Anda di halaman 1dari 29

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI
Nama : Mohamad Nurhadi
NIM : 4411412057
Jurusan : Biologi
Prodi : Biologi S1

I. JUDUL

Kadar Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida Udara Ambien di SPBU Kota
Semarang

II. LATAR BELAKANG

Kota Semarang merupakan kota yang memiliki pertambahan luasan kawasan


industri sebesar rata-rata 8,4 persen per tahun dalam kurun waktu 1994-2002. Suhu
yang tinggi menyebar dengan cepat ke seluruh kota karena wilayah terbangun di
perkotaan juga terus menyebar di seluruh bagian wilayah perkotaan. Suhu udara lebih
besar dari 340 C pada tahun 1994 di Kota Semarang hanya berada pada beberapa titik,
namun pada tahun 2002, sudah hampir menutupi seluruh Kota Semarang (Surtiarti,
2014).
Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Jawa
Tengah, jumlah kendaraan bermotor di Kota Semarang pada tahun 2014 mencapai
542.253 unit, yang terdiri atas 438.164 kendaraan roda dua dan roda tiga dan 104.089
kendaraan roda empat atau lebih (http://dppad.jatengprov.go.id/up3ad-kota-semarang-
i/ diakses pada 10 Agustus 2016).
Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar yang
digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan (Suci, 2010). Jenis parameter
pencemar udara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi
Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan
(O), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5 , TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall
(debu jatuh) (http://www.depkes.go.id).
Dalam seminar internasional The Utilization of Catalytic Converter and
Unleaded Gasoline for vehicle terungkap bahwa 70% gas beracun yang ada di udara,
terutama di kota besar, berasal dari kendaraan bermotor. Lebih dari 20% kendaraan di
Jakarta diperkirakan melepas gas beracun melebihi ambang batas yang dinyatakan
aman. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pemakaian bahan
bakar gas, dan hal itu akan membawa risiko pada penambahan gas beracun di udara
terutama CO, HC, SO2 dan NO2. Pencemaran udara yang diakibatkan oleh polusi sisa
pembakaran kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun memperlihatkan
kecenderungan meningkat, tetapi pencegahan dari pemerintah selama ini dinilai
berbagai kalangan masih amat kurang. Berbeda dengan standar polusi yang
ditetapkan diberbagai negara maju, seperti Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
Udara merupakan campuran dari gas yang terdapat pada permukaan bumi,
yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen, 0,93 % Argon, 0,03 % Karbon
Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan
Hidrogen (H2). Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial) . Menurut
Kastiyowati (2001) udara dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan
manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Udara dimana di dalamnya
terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-
gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka
dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi.
Soedirman (2008) menyebutkan bahwa pencemaran udara diartikan sebagai
adanya bahan atau zat-zat asing di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan
perubahan komposisi atmosfer normal. Sekalipun dalam tulisan Soedirman ini pada
bagian lain masih diketengahkan akan pengaruh bahan-bahan atau zat-zat asing
dengan segala kemungkinannya dapat mengganggu kesehatan, namun di dalam
definisinya, persyaratan bahwa pencemaran itu memberikan pengaruh terhadap
kesehatan tubuh atau organisme tidak jelas tempatnya. Beliau menekankan adanya
pembebasan bahan atau zat-zat asing bila sampai mempengaruhi komposisi udara
normal baru disebutkan sebagai pencemaran. Faktor penting yang menyebabkan
dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di
Indonesia menurut Juliantara (2010) antara lain:
1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)
2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada
3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
7. Faktor perawatan kendaraan
8. Jenis bahan bakar yang digunakan
9. Jenis permukaan jalan
10. Siklus dan pola mengemudi (driver pattern)
Selain faktor penting pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran
perkotaan, ada beberapa jenis pencemar atau polutan. Menurut Kastiyowati (2001)
jenis-jenis pencemaran udara adalah sebagai berikut:
1. Menurut bentuk : Gas, partikel
2. Menurut tempat : Ruangan (indoor), udara bebas (outdoor)
3. Gangguan kesehatan : Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis
4. Menurut asal : Primer, sekunder
Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi :
5. Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S)
dan Sulfat Aerosol.
6. Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (N2S), Nitrogen Monoksida
(NO), Amonia (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
7. Golongan Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO),
Hidrokarbon.
8. Golongan gas berbahaya terdiri dari Benzen, Vinyl Klorida, Air raksa uap.
Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua :
9. Pencemaran udara bebas (Outdoor air pollution) yang sumber pencemarnya
sebagai berikut :
1) Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll.
2) Aktifitas manusia, misalnya berasal dari kegiatan industry, rumah tangga,
asap kendaraan, dll.
10. Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran udara
di dalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung
tinggi.
Sebagian besar studi berbasis populasi observasional yang telah dilaksanakan
menunjukkan hubungan antara gejala pernapasan, terutama asma, paparan NO2 udara
ambien. NO2 merupakan gas iritan saluran pernapasan yang dapat menyebabkan
spektrum efek kesehatan pernapasan yang merugikan, tergantung pada dosis paparan.
Di ruang terbatas, cedera paru yang parah dan bahkan kematian dapat terjadi. NO2
juga berperan dalam kerentanan terhadap infeksi pernafasan, terutama pada orang
muda dan orang tua. Hal ini, menunjukkan bahwa nitrogen dioksida yang cenderung
menginfeksi pernafasan masih perlu dikaji kembali, terutama karena adanya efek
lanjutan secara medis secara serius serta respon telah terlihat setelah akut.
Uji kontrol menunjukkan peran untuk SO dalam menyebabkan gangguan
pernapasan. Sheppard et al menemukan bahwa SO konsentrasi 0,05 ppm dan 0,25
ppm menyebabkan peningkatan sesak saluran napas di antara penderita asma pada
saluran pernafasan mengalami peningkatan setiap menit perlakuan. Studi lain oleh
peneliti yang sama menemukan bahwa kenaikan pada hambatan saluran napas dapat
dilemahkan dengan perlakuan awal cromolyn. Temuan ini menunjukkan bahwa SO2
ditunjukkan adanya peningkatan hambatan saluran napas pada penderita asma yang
kemungkin tergantung pada bahan kimia yang dilepaskan oleh sel mast ketika
aktifkan atau oleh mekanisme beberapa sel mast. (Tze-Ming Chen et.al, 2007)
Berdasarkan penelitian Astra (2004) dan Nizar (2000) menyebutkan kedua
bentuk gas Nitrogen Oksida yaitu NO dan NO 2 memiliki dampak yang buruk bagi
kesehatan manusia, bahkan dalam jumlah yang sedikit. Dari penelitian Nizar (2000)
dapat diperoleh hasil bahwa gas NO merupakan gas yang mudah terakumulasi pada
daun tanaman seperti cemara kipas (Thuja orientalis). Gas Sulfur oksida (SOx)
memiliki bentuk Sulfur dioksida (SO2) yaitu gas polutan yang banyak dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar fosil dan SO3 , meski begitu kedua bentuk SOx juga sudah
terdapat pada atmosfer secara alamiah. Pada manusia normal SO 2 dapat menimbulkan
iritasi tenggorokan pada konsentrasi 5 ppm, dan pada individu sensitive mampu
menimbulkan iritasi tenggorokan hanya pada 0,2 ppm saja. (Wiharja, 2002)
Solusi yang dapat ditawarkan guna menanggulangi pencemaran udara salah
satunya adalah adanya penanaman pohon atau tumbuhan di sekitar titik-titik
pencemaran udara seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU), SPBU merupakan
salah satu tempat penumpukan polusi secara kontinyu, hal ini disebabkan antara lain
karena kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU mengantri pengisian dengan
mesin yang menyala, sehingga produksi polutan dengan mesin menyala dalam
keadaan kendaraan berhenti lebih banyak. Penghijauan dapat berfungsi sebagai
perlindungan untuk menyaring udara kotor. Sebagian besar pemilihan tanaman untuk
ditanam mengutamakan pada aspek keindahan, kecepatan tumbuh dan kemudahan
pemeliharaan. Fungsi serta manfaat tanaman dalam meningkatkan kualitas
lingkungan seperti menyerap polusi udara masih kurang dipertimbangkan (Astra et.al,
2004). Menurut Fitter dan Hay (1992), tumbuhan yang ditanam di daerah tercemar
biasanya ikut menyerap gas lain bersama Karbon Dioksida (CO2) ketika fotosintesis.
Menurut Nasrullah (1997) faktor suhu, intensitas cahaya dan konsentrasi gas
NO2 serta factor tanaman (kerapatan stomata) mempengaruhi jumlah serapan gas NO2
dari udara. Namun ada pula factor lain yang dapat mempengaruhi seperti karakteristik
ukuran, bentuk dan tekstur daun serta factor lingkungan. Sulfur dioksida juga
berbahaya bagi tumbuhan karena dengan konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan
pada daun, pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara
kronis SOx menyebabkan terjadinya khlorosis.
Menurut Iwan (2011) karakter umum tanaman yang mempunyai kemampuan
tinggi menyerap polutan indoor maupum outdoor, secara umum serupa. Tanaman
memiliki tajuk rimbun, tidak gugur daun, tanamannya tinggi. Karakter khusus
tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi mengurangi polutan partikel memiliki
ciri daun, memiliki bulu halus, permukaan daun kasar, daun bersisik, tepi daun
bergerigi, daun jarum, daun yang permukaannya bersifat lengket, ini efektif untuk
menyerap polutan. Ciri spesifik pada tanaman sansevieria diantaranya mampu hidup
pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang
berbahaya (polutan). Beberapa spesies yang mampu menyerap NO2, dapat dilihat
pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Serapan NO2 pada beberapa spesies tumbuhan


