Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN

PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP
Ernawati Saptaningrum, Duwi Nuvitalia, Siti Patonah
Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang
ernawati.sn@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran


fisika dengan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa SMP. Metode penelitian yang digunakan adalah R&D. Kesimpulan
yang diperoleh, siswa dapat berpikir kritis karena mempunyai kemampuan untuk
menilai suatu penalaran dengan tepat. Selain itu, siswa dapat mencari solusi
dalam memecahkan masalah di dalam kegiatan laboratorium IPA sesuai dengan
logika atau penalaran siswa sendiri.
Kata Kunci : pembelajaran Fisika, pendekatan metakognitif, berpikir
kritis.
Abstract

This research aims to know the development of physics learning based on


meta-cognitive approach to increase the ability of Junior High School students in
critical thinking. The method used in this research is R&D. The conclusion
obtained is that students can critically think because they have the ability to
evaluate a logical thinking exactly. Students can also solve the problem of their
activities in science laboratory according to their own logical thinking.
Key Words: physics learning, meta-cognitive approach, critical thinking

1. Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah

Aktivitas pembelajaran Fisika di tingkat SMP pada saat ini masih

didominasi oleh guru, siswa kurang diberi kesempatan untuk berperan

serta dalam membangun pengetahuan sendiri. Tentunya hal ini

bertentangan dengan semangat pembelajaran Fisika untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa.


Untuk menilai kemampuan berpikir kritis seseorang, dapat dilihat

dari kemampuan menginterpretasi, menganalisis, mengevalusi,

menyimpulkan, menjelaskan apa yang dipikirkan dan membuat

keputusan, menerapkan kekuatan berpikir kritis pada dirinya sendiri, dan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap pendapat-pendapat

yang dibuatnya. Lebih lanjut Inch, et al., (2006: 5) menyatakan bahwa

berpikir kritis adalah sebuah proses di mana seseorang mencoba untuk

menjawab secara rasional pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat

dijawab secara mudah dan di mana semua informasi yang relevan tidak

tersedia. Menurut Costa (1985: 45) berpikir kritis menggunakan proses

berpikir dasar untuk menganalisis pendapat dan menghasilkan wawasan

yang lebih bermakna.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam pembelajaran

seharusnya siswa dilatih untuk menemukan informasi belajar secara

mandiri dan aktif menciptakan struktur kognitif dalam proses belajar,

sehingga terwujud pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pemikiran

ini didukung oleh Gasong (2006: 1), yang menyatakan bahwa proses

pembelajaran siswa harus didorong secara aktif untuk mengembangkan

pengetahuannya sendiri serta bertanggung jawab terhadap hasil

belajarnya, misalnya melalui kegiatan kontrukstivisme. Suparno (1997:

61) menyatakan prinsip pembelajaran konstruktivisme adalah (1)

pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, (2) pengetahuan tidak

ditransfer dari guru ke siswa, guru bertindak sebagai fasilitator saja


sedangkan siswa secara aktif bernalar dan menggunakan seluruh potensi

dirinya, (3) siswa aktif secara terus menerus mengkonstruksi

pengetahuan sehingga terjadi perubahan konsep ke arah yang lebih rinci,

lengkap, serta ilmiah, (4) guru memfasilitasi proses pembelajaran

dengan menyediakan sarana dan situasi yang kondusif agar

pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dengan mudah.

Salah satu strategi pembelajaran yang sejalan dengan

konstruktivisme adalah pendekatan metakognitif. Metakognitif

merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan proses kognitif untuk

menyelesaikan masalah. Cognition is concerned with what someone

knows, metacognition with what people know about their knowledge

(Flavel 1979, Europe Journal of Engineering Education, 29, 543-548).

Metakognitif sangat penting untuk meningkatkan kemampuan siswa

karena proses ini berhubungan dengan perencanaan, monitoring dan

evaluasi mengenai pemecahan masalah. Selain itu, di dalam proses

metakognitif dapat mengkonstruksi hubungan antara pengetahuan awal

dengan pengetahuan yang baru, menemukan strategi pemecahan masalah

dan merefleksikan proses pembelajaran serta menemukan

pemecahannya.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan beberapa

masalah yang menjadi fokus penelitian antara lain:


1) Bagaimana pengembangan pembelajaran Fisika dengan pendekatan

metakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

yang valid?

2) Bagaimanakah hasil penerapan pembelajaran Fisika dengan

pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa?

3) Bagaimanakah proses berpikir kritis siswa SMP dalam kegiatan

pembelajaran Fisika setelah mendapatkan pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif?

c. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah

1) Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dalam rangka

mengembangkan pembelajarn IPA Fisika dengan pendekatan

metakognitif yang valid

2) Mengetahui hasil penerapan pembelajaran Fisika dengan pendekatan

metakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

3) Mengetahui proses berpikir kritis siswa SMP dalam kegiatan

pembelajaran Fisika setelah mendapatkan pembelajaran dengan

pendekatan metakognitif

2. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mixed method yang menggunakan

metode pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan


data dilakukan secara simultan selama proses pengembangan

pembelajaran dengan pendekatan metakognitif.

b. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Research and Development (R & D).

c. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 15 Kota Semarang.

d. Instrumen Penelitian

Instrumen perangkat pembelajaran Fisika dengan pendekatan

metakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

SMP.

e. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan triangulasi mix-method

design yaitu dengan menganalisis secara simultan dari data kuantatif

dan data kualitatif serta data gabungan. Selanjutnya menggunakan hasil

analisisnya untuk memahami permasalahan penelitian

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Pengembangan Perangkat Penelitian

Proses pengembangan perangkat meliputi tahapan terdiri dari 1)

studi pendahuluan, 2) perencanaan, 3) pengembangan, 4) uji coba

terbatas, 5) analisis, Hasil validasi perangkat dinyatakan baik dan dapat

digunakan dengan perbaikan dalam beberapa hal, antara lain: penentuan

alokasi waktu, perencanaan kegiatan elaborasi dalam pembelajaran


belum membedakan antara Lembar Kerja Siswa dan Lembar Kegiatan

Siswa

b. Pembahasan

Di dalam proses pembelajaran, desain lembar kerja siswa

dirancang dengan urutan kegiatan yang memperlihatkan video yang

berisi tentang diskusi materi campuran. Di awal kegiatan, siswa

diberikan lembar kerja siswa yang memuat indikator-indikator dalam

elemen berpikir kritis versi Paul dan Elder yang disesuaikan dengan

konsep pembelajaran. Saat video diputar, siswa melakukan diskusi

kelompok dengan memperhatikan lembar kerja siswa yang meliputi: 1)

Informasi yang didapatkan dari pengamatan video, 2) menghubungkan

informasi dari video dengan kegiatan laboratorium yang akan

dilakukan, 3) memprediksi masalah atau kendala yang mungkin terjadi

dalam kegiatan praktikum penentuan campuran heterogen dan

campuran homogen, 4) membuat rencana kegiatan praktikum sesuai

dengan yang dipikirkan, 5) mengukur seberapa besar keyakinan saudara

terhadap keberhasilan perencanaan yang dibuat bersama kelompok serta

kemampuan dalam memberikan alasan, 6) melakukan kegiatan

praktikum sesuai dengan perencanaan dengan catatan jika terjadi

kesalahan dapat memberikan alasan serta dapat melakukan perbaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan tes hasil belajar, rata-rata hasil

belajar siswa sebesar 6,57. Pada tahap awal pembelajaran, siswa

memperhatikan video dan mendiskusikan hasil pengamatannya


berdasarkan panduan pada lembar kerja siswa dengan berdiskusi. Dari

hasil diskusi yang juga dipandu oleh guru, siswa menjadi terarah dalam

melakukan kegiatan laboratorium materi campuran.

Kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat dilihat dari bagaimana

siswa merespon setiap pertanyaan pada lembar kerja yang disajikan.

Hal ini sesuai dengan elemen bernalar: Informasi dengan indikator

berpikir kritis yakni mendeskripsikan informasi dan menjelaskan hasil

observasi dari hasil pengamatan video yang diputar. Kemampuan anak

dalam mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) ini menunjukkan,

bahwa siswa telah berpikir kritis karena telah dapat menuliskan kembali

tentang apa yang telah diamati. Sedangkan pada Lembar Kegiatan

Siswa, anak mampu melakukan kegiatan laboratorium materi

campuran.

Pada elemen bernalar: Konsep dengan indikator berpikir kritis

mengaitkan hasil observasi dengan konsep, siswa merespon dapat

menghubungkan informasi pada kegiatan laboratorium dengan

menunjukkan serta membedakan antara campuran homogen dan

heterogen. Hasil ini sesuai dengan yang ditulis oleh Arend (2009)

bahwa berpikir kritis merupakan pengembangan cara berpikir secara

mandiri tentang penyelesaian masalah. Di dalam kerja, siswa diminta

untuk mencampur bahan-bahan yang telah tersedia, selanjutnya siswa

mendefiniskan sendiri konsep dari campuran heterogen dan homogen.

4. Simpulan dan Saran


a. Simpulan

1) Pengembangan pembelajaran IPA Fisika dengan pendekatan

metakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

telah dikembangkan perangkat yang meliputi silabus, RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran), Lembar Kerja Siswa, Lembar Kegiatan

Siswa.

2) Penerapan pembelajaran Fisika dengan pendekatan metakognitif

dapat membuat siswa berpikir tentang perencanaan kerja sampai

dengan pemecahan masalah yang dihadapi.

3) Proses berpikir kritis siswa SMP dalam kegiatan pembelajaran IPA

Fisika setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan

metakognitif terlihat pada tahapan kerja melalui prosedur lembar

kerja siswa.

b. Saran

Saran yang dapat disampaikan yaitu pada pembelajaran di kelas

sebaiknya menggunakan pembelajaran metakognitif yang diawali

dengan pemutaran video yang dirancang sendiri. Skenario di dalamnya

memuat diskusi mengenai materi yang akan dibahas dengan

memunculkan pertanyaan untuk merangsang pemikiran kritis siswa

yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa.

Daftar Pustaka

Arend, Bridget. 2009. Encouraging critical thinking in online threaded

discussions. The Journal of Educators Online, 6/1: 1-23.


Costa. A. L. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking

(ed). Alexandria: ASDC.

Flavell, J. (1979). Metacognitive and cognitive monitoring: A new area of

cognitive developmental inquiry. American Psychologist. 34. 906-911.

Gasong, Dini. tanpa tahun. Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai

Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran.

http://images.dani7bd.multiply.com. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2013.

Inch, E. S. et al. 2006. Critical Thinking and Communication: The Use of Reason

in Argument (5 th ed.). Boston: Pearson Education, Inc.

Suparno, P. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai