Unud 710 Isithesisari2 PDF
Unud 710 Isithesisari2 PDF
BAB I
PENDAHULUAN
bergerak oleh karena itu apabila terjadi sakit atau cedera yang
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
1
2
hal yang penting ketika seseorang merasa sehat terlebih dalam lingkungan
satu dari empat bahkan tidak melakukan sama sekali dan hanya satu dari
lima yang berolahraga lima kali seminggu atau lebih dari 30 menit
dilakukan secara tidak teratur sehingga hal ini justru lebih sering
yang bertujuan yaitu untuk prestasi dan sebagai profesi sehingga mereka
kebanyakan namun justru mereka lebih rentan terhadap suatu cedera yang
mencegah cedera pada atlet agar mereka dapat tetap melakukan pelatihan
dan pertandingan dengan aman dan mempunyai umur prestasi yang lama.
penelitian tersebut pada atlet. Sumber daya manusia yang terlibat di dalam
hanya didampingi seorang pelatih maka sekarang ada pelatih fisik, dokter
sebagai akibat dari latihan eksentrik yang tidak lazim atau intensitas tinggi
gerak pasif, bengkak, penurunan kekuatan dan daya ledak otot, sakit lokal,
2001). Gejala - gejala akan sering muncul dalam 24 jam setelah latihan
mengalami DOMS adalah otot erector spinae, kelompok otot adductor, otot
hamstring dan otot-otot quadriceps. Otot otot tersebut memang otot yang
melihat struktur serabut ototnya maka otot otot tersebut adalah otot yang
dominan dengan serabut otot tipe I yaitu otot dengan tipe slow twitch yang
mikroskopik otot ini berwarna merah. Jika tidak dicegah dengan cara
5
intervensi untuk mencegah gejala dan tanda DOMS. Metode yang banyak
Stimulation/TENS)
olahraga yang akan atau telah dilakukan dan peregangan sebelum dan
sesudah latihan/ olahraga adalah salah satu cara yang banyak dipakai
saraf adalah metode yang relatif baru dan belum banyak diaplikasikan di
Dari berbagai gejala dan tanda DOMS khususnya yang terjadi pada
otot-otot anggota gerak bawah maka yang paling mudah untuk dirasakan
secara subyektif oleh mereka yang mengalami dan diteliti secara obyektif
adalah nyeri tekan, lingkar otot-otot tungkai atas (lingkar paha) serta
khususnya pada otot punggung bawah dan otot paha atas depan dan
ditambah mobilisasi saraf khususnya pada otot punggung bawah dan otot
paha atas depan dan belakang serta saraf tepi yang mempersarafinya
1.2.1 Apakah peregangan otot dan mobilisasi saraf sebelum latihan sebagai
1.2.2 Apakah peregangan otot dan mobilisasi saraf sebelum latihan sebagai
1.2.3 Apakah peregangan otot dan mobilisasi saraf sebelum latihan sebagai
1.2.4 Apakah peregangan otot dan mobilisasi saraf setelah latihan sebagai
1.2.5 Apakah peregangan otot dan mobilisasi saraf setelah latihan sebagai
1.2.6 Apakah peregangan otot dan mobilisasi saraf setelah latihan sebagai
1.2.7 Apakah ada perbedaan antara peregangan otot dan mobilisasi saraf
1.2.8 Apakah ada perbedaan antara peregangan otot dan mobilisasi saraf
1.2.9 Apakah ada perbedaan antara peregangan otot dan mobilisasi saraf
mencegah timbulnya nyeri tekan dan bengkak otot otot paha serta
tanda DOMS
kemampuan lompat
tekan
lompat
pemanasan
program pemanasan
10
perkuliahan
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
tentang DOMS pertama kali secara detail diberikan oleh Hough pada tahun
pegal otot yang terjadi akibat latihan yang tidak lazim yang menyebabkan
aktifitas fisik tanpa melihat tingkat kebugarannya dan ini adalah respon
sebagai akibat dari latihan eksentrik yang tidak lazim atau intensitas tinggi
11
12
gerak pasif, bengkak, penurunan kekuatan dan daya ledak otot, sakit lokal,
2001). Gejala - gejala akan sering muncul dalam 24 jam setelah latihan
yang terjadi setelah melakukan latihan yang tidak biasa dilakukan atau
sampai 7 hari setelah latihan. Gejala yang dirasakan adalah mobilitas dan
flexibilitas yang berkurang dan otot terasa sensitif saat disentuh atau
terjadi, diantaranya:
3) Spasme otot
Semua alasan ini tidak didukung dengan berbagai hasil penelitian yang
sama. Bukti yang paling kuat menyatakan robekan mikroskopik pada otot
13
peserta lomba lari marathon dan kompetisi angkat besi (Sohan P. Selkar et
al 2009).
