Pert 5
Pert 5
1 1 1 FP
AP 1
6 L 3L I
O 3L 6 L
Gambar 6.1 Cara menentukan sheer plan
Tinggi 1/50 B dari garis geladak tepi diukur pada centre line dari kapal
disebut camber. Lengkungan dari camber kesisi kiri kanan lambung
kapal dan berhenti pada titik garis geladak tepi disebut garis lengkung
geladak.
Dalam menentukan camber pada potongan melntang dapat
dilaksanakan dengan dua cara :
AP I
O FP B/2
I
O
h
B/2
CL
b 3
2
1
h
5
2 1 65 4 3 2 1
6 5 4 3 0
CL
c 3
2
1
h
5
2 65 4 3 2 1
6 5 4 3 1 0
Gambar 6.4 Cara membuat camber
Gambar diatas adalah salah satu potongan melintang kapal pada
salah satu gading :
1. Dari geladak tepi setinggi H (tinggi kapal ) ditarik garis tegak
lurus centre line, dimana garis ini adalah setengah lebar kapal (
B/2 ).
Cara 2
1. Dari geladak tepi setinggi H kita tarik garis tegak lurus terhadap
centre line pada centre line kita ukurkan keatas garis setinggi
2h = 1/25 B ( B adalah lebar gading setempat ). ( lihat gambar
a ).
2h
h
B CL
CL
6 0
5 1
c 4 2
3 3
2 4
1 5
0 6
CL
6 0
5 1
d 4 2
3 3
2 4
1 5
0 6
CL
Gambar 6.5
FD
D
WL 5
T
BL 3 BL 2 BL 1 WL 4
X4 WL 3
X3 X3 WL 2
X2 X2 WL 1
X1 X1 BASE LINE
7 1/2 8 8 12 9 9 14 9 12 9 34 FP
BU
LW
AR BL 2
WL WL K
1
WL
3 5 FD
WL BL 1
WL
2 4
UD
A B F G
C D E CL
1 1 1 1 3 FP
6 7 7 2 8 8 2 9 9 4 9 2 9 4
40
G. Garis Tegak Potongan Melintang ( Station Atau Ordinat )
Garis tegak potongan melintang adalah garis kalau diumpamakan
suatu kapal dipotong-potong tegak melintang.
Penampang kapal yang terjadi karena pemotongan ini disebut
bidang garis tegak melintang. Ada dua macam garis tegak
potongan melintang yaitu :
2. Gading nyata.
Gading nyata diperoleh dengan mengukur dari rencana garis
yang dibentuk melalui gading ukur. Dalam prakteknya biasanya
gading nyata diukur pada gambar rencana garis lalu hasilnya
pengukuran digambar langsung pada lantai gambar ( Mould loft
) dengan skala satu-satu ( 1 : 1 ). Dari gambar dengan skala 1 :
1 ini dapat dibuat mal dari masing-masing gading untuk
kemudian dengan mal tersebut dapat membentuk gading-
gading nyata dari kapal dibegkel. Pada mould loft semua
potongan gading harus digambarkan yaitu sesuai dengan
banyaknya gading yang akan dipasang ada kapal tersebut.
Semua dari potongan gading nyata ini harus dibuatkan malnya
untuk dikerjakan.
B O D Y PL A N
B U L W A R K
FP
9 ,7 5
9 ,5
9 ,2 5
9
8 ,5
G
F
E
D 8
C SE
N
T
B
8 8 ,5 9 9 ,2 5 9 ,5 9 ,7 5 FP
G1
F1
E1
D1
C1
NT
SE
B1
A1
I. Langkah Awal
1. Membuat garis dasar ( base line ) sepanjang kapal ( LOA )
2. Membagi panjang kapal ( LPP ) menjadi station-station AP, ,
, , 19 , FP
3. Membuat garis air ( WL 0, WL 1, WL 3 dan seterusnya )
4. Menentukan tinggi geladak ( D )
5. Membagi panjang kapal ( LPP ) menjadi 6 bagian sama panjang
mulai dari AP Sampai FP
6. Menentukan kelengkungan sheer berdasarkan rumus sheer
standar
Langkah Pengerjaan :
1. Membuat garis centre line
2. Menentukan garis pembagian gading ukur ( Station )
3. Membuat buttock line dengan jarak tertentu
4. Membuat garis air ( WL ) di pandang dari atas dengan cara
pemindahan ukuran ukurannya dari body plan
5. Mengecek bentuk bentuk gading ukur dengan membuat garis
sent ( garis diagonal ).
a b c d e f
WL 5
WL 4
WL 3
WL 2
WL 1
BASE LINE
3500
4510 1000
200 BULL WARK
POOP DECK CENTER LINE KUBU-KUBU 2200
CK
CA STLE DE
FORE
( 16 L - AP )
( 16 L - FP )
45
Gambar 6.9 Lines Plan
Gambar 7.1 Titik berat segitiga Gambar 7.2 Titik berat kubus
Kapal juga mempunyai titik berat yaitu titik tangkap gaya berat dari
kapal. Titik berat kapal biasanya ditulis dengan huruf G dan titik G ini
merupakan gaya berat kapal W bekerja vertikal kebawah. Jarak Vertikal
titik berat G terhadap keel ( Lunas ) ditulis dengan KG. Kedudukan
memanjang dari titik berat G terhadap penampang tengah kapal (
Midship ) ditulis G. Disamping Cara tertentu untuk menghitung letak titik G,
Maka titik KG dan B dapat dihitung sebagai berikut :
KG =
momen dari tiap tiap komponen berat terhadap keel
berat tiap tiap komponen
KG =
W .h
W
KG =
momen dari tiap tiap komponen berat terhadap keel
berat tiap tiap komponen
G =
W .h
W
Jadi titik berat G sangat tergantung pada konstruksi kapal itu sendiri. Letak
titik G tetap selama tidak ada penambahan, pengurangan atau pergeseran
muatan.
Gambar 7.6 Garis vertical dari titik tekan dan titik berat
Titik tekan ditulis dengan huruf B, titik tekan pada kedudukan vertical ditulis
dengan KB dan pada kedudukan memanjang terhadap midship ditulis dengan
B atau LCB.
Dari gambar 7.12 momen inersia melintang adalah momen inersia terhadap
sumbu x.
Harga I dalam m4 sedang V dalam m jadi satuan untuk BM adalah meter.
Karena I dan V selalu positip, maka harga BM juga selalu positip, atau
dengan perkataan lain letak titik M selalu diatas titik tekan B. Untuk sebuah
ponton yang terbentuk kotak dengan panjang L, lebar B dan sarat T.
V = L x B x T.
B2
BM =
12 T
Jari jari metasentra memanjang adalah jarak antara titik tekan B pada
kedudukan kapal tegak dengan metasentra memanjang ML.
Jari jari metasentra memanjang ditulis BML.
IL
BML = , dimana
IL = Ly ( F ) . A.
KM = KB + BM dan
KML = KB + BML, dimana
KB = tinggi center of buoyancy terhadap lunas
Dengan mengetahui tinggi KM dan KML, apabila harga KG atau tinggi titik
berat kapal dari lunas (keel) diketahui, maka kita dapat menghitung harga
atau tinggi metasentra melintang maupun tinggi metasentra
memanjangnya yaitu :
MG = KM KG atau
= KB + BM KG
MLG= KML KG atau
= KB + BML KG
1
IL = L B.
12
1
BML = L B.
12
LBT.
L2
BML =
12 T
MG = KB + BM KG.
I
= KB + - KG.
V
KB = Tinggi titik tekan diatas lunas ( keel )
KG = Tinggi titik berat kapal diatas lunas (keel).
I = Momen inersia melintang garis air.
V = Volume kapal samapai sarat air tersebut.
Tinggi metasentra positip kalau titik M diatas titik G.
Tinggi metasentra negatip kalau titik M dibawah titik G.
Tinggi metasentra nol kalau titik M terletak berimpit dengan titik G.
Tinggi metasentra memanjang adalah jarak antara titik berat kapal G dengan
titik metasentra memanjang ML.
1. Menghitung KG
Sebuah kapal mempunyai berat dan letak titik berat bagian terhadap lunas
( keel )
sebagai berikut :
Tabel 7.1
KG =
W .h
W
12914,25
= = 3,61 m
3575
2. Menghitung BM dan BML dari Ponton
Maka harga :
B2 36
BM = = = 1,5 meter
12 T 12.2
L2 81
BML = = = 3,375 meter
12 T 24
3. Menghitung BM