Anda di halaman 1dari 4

Fungsi besi

Dalam keadaan tereduksi besi kehilangan dua elektron, oleh karena itu mempunyai dua sisa
muatan positif. Dalam keadaaan teroksidasi, besi kehilangan tiga elektron sehingga mempunyai
sisa tiga muatan positif yang dinamakan bentuk feri (Fe+++). Karena dapat berada dalam dua
bentuk ion ini, besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim
yang terlibat di dalam reaksi oksidasi reduksi.

Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron, yang berperan
dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan
elektron yang berasal dari zat gizi penghasil ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses
tersebut dihasilkan ATP. Sebagian besar besi berada di dalam hemoglobin, yaitu molekul protein
mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot. Hemoglobin di dalam darah
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan dan membawa kembali karbon dioksida
dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir
oksigen: menerima, menyimpan, dan melepas oksigen di dalam sel otot. Sebanyak kurang lebih
80% besi tubuh berada di dalam mioglobin. Selebihnya terdapat di dalam dan protein lain yang
mengandung besi. Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan besi disebabkan oleh dua
hal, yaitu: (a) berkurangnya enzim-enzim mengandung besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang
telibat dalam metabolisme energi, (b) menurunnya hemoglobin darah. Akibatnya, metabolisme
energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa
lelah. (Almatsier, 2009)

Tracey Roizman, DC, telah menjadi penulis lepas dan pembicara pada kesehatan alami dan preventif
sejak tahun 1995. Dia memegang gelar BS di gizi biokimia, tingkat chiropractic, dan merupakan
diplomate pascasarjana di bidang neurologi fungsional. Besi melayani berbagai fungsi selain membawa
oksigen dalam sel darah merah. Besi merupakan bagian dari struktur molekul protein dan enzim banyak.
Proses yang mengatur pertumbuhan sel juga menggunakan besi. Kekurangan zat besi menyebabkan
bentuk anemia yang ditandai dengan kelelahan dan menurunkan kekebalan tubuh. Kelebihan zat besi
dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti toksisitas dan resistensi insulin. Beberapa penelitian
telah meneliti hubungan antara kelebihan zat besi dan resistensi insulin pada berbagai kondisi
kesehatan.
Penyakit Hati Kronis
Penyakit hati kronis sering menyebabkan akumulasi kelebihan zat besi dan berhubungan dengan
resistensi insulin, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam edisi 2011 Februari jurnal
"Pencernaan dan Penyakit Hati." Ini merupakan faktor risiko baru diakui yang diperkirakan
berkontribusi terhadap perkembangan penyakit hati, kata para peneliti. Selain ketidakseimbangan
gula darah, zat besi meningkat mempromosikan jaringan parut di hati dan dapat meningkatkan
kerentanan terhadap kanker hati. Para peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan manfaat potensial dari penurunan kadar zat besi meningkat pada orang dengan
penyakit hati untuk melihat apakah komplikasi dan meningkatkan faktor risiko.

Diabetes
Peningkatan kadar zat besi yang ditemukan terkait dengan adiponektin yang rendah - hormon
yang mengatur gula darah, menyimpan lemak, nafsu makan dan berat badan - pada penderita
diabetes tipe 2 dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam edisi 2010 Desember Research
"jurnal Diabetes dan Clinical Practice . " Pola besi meningkat bersama dengan resistensi insulin
merupakan faktor risiko untuk diabetes tipe 2 pada populasi secara keseluruhan, juga, kata para
peneliti. Dalam studi dari 65 non-diabetes dan 104 penderita diabetes, besi secara signifikan
lebih tinggi pada penderita diabetes, menyiratkan hubungan antara besi dan resistensi insulin.

Besi : Pembentukan hemoglobin, transpor elektron, transportasi oksigen, enzim activator

Berperan dalam insulin :

Mangan : Metabolisme karbohidrat, metabolisme protein, jaringan ikat, produksi cairan sendi, jaringan
saraf, Vitamin B1 pemanfaatan

Krom : Pemanfaatan glukosa, aktivitas insulin, otot jantung, kolesterol pemanfaatan

Seng : Protein sintesis, transportasi karbon dioksida, fungsi seksual, penyimpanan insulin, metabolisme
karbohidrat, penyembuhan luka

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit/ gangguan metabolisme yang ditandai dengan
tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh kurangnya
produksi atau gangguan kerja (penurunan efektifitas) hormon insulin atau karena kedua-duanya.
Penyakit DM dibagi dalam dua jenis. Pertama, DM tipe 1 atau yang disebabkan oleh rusaknya
sel (Beta) pankreas sebagai pabrik pembuat insulin. Kedua, DM tipe 2, tipe ini merupakan
gangguan yang sifatnya heterogen, pada beberapa kasus akibat gangguan fungsi sel , namun
paling banyak disebabkan oleh gangguan kerja (resistensi) insulin pada sel-sel dalam jaringan
tubuh.

