BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prevalensi karies gigi pada anak sekolah di beberapa kecamatan kota Medan
diperoleh sebesar 74,69%, sedangkan prevalensi pada kelompok usia 10-13 tahun
yaitu sebesar 67,59% dengan rata-rata DMF-T2,43.4 Penelitian di Riyardh (Saudi
Arabia) diperoleh prevalensi karies gigi pada anak usia 6-7 tahun sebesar 94,4%
dengan rata-rata DMF-T 4,02.5
Hasil penelitian Nurmala Situmorang (2004) di 2 Kecamatan Kota Medan
menyatakan bahwa status kesehatan gigi dan mulut penduduk masih buruk. Hal
ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi karies gigi dengan DMF-T, 80.83%
responden mempunyai gigi dengan lesi karies, 50,83% responden gigi dicabut dan
hanya 21,11% gigi di tambal.6
Berdasarkan data diatas penulis ingin melihat bagaimana keadaan gigi pada
Siswa/i SMP PTP Nusantara IV Bukit Lima Simangonai Kecamatan Raja Maligas
Kabupaten Simalungun tahun 2012.
Untuk mengetahui prevalensi karies gigi pada Siswa/i SMP PTP Nusantara IV
Bukit Lima Simangonai Kecamatan Raja Maligas Kabupaten Simalungun tahun
2012.
1. Untuk mengetahui prevalensi karies gigi berdasarkan umur pada Siswa/i SMP
PTP Nusantara IV Bukit Lima Simangonai Kecamatan Raja Maligas
Kabupaten Simalungun tahun 2012.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(sumber:http://www.klikdokter.com/gigimulut/read/2010/09/27/228/anatomi-gigi)
5
gigi, gingiva ini berfungsi melidungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap
pengaruh lingkungan rongga mulut.10
Bagian dari gingiva adalah
1. Tepi gusi bebas (Free marginal gingival) yakni gusi ujung / tepi yang
mengelilingi gigi dan tidak melekat pada gigi.11
2. Lekukan gusi bebas (Free gingival groove) lekukan pada bagian bukal dan
labial yang dibatasi oleh dinding dalam free marginal groove,dasar sulkus
dan ini tidak sama pada semua orang.11
3. Perlekatan gusi (Attached gingival) meluas dari groove gingiva bebas ke
pertemuan mukongingival akan bertemu dengan mukosa alveolar.10
4. Papil diantara dua gigi (inter dental papilla) adalah bagian dari gingiva yang
mengisi ruang interproksimal yakni antara dua gig yang berdekatan.11
frekuensi, durasi dan arahnya. Struktur ligamen biasanya menyerap beban tersebut
secara efektif dan meneruskannya ke tulang pendukung.10
Ligamen periodontal mempunyai fungsi-fungsi berikut: (a) fungsi fisikal
atau suporatif, yang merupakan fungsi utama, (b) fungsi formatif atau
remodelling, (c) fungsi nutritif atau nutrisional, (d) fungsi sensori.12
a. Fungsi fisikal / suporatif12
1. Sebagai wadah jaringan lunak yang melindungi pembuluh darah dan saraf
dari cidera akibat tekanan mekanis
2. Mengahantarkan tekanan oklusi ke tulang alveolar.
3. Melekatkan gigi ke tulang alveolar.
4. Mempertahankan hubungan jaringan gingiva dengan gigi.
5. Menahan dampak tekanan oklusi (shock absorption)
b. Fungsi formatif atau remodelling12
1. Penggerakan gigi secara fisiologis
2. Pengakomodasian periodonsium terhadap tekanan oklusal
3. Perbaikan jaringan yang cedera
c. Fungsi nutritif atau nutrisional12
Ligamen periodontal mengandung sisten vaskularisasi yang baik sehingga
dapat memasok nutrisi ke sementum, tulang adan menyediakan drainase
limfatiklveolar dan gingiva melalui pembuluh darah dan menyediakan
drainase limfatik.
d. Fungsi sensori12
1. Ujung saraf bebas (free endings), yang konfigurasi seperti pohon kayu dan
fungsinya menyalurkan sensasi nyeri.
2. Reseptor mekanis(mechanoreceptor) berupa Ruffini-like mechanoreceptor,
terutama yang berada di bagiann apaikal
3. Meissners corpuscles berbentuk spiral,reseptor mekanis yang dijumpai
terutama pada bagian tengah akar.
4. Ujung saraf pasensasi tekanan (pressure ending ) yang menalurkan sensasi
tekanan, dan ujung saraf pasensasi vibrasi (vibration ending) yang
menyalurkan sensasi vibrasi.
8
2.1.3.4 Sementum12
Sementum adalah jaringan ikat kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar
dan tempat berinsersinya bundle serabut kolagen. Sementum dapat dianggap
sebagai tulang perlekatan dan merupakan satu-satunya jaringan gigi khusus dari
jaringan periodontal.
2.1.4. Klasifikasi Jenis Gigi
2.1.4.1. Berdasarkan Bentuk dan Fungsi13
1. Gigi Seri13
Gigi ini ada empat buah diatas dan empat dibawah. Seluruhnya delapan,
terletak didepan. Tugasnya untuk memotong dan menggunting makanann,
mempunyai satu akar.
2. Gigi Taring13
Gigi ini ada empat, seluruhnya diatas dua dibawah dua, terletak disudut
mulut, bentuk mahkotanya runcing, guna mencabik makanan. Akar gigi ini
hanya satu.
3. Geraham Kecil13
Gigi ini merupakan pengganti gigi geraham sulung. Seperti kita ketahui pada
gigi sulung tidak memiliki geraham kecil. Jadi hanya geraham saja. Letak
gigi geraham kecil, dibelakang gigi taring. Ada delapan, atas empat, bawah
empat, tugasnya membantu atau bersama-sama geraham besar menghaluskan
makanan.
4. Geraham Besar13
Terletak dibelakang gigi geraham kecil jumlahnya dua belas. Atas enam,
bawah enam. Masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebardan berbenjo.
Gunannya untuk menggiling makanan, gigi ini yang bawah akarnya dua, yang
atas tiga. Sedangkan gigi geraham terakhir, seringkali ketiga akarnya bersatu
menjadi satu.
Pada umur antara 2,5 3 tahun maka lengkaplah gigi sulung sebanyak 20
buah. Dengan demikian sejak umur ini anak tersebut sudah siap mengunyah
makanan dengan sempurna dari pada sebelumnya. 13
Gigi susu tersebut akan bertahan sampai umur 6 tahun. Sesuai dengan
kemampuan alat cerna makanan anak yang makin meningkat umurnya maka sejak
11
Gigi tetap/permanen
Semua gigi susu akan lepas dan akan digantikan oleh 32 gigi
tetap/permanen, ini terjadi secara bertahan dalam masa anak berusia 6 tahun
sampai 14 tahun. Gigi terakhir (molar 3) akan bererupsi pada masa usia 17 sampai
21 tahun.7
Masa erupsi gigi dewasa atau gigi tetap.13
Gigi rahang atas:13
Gigi seri pertama tumbuh pada umur 7-8 tahun
Gigi seri kedua tumbuh pada umur 8-9 tahun
Gigi taring tumbuh pada umur 11-12 tahun
Gigi geraham kecil pertama tumbuh pada umur 10-11 tahun
Gigi geraham kecil kedua tumbuh pada umur 10-12 tahun
Gigi geraham besar pertama tumbuh pada umur 6-7 tahun
Gigi geraham besar kedua tumbuh pada umur 12-13 tahun
Gigi geraham ketiga tumbuh pada umur 17-21 tahun
Ke empat faktor ini harus ada, bila salah satu faktor tidak ada maka karies
tidak terbentuk.ini disebabkan keempat factor ini merupakan lingkaran yang saing
terkait, dengan karies di tengahnya.15
sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang
sering berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email.16
2.2.1.3 Faktor Mikroorganisme
Plak gigi merupakan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan.17
Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik
karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.
Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat
menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida
ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini, yang
terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi
mempunnyai konsistensi seperti gelatine. Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu
untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak
makin tebal maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dala menetralkan plak
tersebut.14
2.2.1.4 Faktor Waktu
Adannya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva
ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghanncurkan gigi dalam
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian
sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini. 14
karies yang tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang
baik, 5 (lima) pasang yang memiliki presentase karies sedang, selebihnya 40
pasang lagi, dengan presentase karies yang tinggi. Tapi dengan teknik pencegahan
karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini, sebetulnya faktor keturunan
dalam proses terjadinya karies tersebut telah dapat dikurangi.
2.2.2.2 Ras18
Pengaruh Ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Tetapi
keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan presentase
karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan
rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur,
tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan
gigi, dan ini akan mempertinggi presentase karies pada ras tersebut.
