hipertensi JNC 8


Obat Antihipertensi Inisial Dosis Target Jumlah
Dosis Harian, mg RCT, mg Obat / Hari
ACE inhibitors
1. Captopril 50 150-200 2
2. Enalapril 5 20 1-2
3. Lisinopril 10 40 1
Angiostensi receptor blockers (ARB)
1. Eprosartan 400 600-800 1-2
2. Candesartan 4 12-32 1
3. Losartan 50 100 1-2
4. Valsartan 40-80 160-320 1

14
5. Irbesartan 75 300 1
-Blockers
1. Atenolol 25-50 100 1
2. Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium Channel Blockers
1. Amlodipine 2,5 10 1
2. Diltiazem extended 120-180 360 1
release
3. Nitredipine 10 20 1-2
Thiazide-type diuretics
1. Bendroflumethiazide 5 10 1
2. Chlorthalidone 12,5 12,5-25 1
3. Hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-2
4. Indapamide 1,25 1,25-2,5 1

Tabel 1. Dosis Obat JNC 8

Komplikasi Hipertensi
Penyakit Jantung Koroner
Akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung
Penyempitan pembyuluh darah berkurangnya aliran darah pada beberapa
bagian otot jantung nyeri dada gangguan otot jantung serangan jantung
Gagal Jantung
TD otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah penebalan otot
jantung daya pompa otot menurun kegagalan kerja jantung secara umum
Tanda: sesak napas, napas pendek, dan pembengkakan tungkai bawah dan kaki
Kerusakan pembuluh darah otak
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hipertensi adalh pecahnya pembuluh darah dan
rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami
stroke dan kematian
Gagal ginjal
Ada 2 jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan
nefrosklerosis maligna

15
Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga
terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses
menua. Hal ini menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah
berkurang.

Bab IV

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi adalah masalah
kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit
degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskular.

Saran

Kasus penyakit hipertensi sangat terkait dengan gaya hidup. Untuk menjaga kestabilan
tekanan darah dimulai dari perilaku hidup sehat yaitu:
- makan-makanan yang bergizi, seimbang, dan bervariasi.
- istirahat yang cukup dan efektif.
- Olahraga ringan namun teratur.
- Hindari rokok, alkohol, dan hindari stress.
- Hindari makanan instant dan makanan yang asin-asin dalam jangka panjang

Saran kepada petugas kesehatan


1. Kepada petugas kesehatan perlu memberikan lebih pengetahuan, penyuluhan, dan
edukasi kepada Pasien tentang penyakit hipertensi
2. Pada petugas kesehatan harus lebih berperan aktif dalam peningkatan pengobatan bagi
Pasien hipertensi.

16
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI.Infodatin hipertensi.Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.2014.
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, et all. Harrison's principles of internal medicine. 16th
ed. Mc Graw Hill Med; 2005.
3. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et.al. The
seventh report of the Joint Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7): the JNC 7 Report: JAMA. 2003
4. Hipertensi. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id.

17
Lampiran Dokumentasi

18

Anda mungkin juga menyukai