No Nama Latin Nama Lokal Serapan NO2
(g/g)
1. Jacobina carnea Lolipop merah 100,02
2. Malphigia sp. Kihujan 93,28
3. Acalypha wilkesiana Akalipa merah 64,8
4. Pachystachys lutea Lolipop kuning 61,7
5. Mussaendah Nusa indah merah 53, 53
erythrophylla
6 Notophanax sp. Daun mangkokan 46,07
7. Bougenvillea glabra Bogenvil merah 45,44
8. Gardenia augusta Kaca piring 45,29
9. Coleus blumei Miana 41,7
10. Cordilyne terminalis Hanjuang merah 36,34
11. Rhododendron indicum Azalea 35,95
12. Lantana camara Lantana ungu 35,14
13. Acalypha wilkesiana Akalipa hijau putih 31,24
14. Scindapsus aureus Sirih belanda 25,63
15 Alpinia purpurata Lengkuas merah 24,55
16. Ixora javanica Ixora daun besar 23,86
17. Notophanax Kedondong laut 20,95
sarcophagus
18. Crinum asiaticum Bakung 20,03
19. Chrysalidocarpus Palm kuning 19,48
lutescens
21. Canna indica Kana 18,91
22. Iresine herbstii Bayam merah 18,86
23. Caladium hortulanum Keladi putih 18,50
24. Dracaena fragrans Drasaena 17,74
25. Allamanda cathartica Alamanda 17,63
26. Mirabilis jalapa Bunga pukul empat 17,51
27. Heliconia psittacorum Helikonia merah 16,86
28. Cycas revulata Sikas 16,28
29. Gendarusa vulgaris Gendarusa 16,27
30. Arundinaria pumila Bambu pangkas 15,97
31. Costus speciosus Pacing 15,27
32. Acalypha macrophylla Teh-tehan 15,10
33. Carmona retusa Serut 13,67
34. Heliconia sp. Helikonia oranye 13,60
35. Clerodendron Nona makan sirih 13,58
thomsonae
36. Vinca rosea Tapak dara 12,41
37. Plumbago indica Plumbago 12,39
38. Licuala grandis Palm kol 11,93
39. Ficus repens Dollar-dollaran 11,76
40. Mussaendah alba Nusa indah putih 10,9
41. Agaye sisalana Agave hijau 9,99
42. Pleomele variegata Pleomele 8,56
43. Passiflora cocinea Passiflora 8,46
44. Bougeinvillea Bougenvil oranye 7,89
spectabillis
45. Hippeastrum amaryllis Amarilis 7,71
46. Agave Americana Agave kuning 7,61
47. Aglaonema nitidum Sri rejeki 7,59
48. Caladium bicolor Keladis hias 7,47
49. Stephanotis floribunda Stepanut 7,44
50. Heliconia rosrata Pisang hias 6,83
51. Rosa sinensis Mawar 6,60
52. Cycas rumphii Pakis haji 6,22
53. Malphigia coccigyera Mirten 5,53
54. Duranta repens Duranta kuning 4,11
55. Execoecaria bicolor Sambang merah 4,77
56. Muraya paniculata Kemuning 4,56
57. Salvia splendes Salvia merah 4,23
58. Duranta variegeta Terang bulan 4,11
59. Ixora chinensis Ixora daun kecil 4,11
60. Rhapis excelsa Palm wregu 3,40
61. Phyllanthus niruri Cendrawasih 2,57
62. Hibiscus rosa sinensis Kembang sepatu 2,03
63. Eugenia uniflora Sianto 1,97
Sumber : Nasrullah et.al (2000)
Tabel 2.2 Serapan NO2 pada Tanaman Pohon