Proses terjadinya DOMS sampai saat ini masih belum jelas namun
dalam otot setelah kerja atau olahraga yang intens namun sekarang
kejadian DOMS.
endings. Kontraksi eksentrik yang terjadi saat otot yang aktif sedang
serum dari enzyme spesifik otot seperti creatine kinase (CK) sehingga
menyebabkan kerusakan serabut otot (Jones et al. 1989). Karena itu latihan
bukti bahwa otot yang terkena mengalami nyeri dan bengkak dan dari
et al. 1991), infiltratsi leucocytes (Jones et al. 1986), degranulasi sel mast
et al. 1990).
Gambar 1
Mikroskop elektron menunjukkan pola yang normal dari protein-protein otot
(serabut yang secara teratur terulang disebut Z discs)
Gambar 2
Mikroskop elektron menunjukkan serabut yang terbelah (disebut cucuran Z disc)
15
dan tingkat serum dari beberapa reaktan pada fase akut, aktivitas serum
creatine kinase (CK) dan nyeri otot setelah latihan naik turun bangku
selama 40 menit pada subyek yang sehat namun tidak terlatih. Nyeri pegal
otot tungkai terbesar terjadi 2 hari setelah latihan. Nilai puncak serum CK
[mean (SD) 540 (502) IU.l-1] terjadi 1-7 hari setelah latihan. Serum C-
reactive protein (CRP) tidak berubah dari level pre-exercise [7.8 (3.4)
mg.l-1 ] sampai segera setelah latihan [7.9 (2.3) mg.1 -1] tetapi meningkat
pada puncak 17.0 (3.9) mg.1-1, 1 hari setelah latihan, setelah itu turun ke
level basal. Tingkat serum besi dan zinc turun dibanding pre-exercise pada
(sekitar 80% dari tingkat basal) pada 7 hari post-exercise. Dua dan tiga
menunjukkan bahwa respon inflamasi fase akut dimulai dalam 1 hari dari
kemudian yang dapat terjadi tidak disertai perubahan tanda yang lebih jauh
MENCEGAH DOMS
et al. 2004). Saat ini, penggunaan berbagai bentuk hidroterapi seperti cold
water immersion (CWI), hot water immersion (HWI), dan contrast water
(Enwemeka et al. 2002), denyut jantung (heart rate) dan curah jantung
menguntungkan (Bailey et al. 2007; Burke et al. 2000; Lane and Wenger
memasukkan kombinasi efek dari CWI dan HWI. Riset mengenai efek
melindungi atlet dari kerusakan otot yang terlihat ataupun tidak. Yang juga
latihan yang spesifik terdahulu dari otot yang teribat dapat menjadi
pencegahan untuk DOMS. Studi saat ini dengan bantuan visual analog
Studi saat ini menunjukkan bahwa DOMS dapat dicegah sampai tingkat
pada subyek atletik. Latihan otot eksentrik ini karenanya dapat diberikan
fisiologis dari muscle spindle maka kita mungkin berharap beberapa efek
yang dilatih dalam hal pengurangan tonus otot. Stretching sendiri telah
melewati suatu sendi dengan relaks, memanjang dan berada dalam medan
aktif. Aspek fleksibilitas ini bergantung pada derajat LGS sendi yang
20
dihasilkan oleh kontraksi otot dan besarnya tahanan jaringan yang terulur
orang tertentu yang sehat dengan kekuatan dan stabilitas normal yaitu
penopang sendi dan kekuatan otot disekitar sendi tidak cukup dan tidak
lain:
biasanya tanpa disertai patologis pada jaringan lunak (soft tissue) dan
pendek misalnya pada otot hamstring, otot rektus femoris dan otot
gastroknemius.
