Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Ilmu kedokteran Forensik Molekuler adalah suatu bidang ilmu yang baru
berkembang dalam dua dekade terakhir, merupakan bagian dari ilmu kedokteran
forensik yang memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkat
molekul atau DNA. Sebagai suatu bidang cabang ilmu kedokteran forensik yang
baru, ilmu ini melengkapi dan menyempurnakan berbagai pemeriksaan
identifikasi personal.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
biasanya terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin; akan membantu
dokter atau pihak penyidik di dalam menentukan identitas korban.
4. Dokumen, kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, paspor, kartu
golongan darah, tanda pembayaran yang ditemukan dalam dompet atau tas
korban dapat menunjukkan jati diri korban.
5. Medis, pemeriksaan fisik secara keseluruhan, yang meliputi bentuk tubuh,
tinggi dan berat badan, warna tirai mata,adanya cacat tubuh serta kelainan
bawaan, jaringan parut bekas operasi serta adanya tatto, dapat memastikan
siapa jati diri korban.
6. Gigi, bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang,
sedemikian khususnya sehingga dapat diaktakan idak ada gigi atau rahang
yang identik pada dua orang yang berbeda, menjadikan pemeriksaan gigi ini
mempunyai nilai yang tinggi dalam hal penentuan jati diri seseorang.
7. Sidik jari, dapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik
jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar satu telur.
10. Serologi, penentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh
korban, maupun bercak darah yang berasal dari bercak-bercak yang terdapat
pada pakaian, akan dapat mengetahui golongan darah si korban.
11. Ekslusi, metoda ini umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak
terdapat korban (kecelakaan masal), seperti peristiwa tabrakan kapal udara,
tabrakan kereta api atau angkutan lainnya yang membawa banyak penumpang.
Dari daftar penumpang (passanger list), pesawat terbang, akan dapat diketahui
siapa-siapa yang menjadi korban.
12. Analisis DNA, Forensik DNA merupakan alat pengidentifikasian yang terkini.
Di masa yang akan datang, DNA merupakan alat bukti yang pasti dijadikan
standar utama oleh tim investigasi dalam mengungkap siapakah korban
maupun pelaku tindak pidana. Selanjutnya penerapan teknlogi DNA akan
dibahas di subbab selanjutnya.
3
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh
keyakinan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.7
Dalam pasal 184 KUHAP mengatur sebagai berikut 7:
(1) Alat bukti yang sah ialah :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan
DNA berwujud dua rantai polimer panjang (double helix) yang terdiri dari
komponen gula pentosa (deoksiribosa) dan gugus fosfat yang distabilisasi oleh
ikatan hidrogen antar molekul basa yang terdapat pada kedua untai. Keempat basa
DNA adalah Adenin (A), sitosin (C), guanin (G), dan timin (T), yang kemudian
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu Purin (pasangan adenin dan guanin yang
memiliki struktur cincin ganda) dan Pirimidin (pasangan sitosin dan timin yang
mempunyai struktur cincin tungal).9
Selain itu, DNA mempunyai unit esensial berupa kodon, yang merupakan
triplet urutan basa dan masing-masing triplet mengkodekan sebuah asam amino
tertentu. Kode genetik hanya menentukan struktur protein primer. Protein ini
4
dapat merupakan komponen struktural makromolekul atau enzim yang
mengendalikan sintesis non protein.8
Pada organisme eukariotik, sebagian besar DNA berada pada inti sel
(kromosom), yaitu yang disebut core DNA (c-DNA); dan sebagian kecil DNA
berada dalam mitokondria (organel mitokondria), yaitu yang disebut mitokondria
DNA (mt-DNA). c-DNA merupakan materi genetik yang membawa sifat individu
dan diturunkan dari ayah dan ibu menurut hukum Mendel. Berdasarkan pola
pewarisan ini, maka pemeriksaan c-DNA dapat digunakan untuk mencari
hubungan anak-ibu maupun anak-bapak.8
5
lingkaran ganda yang hanya diturunkan dari ibu kepada anak, sehingga
pemeriksaan mt-DNA hanya dapat digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu.
