Anda di halaman 1dari 8

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

STUDI GEOLISTRIK DAN GEOLOGI PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH


Abdul Mukaddas *

Abstract
The purpose of this research, which was done in Cilebak Kuningan West Java, is to look for the
cause of factors of the happening masswasting to be identified and predicted on stability of
slope in this area. In this research, applied resistivity method of Wenner-Schlumberger
configuration is applied to know thickness of coat decay and deepness of slip.
Data processing of geoelectric was done constructively Res2Dinv program to narrate the
condition of subsurface. Its result interpreted by pursuant value of resistivity rock type. From cross
section trajectory of measurement with direction of C D and E F, there are rock coat with the
value of resistivity about 3,1 m 4,5 m and 3,7 m 6,7 m with the deepness reach 10 20
metre. This coat was predicted by as impermeable claystone of area personating able to slip. It
was predicted as thick moudly coat reach about 6 10 metre.
From the evaluation on some aspects of related to cause of the happening masswasting like
hydrology, geology, topography, layout of area farm and geophysics aspect, is estimated to
cause of the happening masswasting in Cilebak, for example high precipitation, slope bevel
inclination, situation slip and influence layout of area.
Keywords: Geoelectric, masswasting

Abstrak
Telah di lakukan penelitian di Cilebak Kuningan Jawa Barat guna mencari faktor faktor
penyebab terjadinya gerakan tanah untuk diidentifikasi dan diprediksi terhadap kestabilan
lereng di daerah tersebut. Pada penelitian ini diterapkan metode geolistrik tahanan jenis dengan
konfigurasi elektroda Wenner Schlumberger untuk mengetahui ketebalan lapisan pelapukan
dan kedalaman bidang gelincir.
Pengolahan data geolistrik dilakukan dengan bantuan Program Res2Dinv untuk mencitrakan
kondisi di bawah permukaan. Hasilnya ditafsirkan berdasarkan nilai tahanan jenis batuan. Dari
penampang tahanan jenis untuk lintasan pengukuran dengan arah C D dan E F terdapat
lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis sekitar 3.1 m 4.5 m dan 3.7 m 6.7 m dengan
kedalaman mencapai 10 20 meter. Lapisan ini diduga sebagai batulempung kedap air yang
dapat berperan sebagai bidang gelincir. Lapisan batuan yang diduga sebagai lapisan lapuk
ketebalannya mencapai sekitar 6 10 meter.
Dari evaluasi terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan penyebab terjadinya gerakan
tanah seperti aspek hidrologi, geologi, topografi, tataguna lahan dan aspek geofisika,
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya gerakan tanah di Cilebak, antara lain curah hujan
yang tinggi, kemiringan lereng perbukitan yang terjal, letak bidang gelincir yang dalam dan
pengaruh tataguna lahan daerah.
Kata kunci: Geolistrik, Gerakan tanah

1. Pendahuluan Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa


Gerakan tanah merupakan Barat mengakibatkan lahan pertanian
proses alam yang seringkali membawa penduduk rusak dan jalur jalan
bencana yang merugikan ekonomi dan kabupaten yang menghubungkan
jiwa. Aktivitas gerakan tanah terjadi Daerah Cilebak Subang mengalami
pada April 2004 di Daerah Cilebak penurunan/ amblas sedalam 1,2 meter
dan rusak sepanjang 50 meter.

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Studi Geolistrik dan Geologi Pada Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Abdul Mukaddas)

Fenomena gerakan tanah di F = W sin ....(1)