21
sendi bahu dan bila pasien menggerakkan bahu terdapat nyeri sehingga
- Fibrotic Adhession: kasus yang lebih berat dari kondisi kedua di atas
- Terdapat fraktur yang masih baru pada daerah persendian otot yang
akan diregang,
strength,
PEREGANGAN
2.2.1.1 Propioseptor
setiap perubahan gerak dan posisi tubuh, tegangan atau usaha yang terjadi
saraf pada sendi, otot, dan tendon. Propioseptor yang berhubungan dengan
Ada dua jenis serabut otot yaitu serabut intrafusal dan serabut
ikut memanjang).
23
dan terutama di dalam otot. Adalah organ sensoris utama pada otot yang
terdiri dari serabut kecil intrafusal yang terletak sejajar dengan serabut
utama di dalam otot. Spindel otot terdiri dari dua serabut yang sensitif
kecepatan dan durasi penguluran sehingga pada saat otot terulur maka
serabut intrafusal dan ekstrafusal akan terulur. Pada saat otot di stretch
secara aktif dengan perlahan dan lembut, spindel otot tidak terstimulasi
otot terjadi berlokasi di tendon dekat dengan akhir serabut otot yang
disebut dengan golgi tendon organ yaitu suatu mekanisme proteksi yang
dikelilingi oleh ujung serabut ekstrafusal yang peka terhadap tegangan otot
sehingga penguluran akan terjadi pada serabut otot serta fascia dimana
yang terletak dekat dengan golgi tendon organ dan bertanggung jawab
Pada saat otot terulur maka spindel otot juga terulur. Spindel otot
memicu stretch refleks yang biasa disebut juga dengan refleks miostatis
untuk mencoba menahan perubahan panjang otot yang terjadi dengan cara
semakin kuat. Fungsi dasar spindel otot ini membantu memelihara tonus
jangka waktu yang lama adalah pada saat otot dipertahankan pada posisi
terulur maka spindel otot akan terbiasa dengan panjang otot yang baru dan
25
akan mengurangi sinyal tadi. Secara bertahap reseptor stretch akan terlatih
saat otot terulur. Komponen dinamis ditemukan hanya pada akhir saat otot
karena terdapat dua serabut otot intrafusal yaitu serabut rantai nuklear
(nuclear chain fibers) yang bertanggung jawab untuk komponen statis dan
serabut tas nuklear (nuclear bag fibers) yang bertanggung jawab untuk
komponen dinamis.
Serabut rantai nuklear (nuclear chain fibers) panjang dan tipis dan
segera memanjang pada saat diulur. Pada saat serabut ini diulur saraf
ditengah otot sehingga mereka lebih elastis. Nerve ending stretching pada
saat serabut otot terulur. Daerah tengah bagian luar adalah kebalikannya
Jadi ketika menginginkan penguluran yang cepat pada serabut ini daerah
yang pertama akan terjadi pada komponen elastin (aktin dan miosin) dan
bila dilakukan terus-menerus otot akan beradaptasi dan hal ini hanya
myofibril dan sarkomer otot. Setiap otot tersusun dari beberapa serabut
otot. Satu serabut otot terdiri atas beberapa myofibril. Serabut myofibril
tersusun dari beberapa sarkomer yang terletak sejajar dengan serabut otot.