Dalam forensik yang dimaksud dengan pemeriksaan DNA umumnya merujuk
pada pemeriksaan c-DNA yang penggunannya lebih luas.8
2.3.2. KROMOSOM
6
2.4. TES DNA
Tes DNA adalah salah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang
dipakai untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan data yang
menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang menjadi
sampelnya. Hanya sebagian kecil berkas DNA yang dipakai untuk pengujian,
seperti bagian DNA yang berisi pengulangan urutan basa (variable number
tandam repeats / VNRT).8
Tes DNA ini sangat dipercaya dan sudah diakui keabsahannya dapat
mengidentifikasi seseorang dengan keakuratan mencapai 100 %, sehingga banyak
dimanfaatkan dalam analisis, pihak kepolisian maupun pengadilan khusunya
untuk membantu mengungkap suatu perkara. Adanya kesalahan bahwa kemiripan
pola DNA bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya,
yaitu dengan peluang satu diantara satu juta. Jikapun terdapat kesalahan itu
disebabkan oleh faktor human error terutama pada kesalahan interpretasi fragmen-
fragmen DNA oleh operator (manusia).8, 10,11
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah c-DNA dan mt-DNA.
Sampel DNA yang paling akurat digunakan dalam tes adalah c-DNA, karena inti
sel tidak bisa berubah. Sementara mt-DNA dapat berubah karena berasal dari
garis keturunan ibu yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya.
Namun, keunikan dari pola pewarisan mt-DNA tersebut sekaligus menjadi
kelebihannya, sehingga mt-DNA dapat dijadikan sebagai marker (penanda) untuk
tes DNA dalam upaya mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal.12
7
(2) tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik, seperti identifikasi
korban yang telah hancur maupun untuk pembuktian kasus kejahatan semisal
kasus pemerkosaan atau pembunuhan. 12
Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Metode tes paternitas
terbagi atas metode analisis DNA dan metode konvensional. Tes paternitas
dengan menggunakan analisis DNA merupakan analisis informasi genetik yang
sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu, sehingga dapat
memastikan (hampir 100%) bahwa seseorang adalah ayah biologis si anak atau
bukan. Sedangkan metode konvensional dengan analisis fenotip dibagi menjadi
tiga, yaitu 12
1. Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell
(K), Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lutheran.
2. Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah
merah terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomrantaie (PGM),
Esterase D (EsD), Erythrocyte Acid Phosphatase (EAP), Glyoxalase
(GLO), Adenosine Deaminase (ADA), Adenylate Kinase (AK), Group
specific Component (GC), Gm dan KM.
3. Human Leucocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada
leukosit.
Hampir semua sampel biologis tubuh seperti darah dan bercak darah,
seminal, cairan vaginal, dan bercak kering, rambut (baik rambut lengkap dengan
akarnya atau hanya batang rambut), epitel bibir (misal pada puntung rokok), sel
buccal, tulang, gigi, saliva dengan nukleus (pada amplop, perangko, cangkir),
urine, feces, kerokan kuku, jaringan otot, ketombe, sidik jari, atau pada peralatan
pribadi dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan
adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan
kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sampel sperma, daging, tulang, kulit, air liur
8
atau sampel biologis lain yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat
dijadikan sampel tes DNA.13
9
laboratorium. Namun bila sampel tidak lagi segar (busuk), ambil sampel,
bungkus dengan kerta alumunium, dan bekukan pada suhu -20oC. Beri
label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
2. Darah dan bercak darah (seperti darah pada pakaian, karpet, tempat tidur,
perban).14,15
- Darah
o Darah cair dari seseorang.
Ambil dengan menggunakan semprit.
Masukkan ke dalam tabung yang diberikan pengawet
EDTA 1 ml darah.
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
simpan dalam termos es, lemari es atau kirim ke
laboratorium.
o Darah cair di TKP.
Ambil dengan menggunakan semprit, pipet atau kain.
Masukkan ke dalam tabung yang berisikan pengawet
EDTA. Bila membeku, ambil dengan menggunakan
spaltel.
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
simpan di termos es, lemari es, atau kirim ke laboratorium.
o Darah cair dalam air/salju/es.
Sesegera mungkin, ambil secukupnya, masukkan ke dalam
botol.