Keberadaan penyakit diabetes tidak lepas dari peran zat besi (Fe) dalam darah. Sifat molekul besi
yang tidak stabil berpotensi menghasilkan berbagai bentuk radikal bebas yang membahayakan
atau merusak sel-sel tubuh. Hasil pengamatan terhadap peningkatan frekuensi penyakit diabetes
pada orang-orang yang menderita hemochromatosis menunjukkan bahwa kelebihan (overload)
besi dalam tubuh berperan dalam muncetuskan penyakit diabetes. Hemochromatosis adalah
suatu kelainan genetik yang mengakibatkan kelebihan besi dalam tubuh. Akan tetapi, apa pun
penyebab dari overload besi, baik karena penyakit genetik atau pun bukan, ternyata
menyebabkan peningkatan diabetes.

Peran besi dalam menyebabkan penyakit diabetes ditunjukkan oleh dua hal, Pertama: terjadinya
peningkatan kejadian diabetes pada orang-orang yang kelebihan besi, apapun penyebabnya.
Kedua: adanya perbaikan penyakit diabetes setelah membuang kelebihan besi dengan obat-
obatan yang dapat mengikat besi.

Orang-orang yang sering menjalani transfusi darah karena penyakit tertentu, seringkali
mengalami overload besi dalam tubuhnya. Pada kelompok ini terdapat peningkatan kejadian
diabetes. Walau mekanisme zat besi dapat mempercepat terjadinya diabetes belum diketahui
secara pasti, namun dugaan tersebut kemungkinan berhubungan dengan tiga mekanisme kunci,
yaitu:

1. Defisiensi (kekurangan insulin)

2. Resistensi insulin (gangguan kerja insulin).


Maksudnya, meskipun insulin terdapat dalam darah dalam jumlah yang cukup, akan tetapi tidak
mampu mendorong glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam sel-sel tubuh. Akibatnya, kadar
glukosa dalam darah tetap tinggi. Sebaliknya, apabila suatu sel sangat berespon tarhadap adanya
insulin, maka kondisi ini disebut dengan sensitif terhadap insulin (insulin sensitivity).

3. Disfungsi (kerusakan) hati (hepar).

Overload besi dan munculnya radikal bebas akan menyebabkan kerusakan sel pankreas yang
berfungsi menghasilkan hormon insulin. Akibatnya, terjadi penurunan produksi insulin. Karena
produksinya berkurang, maka otomatis sekresi (pengeluaran) ke dalam darah juga berkurang.

Adapun mekanisme terjadinya resistensi insulin, diduga terjadi secara langsung atau melalui
rusaknya fungsi hepar (hati). Selain itu, adanya pengendapan besi dalam otot akan menurunkan
penyerapan glukosa karena terjadi kerusakan pada otot tersebut. Sebaliknya, insulin justru
meningkatkan penyerapan besi, sehingga terjadilah lingkaran yang menyebabkan terjadinya
resistensi insulin. Selain bertanggung jawab pada terjadinya penyakit diabetes, besi juga
bertanggung jawab pada timbulnya berbagai komplikasi penyakit diabetes, diantaranya penyakit
ginjal dan penyakit kardiovaskuler.

Keberadaan penyakit diabetes tidak lepas dari peran zat besi (Fe) dalam darah. Sifat
molekul besi yang tidak stabil berpotensi menghasilkan berbagai bentuk radikal bebas
yang membahayakan atau merusak sel-sel tubuh.

Oleh: dr. M. Saifudin Hakim (Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi, FK UGM, Yogyakarta)

Disarikan dari: Tabloid Bekam Edisi III/2011 Cetak Ulang (Siapa Bilang Diabet Tak Bisa
Sembuh?).
Fungsi Zat besi :
Pembentukan hemoglobin
Komponen enzim sitokrom (enzim dalam respirasi)

Pankeas memiliki 3 enzim: amylase (maltase, sukrase, laktase) mengubah zat pati menjadi
disakarida, lipase mengubah lemak menjadi gliserida, asam lemak dan gliserol, dan tripsinogen
mengubah pepton menjadi polipeptida

Metabolisme KH: glikogenesis, glikogenolisis, glukoneogenesis, menyimpan glikogen, mengbah


galaktosa, fruktosa menjadi glukosa

Pada proses produksi insulin dibutuhkan mineral baik mineral makro maupun mineral mikro. Adapun
mineral tersebut adalah seng, mangan, krom,

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru-
paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu
berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

Fungsi besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi dan
Komponen enzim sitokrom (enzim dalam respirasi)

Dihati Produksi insulin-like growth factor 1 (IGF-1), yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tubuh

Anda mungkin juga menyukai