Sarkomer merupakan unit kontraktil dari myofibril dan terdiri atas filamen
struktur muscle spindle dan golgi tendon organ. Ketika otot diregang
dilakukan secara lambat pada otot, maka golgi tendon organ terstimulasi
pada otot yang memendek dan kemudian dilanjutkan dengan rileksasi dan
stretching pasif pada otot tersebut. Adapun tujuan dari pemberian contract
lunak (soft tissue) seperti otot, fasia tendon dan ligamen yang memendek
dapat mencapai efek yang maksimal pada minggu ke-7 dan contract relax
ketujuh.
terjadi pada komponen elastik (aktin dan miosin) dan tegangan dalam otot
meningkat dengan tajam, sarkomer memanjang dan bila hal ini dilakukan
terus-menerus otot akan beradaptasi dan hal ini hanya bertahan sementara
2007). Contract relax stretching yang dilakukan pada serabut otot pertama
serabut otot. Pada saat sarkomer berkontraksi area yang tumpang tindih
ini akan berkurang yang menyebabkan serabut otot memanjang. Pada saat
30
serabut otot berada pada posisi memanjang yang maksimum maka seluruh
terjadi suatu penguluran maka serabut otot akan terulur penuh melebihi
panjang serabut otot itu pada kondisi normal yang dihasilkan oleh
berada pada posisi yang tidak teratur dirubah posisinya sehingga menjadi
organ sehingga rileksasi dapat dicapai dan nyeri akibat ketegangan otot
crosslinks dapat diturunkan. Hal ini dapat terjadi karena pada saat
sampai panjang sarkomer penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan
organ dalam dan pembuluh darah yang ada di dalamnya sehingga menekan
darah agar keluar dari organ dalam. Pada kontraksi isometrik selama 6
unit maksimal yang ada pada seluruh otot. Menurut Jacobson kontraksi
maksimal ini juga akan menstimulus golgi tendo organ sehingga memicu
pelepasan adhesi yang optimal pada jaringan ikat otot (fasia dan tendo).
saraf karena mereka berjalan melalui otot dan pembungkus otot/ fascia di
dalam tubuh. Tes penekanan saraf/ neural tension tests banyak digunakan
pemeriksaan/ asesmen.
Slump test
.
Gambar 8. Slump test
satu istilah. Tujuan dari gerakan meluncur saraf/ neural gliding sendiri
neurodynamics.
strains), sebuah penelitian menguji efek slump stretch pada aliran keluar
dan atlet elit atletik (Bersama dengan beberapa hal lain, saraf simpatis
dan setelah peregangan pada kedua sisi tungkai yang diregang maupun
mendasari untuk efek terapi slump stretch pada strain hamstring tingkat 1.
memberikan regangan pada struktur saraf. Pada studi dengan tubuh hidup
36
yang utuh kaliper digital digunakan untuk menguji gerakan saraf/ nerve
Gambar 9. Diseksi gerakan di dalam pelvis pada komponen proksimal dari saraf
sciatica sepanjang gerak fleksi lateral tulang belakang bagian lumbal.
Kiri neutral. Tengah fleksi lateral ke kiri (ipsilateral). Right fleksi lateral ke
kanan (contralateral).
Jaringan saraf mengendur saat fleksi ipsilateral dan menegang saat fleksi
kontralateral
37
diharapkan dapat membawa hasil yang positif baik pada struktur jaringan
saraf maupun otot (tendon dan fascia/ pembungkus otot) sehingga dicapai
hasil yang maksimal dalam perbaikan gerakan dan fungsi dari otot
gejala neural
Ellis dan Hing, dalam ulasan sistematis mereka pada uji acak
saraf efektif sebagai modalitas terapi. Dari 10 uji yang sesuai dengan
BAB III
pegal otot yang terjadi akibat latihan yang tidak lazim yang menyebabkan
aktifitas fisik tanpa melihat tingkat kebugarannya dan ini adalah respon
sebagai akibat dari latihan eksentrik yang tidak lazim atau intensitas tinggi
gerak pasif, bengkak, penurunan kekuatan dan daya ledak otot, sakit lokal,
dan rasa posisi sendi/ proprioception yang terganggu (Proske and Morgan
2001). Gejala - gejala akan sering muncul dalam 24 jam setelah latihan
38
39
et al. 2004). Saat ini, penggunaan berbagai bentuk hidroterapi seperti cold
water immersion (CWI), hot water immersion (HWI), dan contrast water
melindungi atlet dari kerusakan otot yang terlihat ataupun tidak. Yang juga
yang spesifik terdahulu dari otot yang teribat dapat menjadi pencegahan
untuk DOMS.