Hindari kontaminasi, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, simpan atau kirim ke lab.
- Bercak darah basah.
o Ditemukan pada pakaian
Pakaian dengan noda ditempatkan pada permukaan bersih
dan keringkan.
Setelah kering, masukkan kantong kertas atau amplop.
10
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
kirim ke laboratorium.
o Ditemukan pada benda.
Bila benda kecil biarkan kering, tetapi pada benda besar,
hisap bercak tersebut dengan kain katun dan keringkan.
Masukkan amplop, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, dan kirim ke laboratorium.
o Ditemukan pada karpet atau benda yang dapat dipotong.
Potong bagian yang ada nodanya.
Tiap potongan diberi label yang jelas, sertakan potongan
yang tidak ada nodanya sebagai kontrol.
Kirim ke laboratorium.
o Percikan darah kering
Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda.
Masukkan celotape tersebut kedalam kantong plastik.
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
kirim ke laboratorium.
3. Sperma dan bercak sperma.15
- Sperma cair.
a. Hisap dengan semprit, masukkan ke dalam tabung.
b. Atau dengan kapas, keringkan.
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu
kirim ke laboratorium.
- Bercak sperma pada benda yang dipindah (misalnya pada celana).
a. Bila masih basah, keringkan.
b. Bila kering, potong pada bagian yang ada nodanya, dan
masukkan ke dalam amplop.
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu
kirim ke laboratorium.
- Bercak sperma pada benda besar yang bisa dipotong (misalnya
pada karpet).
o Potong pada bagian yang bernoda.
11
o Masukkan ke dalam amplop.
o Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu
kirim ke laboratorium.
- Bercak pada benda yang tidak dapat dipindah dan tidak menyerap
(misal: lantai).
o Kerok bercaknya, lalu masukkan kertas.
o Lipat kertas hingga membungkus kerokan, masukkan ke
dalam amplop.
o Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu
kirim ke laboratorium.
4. Urine, saliva dan cairan tubuh yang lain.15
- Sampel cair
a. Urine atau saliva dimasukkan ke dalam tempat steril.
b. Simpan di pendingin, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, lalu kirim ke laboratorium.
- Bercak urine, saliva
a. Dugaan noda, dikerok atau potong lalu kumpulkan.
b. Masukkan amplop, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, lalu kirim ke laboratorium.
5. Rambut dan gigi.15
- Rambut.
a. Cabut beberapa helai rambut (10-15 helai) dengan akarnya.
Hati-hati bila tercampur dengan darah
b. Tempatkan pada wadah, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel. Kirim ke laboratorium.
- Pulpa Gigi
a. Cabut gigi yang masih utuh. Sampel gigi sebaiknya tidak
dirusak oleh endodontia.
b. Masukkan ke dalam kantong plastik, beri label yang jelas
dan tanggal pengambilan sampel.
12
2.4.4. TEKNIK TES DNA
13
Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat
dilakukan pada sampel dengan jumlah kecil dengan metode PCR.
14
Gambar 2. Analisis DNA dengan RFLP URL: http://www.scq.ubc.ca/dna-
fingerprinting-in-the-standardization-of-herbs-and-nutraceuticals/
15
yang sama. Pada teknik RFLP tidak hanya digunakan satu DNA probe,
diamana DNA probe yang berbeda menandai lokus yang berbeda. 14,17
Selain itu, penanda ini mudah dipetakan dalam peta genetik, serta
tidak mudah berubah hasilnya bila diulang (stabil). Karena bukan berbasis
PCR, penanda ini tidak spesifik spesies sehingga bisa digunakan untuk
perbandingan peta genetik spesies yang berbeda-beda. Dengan demikian
jika dua sampel berasal dari sumber yang berbeda, RFLP mampu
membedakannya menggunakan jumlah lokus yang lebih sedikit. RFLP
dapat menentukan apabila sebuah sampel berasal dari lebih satu sumber
dan dapat membedakan sumbernya dengan baik.9,14,17
16
mampu menggandakan atau mengkopi DNA template hingga miliaran kali
jumlah semula sehingga dapat diperoleh informasi.14,16,17
17
a. DNA Primer.
