1. LATAR BELAKANG
Program Pembinaan Jaringan Jalan merupakan salah satu usaha Pemerintah untuk mencapai
sasaran pembangunan.Prasarana lalu lintas merupakan jaringan jalan yang dapat dilalui
kendaraan. Salah satu aspek pembinaan jaringan jalan yang sangat terkait dengan
pemerataan pembangunan beserta hasil hasilnya adalah pengembangan prasarana jalan yang
bertujuan untuk meningkatkan kondisi permukaan jalan sesuai dengan tingkat laju
pertumbuhan lalulintas yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang makin meningkat.
Dinas Pekerjaan Umum sebagai bagian dari Aparat Pemerintah Kota Palu mempunyai
wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan jaringan jalan yang berstatus lokal.
3. SASARAN
Secara garis besarnya pelaksanaan kegiatan ini dalam rangka mendapatkan data teknis
perencanaan jembatan, antara lain :
a. Tersedianya dokumen perencanaan teknis jembatan untuk penanganan/pelaksanaan
fisik jembatan Palu V.
b. Tersedianya dokumen pengadaan termasuk dokumen analisa harga satuan, spesifikasi
teknik dan gambar rencana sebelum jadwal penanganan/pelaksanaan fisik.
5. SUMBER PENDANAAN
Pagu paket pekerjaan ini adalah sebesar Rp. 350.000.000,- (Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah)
termasuk PPN, dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Palu Tahun
Anggaran 2017.
7. METODE PENELITIAN
a. Lingkup Kegiatan
1) Persiapan
a) Tujuan
Tujuan dari tahap persiapan adalah untuk mengumpulkan informasi awal
mengenai kondisi topografi, geologi, tata guna lahan, lalulintas, serta lingkungan
b) Lingkup
(1) Peta Topografi berupa peta kontur, dengan Skalaminimum 1 : 50.000
(2) Peta jaringan jalan, dokumen leger jalan, data base jaringan jalan, daerah
rawan kecelakaan
(3) Peta kondisi tanah, peta geologi dengan Skala minimal 1: 250000, daerah
rawan bencana, dokumen tanah terdahulu, dan koridor trase
(4) Peta wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah
(5) Peta tata guna lahan
(6) Melakukan kordinasi dengan instansi terkait dengan di sekitar lokasi proyek
c) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam persiapan meliputi :
(1) Laporan studi koridor (jika bisa diterapkan),
(2) Laporan studi rancang-bangun pendahuluan,
(3) Rencana pendahuluan dari alternatif desain (yaitu: profil atau lembar
rencana, bagian-bagian yang umum, materi pekerjaan utama yang dikenali
dan dialokasikan), dan
(4) Perkiraan biaya konstruksi pendahuluan untuk alternatif desain.
2) Survey Lapangan
a) Survey Pendahuluan
(1) Tujuan
Tujuan survey pendahuluan adalah untuk mengumpulkan data-data awal
berdasarkan aspek-aspek yang diperlukan yang akan digunakan sebagai
dasar/referensi survey detail/survey berikutnya dan harus dilakukan oleh
seorang ahli utama.
(2) Lingkup Pekerjaan
Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang
sudah disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon dilapangan yang
meliputi kegiatan:
(a) Studi literatur
Pada tahapan ini Tim harus mengumpulkan data pendukung
perencanaan baik data sekunder maupun data laporan Studi Kelayakan
(FS)
(b) Koordinasi dengan instansi terkait
Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/ unsur-
unsur terkait di daerah sehubungan dengan dilaksanakannya survey
pendahuluan.
(c) Diskusi perencanaan di lapangan
Tim bersama-sama melaksanakan survey dan mendiskusikannya dan
membuat usul perencanaan di lapangan bagian demi bagian sesuai
dengan bidang keahliannya masing-masing serta membuat sketsa
dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda di lapangan
berupa patok serta dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya
masing-masing yang akan difinalkan di kantor sebagai bahan
penyusunan laporan setelah kembali.
(d) Survey pendahuluan upah, harga satuan dan peralatan
Tim melaksanakan pengumpulan data upah, hargasatuan, dan data
peralatan yang akan digunakan.
(e) Mengidentifikasi kondisi existing jembatan dan sungai, dengan
pengamatan secara visual atau menentukan jenis pengujian dengan
peralatan yang sesuai.
(f) Menentukan jenis dan metoda penanganan yang sesuai.
(g) Menetapkan lokasi/ posisi jembatan untuk penggantian jembatan/
pembangunan jembatan baru/ duplikasi jembatan, setelah berdiskusi
dengan Bridge Engineer, Geoteknik Engineering, Hidrologi Engineering
dan Tenaga Ahli lain berdasarkan pengamatan lapangan.
(h) Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/ konfigurasi bentang
jembatan serta teknik pelaksanaan atau ereksinya.
(i) Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan :
1. Menentukan perkiraan pondasi yang paling baik untuk lokasi
tersebut sehubungan dengan material dan kondisi tanah.
2. Memperkirakan letak, jumlah serta panjang bentang, elevasi
jembatan baru dan lokasi jembatan baru.
3. Mencatat banjir terbesar serta erosi yang pernah terjadi, apabila
survai pendahuluan ini dilaksanakan untuk pekerjaan perencanaan
teknis pada lokasi sulit, dimana jembatan tersebut akan melintasi
sungai.
4. Membuat sketsa situasi rencana jembatan baru serta profil sungai
pada lokasi jembatan baru.
5. Mencatat material yang tersedia di sekitar lokasi jembatan, dan
menyarankan jenis jembatan yang paling efisien sesuai dengan
material yang tersedia.
6. Mencatat harga-harga satuan yang ada pada daerah tersebut.
7. Memberikan rekomendasi untuk tahapan pekerjaan selanjutnya
serta menyarankan lokasi dan jumlah titik bor yang harus
dilaksanakan.
8. Survey pendahuluan Hidrologi/ Hidrolika.
(j) Survey pendahuluan topografi
Kegiatan yang dilakukan pada survey topografi adalah
Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok
beton Bench Mark di awal dan akhir Pelaksanaan.
Mengamati kondisi topografi.
Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus
serta morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan
koridor.
Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
Menyarankan posisi patok Benchmark pada lokasi/titik yang akan
dijadikan referensi.
b) Survey Topografi
(1) Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan
jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
dengan skala 1:500.
(2) Lingkup Pekerjaan
(a) Pemasangan patok-patok
- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75
cm atau pipa pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton
dan di atasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat
yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km
dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang minimal 4,
masing-masing 1 (satu) pasang di setiap sisi sungai disekitar sungai
yang posisinya aman dari gerusan air sungai.
- Patok BM dipasang/ ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di
atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang
Kementerian Pekerjaan Umum, notasi dan nomor BM dengan warna
hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai
dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu
yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang
sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian
atas diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan
khusus, perlu ditambahkan patok bantu.
- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar
patok diberi tanda-tanda khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok,
misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan
batu, maka titik-titik poligon dan sifat datar ditandai dengan paku
seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
(b) Pengukuran titik kontrol horizontal
- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukandengan sistem poligon,
dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur
dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun
elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan
ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan Electronik
Distance Meter/theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
- Penentuan Koordinat Awal dilakulkan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System
Geodetic yang mempunyai presisi tinggi maksimal sampai desimeter ).
(c) Pengukuran titik kontrol vertikal
- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/
pembacaan pergi- pulang.
- Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran
(poligon, sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala
benar, jelas dan sama.
- Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga
benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang
Bawah (BB), dalam satuan milimiter. Pada setiap pembacaan harus
dipenuhi: 2 BT = BA + BB.
- Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag
(pengamatan) yang genap.
(d) Pengukuran situasi
- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang
mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia
yang ada disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit,
jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran
dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi
yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya: sungai, persimpangan
dengan jalan yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan
tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
(e) Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai
atau jalan
- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum
200 m dari perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai
(hulu/ hilir) yang masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan
dengan interval pengukuranpenampang melintang sungai sebesar 25
meter atau disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan.
- Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing-masing
minimum 250 m dari garis tepi sungai/ jalan atau sampai pada garis
pertemuan antara oprit jembatan dengan jalan dengan interval
pengukuran penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25
meter atau disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan.
- Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang
melintang dan memanjang baik terhadap sungai maupun jalan sebesar
10 m, 15 m, dan 25 m atau disesuaikan dengan kebutuhan
perencanaan.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk
alam maupun manusia disekitar persilangan tersebut.
(3) Persyaratan
(a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan
harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut: Hasil pemeriksaan dan
koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
(b) Ketelitian dalam pengukuran
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut : 1.
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10n, atau dari pengukuran
Global Position System (GPS) geodetic yang mempunyai presisi tinggi
pertama ke pengukuran GPS berikutnya dalam desimeter). 2. Kesalahan
azimuth pengontrol tidak lebih dari 5.
(c) Perhitungan
1. Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi. Koreksi sudut
tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan.
2. Perhitungan Sifat Datar.
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian
0,5 mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.
3. Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.
4. Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistim komputerisasi.
(d) Penggambaran
- Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 500.
- Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis
(x) dan ordinat (y)-nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1 meter panjang gambar
harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi
tanda khusus.
(e) Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan metode penentuan
posisi Global Positioning System (GPS) secara diferensial. GPS atau nama
lengkapnya NAVSTAR GPS merupakan singkatan dari Navigation Satellite
Timing and Ranging Global Positioning System. Metode yang digunakan
adalah metode diferensial dengan menggunakan lebih dari satu receiver
GPS dimana minimal satu titik digunakan sebagai titik referensi (base
station) dan yang lainnya ditempatkan pada titik yang akan diukur. Titik
referensi yang digunakan adalah titik referensi Bakosurtanal ataupun
Badan Pertanahan Nasional. Untuk merapatkan titik kontrol horisontal
dapat dilakukan pengukuran menggunakan metode poligon dengan
menggunakan alat Total Station;
(f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah sebagai Sistem
koordinat proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Ketentuan proyeksi UTM:
Proyeksi adalah Transverse Mercator
Lebar zona adalah 6o
Titik awal setiap zona adalah perpotongan meridian tengah dan
ekuator
Faktor skala pada meridian tengah ko = 0,9996
Timur (T) didefinisikan dengan penambahan 500.000 meter kepada
nilai x yang dihitung dari meridian tengah
Utara (U) didefinisikan dengan penambahan 10.000.0000 meter
kepada nilai y yang dihitung dari ekuator selatan.
Zona 1 dimulai dari bujur 180o barat sampai dengan bujur 174o barat
dan seterusnya ke arah Timur sampai zona 60 untuk bujur 174 o timur
sampai dengan 180o timur.
Satuan dalam meter
Batas lintang 84o Utara dan lintang 80o selatan.
Notasi koordinat UTM, Timur (T) diletakkan di depan Utara (U)
Datum WGS-84/DGN-95
(g) Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan setiap interval yang
disesuaikan untuk kebutuhan perencanaan jembatan (5m, 10m, 25m,
50m, 100m dsb).
(h) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Harus menggunakan Jenis Total
Station (TS) dengan Ketelitian 10n untuk sudut serta 10D untuk jarak;
(i) Pengukuran untuk titik control Vertikal harus mengunakan peralatan
Waterpass jenis auto level dengan ketelitian 2 mm.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang
melintang harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga
membentuk gambar situasi dengan interval garis ketinggian (contour) 0,5
meter. Proses pengambilan data untuk Topografi mengacu pada
Pedoman Pengukuran Topografi NO.010/PW/2004, atau Pedoman yang
dipersyaratkan
4) Proses Desain
a) Tujuan
Persiapan desain ini bertujuan :
(1) mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal.
(2) menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai
sebagai panduan survey pendahuluan.
(3) menyiapkan dokumen perencanaan teknis yang terdiridari
gambar desain, spesifikasi, engineering estimate.
b) Lingkup Pekerjaan
Hal yang menjadi lingkup pekerjaan adalah :
(1) Menetapkan kelas jembatan yang akan di Desain
(2) Membuat estimasi bentang dan lebar jembatan
(3) Memilih bentuk struktur jembatan berdasarkan kendala-
kendala yang ada
(4) Merencanakan desain Bangunan Atas berdasarkan peraturan
yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan
BMS92 atau peraturan lain yang relevan yang disetujui oleh
pemberi tugas .
(5) Merencanakan Bangunan Bawah secara benar terhadap aspek
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur
atas dan tekanan tanah vertikal ataupun horizontal dan harus
mengikuti aturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan BMS92.
(6) Menetapkan awal dan akhir rencana oprit pada peta, serta
menarik beberapa Alternatif rencana As Jalan/ Alinyemen
Horizontal dengan dilakukan pengecekan Alinyemen Vertikal
sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi Standar
mengenai Perencanaan.
(7) Merencanakan pondasi jembatan secara benar terhadap aspek
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur
atas dan beban struktur bawah dan harus mengikuti aturan
yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan
BMS92.
(8) Merencanakan jalan pendekat jembatan dengan
memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian
jembatan.
(9) Merencanakan drainase, bangunan pelengkap dan pengaman
jembatan.
(10) Melakukan perencanaan manajemen traffic pada saat
pelaksanaan.
(11) Menyiapkan peta penyebaran tanah berkaitan dengan kondisi
geologi
c) Persyaratan
Proses perencanaan harus mengacu pada standar dan pedoman
yang berlaku seperti NSPM yang diterbitkan Direktorat Jenderal
Bina Marga dan/atau SNI yang diterbitkan Badan Standar Nasional
(BSN) dan/atau referensi lain yang tertuang dalam Kerangka Acuan
Kerja dan/atau referensi lain yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
d) Penggambaran
Penggambaran Desain Jembatan:
Alinyemen Horisontal dengan Skala 1:500
Alinyemen Vertikal dengan Skala 1:50
Potongan Melintang Skala Horisontal 1:100, Skala Vertikal 1:50
Detail-detail skala 1:50 atau 1:20 atau 1:15 atau disesuaikan
dengan kebutuhan perencanaan
5) Pengendalian proses perencanaan.
Pengendalian pada saat proses perencanaan dilakukan agardesain
yang dihasilkan memenuhi persyaratan secara teknis, proses
pengendalian dilakukan terhadap :
a) Konsep desain awal berdasarkan data sekunder harus mendapat
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
b) Konsep desain berdasarkan data survey pendahuluan dan survey
detail yang review terhadap desain awal harus diperiksa dan
diasistensikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
c) Pemeriksaan dan asistensi perencanaan secara bertahap wajib
dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
d) Pengecualian terhadap desain yang tidak memenuhi standar harus
mendapat persetujuan dari pejabat setingkat eselon II.
e) Penggunaan teknologi baru dapat digunakan apabila diterima oleh
Tim yang dibentuk oleh pejabat Eselon II dan mendapat
persetujuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga.
8. WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini diperkirakan selama 4 (Empat) bulan atau 120 (seratus
dua puluh) hari kalender.
11. LAPORAN-LAPORAN
Jenis laporan yang harus disediakan /diserahkan adalah :
A. Laporan Administrasi antara lain:
a. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan yang berisikan: Pemahaman terhadap KAK, Metodologi dan
Rencana Kerja, Menyampaikan Kriteria Desain secara detail, Pengenalan Lokasi Awal,
Organisasi Pelaksanaan kegiatan, dan Jadwal pelaksanaan termasuk persiapan survey.
Laporan diserahkan 15 (lima belas) hari setelah dimulainya jasa konsultan dan dibuat
sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.
b. Laporan Antara
Laporan Antara yang berisikan: Rangkuman hasil pengumpulan data sekunder maupun
data primer, hasil kajian terhadap data survei, konsep perencanaan, progres kegiatan
dan rencana selanjutnya. Laporan diserahkan 60 (enam puluh) hari setelah dimulainya
jasa konsultan dan dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap/buku.
c. Laporan Akhir
Laporan Akhir yang berisikan: Rangkuman seluruh kegiatan yang telah dilakukan, berisi
uraian pelaksanaan survey pendahuluan, survey detail, pengolahan data, asumsi-
asumsi yang diambil, perhitungan perencanaan serta rumus-rumusnya, perhitungan
biaya, penentuan pemakaian dokumen lelang, kriteria desain yang diambil, kesimpulan
dan rekomendasi. Laporan diserahkan 90 (sembilan puluh) hari setelah dimulainya jasa
konsultan dan dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap/buku
B. Laporan Teknis yang dihasilkan
a. Laporan perencanaan dan gambar rencana yang terdiri dari:
i. Laporan Perencanaan
Laporan perhitungan struktur Jembatan Laporan ini berisikan perhitungan
konstruksi jembatan lengkap, baik bangunan atas jembatan maupun bangunan
bawah jembatan serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan analisa
perhitungan, semua analisa berikut asumsi dan rumus-rumus yang digunakan
ii. Gambar Rencana A3
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan masing-masing
laporan berisi:
Sampul depan gambar rencana
Daftar isi
Legenda, simbol, singkatan
Peta lokasi kegiatan
Peta lokasi sumber material dan AMP/Batching Plant
Daftar kuantitas (rekapitulasi)
Tata letak (layout) dan koordinat jembatan
Gambar Situasi, potongan memanjang dan potongan melintang
Bangunan Bawah
Gambar Tampak dan Potongan Melintang
Bangunan Atas
Detail Pekerjaan/Perbaikan Expasion Joint Detail Bearing Detail Railing
Detail-detail konstruksi lainnya.
Gambar-gambar standar
b. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya
Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap item
pekerjaan yang kemudian digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan biaya. Laporan
perkiraan kuantitas dan biaya ini dipisahkan sesuai dengan pekerjaan yang
dilaksanakan dengan isi sebagai berikut:
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek.
- Daftar bangunan pelengkap/jembatan.
- Perhitungan perkiraan kuantitas (Back Up Quantity).
- Analisa biaya. - Perkiraan biaya.
c. Laporan penyelidikan tanah
Laporan Akhir Geologi dan Geoteknik harus mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
o Data proyek.
o Kondisi morfologi sepanjang lokasi.
o Kondisi badan jalan yang ada di sekitar jembatan.
o Batuan penyusun (stratigrafi) pada lokasi jembatan. Untuk peta penyebaran batuan
disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar
pewarnaan geologi dan diberi notasi.
o Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil
diskripsi secara visual.
o Penyebaran jenis tanah pada lokasi jembatan. Untuk peta penyebaran tanah
disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar
pewarnaan geologi dan diberi notasi.
o Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
o Analisis longsoran pada lokasi jembatan.
o Sumber bahan konstruksi jembatan (jenisnya dan perkiraan volume cadangan).
o Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/ patahan dsb.) beserta lokasinya.
o Rekomendasi.
d. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal
berikut:
o Data proyek.
o Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
o Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
o Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
o Kegiatan pengukuran situasi.
o Kegiatan pengukuran penampang melintang.
o Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
o Perhitungan dan penggambaran.
o Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
o Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi termasuk
kegiatan pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan matahari, dan semua
obyek yang dianggap penting untuk keperluan perencanaan jalan.
o Deskripsi BM (sebagai lampiran).
e. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :
o Data proyek.
o Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota
besar terdekat, pos pencatat curah hujan.
o Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil.
o Analisis/ perhitungan.
o Penentuan dimensi dan jenis bangunan air.
o Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan.
f. Laporan Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik
Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik sesuai dengan dokumen pelelangan standar yang
berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
termasuk didalamnya Spesifikasi Umum yang berpedoman pada Spesifikasi Umum
Edisi November 2010 Revisi 2 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum, adapun isi laporan ini adalah:
1. Gambar Rencana untuk pelaksanaan pekerjaan fisik dalam kertas HVS ukuran A4,
yang terdiri dari:
i. Peta Lokasi
ii. Lay out
iii. Potongan melintang
iv. Potongan memanjang
v. Detail-detail
2. Spesifikasi Teknis
3. Daftar Kuantitas (Bill Of Quantity)
4. Dokumen Pengadaan (Dokumen Pemilihan dan Dokumen Kualifikasi)
h. Semua laporan dibuat dalam kertas HVS ukuran A4 kecuali ditentukan lain dan
dicetak serta dijilid dengan spiral atau laminasi.
Kota Palu