No. Nama Latin Nama Lokal Serapan NO2


(g/g)
1. Erythrina variegate Dadap kuning* 68,31
2. Caliandra surinamensis Kaliandra* 41,01
3. Samaena saman Ki Hujan* 35,37
4. Psidium guajava Jambu biji 30,80
5. Bambuusa vulgaris Bambu jepang 25,33
6. Eucaliptus alba Kayu putih 23,65
7. Cassia biflora Kasia golden 22,85
8. Cassia sp. Ayoga 21,91
9. Lansium domesticum Duku 20,28
10. Cinnamomum zeylanicum Kayu manis hijau 13,06
11. Nephelium lappaceum Rambutan 12,44
12. Acacia auriculiformis Akasia* 12,39
13. Nephelium longanum Kelengkeng* 12,35
14. Laucaena glauca Lamtoro* 12,20
15. Cassia siamea Johar* 8,82
16. Ficus elastica Beringin karet 8,80
17. Crytostachys lakka Palem merah 7,79
18. Cupressus papuana Cemara papua 7,80
19. Cyanometra cauliflora Nam-nam 7,31
20. Lagerstromia loudonii Bungur* 6,31
21. Phyllostachys sulphurea Bamboo kuning 5,11
22. Polyaltia longifolia Glodogan tiang 3,61
Sumber : Nasrullah et.al (2000)

Kata tumbuhan menurut Mangkoedihardjo (2010) digunakan untuk


menunjukkan tumbuhan pada umumnya. Jika tumbuhan dibudidayakan untuk
maksud konsumsi atau ekonomi, maka tumbuhan disebut sebagai tanaman (crops).
Organ tumbuhan biji yang penting ada 3, yakni: akar, batang, daun. Sedangkan
bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi modifikasi
akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.
Menurut Cahyono (2005) pada siang hari tumbuhan menghasilkan Oksigen
(O2) dan menghirup Karbondioksida (CO2) sedangkan pada malam hari sebaliknya
tumbuhan menghasilkan Karbondioksida (CO2) dan menghirup Oksigen (O2).
Timbul dilematis bahwa oksigen (O2) yang dihasilkan tumbuhan pada siang hari
diambil kembali pada malam hari. Kenyataannya tidak demikian, pada siang hari
tumbuhan melakukan aktivitas optimum dengan bantuan sinar matahari tumbuhan
melakukan fotosintesis, menghasilkan Oksigen (O2) dan zat gula. Pada malam hari
aktivitas tumbuhan sangat rendah, sehingga Oksigen dan zat gula. yang
diperlukanpun sangat rendah dan bahkan kurang dari setengah oksigen yang
dihasilkan pada siang hari. Kelebihan Oksigen (O2) tersebut dibutuhkan oleh manusia
dan hewan.
Proses reaksi reduksi pencemaran udara oleh tumbuhan diawali dengan gas-
gas di udara yang akan didifusikan ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) pada
proses fotosintesis atau terdeposisi oleh air hujan kemudian didifusikan oleh akar
tanaman. Gas pencemar yang masuk ke jaringan daun melalui lubang stomata yang
berada pada epidermis atas. Masing-masing stomata dapat membuka jika tekanan air
internal berubah, yang merupakan lubang keluar masuk polutan walaupun secara
umum terdapat kutin pada jaringan epidermis atas, gas pencemar dapat masuk ke
jaringan daun melalui sedikit stomata. Epidermis ini adalah target utama dari polutan
udara, dimana polutan pertama masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang ini
melalui lubang-lubang ini, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel daun dan
mempunyai pH sel. Selanjutnya bereaksi dengan sel mesofil. Setiap tanaman
mempunyai karakteristik yang berbeda dalam mengabsorbsi gas-gas tertentu di udara,
sehingga dapat merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara.
Beberapa tanaman mampu memproduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan
beberpa senyawa asam amino. (Suci, 2010)
Perlu dilakukannya pengambilan sampel di sekitar SPBU karena SPBU
merupakan salah satu titik sumber utama pencemaran di daerah perkotaan. Penelitian
ini diharapkan berguna dalam analisis pencemaran udara terkini perkotaan serta
distribusinya di perkotaan, dalam hal ini khususnya Kota Semarang.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas perlu kiranya mengetahui peranan
tanaman di beberapa titik SPBU di Kota Semarang. Penelitian ini diharapkan dapat
mengukur kadar penyerapan polutan NOx dan SOx pada tanaman. Penelitian terkait
yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu oleh Nana kariada pada tahun 2013.
III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah :
1. Berapa kadar Nitrogen Oksida dan Sulfur Oksida pada udara ambien di SPBU
di Kota semarang?
2. Berapa kadar polutan Nitrogen Oksida dan Sulfur Oksida yang pada
tumbuhan sekitar SPBU?
3. Bagaimanakah bentuk keterkaitan antara kadar Nitrogen Dioksida dan Sulfur
Dioksida di udara ambien dan di tumbuhan sekitar SPBU?

IV. PENEGASAN ISTILAH


Untuk menghindari adanya kesalahan pengertian dalam penelitian ini maka
perlu diberikan penjelasan tentang beberapa istilah sebagai berikut:
A. SPBU
Berdasarkan data Disperindag Kota Semarang pada tahun 2013 jumlah SPBU
di wilayah Kota Semarang terhitung sebanyak 62 SPBU dari 16 kecamatan di Kota
Semarang. Penentuan lokasi pengambilan sampel berdasarkan pembagian wilayah
Kota Semarang, serta ketersediaan pihak SPBU. Beberapa lokasi SPBU yang
dijadikan sampel dari penelitian ini adalah : SPBU 44.510.05 Ds. Mangkang Kulon
Km. 16,5; SPBU 44.501.23 Siliwangi Krapyak; SPBU 44.501.36 Jl. Kaligawe
Sidomuncul; SPBU 44.502.04 Jl. Setiabudi Gombel; SPBU 44.501.09 Patemon
Gunungpati.

B. Kadar Sulfur Oksida


Kadar sulfur oksida yang diuji dalam penelitian ini adalah kadar sulfur oksida
yang diukur pada daun tumbuhan sekitar SPBU yang telah ditentukan sebagai
sampel.

C. Kadar Nitrogen Oksida


Kadar nitrogen oksida yang diuji dalam penelitian ini adalah kadar nitrogen
oksida yang diukur pada daun tumbuhan sekitar SPBU sampel.

V. TUJUAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji Hubungan Kadar
Sulfur Oksida dan Nitrogen Oksida di Udara Ambien dan Tumbuhan di SPBU Kota
Semarang, sedangkan tujuan khusus penelitian terdiri atas:

A. Mengetahui kadar Nitrogen Oksida dan Sulfur Oksida pada udara ambien di
SPBU di Kota semarang.

B. Mengetahui kadar polutan Nitrogen Oksida dan Sulfur Oksida yang pada
tumbuhan sekitar SPBU.

C. Mengetahui keterkaitan antara kadar Nitrogen Dioksida dan Sulfur Dioksida di


udara ambien dan di tumbuhan sekitar SPBU.

VI. MANFAAT
A. Manfaat Teoritis
Memberikan bukti empiris bahwa kadar Sulfur Oksida dan Nitrogen Oksida di
udara ambien dapat mempengaruhi kadar Sulfur Dioksida dan Nitrogen Dioksida
pada tumbuhan di SPBU
B. Manfaat Aplikatif
1. Bagi SPBU
Sebagai masukan atau saran mengenai atau saran mengenai pengaruh
kadar Sulfur dioksida dan Nitrogen oksida terhadap kesehatan dan
manfaat yang dapat diberikan tumbuhan disekitar SPBU.

2. Bagi Program S1 Biologi


Menambah referensi untuk mengembangkan ilmu biologi terkait dengan
penelitian yang telah dilaksanakan.

3. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui Hubungan Kadar Timbal, Sulfur Oksida dan Nitrogen


Oksida di Udara Ambien dan Tumbuhan di SPBU Kota Semarang
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sulfur Oksida (SOx)
Menurut Philip (2013) pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan
oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur oksida (SO2) dan sulfur
trioksida (SO3). Kedua jenis gas ini dikenal dengan SO x. Sepertiga dari jumlah sulfur
di atmosfer merupakan hasil dari aktifitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk
SO2. Sedangkan dua pertiga jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber
alam seperti aktifitas vulkanik. Di udara, SO2 terbentuk dalam jumlah yang besar,
sedangkan SO3 hanya 1% 10% dari total SO. Sepertiga dari jumlah Sulfur yang
terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk
SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber alam seperti aktifitas vulkanik.
(Stern, 1976; Homer, 1977; Wellburn, 1994)
SO2 bereaksi dengan kabut (uap air) dengan membentuk asam sulfat. Kedua
zat ini berbahaya bagi kehidupan manusia, disamping juga mengakibatkan korosi
pada logam. Polutan SOx mengakibatkan iritasi pada system pernafasan manusia,
konsentrasi dan pengaruh sulfur dioksida terhadap manusia dapat dilihat pada tabel
2.1.