2.2.2.3 Jenis Kelamin18
Dari pengamatan yang dilakukan oleh MILHAHN-TURKEHEM pada gigi
M1, didapat hasil berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan presentase karies pada laki-laki dan perempuan
pada M1 kanan dan M1 kiri
Karies
M1 Kanan M1 Kiri
Laki laki 74,5 % 77,6 %
Perempuan 81,5 % 82,3 %
Dari hasil ini terlihat bahwa presentase karies gigi pada wanita adalah lebih
tinggi dibanding dengan pria. Presentase karies molar kiri lebih tinggi
dibandingkan dengan molar kanan, karena faktor pengunyahan dan pembersihan
dari masing-masing bagian gigi.
2.2.2.4 Umur18
Sepanjang hidup dikenal 3 phase umur dilihat dari sudut gigi geligi.
1. Periode gigi campuran, disini Molar 1 paling sering terkena karies
17
2. Periode pubertas (remaja) umur antara 14 s/d 20 tahun. Pada masa pubertas
terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi,
sehingga kebersihan mulut kurang terjaga. Hal inilah yang menyebabkan
presentase karies lebih tinggi.
3. Umur antara 40 s/d 50 tahun, pada umur ini sudah terjadi retraksi atau
menurunya gusi dan papil sehingga, sisa-sisa makanan sering lebih sukar
dibersihkan.
2.2.2.5 Makanan18
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat
dibagi menjadi 2:
1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya : karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsur-unsur tersebut diatas
berpengaruh pada masa pre-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan-makanan yang bersifat
membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi alami, tentu saja akan
mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat membersihkan ini adalah:
apel, jambu air, bengkuang, dan lain sebagainaya. Sebaliknya makanan-
makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat rusak seperti: bonbon,
coklat, biskut dan lain sebagainya.
2.2.2.6 Unsur kimia18
Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies
gigi masih dalam penenlitian. Unsur-unsur yang paling mempengaruhi presentase
karies gigi ialah fluor. Dibawah ini dicantukan beberapa unsur kimia yang
mempengaruhi atau memperlambat terjadinya karies.
2.2.2.7 Plak18
Akhir-akhir ini penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan, untuk
mencegah karies gigi. Plak ini terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air
ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, Leukosit, Limposit dengan sisa-
sisa makan serta bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus
meniadakan plak, plak sebanyak merupakan awal terjadinya kerusakan gigi.
Seperti dikatakan oleh KANTOROWICF: gigi yang bersih akan sulit rusak.
2. Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum
melebihi setengah dentin.
(Sumber: http://www.geschichteinchronologie.ch/med/merk/merkblatt-
zahnkaries.html)
G.V.BLAK mengklasifikasi kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda dengan nomor
romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena
karies.18
1. Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar
dan molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.18
2. Klas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi Molar atau
Premolar yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.18
3. Klas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum
mencapai 1/3 incisal gigi.18
4. Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan dan sudah
mencapai 1/3 incisal dari gigi.18
5. Klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi
belakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi.18
21
termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan
fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.3
2. Pencegahan sekunder
Merupakan pelayanan yang ditunjukkan pada tahapa awal patogenesis, untuk
menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi.
Kegiatan ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai
contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah
kehilang struktur gigi yang luas.3
3. Pencegahan tersier
Pelayanan yang ditunjukkan terhadap akhir dari pathogenesis penyakit, untuk
mencegah kehilangan fungsi. Kegiatan meliputi pemberian pelayanan untuk
membatasi ketidak mampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan
termasuk dalam kategori ini.3
Selain itu pencegahan yang biasa dilakaukan sebagai berikut.
a. Fluorida
Tindakan pencegahan yang paling efektif terhadap karies gigi adalah
pemberian fluoride dalam persedian air minum umum sampai sekitar 1,00 ppm.