DNA primer adalah sepasang DNA rantai tunggal atau
oligonukleotida pendek yang memiliki sekuen yang komplemen
dengan DNA template, dibuat secara sintetis, dan dirancang agar
menempel mengapit pada daerah tertentu yang diinginkan, serta
mampu menunjukkan urutan DNA yang akan diperbanyak,
menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau
polimerisasi DNA.
b. dNTP (deoxynucleoside triphosphate).
dNTP atau building blocks merupakan komponen
penyusun DNA yang baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai
dengan basa penyusun DNA, yaitu dATP, dCTP, dGTP dan dTTP.
c. Buffer.
Buffer yang biasanya digunakan terdiri atas bahan-bahan
kimia untuk mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan
menstabilkan enzim DNA polymerase.
d. Ion Logam.
i. Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai
kofaktor bagi enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim
DNA polymerase tidak dapat bekerja.
ii. Ion logam monovalen, kalsium (K+)
e. Master-Mix
Master-mix terdiri dari
32 l air.
5 l PCR-Buffer (dengan Mg2+).
5l dNTP-Mix.
2 l D1S80 Primer-Mix.
1 l Taq Polymerase 45 l (per orang).
Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA
memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di
laboratorium. Pertama, proses yang dinamakan Denaturation, yaitu
dengan memanaskan segmen atau urutan DNA rantai ganda pada suhu 96o,
18
sehingga DNA rantai ganda akan memisah menjadi rantai tunggal. Tahap
kedua yaitu proses Annealing atau Hybridization, pada proses ini setiap
rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan
DNA primer. Tahap ini dilakukan dengan menurunkan suhu hingga ke
kisaran 4060oC selama 20-40 detik. Tahap Ketiga, disebut Extension
atau Elongasi. Pada tahap ini, DNA polymerase ditambahkan dan
dilakukan peningkatan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA
polymerase, yaitu suhu 70-72 oC. Kemudian, DNA polymerase akan
memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya, dilanjutkan dengan
proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru ini hingga ke
ujung, dan lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang
akan diamplifikasi.
Selain ketiga proses tersebut biasanya PCR didahului dan diakhiri
oleh tahapan berikut, yaitu tahap Pra-denaturasi. Tahapan ini dilakukan
selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan kesempurnaan
denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase. Tahap terakhir yang
dilakukan setelah siklus PCR terakhir disebut tahap Final Elongasi.
Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama 5-15
menit untuk memastikan bahwa setiap rantai tunggal yang tersisa sudah
diperpanjang secara sempurna.
19
Keunggulan PCR dibandingkan RFLP adalah:16
a. Simpel dan mudah dilaksanakan di laboraturium.
b. Hasil diperoleh dalam waktu singkat (dalam beberapa hari)
c. Oleh karena kapasitas produksi segmen DNA yang tidak terbatas
maka metode yang berdasarkan PCR memungkinkan untuk
menganalisa DNA dalam jumlah sangat sedikit.
Kekurangan metode PCR adalah: 16, 19
a. Mudah terkontaminasi
Kontaminasi merupakan masalah yang besar pada PCR karena
sistem ini memperbanyak DNA yang ada dengan tingkat akurasi
yang tinggi. Sebuah molekul DNA dapat menjadi jutaan bahkan
milyaran DNA dalam waktu tiga jam, jika ada sebuah molekul
DNA bakteri atau kontaminan lain tercampur maka molekul
tersebut juga akan diperbanyak dalam laju yang sama sehingga
akan terjadi salah kesimpulan.
20
fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200
500 pasangan basa.
Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap
lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa
banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah
multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu
tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel.
Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan
perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.14,16
Namun metode STRs memiliki kelemahan yaitu mensyaratkan
penggunaan tiga belas lokus sedangkan DNA inti hanya memliki dua
salinan molekul dalam setiap sel. Hal ini menyulitkan untuk menganalisis
ketigabelas lokus tersebut, terutama pada laboratorium dengan prasarana
sederhana. 18
4. Y-Short Tandem Repeats (Y-STRs)
Y-STRs adalah STRs yang ditemukan pada kromosom Y. Y-STRs
dapat diperiksa menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan
metode dan alat yang sama dengan pemeriksaan STRs pada kromosom
autosomal. Karena kromosom Y hanya terdapat pada pria maka Y- STRs
dapat berguna untuk menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria
yang yang menjadi sampel.