Provinsi Jawa Barat, bukanlah masalah Dimana, F = gaya gravitasi , W = berat
baru, karena beberapa wilayah massa di suatu titik dan = sudut lereng.
termasuk dalam zona rentan gerakan
tanah. Gerakan tanah jenis longsoran
umumnya terjadi pada kondisi curah
hujan yang tinggi. Faktor lain yang juga
mempengaruhi adalah kondisi
tanah/batuan, ketebalan tubuh tanah, W Sin
kemiringan lereng, keadaan vegetasi
dan pola penggunaan lahan.
Berdasarkan data kejadian bencana
gerakan tanah Direktorat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi, dari W Cos
tahun 1990 hingga 2004 Provinsi Jawa W
Barat paling sering dilanda bencana
yaitu 582 kejadian, kemudian disusul Gambar 1. Komponen gaya yang
Jawa Tengah 253 kejadian dan Jawa bekerja pada lereng
timur 27 kejadian. Korban jiwa akibat
bencana tersebut untuk Jawa Barat 415 Longsor terjadi karena adanya
jiwa, Jawa Tengah 233 jiwa dan Jawa gangguan kesetimbangan gaya yang
Timur 80 jiwa. bekerja pada lereng yakni gaya
Direktorat Vulkanologi dan pendorong (tegangan geser) dan gaya
Mitigasi Bencana Geologi telah penahan (kuat geser).
melakukan berbagai upaya Ketidaksetimbangan gaya yang bekerja
penanganan bencana geologi guna tersebut disebabkan oleh adanya suatu
memberi kemudahan kepada proses yang menaikkan gaya
Pemerintah Daerah setempat dalam pendorong atau mengurangi gaya
mengambil langkah langkah penahan massa tanah/batuan
penanggulangan. Salah satu upaya menyebabkan lereng menjadi tidak
tersebut adalah tindakan pemeriksaan, stabil sehingga massa tanah/ batuan
yaitu melakukan penyelidikan di daerah bergerak turun.
yang tertimpa bencana sehingga Meningkatnya gaya pendorong
dapat diketahui penyebab dan cara (MF) pada lereng dipengaruhi oleh
penanggulangannya. beberapa faktor seperti besarnya sudut
Tujuan penelitian ini adalah kemiringan lereng, air, penambahan
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab beban pada lereng yang meliputi
terjadinya gerakan tanah dengan studi peningkatan berat volume tanah akibat
kasus di daerah Cilebak Kuningan Jawa pengaruh air hujan dan pembangunan
Barat. gedung, jalan dan sejenisnya di atas
lereng. Sedangkan berkurangnya gaya
2. Tinjauan Pustaka penahan (RF) pada lereng umumnya
2.1 Gerakan tanah dipengaruhi oleh penurunan kekuatan
Gerakan tanah (masswasting) adalah batuan dan kepadatan tanah.
gerakan material pembentuk lereng Pada prinsipnya kestabilan lereng
berupa tanah, batuan atau kombinasi diindikasikan oleh parameter faktor
jenis material tersebut ke tempat yang keamanan (FK) yang merupakan
lebih rendah karena pengaruh gaya perbandingan antara gaya penahan
gravitasi, (Chowdhuri , 1978). Semakin (RF) dengan gaya pendorong (MF)
curam suatu lereng semakin besar yang bekerja pada massa tanah/
kemungkinan material tersebut jatuh ke batuan yang dinyatakan sebagai:
tempat yang lebih rendah. Secara
umum pengaruh gravitasi dapat FK = RF (2)
dinyatakan sebagai:
MF