Tabel 7.1 Tabel Konsentrasi dan Pengaruh SO terhadap Manusia

Konsentrasi Pengaruh
(ppm)

35 - Jumlah minimal yang dapat dideteksi baunya

8 12 - Jumlah minimal yang dapat mengakibatkan iritasi


pada tenggorokan

20 - Jumlah minimal yang mengakibatkan iritasi pada


mata
- Jumlah minimal yang akan segera menimbulkan
batuk
- Jumlah maksimum yang diperkenankan untuk
kontak dalam waktu yang lama
50 100 - Jumlah maksimum yang dierkenankan untuk
kontak dalam waktu singkat (30 menit)
400< - Berbahaya walaupun kontak secara singkat
Pada tumbuhan, akibat terpapar SO2 dengan rentang waktu yang lama adalah
perubahan warna pada permukaan daun menjadi berwarna kuning dan klorosis.
(Nizar, 2000)

B. Penyerapan Gas Pencemar Sulfur Oksida oleh Tanaman

Bahan pencemar udara masuk ke jaringan mesofil daun melalui stomata yang
terbuka bersamaan dengan proses fotosintesis. Masuknya bahan pencemar SO2 ke
dalam daun melalui proses difusi melewati stomata, mengikuti jalur yang dilalui oleh
gas CO2. (Zeigler, 2006). Pada saat pembukaan stomata rendah, penyerapan bahan
pencemar juga menurun. Stomata adalah tempat berlangsungnya mekanisme control
pergerakan CO2 ke dalam daun dan H2O keluar dari daun. Perubahan dalam stomata
mempengaruhi penyerapan bahan pencemar udara. Perilaku stomata, jumlah dan
persebaran stomata merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah pencemar
yang terserap kedalam tanaman. (Vallero, 2008)

Perilaku pembukaan dan penutupan stomata dipengaruhi oleh faktor


lingkungan, yaitu kelembaban dan temperature udara, serta intensitas cahaya. Pada
saat kelembaban udara yang tinggi, sel penjaga pada stomata memperlihatkan respon
yang berlainan terhadap keberadaan pencemar SO2 dibanding pencemar lainnya.
Bahan pencemar SO2 menyebabkan sel penjaga menjadi lebih turgid, sehingga
stomata membuka lebih lebar dan menyebabkan bahan pencemar terserap lebih
banyak (Vallero, 2008). Hal ini dapat diartikan bahwa pada saat keadaan cuaca hangat
dan lembab, penyerapan SO2 lebih mudah terjadi. Sebaliknya pada kondisi kering,
stomata membuka lebih sedikit dan resisiten terhadap terhadap terserapnya bahan
pencemar SO2 menjadi tinggi. Penutupan stomata terjadi sebagai mekanisme
pertahanan terhadap sekaman kekeringan, bukan akibat langsung dari SO2.
Gambar 7.1 Pertukaran gas didalam sel daun (De Kok dan Tausz, 2001)

Didalam daun, SO2 terlarut didalam jarigan mesofil yang mengandung air.
Reaksi air menghasilkan bisulfit (HSO3 -) yang non toksik dan sulfit (SO 3 -) yang
bersifat toksik, selanjutnya didistribusikan ke dalam sel kloroplast, sitosol dan
vakuola. Keduanya didalam kloroplast teroksidasi menjadi sulfat (SO4 -) yang tidak
toksik. Jika laju pembentukan HSO3 dan SO3 lebih cepat dari pembentukan SO4 -,
maka akan terjadi kerusakan berupa nekrotik dan klorosis. Namun, sebaliknya jika
pembentukan SO4- lebih cepat, maka tidak ada kerusakan yang mudah terlihat (Zeiger,
2006). Metabolism sulfur kemudian menghasilkan asam amino dengan kandungan
sulfur, yaitu sistein dan metionin. Jika terlalu banyak sulfur yang terserap, dan
konsentrasi thiol semakin meningkat, sulfur akan diakumulasikan dalam bentuk
glutation. (Larcher, 1995; Herbera dan Huvea, 1997; Hartmann et al.,2004).
Pembentukan glutation dan asimilasi sulfat di dalam daun dapat dilihat pada Gambar
2.2.
Gambar 7.2 Skema asimilasi sulfat dan pembentukan glutation di dalam tanaman
(Modifikasi dari Hartmann 2004)
C. Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer, terdiri
dari gas oksida nitrit (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun bentuk nitrogen
oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini paling banyak dijumpai di udara. NO
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya NO2 mempunyai
warna coklat kemerahan berbau tajam.

Oksida yang lebih rendah, yaitu NO, terdapat di atmosfer dalam jumlah lebih
besar dari NO2. Udara mengandung sekitar 80% volume nitrogen dan 20% volume
oksigen. Sumber pencemar NOx secara keseluruhan yang dibebaskan ke atmosfer
dengan jumlah terbanyak yaitu NO berasal dari aktifitas bakteri. Pencemaran alami
NO ini tidak terlalu bermasalah, akan tetapi pencemaran yang berasal dair aktifitas
manusia seiring meningkat secara tajam pada daerah tertentu. Konsentrasi NOx di
udara perkotaan biasanya 10-100 kali lebih tinggi dari pedesaan. Konsentrasi NOx
udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm.

Berbagai pengaruh yang ditimbulkan karena pencemaran NOx bukan


disebabkan oleh okside tersebut, melainkan karena perannya dalam pembentukan
oksidan fotokimia yang merupakan komponen berbahaya dalam asap. Produksi
oksidan tersebut terjadi jika terdapat polutan-polutan lain yang mengakibatkan reaksi-
reaksi yang melibatkan NO dan NO2. Konsentrasi NOx di udara dalam suatu wilayah
bervariasi sepanjang hari. (Phillip, 2012)

D. Sumber Nitrogen Oksida

NO2 tidak secara langsung dilepaskan ke udara. Nitrogen dioksida terbentuk


ketika nitrogen oksida (NO) dan lainnya (NO x) bereaksi dengan zat kimia lain di
udara sehingga membentuk nitrogen dioksida. Sumber utama nitrogen dioksida yang
dihasilkan manusia adalah pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas dan minyak),
terutama premium yang digunakan kendaraan bermotor. Di daerah perkotaan, 80%
Nitrogen dioksida dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Nitrogen dioksida juga
dihasilkan dari proses pembuatan asam nitrat, pengelasan dan penggunaan bahan
peledak. Sumber-sumber lain nitrogen dioksida antara lain penyulingan bensin dan
logam, industry pengolahan komersial dan industry pengolahan makanan. Sumber
alaminya yaitu letusan gunung berapi dan bakteri (Ministry for the Environment,
2009)

Tabel 7.2 Sumber Pencemaran NOx di Udara

Sumber Pencemaran Jumlah di Udara % Total


(Bagian dalam
%)
Transportasi : 39,3
Mobil bensin 32,0
Mobil diesel 2,9
Kereta Api 1,9
Kapal laut 1,0
Sepeda motor 1,5

Pembakaran stationer : 48,5


Batubara 19,4
Minyak 4,8
Gas Alam (Termasuk LPG dan kerosin) 23,3
Kayu 1,0

Proses industri 1,0


Pembuangan limbah padat 2,9
Lain-lain: 8,3
Kebakaran hutan 5,8
Sisa pembakaran batu bara 1,0
Pembakaran limbah pertanian 1,5
Pembakaran lain

100,0 100,0
(Wardhana, 2004)

E. Siklus Fotolitik

Berbagai pengaruh merugikan yang ditimbulkan karena polusi Nitrogen


oksida bukan disebabkan oleh oksida tersebut, tetapi karena peranannya dalam
pembentukan oksidan fotokimia yang merupakan komponen berbahaya di dalam
asap. Produksi oksidan tersebutterjadi jika terdapat polutan-polutan lain yang
mengakibatkan reaksi-reaksi yang melibatkan Nitrogen Oksida dan Nitrogen
dioksida. Reaksi-reaksi tersebut disebut siklus fotolitik NO2 dan merupakan akibat
langsung dari interaksi sinar matahari dengan Nitrogen dioksida. Tahap-tahap reaksi
tersebut adalah sebagai berikut:

1. NO2 mengabsorbsi energy dalam bentuk sinar ultraviolet dari matahari

2. Energi yang diabsorbsi tersebut memecah molekul-molekul Nitrogen


dioksida menjadi molekul Nitrogen oksida dan atom-atom oksigen. Atom
oksigen yang terbentuk bersifat sangat reaktif.
3. Atom-atom oksigen akan bereaksi dengan oksigen atmosfer membentuk
ozon yang merupakan polutan sekunder.

4. Ozon akan bereaksi dengan Nitrogen oksida membentuk Nitrogen


dioksida dan oksigen sehingga reaksi lengkap.

Pengaruh dari siklus di atas adalah terjadinya siklus nitrogen dioksida secara
cepat. Apabila tidak terdapat reaktan lainnya di atmosfer, siklus tersebut tidak akan
berpengaruh apapun. Konsentrasi Nitrogen oksida dan nitrogen dioksida di udara
tidak akan berubah karena ozon dan nitrogen oksida akan terbentuk dan hilang
dengan jumlah yang seimbang.

Reaksi yang mungkin mengganggu terhadap siklus fotolitik tersebut adalah


apabila terdapat hidrokarbon yang sering dihasilkan bersama-sama dengan sumber
Nitrogen oksida. Hidrokarbon akan berinteraksi edemikian rupa sehingga siklus
tersebut menjadi tidak seimbang sehingga nitrogen oksdia akan diubah menjadi
Nitrogen dioksida lebih cepat dari disosiasi nitrogen dioksida menjadi nitrogen oksida
dan ozon. Keadaan ini mengakibatkan terkumpulnya ozon di atmosfer (Fardiaz,
1992).
Gambar 7.3 Reaksi Daur Fotolitik Nitrogen dioksida (Wardhana, 2004)

F. Dampak Nitrogen Dioksida terhadap Tanaman

Adanya nitrogen oksida di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman,


tetapi sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh nitrogen
oksida atau karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik Nitrogen
dioksida. Beberapa polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman.
Percobaab dengan cara fumigasi tanam-tanaman dengan Nitrogen dioksida
menunjukkan terjadinya bintik-bintik pada daun jika digunakan konsentrasi 1 ppm,
sedangkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis
atau kerusakan tenunan daun (Stoker dan Seager, 1972 dalam Fardiaz, 1992).

Dalam keadaan ini, daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai tempat
terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat
bereproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi Nitrogen oksida sebanyak 10 ppm
sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga
70% (Wardhana, 2004).

G. Baku Mutu Nitrogen Dioksida

Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Baku Mutu Udara


Ambien (BMUA) di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Penemaran
Udara (PP Nomor 41 1999). Baku mutu ini memiliki:

1. Sembilan parameter yang berlaku untuk menilai kondisi udara ambien


secara umum.

2. Empat parameter lain yang hanya berlaku untuk menilai kondisi udara
ambien di kawasan industri kimia dasar.

Tiap parameter disertai nilai maksimalnya. Nilai-nilai tersebut umumnya


dinyatakan dalam satuan konsentrasi, yaitu berat senyawa polutan dalam mikrogram
(g) per meter kubik udara dalam kondisi normal (umumnya pada suhu 25C dan
tekanan 1 atm). Kualitas udara ambien dikatakan baik jika konsentrasi polutan-
polutannya masih di bawah nilai baku mutunya (KemenLH, 2007). Nilai BMUA
disediakan untuk beberapa waktu ukur rata-rata (averaging time).

Tabel 7.3 Nilai BMUAN untuk Nitrogen Dioksida

Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu

Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam 400 g/Nm3


24 Jam 150 g/Nm3
1 Tahun 100 g/Nm3

Sumber : PP Nomor 4 Tahun 1999


H. Kerangka Teori

VIII. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November


2016. Penelitian dilaksanakan di SPBU Kota Semarang dan Laboratorium Kesehatan
Provinsi jawa Tengah.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tumbuhan yang ada di sekitar
SPBU Kota Semarang.

2. Sampel

Sampel pertama dari penelitian ini adalah kualitas udara ambien yang diukur
menggunakan alat Midget impinge.

Sampel kedua dalam penelitian ini adalah tumbuhan sekitar SPBU Kota
Semarang yang dipilih 5 sampel SPBU sebagai stasiun penelitian yang memenuhi
kriteria dan menyetujui informed content, yaitu stasiun 1: SPBU 44.510.05 Ds.
Mangkang Kulon Km. 16,5; setasiun 2: SPBU 44.501.23 Siliwangi Krapyak; setasiun
3: SPBU 44.501.36 Jl. Kaligawe Sidomuncul; setasiun 4: SPBU 44.502.04 Jl.
Setiabudi Gombel; setasiun 5: SPBU 44.501.09 Patemon Gunungpati. Penetapan
stasiun pengambilan sampel didasarkan pada keramaian/kepadatan jumlah kendaraan
pada stasiun tersebut tersebut dengan pembagian lima titik per wilayah Kota
Semarang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah tanaman atau tumbuhan di
sekitar SPBU dengan memperhatikan arah angin. Sedangkan kriteria eksklusi dalam
penelitian yaitu tanaman atau tumbuhan di sekitar SPBU dengan radius lebih dari 100
meter dari titik pengambilan sampel udara. Tumbuhan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan metode line intercept.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah logam berat dalam asap kendaraan
bermotor.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar Sulfur dioksida (SO 2) dan kadar
Nitrogen dioksida (NO2) dalam pada daun di SPBU Kota Semarang.

D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan
potong lintang (cross sectional study). Penelitian analitik observasional adalah
penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian
hipotesa. Sedangkan cross sectional study yaitu rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu
(Sudigdo dan Sofyan 2011)

E. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
Tabel 2 Nama alat yang dibunakan dalam penelitian

Uraian Alat

Survei lokasi penelitian Kamera, alat tulis


Pengambilan sampel daun tumbuhan Gunting, pisau pemotong sampel,
anemometer, thermohygrometer,
luxmeter, lound meter level, meteran,
raffia, wadah sampel
Pengukuran kadar Sulfur Oksida Oven, Spektrofometer, wadah.
Pengukuran kadar Nitrogen Oksida Tabung reaksi, Spektrofotometer

2. Bahan
Tabel 2 Nama bahan yang dibunakan dalam penelitian

Uraian Bahan
Survei tempat penelitian -
Pengambilan sampel daun tumbuhan Daun tumbuah pada SPBU Kota
Semarang
Pengukuran kadar Sulfur Oksida Akuades,
Pengukuran kadar Nitrogen Oksida Asam sulfanilat, Napthyl ethyle diamine
dihydrocloride,

F. Prosedur Penelitian
1. Survei lokasi penelitian
Survei lokasi penelitian dilaksanakan dengan mendatangi langsung stasiun.
Penentuan stasiun dengan faktor yang mempengaruhi kadar Sulfur dioksida dan
Nitrogen dioksida baik di udara ambien maupun di tumbuhan seperti suhu,
kelembaban, ketinggian tempat, intensitas cahaya, kecepatan angina dan frekuensi
kendaraan yang masuk SPBU dengan jumlah tertinggi, sedang dan rendah.
2. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan di SPBU yang telah ditentukan
titik-titiknya dengan menggunkan metode line transect. Metode ini terlebih dahulu
ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 meter,
25 m, 50 m atau 100 m. Dalam penelitian ini digunakan garis transek sepanjang 10 m.
Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya 1 m.
Pengamatan terhadap tanaman dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya
mencatat jenis dan mengukur diameter serta tinggi semua spesies tanaman pada
segmen-segmen tersebut. Kemudian diambil daun bagian yang sudah cukup tua. Lalu
daun disimpan pada wadah dengan suhu terjaga. Sampel yang telah diperoleh dibawa
menuju Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk diuji kadar Sulfur
oksida dan Nitrogen oksidanya.

3. Pengukuran Kadar Sulfur Oksida


Sampel yang telah dicuci dibiarkan kering di udara selanjutnya sampel
ditimbang (berat basah berkisar 30 gram). Kemudian sampel dipanaskan dalam oven
pada suhu 100 C selama 3-5 jam. Kemudian didinginkan dalam eksisator dan
ditimbang. Lalu dikeringkan kembali dalam oven selama 30 menit. Kemudian
didinginkan lagi dalam eksisator yang ditimbang sampai berat konstan.
Analisis kandungan sulfur dioksida dilakukan dengan menggunakan metode
analisis abu. Penentuan kadar SO2 ditentukan setelah obsorban dan kosentrasi larutan
sampel yang diukur pada spektromik -20 diperoleh, yang dimulai dengan membuat
garis regresi dengan rumus : Y = a + bx,
Dimana :

a = y bx; b=

Setelah diperoleh konsentrasi larutan sampel tersebut, kadar SO 2 pada


tanaman ditentukan dengan rumus :

%SO2 = x 100

Dimana
C = Konsentrasi larutan yang diperoleh dari regresi
V = Volume larutan alikuot sampel yang digunakan untuk penetapan SO2
Ws = Berat kering sampel (g)

4. Pengukuran Nitrogen Dioksida


Pengukuran Nitrogen dioksida pada daun dilakukan di laboratorium dengan
cara mengambil 2 mg spesimen tumbuhan (akar atau daun) ke dalam tabung reaksi
dan tambahkan 1 ml asam sulfanilat serta 1 ml Napthyl ethyle diamine dihydrocloride
kemudian dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Setelah 15 menit larutan
kemudian diukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang 520 nm.