21
Pemeriksaan Y-STRs dapat digunakan untuk memeriksa sampel
tanpa sperma yang bercampur antara sampel laki-laki dan perempuan,
seperti sampel darah atau air liur yang diambil dari korban kasus
perkosaan. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi profil pria ketika hanya
profil wanita yang tampak jelas saat menggunakan STRs. Karena
kromosom Y tidak mempunyai homolog pada genom manusia, maka
disebut hemizygous. Kromosom Y tidak mempunyai partner yang sama
seperti pada kromosom autosomal. Walaupun ia berpasangan selama
pembelahan sel, rekombinasi genetik yang terjadi hanya sedikit atau tidak
ada sama sekali, hal ini diwariskan kepada keturunannya. Y-STRs sangat
berguna untuk menyelesaikan kasus disputed paternity pada anak laki-laki,
karena kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.14,16
22
yang diturunkan ibu kepada semua anaknya sedangkan Kromosom Y
adalah marker nuklear yang hanya diturunkan seorang ayah pada anak
laki-lakinya.14
Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap
pengambilan spesimen, tahap proses laboraturium, tahap perhitungan statistik dan
pengambilan kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih
23
memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Intrepretasi hasilnya adalah dengan
cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats).
STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6 basa. Dalam genom
manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya.
Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat diprofilkan dan
dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya.
24
II.4.1. PENYIAPAN SAMPEL DAN ISOLASI DNA
25
- DNA siap digunakan.
b. Gigi
Isolasi DNA untuk gigi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan.
- Pertama, gigi dibuat menjadi bubukan halus dengan cara dibor dengan
mesin yang telah dimodifikasi sehingga kecepatannya dapat diatur
(dirangkai serial dengan alat dimmer untuk lampu). Hilangnya bubukan
tulang dpat diperkecil dengan menampung bubukan tersebut dalam tabung
polypropylene 50 cc (nunc).
- Hasil bubukan tulang berukuran 100 micron sebanyak 1 gram yang
tertampung dalam tabung steril nunc tersebut didekalsifikasi dengan 10 cc
0,5 M EDTA (pH 7,5).
- Setelah divortex, diinkubasi pada suhu 56C dalam alat ultrasonik selama
2 jam. Bubukan tulang akan langsung menyebar saat ditambah larutan
EDTA. Proses dekalsifikasi dimonitor dengan penambahan larutan
ammonium oxalate pH 3,0 jenuh.
- Jika larutan tetap jernih, proses dekalsifikasi dihentikan.
- Jumlah DNA yang dihasilkan ditentukan dengan menggunakan "DNA
DipStik Kit"
- DNA siap digunakan.
2. JARINGAN (TISSUE)
26
3. DARAH DAN BERCAK DARAH (PADA PAKAIAN, KARPET,
TEMPAT TIDUR, PERBAN).14,15
27
bertujuan untuk menghomogenkan larutan. Larutan presipitasi protein
terdiri atas amonium asetat yang jika berikatan dengan protein
mengakibatkan terbentuknya senyawa baru yang memiliki kelarutan yang
lebih rendah, sehingga menyebabkan protein mengendap. Larutan tersebut
kemudian disentrifugasi kembali selama 15 menit dengan kecepatan 3000
rpm. Supernatan yang berisi DNA kemudian dituangkan ke dalam tabung
berisi isopropanol dingin dan tabung dibolak-balik kembali dengan
gerakan angka 8. Pemberian isopropanol bertujuan untuk visualisasi DNA.
Selanjutnya tabung disentrifugasi kembali selama 5 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Hasil dari sentrifugasi adalah terdapatnya pelet DNA
pada dasar tabung yang kemudian ditambahkan etanol 70% dan dibolak-
balik kembali. Pemberian etanol bertujuan untuk membersihkan DNA dari
pengotor-pengotornya. Setelah tercampur, tabung kemudian disentrifugasi
kembali selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Hasil akhirnya
adalah DNA yang berada pada tepi dasar tabung.