pemulihan setelah latihan yang intensif meskipun hal ini telah didiskusikan
spindle maka kita mungkin berharap beberapa efek stretching pada tonus
pada aktivitas EMG menemukan setelah peregangan dari otot yang dilatih
mengurangi nyeri akibat iritasi saraf tepi sciatica serta strain otot
gerak bawah maka yang paling populer digunakan adalah slump test/
pada empat lokasi sebelum dan setelah peregangan pada kedua sisi tungkai
fisiologis yang mendasari untuk efek terapi slump stretch pada strain
hamstring tingkat 1.
penelitian peregangan otot otot paha dan mobilisasi saraf metode slump
lompat pada orang dewasa normal yang biasa bermain bola basket.
- Mempertahankan metabolisme
Menaikkan temperature jaringan
- Meningkatkan elastisitas otot
Meningkatkan elastisitas otot
- Mengurangi nyeri
Menurunkan reaksi neuromuskuler
HASIL
Spasme/ penambahan lingkar otot setelah
latihan berkurang
Nyeri tekan otot setelah latihan berkurang
Kemampuan fungsi otot tidak berkurang
42
Dalam gambaran keadaan di atas, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini
adalah :
7. Peregangan otot dan mobilisasi saraf lebih efektif setelah latihan sebagai
8. Peregangan otot dan mobilisasi saraf lebih efektif setelah latihan sebagai
9. Peregangan otot dan mobilisasi saraf lebih efektif setelah latihan sebagai
BAB IV
METODE PENELITIAN
2. Rancangan pre test dan post test, control group design. dengan skema
P1 Q
O1 O2
P S R
Q P2
O3 O4
Gambar. 4.1 Rancangan desain penelitian pre test dan post test
P = Populasi
S = Sampel
R = Randomisasi
P1 = Perlakuan 1 (peregangan otot-otot paha dan slump test sebelum latihan)
P2 = Perlakuan 2 (peregangan otot-otot paha dan slump test setelah latihan)
O1 = Pre tes kelompok kontrol
O2 = Pos tes kelompok kontrol
Q = Pelatihan kontraksi eksentrik untuk menimbulkan DOMS
O3 = Pre tes kelompok perlakuan
O4 = Pos tes kelompok perlakuan
44
45
Desember 2010
dan klinik Retna yang gemar berolahraga dan bisa bermain bola basket.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi
eligibilitas.
46
yaitu:
cedera)
2. Berusia 18 35 tahun
selama 3 (tiga) kali (segera setelah perlakuan, 1 hari sesudah dan 2 hari
sesudah)
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan rumus Pocock :
2 2
n 2
,
2 1
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
= Simpang baku (dari tes awal)
= Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)
Interval kepercayaan (1 ) 0,95
= Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,2)
Interval kepercayaan (1 ) 0,8
nyeri tekan pada kelompok yang diberi latihan eksentrik saja (kontrol) 24 jam
naik nilai ambang nyerinya sebesar 20% menjadi 2 = 76,66. Dengan demikian
2(1,019) 2
n x7,9
76,6 75,02
48
2,42
n x7,9
2,56
n 7,48
Dari hasil penghitungan di atas maka sampel ditetapkan berjumlah 8 sampel per
1. Kelompok I, akan diberikan perlakuan peregangan otot otot paha dan slump
2. Kelompok II akan diberikan perlakuan peregangan otot otot paha dan slump
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
3. Variabel kontrol
- Mobilisasi saraf yang diberikan berupa gerakan slump test yaitu atlet
- Nyeri tekan adalah rasa tidak nyaman apapun yang dirasakan ketika
paha
prosedur penelitian
latihan yang terdiri dari 3 set kontraksi eksentrik bi-lateral leg press
3 menit diantara satu set (Nosaka & Newton 2002; Vaile. 2007).
dari 0 sampai 10. Ujung yang bulat pada alat semprot diletakkan
3. Multi Gym equipment merek cybex yang memiliki fungsi leg press
Secara garis besar pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tatacara dan tata
prosedur.
mobilisasi saraf
prosedur.
kemampuan fungsi sampel yang meliputi umur, kebiasaan olah raga, tinggi
badan dan berat badan, lingkar paha, nyeri tekan dan kemampuan lompat.
maka dikatakan bahwa data berdistribusi normal dan apabila p < 0,05
hasilnya p > 0,05 maka data homogen dan apabila p < 0,05 berarti data tidak
homogen.
4. Uji komparasi data tiga gejala dan tanda DOMS yaitu lingkar paha,
kemampuan lompat dan nyeri tekan sebelum dan setelah perlakuan pada
related test). Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis nomor-1 sampa 6.
Batas kemaknaan yang digunakan adalah = 0,05. Jika hasilnya p > 0,05,
maka Ho diterima dan Ha ditolak (hipotesis penelitian ditolak atau tidak ada
perbedaan yang signifikan) dan jika p < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha
Uji komparsi data tiga gejala dan tanda DOMS yaitu lingkar paha,
kemampuan lompat dan nyeri tekan sebelum dan setelah perlakuan antara
(Independent t-test) karena data berdistribusi normal. Uji ini bertujuan untuk
membandingkan efek dari perlakuan terhadap tiga gejala dan tanda DOMS
yaitu lingkar paha, kemampuan lompat dan nyeri tekan sebelum sebelum dan
digunakan adalah = 0,05. Jika hasilnya p > 0,05 maka Ho diterima atau Hi
ditolak (hipotesis penelitian ditolak atau tidak ada perbedaan yang signifikan)
dan apabila p < 0,05 maka Ho ditolak atau Hi diterima (hipotesis penelitian
sampel yang berprofesi sebagai security dan profesi lain yang berlaku
Populasi
Kriteria Inklusi
Acak sampel
dan Ekslusi
sederhana
sampel
sampel acak
Kelompok I Kelompok II
Pengukuran Akhir
Analisis Data
Penyusunan Tesis
BAB V
HASIL PENELITIAN
sebelum latihan dan kelompok 2 dengan peregangan dan mobilisasi saraf setelah
latihan, di dapatkan data untuk dilakukan analisa. Data awal yang didapat berupa
karakteristik kondisi fisik subyek penelitian yang meliputi, umur, tinggi, berat
badan, kebiasaan olah raga, lingkar paha, kemampuan lompat dan nyeri tekan.
dilakukan secara single blind dimana peneliti melakukan sendiri perlakukan yang
bawah ini.
Tabel 5.1
Karakteristik kondisi fisik subyek
Karakteristik Rerata + SD
Subyek Kelompok 1 (N=8) Kelompok 2 (N=8)
Umur (th) 32,75 6,49 30,75 3,45
Berat badan (kg) 65.75 7.978 72,54 10.056
Tinggi Badan (cm) 169.63 2.669 170.75 5.548
Lingkar paha middle (cm) 51.588 6.5283 47.825 5.7797
Kemampuan Lompat Cm) 59.88 3.603 57.38 3.462
Nyeri tekan (cm) 7.563 1.0836 7.500 1.1019
57
58
lain berupa kebiasan olah raga. Dari data kebiasaan olah raga didapatkan bahwa
bahwa 4 orang (25,0%) rutin menjalankan olah raga, 8 orang (50,0%) jarang olah
Untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil tes tiga parameter gejala dan
tanda DOMS yaitu lingkar paha, kemampuan lompat dan nyeri tekan sebelum dan
sesudah pelatihan dan uji homogenitas data sebelum pelatihan. Karena jumlah
sampel < 30 orang maka Uji normalitas dengan menggunakan uji shapiro wilk,
sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene Test, yang hasilnya tertera pada
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas tiga parameter DOMS Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel p. Uji Normalitas
(Saphiro Wilk-Test)
Kelompok 1 Kelompok 2
Lingkar paha sebelum
latihan 0.466 0.502
Nyeri tekan sebelum
latihan 0.595 0.314
Kemampuan lompat
sebelum latihan 0.673 0.691
Lingkar Paha sesudah
0.479 0.494
latihan
Nyeri tekan sesudah
0.426 0.453
latihan
Kemampuan lompat
sesudah latihan 0.796 0.754
59
Hasil uji normalitas (Saphiro Wilk-Test) ketiga parameter gejala dan tanda
Demikian juga dengan data setelah pelatihan pada kedua kelompok berdistribusi
sesudah pelatihan pada kedua kelompok p > 0,05, yang berarti data adalah
homogen.
Tabel 5.4
Uji hipotesis parameter DOMS sebelum dan Sesudah Pelatihan
Kelompok I dan II
Kelompok I Kelompok II
Mean t p Mean t p
Lingkar Paha -0.35000 -7.561 .021 -.28750 -4.952 .002
Sebelum -
Sesudah Perlakuan
Nyeri Tekan 0.87500 1.673 .010 .43750 2.966 .021
Sebelum -
Sesudah Perlakuan
Kemampuan 1.0000 5.584 0.138 -2.0000 -3.528 .010
Lompat Sebelum -
sesudah Perlakuan
pelatihan pada kelompok I yang dianalisis dengan dengan uji Paired Samples
menghasilkan penurunan bengkak yang bermakna (p < 0,05) demikian pula untuk
nyeri tekan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok I juga
menghasilkan penurunan nyeri tekan yang bermakna (p < 0,05). Bengkak Paha
setelah pelatihan yang dipakai adalah lingkar paha yang diukur seketika begitu
Bengkak paha antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok II yang
yang bermakna (p < 0,05) demikian pula untuk nyeri tekan antara sebelum dan
yang bermakna (p < 0,05). Bengkak Paha setelah pelatihan yang dipakai adalah
lingkar paha yang diukur seketika begitu selesai pelatihan sedangkan nyeri tekan
diukur 48 jam setelah pelatihan. Kemampuan lompat antara sebelum dan sesudah
(p < 0,05). Kemampuan lompat setelah pelatihan yang dipakai adalah kemampuan
5.4 Uji hipotesis VII IX beda perubahan ketiga parameter DOMS pada
kedua kelompok
Uji beda ini bertujuan untuk membandingkan selisih hasil tiga parameter
Tabel 5.5
Uji hipotesis beda pengaruh perlakuan pada tiga parameter DOMS sebelum
dan Sesudah Pelatihan
Variabel t p Mean
Difference
Lingkar Paha Sebelum - 0.842 0.414 0.06250
Sesudah Perlakuan
Nyeri Tekan Sebelum - -2.033 0.061 -0.43750
Sesudah Perlakuan
Kemampuan Lompat -3.642 0.003 3.0000
Sebelum - sesudah
Perlakuan
sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok I dan II yang dianalisis dengan uji
yang diberikan sebelum atau setelah pelatihan tidak memiliki perbedaan yang
pelatihan pada kelompok I dan II yang dianalisis dengan dengan uji Independent
Untuk nyeri tekan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok I
dan II yang dianalisis dengan dengan uji Independent Samples Test menunjukkan
bahwa peregangan dan mobilisasi saraf yang diberikan sebelum atau setelah
pelatihan juga menghasilkan perubahan nyeri tekan yang bermakna (p < 0,05)
63
BAB VI
PEMBAHASAN
Data karakteristik fisik yang didapat adalah umur, kebiasaan olah raga, tinggi
badan, berat badan, dan lingkar paha serta data karakterisitk kemampuan fungsi
Secara rata-rata umur kelompok satu adalah 32,75 tahun sedangkan rata-
rata umur kelompok dua adalah 30,75 tahun. Selain itu penelitian ini juga
mendapatkan data kebiasaan olah raga yang mana didapatkan bahwa bahwa 4
orang (25,0%) rutin menjalankan olah raga, 8 orang (50,0%) jarang olah raga dan
4 orang (50,0%) hampir tidak pernah olah raga sehingga memang dari kriteria
umur dan kebiasan olahraga ini subyek memenuhi kriteria untuk melakukan
homoginitas varians antara kedua kelompok pelatihan diuji dengan Levene Test.