G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson
yaitu korelasi Sederhana yang merupakan suatu teknik statistik yang dipergunakan
untuk mengukur kekuatan hubungan 2 variabel dan juga untuk dapat mengetahui
bentuk hubungan antara 2 variabel tersebut dengan hasil yang sifatnya kuantitatif.
Kekuatan hubungan antara 2 variabel yang dimaksud disini adalah apakah hubungan
tersebut erat, lemah, ataupun tidak erat sedangkan bentuk hubungannya adalah
apakah bentuk korelasinya Linear Positif ataupun Linear Negatif.
Kekuatan Hubungan antara 2 Variabel biasanya disebut dengan Koefisien
Korelasi dan dilambangkan dengan symbol r. Nilai Koefisian r akan selalu berada
di antara -1 sampai +1.
Dalam penelitian ini yaitu Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti
perubahan Nilai Variabel yang lainnya secara teratur dengan arah yang sama. Jika
Nilai Variabel Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida di udara ambien mengalami
kenaikan, maka Variabel Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida di daun/tumbuhan
akan ikut naik. Jika Nilai Variabel Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida di udara
ambien mengalami penurunan, maka Variabel Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida
di daun/tumbuhan akan ikut turun. Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati +1
(positif Satu) berarti pasangan data Variabel Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida
udara ambien dan Variabel Sulfur dioksida dan Nitrogen dioksida di daun/tumbuhan
memiliki Korelasi Linear Positif yang kuat/Erat.
IX. Daftar Pustaka

Alfin, E. 2006. Pengaruh kadar sulfur dioksida (SO 2) di udara terhadap kandungan
glukosa dan nitrogen total daun kelapa sawit (Elaeis guinensis Jaeg.).
Sainmatika 3(1): 4350.
Andikawijaya, K. 2011. Penggunaan tumbuhan sebagai bioindikator dalam
pemantauan pencemaran udara. Tugas Akhir. Institut Teknik Surabaya.
Assman SM & Ken IS. 1999. The multisensory guard cell. Stomata response to blue
light and abscisic acid. Am.J. Plant Physiology. 809 815
Astra DP, N Nizar & LS Elsje. 2004. Kemampuan berbagai jenis tanaman menyerap
pencemar udara (NO2). Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan
Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Institut Pertanian Bogor
Chang, William. 2014. Metodologi Penulisan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dea BI, H Mochtar & HD Swi. 2012. Pengaruh kecepatan angin, kelembapan dan
suhu udara terhadap konsentrasi gas pencemar sulfur dioksida (SO 2) dalam
udara ambien di sekitar PT. Inti General Yaja Steel Semarang. Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang: Universitas
Diponegoro.

De KL dan Tausz M. 2001. The role of glutathione in plant reaction and adaptation
to air pollutants. Significance of Glutathione to Plant Adaptation to the
Environment. Volume 2 of the series Plant Ecophysiology pp 185-205.
Springer: Germany. http://link.springer.com/chapter/10.1007%2F0-306-
47644-4_8

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset daerah Provinsi Jawa Tengah 2015. Data
Kendaraan Bermotor Kota Semarang.
(http://dppad.jatengprov.go.id/up3ad-kota-semarang-i/ diakses pada 10
Agustus 2016)

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hartmann T. 2004. Plant-derived secondary metabolites as defensive chemicals


in herbivorous insects: a case study in chemical ecology. Planta 219: 14

Kristanto P. 2012. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.


Martuti NKT. 2013. Peranan tanaman terhadap pencemaran udara di jalan protokol
kota Semarang. Biosaintifika Journal of Biology and Biology Education 5 (1):
36-42
Moleong LJ. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Kosdakarya.
Ministry of Environment New Zealend. 2009. Nitrogen Dioxide. (Diakses pada 13
Agustus 2016 melalui www.mfe.govt.nz)
Nizar N, G Soertini, Suharsono H, W Marietje & G Andi. 2000. Pengukuran serapan
polutan gas NO2 pada tanaman tipe pohon, semak dan penutup tanah dengan
menggunakan gas NO2 bertanda 15N. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. Institut Pertanian Bogor
Pawit DI, Nana KTM dan F Putut MHB. 2014. Uji kandungan timbal (Pb) dalam
daun tanaman peneduh di jalan protokol kota Semarang. Biosaintifika Journal
of Biology and Biology Education 6 (1): ISSN 2085-191X. Universitas Negeri
Semarang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Kristanto, Philip , 1993. Pengantar Toksikologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Pusarpedal. 2011. Standar Operasional prosedur (SOP) Pelaksanaan Pemantauan
NO2 dan SO2 di Udara Ambien dengan Metode MAsif. TangerangK
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Rahmawaty. 2002. Dampak pencemaran udara terhadap tumbuhan. USU Digital
Library. Sumatra: Universitas Sumatera Utara.
Santoso NS. 2010. Penggunaan tumbuhan sebagai pereduksi pencemaran udara.
Tugas Akhir. Surabaya: ITS Jurusan Teknik Lingkungan
Sudigdo S dan Sofyan Ismael. 2011. Metodologi penelitian klinis edisi ke 4. Jakarta:
Sagong Seto
Taiz L & Zeiger E. 2006. Plant Physiology, Fourth Edition. Sinauer Associates.
Sunderland, MA.
Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Wiharja. 2001. Identifikasi kualitas gas SO 2 di daerah industri pengecoran logam
ceper. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Wijayanti, Dian Nur. 2012. Gambaran dan Analisis Risiko Nitrogen dioksida (NO 2)
per Kota/Kabupaten dan Provinsi di Indonesia (Hasil Pemantauan Udara
Ambien dengan Metode Pasif Pusarpedal Tahun 2011). Skripsi. Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai