Anda di halaman 1dari 8

Agama menjadi Dasar Hidup Sosialisasi

dalam Masyarakat

DOSEN PENGAMPU:
MERRY KRISTINA RUNGKAT

DISUSUN OLEH:
BAGUS SETYADI
802016098
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas slesainya makalah
yang berjudul Agama Menjadi Pedoman Hidup Sosialisasi Dalam Masyarakat. Dan juga
saya berterimakasih kepada Ibu Merry Kristina Rungkat yang telah memberi tugas ini kepada
saya. Saya juga menyadari spenuhnya didalam materi ini terdapat kekurangan. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik dan saran. Saya juga berharap makalah ini dapat dipahami
dan berguna bagi orang yang membacanya.Sebelumya saya minta maaf apabila terdapat kata
ataupun tulisan yang yang menyingung pembaca ataupun membuat pembaca idak cocok saya
minta maaf. Saya memohon adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
demi perbaikan makalah inidi waktu yang akan datang.
PENDAHULUAN

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan lainnya.
Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia
disebut social animal (hewan sosial). Karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua
kecenderungan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya (masyarakat), dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya. Kecenderungan manusia untuk hidup bersosial-bermasyarakat sudah ada sejak
lahir.

Masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup bersama dan yang menghasilkan
kebudayaan. Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.
Keluarga merupakan tempat terpenting dalam kehidupan manusia sejak awal
tumbuhnya. Anak-anak belajar dan memahami ilmu beriman dari ayah maupun ibunya, dan
saudara-saudarinya yanghidup dalam rumah yang sama didalam keluarga nilai-nilai injil
ditanamkan secara intim karena sangat berpengaruh. Sebagi unit masyarakat paling kecil,
keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling bak untuk menanamkan semangat hidup
sebagai bangsa indonesia yang baik.

Pribadi manusia dapat bekembang utuh secara manusiawi hanya melalui kebudayaan.
Kita perlu terbuka dan menerima kebudayaan setempat secara utuh. Kebudayaan adalah segala
sesuatau yang digunakan untuk mmperbaiki dan mengembangkan kesejahteraan jiwa raga.
Iman dan kebudayaan harus berjalan dengan sama. Pribadi manusia adalah sumber, pusat, dan
tujuan seluruh kehidupan sosial-ekonomi. Dalam rencana Allah, dunia dan segala isinya
diperuntukan untuk semua orang. Demi kesejahteraan umum, setiap orang mesti memberikan
andil dalam mengarahkan dan mengendalikan perkembangan ekonomi.

Kemiskinan membuat orang menderita, dan mereka yang menderita ini adalah sesama
kita. Kemiskinan menghalangi orang untuk mengembangkan diri secara utuh, maka
bertentangan dengan martabat manusia. Oleh sebab itu orang beriman tak boleh acuh tak acuh
terhadap masalah kemiskinan.

Perdamaian abadi didasarkan oleh cinta, kerukunan, kepercayaan, dan keadilan. Kita
tidak benarkan untuk mengikuti perintah yang melawan hukum. Terciptanya perdamaian
menuntut kesepakatan yang sungguh dari setiap orang. Kehadiran umat beriman ditengah
hendaknya bagaikan garam, umat beriman ditantang agar hidupnya berarti bagi siapa saja yang
dijumpai dan bersedia melayani sesama.

Di Indonesia kita jumpai banyak warga negara yang memeluk agama dan kepercayaan
yang berbeda-beda. Kenyataan ini merupakan sarana yang baik untuk menantang umat beriman
apakah dapat hidup dengan mereka yang berkeyakinan lain.kita masih perlu belajar banyak
agar dapat menemukan titik temu dengan macam-macam pelayanan yang dapat kita lakukan
bersama dengan mereka.
Dalam hati umat beriman perlu ditanamkan dan dipupuk sikap menghormati para
penganut agama serta kepercayaan lain. Kita dituntut agar terbuka terhadap nilai-niali religius
yang dijunjung tinggi pada agama dan kepercayaan mereka. Hubungan dengan agama dan
kepercayaan lain dapat menciptakan kerukunn hidup bersama sebagai warga negara, sehingga
terhindar dari rasa curiga atau bahkan petentangan.

Agama juga merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk
mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa
digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.
Adapun fungsi agama adalah sebagai berikut :
1. Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat
sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat
sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya
bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
2. Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu
ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-
kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
3. Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi
dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk
(mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir
pengembangan kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya moralisasi
anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh
keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus
beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci dan berdoa setiap hari,
menghormati dan mencintai orang tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri
dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-
minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi. Maka
perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya.
4. Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi
menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik
dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-
masing.
5. Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat.
Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles
Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap
agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi
berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya
bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus meninggalkan perspektif
(pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana
keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin
agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai
pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah,
dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
6. Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau
berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan
Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
7. Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap
masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan
kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan
kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
8. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka
persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar Civil Society (kehidupan
masyarakat) yang memukau.
9. Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus
menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
10. Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak
umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi
orang lain.
11. Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha
manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia
selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus,
karena untuk Allah, itu adalah ibadah.
PENUTUP

Semoga dengan pembuatan makalah ini pembaca dapat menangkap isinya dan
memahami serta bisa melakukan. Saya memoon adanya saran yang bersifat membangun, bila
ada kesalahan kata saya meminta maaf yang sebesar-besarnya
DAFTAR PUSTAKA

laporannurainisolihat.blogspot.co.id/2014/08/makalah-ilmu-sosial-dasar-
agama-dan.html
Setyakarjana, SJ Rm.J.S. Mengikuti Yesus Kristus 3, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai