1.Pengertian Audit klinik adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakanoleh profesi medis
3.Kebijakan
4.Referensi Buku Pelayanan dan Manajemen Puskesmas
5.Prosedur 1. Pengorganisasian audit klinik
a) Komite medik (Sub-Komite Audit Medik)
b) Tim Ad-hoc Audit Klinik (Tim Kerja)
c) Asisten Audit Klinik (Rekam Medik)
2. Kepala puskesmas membentuk tim kerja
3. Penetapan topik audit
a. Rapat komite medik menentukan topic audit yang diikuti oleh Direksi dan
Sub-Komite audit medic, berdasar:
a) Data rutin puskesmas
b) Survey kepuasan pasien
c) Observasi pemberian pelayanan
d) Masukan (direksi, asuransi, unit-unit)
b. Memilih topik yang akan di audit:
a) Dapat diperbaiki
b) High risk, cot, volume, problem
c) Ada dukungan atau consensus dari para klinisi
d) Ada clinical guidelines-nya
AUDIT KLINIK
No. Dokumen: /SOP/PKML/X/2015 Di tetapkan oleh Kepala
Puskesmas Lurasik
No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit : 30 Oktober 2015
Halaman : 2/4
Puskesmas
Lurasik Simon LuanAsa, A.Md.Kep
197008031994031009
AUDIT KLINIK
No. Dokumen : /SOP/PKML/X/2015 Di tetapkan oleh Kepala
Puskesmas Lurasik
No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit : 30 Oktober 2015
Puskesmas Halaman :
Lurasik
Simon LuanAsa, A.Md.Kep
197008031994031009
Halaman : 1/2
Puskesmas
Lurasik Simon LuanAsa, Amd.Kep
197008031994031009
1.Pengertian Alternatif penanganan pasien yang memerlukan rujukan tetapi tidak mungkin
dilakukan adalah pilihan tindakan lain yang dapat dilakukan kepada pasien yang
memerlukan rujukan tetapi tidak mungkin dilakukan.
Pasien yang tidak mungkin dirujuk adalah pasien yang kondisinya belum stabil
atau pasien yang dalam kondisi stabil namun pasien atau keluarganya menolak
untuk dirujuk (alasan pribadi).
2.Tujuan Sebagai acuan bagi petugas untuk melaksanakan alternative penanganan pasien
yang memerlukan rujukan tetapi tidak mungkin dilakukan
3.Kebijakan
4.Referensi Buku ketrampilan dasar keperawatan
5.Prosedur A. Pasien yang belum stabil
1. Melakukan anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik kepada pasien
2. Melakukan stabilisasi pasien sesuai dengan kondisi pasien yang dijumpai,
misal: pasien dengan dehidrasi berat maka dilakukan pemasangan infuse
terlebih dahulu untuk melakukan rehidrasi, pasien dengan kejang maka
diberikan injeksi diazepam, pemasangan oksigen, pemasangan tongue
spatle, dan jika kejang sudah berhenti baru dilakukan pemasangan infus.
3. Stabilisasi dilakukan secara spesifik tergantung dari kondisi pasien yang
dijumpai. (prosedur stabilisasi dapat dilakukan berdasarkan masing-
masing SOP atau berdasarkan Panduan Pedoman Klinis yang ada di
Puskesmas).
4. Petugas yang lain menyampaikan kepada keluarga pasien tentang kondisi
pasien yang perlu untuk dirujuk.
5. Meminta informed consent kepada keluarga yang
berwenang/bertanggungjawab.
6. Petugas menyiapkan berkas rujukan.
7. Jika kondisi pasien sudah stabil (berdasarkan masing-masing kasus
penyakit), maka pasien segera dirujuk ke rumah sakit.
Halaman : 2/2
Puskesmas
Lurasik Simon LuanAsa, Amd.Kep
197008031994031009
II. Pasien yang dalam kondisi stabil tetapi menolak untuk dirujuk
8. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
kepada pasien
9. Menentukan diagnosis pasien atau kemungkinan diagnosis pasien (jika
diagnosis pasti belum dapat ditegakkan).
10. Menentukan bahwa pasien perlu untuk dirujuk
11. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien
tentang kondisi yang dialami
12. Memberikan KIE bahwa pasien perlu dirujuk
13. Memberikan KIE kepada pasien tentang kemungkinan yang terjadi jika
pasien setuju untuk dirujuk, menolak untuk dirujuk, pilihan terapi yang
dapat dilakukan di puskesmas jika pasien menolak untuk dirujuk,
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika pasien menolak dirujuk serta
prognosis kondisi pasien jika menolak untuk dirujuk.
14. Jika pasien menolak untuk dirujuk, dokter atau petugas menyiapkan surat
penolakan rujukan yang diisi sendiri oleh pasien/keluarga yang
bertanggungjawab dan ditandatangani oleh pasien, keluarga yang
bertanggungjawab serta dokter/petugas yang memberikan KIE.
15. Dokter atau petugas memberikan terapi sesuai diagnosis/kemungkinan
diagnosis pasien menggunakan obat yang tersedia di puskesmas.
16. Jika pasien sangat memerlukan obat yang tidak tersedia di Puskesmas,
dokter/petugas memberikan KIE kepada pasien/keluarga untuk
membeli obat tersebut di apotek dengan membawa resep dari
dokter/petugas.