Pada daerah yang kekurangan fluorida, manfaat pencegahan karies yang serupa
adalah dengan memberikan tambahan fluorida pada makanan.2
b. Higien Mulut
Penyikatan gigi dan flossing, setiap hari membantu mencegah karies gigi
dan penyakit periodontal. Sebaiknya, orang tua mendapat nasihat dari para
profesional mengenai teknik higine mulut pada anak-anak. Karena orang tua harus
menerima tanggung jawab terhadap penyikatan atau flossing . tingkat keterlibatan
orang tua harus sesuai dengan kemampuan pertumbuhan anaknya.2
c. Diet
Pengurangan frekuensi makanan karbohidrat mencegah terjadinya karies
gigi. Orang tua dan anak-anaknya harus dianjurkan menghindari makanan kecil
yang mmengandung karbohidrat, penggunaan permen karet, gula-gula, dan
minuman ringan yang mengandung gula.2
25
Pengetahuan
Jenis Kelamin
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email
gigi hingga ke dentin (tulang gigi).21
2. Prevalensi adalah proporsi orang didalam suatu populasi yang menderita
suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu.12
3. Jenis kelamain adalah jenis kelamin responden saat di diagnosis karies
yang terdiri atas laki laki dan perempuan.
4. Umur adalah umur responden saat di diagnosi karies.
Tabel 3.1 Jumlah Siswa/i SMP PTP Nusantara IV Bukit Lima Simangonai
Kecamatan Raja Maligas Kabupaten Simalungun
=
. + 1
Keterangan :
n: Jumlah sample
N: Jumlah populasi
Rumus ini biasa digunakan, apabila jumlah populasinya lebih dari 100. Dalam
menentukan siswa/siswi yang akan dijadikan sampel, penulis menggunakan
metode simple rondom sample.20
n= N
1 + N (d)2
n= 347
1 + 347 (0.1)2
n = 77.62 = 78 orang
Berdasarkan rumus tersebut, penelitian menentukan atau membatasi sampel
sebanyak 78 siswa/siswi dengan taraf kesalahan 10%.
Prevalensi adanya karies pada Siswa/i SMP PTP Nusantara IV Bukit Lima
Simangonai Kecamatan Raja Maligas Kabupaten Simalungun
DAFTAR PUSTAKA
1. Kidd EA. Essential of dental caries.2nd ed. UK: Oxford University press,
2005
2. Samik A. Wahab. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed 15. Jakarta: EGC,
2000
3. Pintauli S, dan Hamada T.menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU
press,2008
4. Situmorang N. status dan prilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
murid sekolah di 8 kecamtan di Kota Medan. Dentika Dent J 2008
5. Al-Wazzan KA.Dental caries prevalensi in 6-7 year-old schoolchildren in
Riyadh region:A comperatif study with the 1987 oral health survey of
Saudi Arabia phase I.< http://www.sdsjournal.org/2004/volume-16-
number-2/>2010
6. Situmorang N. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap
Kualitas Hidup.Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara,2005
7. Isroin Laily dan Andarmoyo Sulistyo. Personal Hygiene Konsep, Proses,
dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta, 2012
8. Chumbley Jane, dan Walters Clare. Merawat Gigi Bayi, Cara Menjaga
Kesehatan Gigi dan Gusi Anak. Penerjemah Fransiscus Rudijanto,
Erlangga, 2003
9. Djamil Sadono Melanie. A-Z Kesehatan Gigi (panduan lengkap kesehatan
gigi keluarga). Cetakan Pertama. Solo: Metagraf, 2011
10. Manson J.D dan Eley B.M. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua, Alih
Bahasa Anastasia S, Jakarta: Hipokrates, 1993
11. Mc.Irham, Ediati Sri, Sidarto Suad. Penyakit-Penyakit Gigi dan Mulut
Pencegahan dan Perawatanya. Edisi Pertama. Yogyakarta,1993
12. Daliemunthe Hamzah Saidina. Periodonsia. Edisi Revisi. Medan:
Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra
Utara, 2008 :46
13. Machfoedz Ircham. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut dan Anak-Anak
Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramayana, 2008
14. Kidd E.A.M; Bechal SJ. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta : EGC, 1992
15. Bahan kuliah ilmu kedokteran gigi anak: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara Medan, 2011
16. Kidd E.A.M, dkk. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.
Cetakan kedua, Alih Bahasa Narlan Sumawita, Jakarta : EGC, 1991
33
17. Panjaitan, M. Etiolgi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Medan: USU
Press, 1995
18. Taringan, R. Karies Gigi. Jakarta: Hipokrates, 1990
19. WHO. WHO Oral Health Country/Area Profil Programme,
http://www.whocollab.od.mah.se/index.htm
20. Notoatmodjo Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010 : 26,121
21. Kusumawardani Endah. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut.Yogyakarta,
2011 : 23
22. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2003
23. Sastroasmoro Sudigdo,dan Ismael Sofyan. Dasar-Dasar Metode Penelitian
klinis. Edisi Ke Empat . Jakarta Sagung Seto, 2011