Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya mempunyai naluri untuk hidup bersama manusia
lainnya yang dinamakan gregariousness sehingga manusia perlu untuk hidup
bermasyarakat. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Mubarak, dkk.,
2009).
Masyarakat terbentuk dari beberapa unsur yang merupakan satu kesatuan
secara utuh yang terdiri dari kategori sosial, golongan sosial, komunitas,
kelompok dan perhimpunan. Unsur komunitas memiliki peranan penting dalam
pembentukan masyarakat karena komunitas merupakan hasil akhir dari
pengintegrasian beberapa unsur pembentuk masyarakat lainnya. Komunitas
merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah nyata dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat dan dibatasi wilayah
geografi (Mubarak, dkk., 2009).
Kesehatan merupakan salah komponen utama dalam IPM yang dapat
mendukung terciptanya SDM yang sehat, cerdas, terampil dan ahli, menuju
keberhasilan Pembangunan Kesehatan. Sejalan dengan pelaksanaannya,
pembangunan kesehatan telah mengalami perubahan cara pandang dari paradigma
sakit menuju paradigma sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat 2010
(Makhfudil,2009).
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
yang pada hakikatnya merupakan upaya untuk mencapai kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Hal ini sejalan dengan
1
Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 1 dan undang-undang no 23 tahun
1992 tentang kesehatan yaitu, salah satu hak dasar masyarakat terwujud melalui
pembangunan kesehatan. Salah satu hak dasar masyarakat seperti yang tersebut di
atas adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dapat terpenuhi
(Makhfudil, 2009).
Upaya menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan
dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh. Di Indonesia Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) telah ditetapkan pada tahun 1982. Sistem Kesehatan
Nasional tersebut telah berperan besar sebagai acuan dalam penyusunan Garis-
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bidang kesehatan, penyusunan Undang-
Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, penyusunan Undang-Undang No.
38 tahun 2014 tentang keperawatan dan juga sebagai acuan dalam penyusunan
berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Tujuan pembangunan kesehatan seperti yang tercantum dalam SKN yaitu
terselenggaranya, pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya
guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Depkes, 2004). Kemampuan tersebut diupayakan dalam meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan melalui
kegiatan peningkatan kesehatan. Kerja sama digunakan sebagai suatu mekanisme
untuk mempermudah pencapaian tujuan artinya masyarakat berpartisipasi secara
aktif untuk mencapai perubahan.
2
masyarakat/komunitas) sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi (Sahar, 2011).
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan komunitas dilakukan dengan
menggunkan pendekatan Primary Health Care (PHC) atau pelayanan kesehatan
utama. PHC merupakan pelayanan essensial secara universal mudah dijangkau
oleh individu, keluarga, kelompok khusus dan komunitas dengan cara yang dapat
diterima dan sesuai dengan kemampuan masyarakat. PHC menekankan pada
peran serta aktif komunitas serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan
pemerintah (WHO, 1987). Prinsip pendekatan PHC meliputi 4 (empat) distribusi
yang merata mengikutsertaan masyarakat, teknologi tepat guna, prosedur maupun
metode berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi sektoral.
3
Proses keperawatan komunitas dimulai dari pengkajian sebagai tahap awal
pengumpulan data, analisa data dan penentuan prioritas masalah kesehatan
sehingga tercapai perumusan diagnosa keperawatan. Kemudian untuk
memecahkan masalah kesehatan ini dibutuhkan suatu perencanaan tindakan
keperawatan yang pada akhirnya diaplikasikan melalui kegiatan pelayanan
keperawatan komunitas yang kemudian akan dievaluasi secara terpadu dan
menyeluruh untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan memberdayakan
masyarakat untuk mampu dan mandiri menerapkan upaya pelayanan kesehatan
dan keperawatan di komunitas (Mubarak, dkk., 2009). Oleh karena itu,
dibutuhkan peran perawat komunitas yaitu sebagai pendidik kesehatan, pemberi
pelayanan kesehatan, agensi rujukan, advokat, mentor, agen pembaharu, aktivis,
penemu kasus, dan manajer kasus (Sahar, 2011).
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan pada suatu komunitas
didaerah tertentu seperti didaerah binaan Lingkungan IX Kelurahan Pangkalan
Masyhur Kecamatan Medan Johor dengan menggunakan Asuhan Keperawatan
Komunitas lebih menekankan pada peran serta masyarakat itu dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatan dirinya, maka peran serta masyarakat
mempunyai peranan penting dalam menciptakan hidup sehat dan merupakan suatu
strategi yang tepat digunakan untuk mewujudkan pembangunan nasional dalam
bidang kesehatan.
Dasar pemikiran yang melandasi pentingnya peran serta masyarakat
tersebut adalah keyakinan bahwa kesehatan tidak hanya merupakan tanggung
jawab dari tenaga kesehatan tetapi merupakan tanggung jawab dari individu itu
sendiri, keluarga, kelompok atau masyarakat yang memilki hak dan potensi untuk
mengenal, mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau yang ada
dilingkungannya. Sejalan dengan kenyakinan tersebut diatas, ilmu keperawatan
komunitas merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat
yang mempunyai tujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
dari setiap penduduk.
4
Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Bromo, yang terlihat dalam keseluruhan
proses keperawatan komunitas. Melalui pembentukan POKJAKES yang terjadi,
baik pada individu sebagai anggota keluarga dan masyarakat yang diharapkan
dapat berlanjut terus oleh masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran keadaan kesehatan masyarakat yang ada di
Lingkungan IX Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan
Johor.
b. Menyusun laporan kegiatan PBL di Lingkungan IX Kelurahan
Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor.
C. Ruang Lingkup
Laporan hasil Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini meliputi hasil proses
pengkajian yang terdiri dari pengumpulan data hingga tabulasi data, analisa data.
Prioritas masalah keperawatan, rumusan diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan komunitas di Lingkungan IX Kelurahan Pangkalan Masyhur
Kecamatan Medan Johor.
Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
5
2. BAB II; meliputi Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep pelayanan
kesehatan utama, konsep keperawatan dan asuhan keperawatan komunitas
3. BAB III; meliputi tentang aplikasi asuhan keperawatan komunitas terdiri
dari pengkajian, yaitu pengantar wilayah, diagaram beserta analisanya,
diagnosa keperawatan komunitas yang berisi tujuan jangka panjang dan
jangka pendek, rencana tindakan keperawatan dan rencana kerja (POA)
serta pelaksanaan yang meliputi fase persiapan, fase proses, dan hasil
kegiatan, sedangkan evaluasi terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi
proses dan evaluasi hasil susunan rencana tindak lanjut.
4. BAB IV; meliputi pembahasan dan hasil kegiatan praktek kerja lapangan
5. BAB V; meliputi kesimpulan dan saran.