263
Studi Geolistrik dan Geologi Pada Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Abdul Mukaddas)

Faktor keamanan lebih besar dari tahanan jenis diturunkan dari hasil
satu mengindikasikan lereng stabil dan pengukuran beda potensial tersebut
sebaliknya jika lebih kecil dari satu. (Santoso, 2002).
Varnes (1978), mengklasifikasikan
2.3 Konfigurasi Elektroda dan faktor
gerakan tanah didasarkan pada
geometri
mekanisme gerakan dan jenis material
Dalam eksplorasi geolistrik
yang bergerak. Klasifikasi tersebut
tahanan jenis, karakteristik yang
sebagai berikut :
dipertimbangkan dalam pemilihan
Jatuhan (falls), Robohan (topples),
konfigurasi elektroda adalah sensitivitas
Rayapan tanah ( soil creep),
konfigurasi terhadap perubahan nilai
Longsoran(slides). Aliran (flows) dan
resistivitas bawah permukaan baik
Gabungan (complex).
secara vertikal maupun horizontal dan
Pada jenis jatuhan (falls),
penetrasi kedalaman. Karenanya
mekanisme gerakan massa tidak
diperlukan suatu perbandingan posisi
mengalami geseran dan umumnya
titik pengamatan terhadap sumber arus.
bergerak melalui udara mencakup
Perbedaan letak titik tersebut akan
gerak jatuh bebas, loncatan atau
mempengaruhi besar medan listrik yang
menggelinding. Dari beberapa tipe
akan diukur. Karena elektroda pada
pergerakan seperti tercantum di atas,
saat melakukan pengukuran disusun
jatuhan dan robohan umumnya terjadi
sedemikian rupa, maka perlu dilakukan
pada lereng batuan dan yang lainnya
perhitungan terhadap konfigurasi
terjadi pada lereng yang material
elektroda.
pembentuknya tanah. Rayapan tanah
Suatu besaran yang berfungsi
(soil creep), gerakan tanah yang sangat
sebagai faktor untuk mengoreksi
lambat dan sulit diamati secara
berbagai konfigurasi elektroda disebut
langsung dan biasanya terjadi pada
sebagai faktor geometri. Faktor
lereng landai. Longsoran (slides),
geometri (K) merupakan besaran
gerakan massa mengalami geseran
penting dalam pendugaan tahanan
sepanjang satu atau beberapa bidang
jenis vertikal maupun horizontal. Besaran
permukaan. Tipe ini geserannya melalui
ini tetap untuk konfigurasi elektroda
bidang gelincir yang dapat berupa
yang tetap. Dengan mengubah jarak
kurva lengkung atau bentuk planar.
antar elektroda untuk kepentingan
Aliran (flow), pada jenis ini umumnya
eksplorasi dapat diperoleh berbagai
material longsoran berupa campuran
variasi nilai tahanan jenis terhadap
tanah dan batu berupa lumpur dan
kedalaman. Hasil pengukuran
bergerak sangat cepat.
dilapangan sesudah dihitung nilai
2.2 Metode Geolistrik Tahanan jenis tahanan jenisnya, merupakan fungsi dari
Metode tahanan jenis adalah konfigurasi elektroda dan berkaitan
salah satu dari kelompok metoda dengan kedalaman penetrasinya.
geolistrik yang digunakan untuk Semakin besar jarak antar elektroda,
menyelidiki keadaan bawah semakin dalam penetrasi arus yang
permukaan dengan cara mempelajari diperoleh yang tentu juga sangat
sifat aliran listrik batuan di bawah ditentukan oleh kuat arus yang dialirkan
permukaan bumi. Penyelidikan ini melalui elektroda arus.
meliputi pendeteksian besarnya medan
2.4 Metode Wanner - Schlumberger
potensial, medan elektromagnetik yang
Konfigurasi Wenner-Schlumberger
diakibatkan oleh aliran arus listrik secara
merupakan gabungan antara metode
alamiah maupun secara buatan.
Wenner yang sensitif terhadap
Metoda ini dilakukan dengan
perubahan lateral dengan metode
mengalirkan arus listrik searah ke dalam
Schlumberger yang sensitif terhadap
bumi melalui elektroda arus, selanjutnya
perubahan vertikal. Kedua konfigurasi ini
distribusi medan potensialnya diukur
digunakan secara bersamaan dalam
dengan elektroda potensial. Variasi
suatu pengukuran tahanan jenis.

264
Studi Geolistrik dan Geologi Pada Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Abdul Mukaddas)

Faktor geometri (K) untuk geografis terletak pada koordinat 108


konfigurasi ini adalah K = n(n+1)a, 34 45 BT dan 07 08 12 LS. Secara
dimana a adalah spasi elektroda dan n morfologi Daerah Cilebak merupakan
adalah perbandingan jarak elektroda daerah perbukitan yang membentang
C1-P1 atau P2-C2 dengan dengan spasi sekitar arah Timur tenggara - Barat
a (Gambar 2.) barat laut dengan kemiringan lereng
3. Metode Penelitian sekitar 9 - 40 hingga terjal. Longsoran
3.1 penyelidikan lapangan terjadi pada lereng sebelah utara
Penyelidikan ini diawali dengan dengan kemiringan sekitar 45.
kegiatan observasi lapangan meliputi Secara regional berdasarkan peta
pengamatan kondisi geologi, keairan, geologi lembar Majenang skala
vegetasi dan tataguna lahan di Daerah 1:100.000 (Kastowo dan N. Suwarna,
Cilebak yang dilanjutkan dengan survai 1996), batuan di daerah penelitian
geofisika dengan metode geolistrik disusun oleh batuan Formasi Halang
tahanan jenis susunan Wenner (Tmph). Formasi batuan tersebut terdiri
Schlumberger. Pengolahan data atas : batupasir tufaan, batulempung,
geolistrik dilakukan dengan bantuan konglomerat, breksi bersisipan andesit.
program Res2Dinv yang dilengkapi Perselingan batulempung- batupasir
dengan Dongle karena data yang tersingkap di daerah tebing Sungai
diolah terdapat data tofografi. Cimonte dengan kedudukan batuan N
89E /25 miring ke arah Selatan. Struktur
3.2 Lokasi dan kondisi Geologi daerah
geologi yang terdapat di daerah ini
Cilebak
adalah sesar naik dan antiklin yang
Lokasi terjadinya longsoran terletak di
berarah Barat Timur.
Desa Cilebak Kecamatan Cilebak
Kabupaten Kuningan Jawa Barat secara

