Anda di halaman 1dari 7

Trauma Kimia Mata

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat
terpaparnya bahan kimia yang dapat merusak bola mata tersebut. Trauma kimia
dapat diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa dengan pH > 7.
Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi
pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Trauma kimia pada mata
merupakan keadaan kedaruratan oftalmologi sehingga memerlukan tindakan segera
agar mencegah cedera mata yang berat.
Berdasarkan data beberapa rumah sakit emergensi di US menunjukkan bahwa
trauma kimia bertanggung jawab atas 7% trauma pada mata, dimana 60% terjadi di
tempat kerja, 30% terjadi di rumah, dan 10% lain lain. Berdasarkan data CDC tahun
2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan
akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000
menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Dari data
WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta
orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami
kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma
kimia.

Trauma Asam
Trauma asam terjadi karena paparan bahan kimia yang memiliki ph < 7. Contoh
bahan kimia yang tergolong pada asam adalah asam sulfat, asam asetat, asam nitrat,
asam kromat, asam hidroklorida, asam hidroklorida dan lain-lain. Bahan kimia
bersifat asam cenderung merusak pH dengan cara berikatan dengan protein,
sehingga terjadilah koagulasi protein plasma pada kornea. Koagulasi protein
umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan
tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.
Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih
ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.
Menyebabkan
Bahan kimia Berikatan dengan
koagulasi protein
bersifat asam protein
plasma

Terjadi luka pada


Terjadi koagulasi
permukaan luar
protein
mata

Trauma Basa
Trauma kimia terjadi karena paparan bahan kimia yang memiliki pH > 7.
Contoh bahan kimia yang tergolong pada basa adalah NaOH, CaOH, amoniak,
cairan sabun, shampoo, dan lain-lain. Trauma basa biasanya lebih berat daripada
trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan
lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik
mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan
pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata,
trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus
kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir
dengan kebutaan.
Bahan kimia Mengakibatkan pecah atau Mukopolikasarida jaringan
bersifat basa rusaknya sel jaringan dan menghilang & terjdadi
persabunan disertasi disosiasi penggumpalan sel kornea
asam lemak membrane sel

Pembengkakan pada serat


Timbul kolagen kornea sehingga
Edema
Neovaskularisasi kornea akan mati

Pelepasan plasminogen Terjadi gangguan Berlanjut menjadi ulkus


activator & kolagenase penyembuhan kornea atau perforasi ke
(Merusak kolagen epitel lapisan yang lebih dalam
kornea)

Klasifikasi Thoft:
Derajat 1 : Hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
Derajat 2 : Hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea
Derajat 3 : Hiperemi konjungtiva disertai dengan nekrosis konjungtiva dan
lepasnya epitel kornea
Derajat 4 : Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.

Tanda dan Gejala


Gejala klinis utama : Epifora, blefarospasme, nyeri berat.
Trauma Asam : Penurunan penglihatan yang segera akibat nekrosis
superfisial kornea
Trauma Basa : Kehilangan penglihatan dapat terjadi beberapa hari setelah
kejadian

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma


ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele
jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia
mencakup:

10
Penatalaksanaan Emergency

Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus
dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan
anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu
yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang
konstan.

Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks.

Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial
tear (air mata buatan).

Penatalaksanaan Medikamentosa

Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan
seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus
8,10
kornea.

Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun


pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1%
ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.


Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan


penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular


dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral
asetazolamid (diamox) 500 mg.

Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin


efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).

Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan


barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon
inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.
Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.

10
Pembedahan Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk
revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan
kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk


mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus
kornea.

Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar
donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi
normal.

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis


Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan


simblefaron.

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk
memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.

Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat


dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.
Anti VEGF
Mekanisme kerja : menghambat pengeluaran faktor antigenik yaitu VEGF
(Vascular Endothelial Growth Factor) sehingga mencegah terjadinya
neovaskularisasi yang dapat berujung pada fibrosis
Contoh obat: Lucentis
Diberikan injeksi
Indikasi: Terapi untuk AMD (Age-related Macular Degeneration), Diabetik
retinopati tipe proliferative
Efek samping: Perdarahan konjungtiva, nyeri, peningkatan tekanan intra ocular,
iritasi pada mata, dan lain lain

Anda mungkin juga menyukai