- Langkah akhirnya adalah dengan pemberian Tris-EDTA yang bertujuan
untuk melarutkan kembali DNA untuk dipreservasi.18
28
sekitarnya pada slide mikroskop. Pada waktu sel-sel sperma sedang
diperiksa secara mikroskopis, sebuah laser kecil diaktifkan dan sebuah
plastik film tipis yang diletakan diatas slide mencair pada titik-titik
spesifik yang ditembakan oleh sinar laser untuk menangkap sel yang
diinginkan. Kemudian film ini dimasukan kedalam tabung agar DNA dari
sel-sel sperma yang telah diambil dapat diekstraksi dan diperjelas dengan
Polymerase Chain Reaction (PCR).18
29
g. Ektraksi organic : menambahkan 500 l phenol / kloroform / isoamyl
alcohol pada cairan. Kocok selama 1 menit hingga diperoleh emulsi
keruh. Sentrifus selama 2 menit pada kecepatan maksimum
h. Menempatkan cairan jernih dari ekstraksi organic ke dalam tabung
Microcon 100. Sentrifus, lalu keringkan.
i. Menambahkaan 50 100 l TE lagi untuk membersihkan komponen
residu ektraksi dari DNA. Sentrifus hingga kering.
j. Menambahkan TE secukupnya, saring, lalu campur hingga homogen
k. Inkubasi sampel minimal selama 1 jam pada suhu 56oC
5. SALIVA.15
Pengambilan sampel dari mukosa rongga mulut.
a. Berkumurlah dengan kuat menggunakan 8 ml air selama 2 menit dan
tuangkan air kumuran ke dalam tabung plastik (tabung Falcon). Tujuannya
adalah untuk mendapatkan kandungan air kumur yang mengandung sel-sel
dari mukosa rongga mulut, enzim dan apapun yang ada di dalam mulut.
b. Pindahkan 2 ml cairan kumur tersebut ke dalam tabung Eppi dengan pipet
dan sentrifus selama 2 menit pada kecepatan 3200 rpm. Selama
sentrifugasi, sel-sel berpindah kearah luar karena beratnya. Setelah proses
ini selesai, dapat dilihat titik kecil berwarna putih di dasar tabung Eppi,
disebut pellet. Inilah sel-sel mukosa.
c. Buanglah cairannya (supernatan).
d. Ulangi langkah (a) hingga (c) paling sedikit sebanyak 2 kali, untuk
memastikan terdapat cukup sel untuk melakukan pemeriksaan ini.
Isolasi DNA
a. Tambahkan 500 / buffer lysis pada pellet dengan tips biru. Salah satu
bahan dari buffer lysis adalah deterjen yang melarutkan sel.
b. Jentikkan tabung Eppi dengan jari sampai pellet menghilang (larut).
c. Tambahkan 100 l precipitation buffer, kocoklah tabung Eppi dan
letakkan di dalam es selama 5 menit. Precipitation buffer mengandung
garam (potassium asetat) yang akan mengendapkan protein.
30
d. Tabung Eppi disentrifugasi selama 15 menit pada kecepatan maksimum
untuk mengendapkan protein.
e. Pindahkan seitar 400 / supernatant ke dalam tabung Eppi baru yang telah
berlabel. Tambahkan 360 l isopropanol. Jika yang dipindahkan berjumlah
lebih dari 400 l supernatan, maka jumlah isopropanol harus ditambah
juga. Kemudian letakkan kembali tabung Eppi ke dalam es selama
beberapa menit. Jangan sampai menyedot pellet dengan pipet.
f. Kocoklah tabung dengan baik dan sentrifus kembali pada kecepatan
maksimum selama 15 menit, sehingga DNA mengendap di dasar tabung
Eppi.
g. Dengan hati-hati, buanglah supernatant dan tambahkan 500 l 70% etanol
dingin dan sentrifus kembali pada kecepatan maksimum selama 5 menit.
Etanol 70% akan melarutkan residu potassium asetat. Setelah supernatant
dibuang, kemungkinan dapat terlihat pellet kecil pada dasar tabung.
Keringkan Eppi pada 600C pada balok pemanas (biarkan terbuka) dan
tambahkan 30 l air.
h. Agar DNA larut dengan baik dalam air, tabung Eppi diletakkan kembali
pada balok pemanas (tabung tertutup).
6. RAMBUT.18
Umumnya dipergunakan dua metode, yaitu isolasi DNA dari rambut dan
Protokol dr. Glowatzki (Dr. Glowatzkis protocol)
a. Isolasi DNA sampel rambut.
1. Potong 10 15 helai akar rambut sepanjang 0,5 cm kedalam 1,5 ml
tabung eppendorf
2. Tambahkan 50 l 200mM NaOH solusi.
3. Panaskan tabung menggunakan bak air bersuhu 94 0C selama 10
menit.
4. Lalu dinginkan dalam suhu ruangan dan tambahkan 50 l solusi yang
terdiri dari 200 mM HCL dan 200 mM Tris-HCL pH 8,5.
5. DNA siap untuk digunakan
31
b. Isolasi DNA dengan Dr. Glowatzkis protocol
1. Potong 5-10 akar rambut sekitar 0,5 cm ke dalam tabung eppendorf.
2. Gunakan 50 l larutan di bawah ini sebagai buffer lisis :
a. 10 mM Tris pH 8,3,
b. 50 mM KCl,
c. 0,5% Tween.
3. Tambahkan juga 10 l larutan 20 g/ml Proteinase K dalam 10 mM
Tris-HCl (pH 7,5)
4. Sentrifus selama 30 detik.
5. Ultrasentrifus pada 13000 rpm selama 1 detik
6. Inkubasi selama satu malam dalam air hangat bersuhu 560 600 C.
7. Inkubasi kembali selama 10 menit pada suhu 940 C (bertujuan untuk
mendenaturasi proteinase K).
8. Dinginkan dalam suhu ruangan.
9. Ultrasentrifus pada kecepatan 13000 rpm selama 1 detik
10. DNA siap untuk dilakukan PCR
Setelah supernatan yang berisi DNA dari sampel diperoleh, maka proses
analisis DNA sebenarnya sudah dapat dilakukan. Namun dalam kasus jumlah
DNA tersebut tidak mencukup untuk analisis DNA (seperti elektroforesis), maka
kuantitas DNA tersebut perlu digandakan, antara lain melalui metode Polymerase
Chain Reaction (PCR).
32
PCR dilakukan dengan menggunakan mesin Thermal Cycler yang dapat
menaikkan dan menurunkan suhu dalam waktu secara cepat sesuai kebutuhan
siklus PCR. Pada awalnya orang menggunakan tiga penangas air (water bath),
berpindah dari satu suhu ke suhu lainnya menggunakan tangan. Tapi sekarang
mesin Thermal Cycler sudah terotomatisasi dan dapat diprogram sesuai
kebutuhan. 14
Metode yang paling umum digunakan dalam analisis DNA adalah metode
pemisahan fraksi protein berdasarkan berta molekulnya, yakni dengan metode
Elektroforesis, khususnya Elektroforesis dengan gel Agarose. Teknik ini
dilakukan berdasarkan fakta bahwa DNA merupakan senyawa bermuatan negatif
pada pH netral, yang disebabkan oleh rangka fosfatnya. Berdasarkan sifat ini,
maka jika arus listrik diberikan pada larutan yang mengandung DNA, molekul
DNA akan terdorong menuju bagian bidang yang bermuatan posistif.
Untuk membuat lembar elektroforesis dari gel agarose, maka langkah yang
dilakukan adalah :
33
Gambar 6. Pencetakan gel agarose untuk elektroforesis 20
34
Gambar 7. Teknik penempatan sampel dengan pipet 20
c. Hubungkan seluruh unit dengan sumber listrik dan nyalakan alat pada
voltase sebesar 100 Volt selama 30-45 menit. Fragmen DNA akan
bermigrasi menuju elektrode positif (biasanya berwarna merah).
Perhatikan batas akhir pewarna (Gambar 8)
35
Gambar 9. Contoh hasil pembacaan pita DNA 20
36
BAB III
PENUTUP
37
DAFTAR PUSTAKA
38
19. President DNA Initiative. DNA Analyst Training Laboratory Training
Manual. URL: http://www.nfstc.org/pdi/lab_manual/
20. All photos courtesy of Karen Braun. New Mexico state University.
39