Gambar 2. Berbagai konfigurasi elektroda dan faktor geometrinya untuk


perhitungan resistivitas (Santoso, 2002)

265
Studi Geolistrik dan Geologi Pada Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Abdul Mukaddas)

3.3 Keairan dan tataguna lahan elektroda potensial. Pengukuran ini


Air permukaan di daerah dilakukan dengan dua lintasan yaitu
penelitian ditampung oleh lahan lintasan CD dengan arah Selatan barat
persawahan, Sungai Ci Monte dan daya Utara timur laut dan lintasan EF
sungai - sungai kecil yang terletak di dengan arah Tenggara Barat laut,
sebelah barat dan timur daerah panjang masing-masing lintasan 154
penelitian. Sungai tersebut mengalir meter.
sepanjang tahun dengan debit air relatif 3.6 Pengolahan Data Geolistrik
besar. Aliran sungai ini dimanfaatkan Dengan memasukkan faktor
oleh penduduk setempat untuk geometri (K) untuk perhitungan
mengairi areal persawahan di lereng konfigurasi elektroda yang digunakan
bagian bawah. Air tanah di daerah ini pada data hasil pengukuran geolistrik
cukup tinggi, hal ini ditandai oleh yaitu kuat arus (I) dan beda potensial
adanya mata air di beberapa tempat (V), kemudian dilakukan perhitungan
waktu musim hujan. untuk mendapatkan nilai tahanan jenis
Secara umum tataguna lahan semu (a). Selanjutnya nilai distribusi a ini
daerah ini didominasi oleh persawahan bersama faktor a (jarak antarelektroda)
dan kebun campuran yang ditanami dan n, serta lokasi titik data D digunakan
jagung, ketela, pisang dan beberapa sebagai parameter input untuk
jenis tanaman lainnya. Persawahan dan pengolahan data.
kebun tersebut menempati lereng Pengolahan data lapangan hasil
bagian tengah dan bawah. pengukuran geolistrik dilakukan dengan
Permukiman penduduk terletak sekitar menggunakan perangkat lunak
500 meter dari lokasi bencana ke arah Res2Dinv. Pada tahap ini dicoba untuk
timur. menampilkan model 2D untuk
3.4 Peralatan mendapatkan nilai tahanan jenis dan
Peralatan yang digunakan dalam kedalaman sebenarnya.
penelitian ini adalah sebagai berikut, Untuk meyakinkan kualitas dari
Kompas geologi hasil pemodelan inversi, nilai tahanan
GPS jenis dan kedalaman sebenarnya yang
Alat ukur T0 pertama sekali dihitung digunakan
Satu unit resistivity meter Naniura untuk mendapatkan nilai tahanan jenis
beserta kelengkapannya berikutnya. Proses inversi tersebut
Palu geologi dilakukan terus menerus (iterasi) oleh
Meteran perangkat lunak untuk mendapatkan
Kamera hasil yang maksimal.
3.5 Pengambilanb data Geolistrik
4. Hasil dan Pembahasan
Prosedur pengukuran geolistrik
4.1 Hasil pengolahan Data Geolistrik
diawali dengan penentuan titik lintasan
Penampang tahanan jenis hasil
pengukuran yaitu dengan cara
pengolahan data geolistrik Daerah
mengukur jarak dan ketinggian antartitik
Cilebak, menampilkan citra kondisi
sepanjang lintasan, hal ini bertujuan
bawah permukaan dengan
selain untuk memudahkan penempatan
penampakan secara 2D seperti terlihat
elektroda saat pengukuran dilakukan,
pada gambar 2 dan gambar 3.
juga akan didapatkan data hasil
pengukuran yang sesuai dengan 4.2 Hasil evaluasi
topografi daerah penyelidikan. Berdasarkan informasi penduduk
Selanjutnya dilakukan pengukuran setempat dan pengamatan di
tahanan jenis dengan susunan lapangan diperoleh gambaran secara
elektroda Wenner Schlumberger umum kondisi vegetasi Daerah Cilebak.
dengan cara mengalirkan arus listrik ke Pada akhir tahun 1980-an sebagian
dalam bumi melalui elektroda arus dan besar masih berupa lahan hijau dan
distribusi potensialnya diukur dengan berubah secara signifikan pada tahun

266
Studi Geolistrik dan Geologi Pada Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Abdul Mukaddas)

2004, dimana banyak sekali lahan hijau pengamatan terhadap beberapa


yang dialihfungsikan sebagai lahan sumur gali warga setempat yang
untuk memenuhi kebutuhan penduduk. memperlihatkan kedalaman rata rata
Alihfungsi itu berupa keperluan 4 6 meter. Pada lereng bagian atas di
permukiman, lahan persawahan, sekitar daerah terkena longsoran
perkebunan, dan aktivitas lainnya yang terdapat mata air yang mengalir secara
membutuhkan lahan kosong. liar terus menerus mengisi retakan tanah,
Alih fungsi lahan berupa lahan dan hal ini akan mempercepat tanah
persawahan dapat menjadi daerah pada lereng tersebut jenuh air.
sumber air permukaan. Air hujan yang Berdasarkan data curah hujan tahunan
ditampung lahan persawahan secara dari tahun 2003 - 2004 yang diperoleh
perlahan akan mengalir ke dalam dari stasiun penakar Waduk Darma
lapisan tanah, hal ini berpengaruh menunjukkan curah hujan bulanan
terhadap meningkatnya gaya dorong tertinggi terjadi antara bulan November
tanah pada lereng tersebut. Untuk sampai April yaitu 225 - 242 mm/bulan.
kegiatan perkebunan umumnya Angka ini melampaui curah hujan
ditanami jenis tanaman yang memiliki normal untuk daerah tersebut yaitu
karakteristik akar yang tidak kuat seperti 172,3 mm/bulan. Besarnya curah hujan,
pohon ketela, jagung dan pisang. tinggi muka air tanah dan adanya mata
Dengan jenis tanaman seperti itu tidak air seperti tercantum di atas,
cukup kuat untuk menahan air terutama berpengaruh terhadap terjadinya
pada saat curah hujan tinggi. longsoran di Cilebak.
Gambaran kondisi keairan di
lokasi daerah penelitian diperoleh dari

Selatan barat daya Utara timur laut


C D

Bidang gelincir

Lapisan mengandung air

Bidang gelincir

Gambar 2. Penampang tahanan jenis lintasan C D dengan topografi

267
Studi Geolistrik dan Geologi Pada Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Abdul Mukaddas)

Tenggara Barat laut


Bidang gelincir

E F

E F

Gambar 3. Penampang tahanan jenis lintasan E F dengan topografi

Dari pengamatan secara visual di m. Umumnya lapisan tersebut poros


lapangan terlihat tanah penutup berisi air. Berdasarkan nilai tahanan jenis
berupa lempung pasiran, gembur dan dan data geologi daerah tersebut,
mudah meresapkan air, sehingga lapisan dengan nilai tahanan jenis
berpengaruh terhadap penyaluran air sekitar 0.6 m 2.1 m diduga sebagai
sampai ke bidang gelincir. Kondisi ini batupasir tufaan dengan kandungan air
pada akhirnya dapat menyebabkan yang cukup tinggi. Lapisan dengan nilai
tanah yang berada di atas bidang tahanan jenis 3.7 m 6.7 m diduga
gelincir jenuh air dan labil. Dari kondisi sebagai lempung. Lapisan ini dapat
geologi, berdasarkan peta geologi berperan sebagai bidang gelincir, dan
lembar Majenang Skala 1 : 100.000, kedalamannya mencapai sekitar 10
diperoleh gambaran kemiringan meter. Lapisan dengan nilai tahanan
perlapisan batuan di daerah penelitian jenis 12.2 m 22 m diduga terdiri dari
miring ke arah selatan . Selain itu, juga lempung pasiran dan soil (lapisan lapuk)
terdapat singkapan di tebing Sungai dengan ketebalan sekitar 6 meter.
Cimonte yang memperlihatkan Pengukuran geolistrik lintasan E
perselingan batupasir batulempung F (Tenggara Barat laut) dilakukan di
dengan kedudukan N 89E /25. Atas daerah persawahan yang mengalami
dasar ini, diperkirakan kemiringan retakan dan rusak akibat gerakan
perlapisan batuan di daerah longsoran tanah. Pengukuran untuk lintasan ini
tidak searah kemiringan lereng, dan hal bertujuan mengetahui ada tidaknya
ini dapat menghambat terjadinya lapisan batuan yang diduga sebagai
longsoran. bidang gelincir pada arah tersebut,
Berdasarkan hasil pengolahan sehingga dengan membandingkan
data geolistrik untuk lintasan arah kedua lintasan dapat diperkirakan
pengukuran C D terlihat beberapa kecenderungan arah gerakan tanah di
lapisan tanah/ batuan dengan variasi lokasi daerah penelitian. Dari
nilai tahanan jenis sekitar 0.6 m 39.7 penampang tahanan jenis (Gambar 3)

268
Studi Geolistrik dan Geologi Pada Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Abdul Mukaddas)

terdapat lapisan batuan dengan nilai Penelitian dan Pengembangan


tahanan jenis sekitar 3.1m 4.5m. Geologi Bandung
Lapisan ini diduga sebagai lempung
dan dapat berperan sebagai bidang Loke, M.H., Barker, R.D., 1995, Least
gelincir. Kedalamannya mencapai square deconvolution of apparent
sekitar 20 meter . Lapisan dengan nilai resistivity pseudosection,
tahanan jenis sekitar 6.5 m 9.3 m Geophysics vol. 60, p. 155 - 164
diduga terdiri dari lempung pasiran dan Santoso, D., 2002, Pengantar Teknik
soil (lapisan lapuk), dengan ketebalan Geofisika, ITB Bandung
sekitar 10 meter. Posisi bidang gelincir
yang letaknya dalam dapat Taib, M.I.T., 2000, Dasar metoda
menyebabkan zona lemah lapisan Eksplorasi Tahanan Jenis Galvanik,
tanah/ batuan yang berada diatasnya. Jurusan Teknik Geofisika FIKTM ITB
Bandung
5. Kesimpulan
Secara ringkas kesimpulan dari Varnes, D.J., 1978, Slope Movement
penelitian ini sebagai berikut : Types and Processes, Landslide
1) Berdasarkan pengamatan di analysis and Control, Special
lapangan, diperkirakan sebagai Report 176, ed. By R.L Schuster &
penyebab terjadinya gerakan tanah R.J Krizek, National Academy of
di Cilebak, antara lain pengaruh Sciences Washinton, D.C, p. 11- 33
curah hujan yang tinggi, kemiringan Wijayanty, M., 2003, Analisis Kelongsoran
lereng perbukitan yang cukup terjal, Lereng Pada Jalur Kereta Api KM
pengaruh pola penggunaan lahan 107 Ciganea Dengan
dan adanya tanah pelapukan yang Menggunakan Metoda Elemen
relatif tebal ( sekitar 6 10 meter) Hingga, Tesis Magister, Institut
berada di atas bidang gelincir yang Teknologi Bandung
kedalamannya mencapai sekitar 10
20 meter. Dugaan ketebalan lapisan
pelapukan dan kedalaman bidang
gelincir didasarkan pada
penampang tahanan jenis hasil
pengolahan data geolistrik untuk dua
lintasan pengukuran (lintasan C D
dan E F).
2) Secara umum gerakan tanah yang
terjadi di daerah ini selain jenis
jatuhan (falls), longsoran, juga jenis
rayapan tanah yang ditandai
dengan rekahan dan amblasan
dengan kedalaman bidang gelincir
mencapai puluhan meter.
3) Gerakan tanah ini cenderung
bergerak ke arah Sungai Cimonte
yang berada di sebelah Utara timur
laut lokasi daerah penelitian.

6. Daftar Pustaka
Chowdhury, R.N., 1978, Slope
Analysis,Elsevier Amsterdam

Kastowo dan N. Suwarna., 1996, Peta


Geologi Lembar Majenang. Pusat

269

Anda mungkin juga menyukai