Variabel yang diuji adalah tiga parameter DOMS sebelum dan sesudah pelatihan
pada masing-masing kelompok dan selisih antara tiga parameter DOMS sebelum
63
64
pelatihan dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok. Hasil uji normalitas
(Saphiro Wilk-Test) ketiga parameter gejala dan tanda DOMS sebelum pelatihan
semua kelompok berdistribusi normal (p < 0,05). Demikian juga dengan data
pelatihan pada kelompok I yang dianalisis dengan dengan uji Paired Samples
menghasilkan poenurunan bengkak paha yang bermakna (p < 0,05) demikian pula
untuk nyeri tekan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok I juga
menghasilkan penurunan nyeri tekan yang bermakna (p < 0,05). Hal ini sesuai
mobilisasi saraf efektif dalam mengurangi nyeria akiat sciatica/ nyeri akibat iritasi
saraf tepi
65
menghasilkan perubahan kemampuan lompat yang bermakna (p > 0,05). Hal ini
menunjukkan efek yang negatif pada daya ledak eksplosif otot/ explosive power
pelatihan menghasilkan penurunan bengkak paha dan nyeri tekan yang bermakna
(p < 0,05) antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok II demikian juga
untuk kemampuan lompat antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok II
menghasilkan perubahan kemampuan lompat yang bermakna (p < 0,05). Hal ini
sesuai dengan penelitian meta-analisis Rob D Herbert dan Michael Gabriel dari
atau sesudah latihan tidak terlihat bermanfaat secara praktis dalam pencegahan
cedera dan pegal otot namun memang penelitan mengenai efek peregangan
terhadap kemampuan olahraga masih kurang sehingga perlu diteliti lebih lanjut.
66
sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok I dan II yang dianalisis dengan
Sedangkan untuk nyeri tekan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada
kelompok I dan II dan untuk kemampuan lompat antara sebelum dan sesudah
pelatihan pada kelompok I dan II yang dianalisis dengan dengan uji Independent
dan mobilisasi saraf setelah pelatihan tidak mempunyai pengaruh yang bermakna
dalam mengurangi bengkak pada otot tungkai atas dibandingkan jika diberikan
yang terpenting pada olahragawan yang cidera maka pemberian peregangan dan
67
mobilisasi saraf setelah pelatihan tetap dapat dijadikan alternatif terbaik untuk
mengurangi gejala dan tanda DOMS terutama untuk mengurangi nyeri tekan pada
peregangan dan mobilisasi saraf setelah pelatihan pada parameter lingkar paha
setelah pelatihan terjadi karen pelatihan yang diberikan mungkin tidak cukup kuat
untuk menimbulkan bengkak pada otot-otot paha. Pemulihan juga akan menjadi
BAB VII
7.1. Simpulan
1. Peregangan otot otot paha dan slump test sebelum pelatihan sebagai
0,05) sebesar 0.001 dan bengkak paha yang bermakna (p < 0,05)
2. Peregangan otot otot paha dan slump test setelah pelatihan sebagai
< 0,05) sebesar 0.002, penurunan nyeri yang bermakna sebesar 0,021
otot otot paha dan slump test setelah pelatihan sebagai pendinginan
kemampuan lompat
68
69
3. Peregangan otot otot paha dan slump test setelah pelatihan sebagai
dengan Peregangan otot otot paha dan slump test sebelum pelatihan
peregangan otot otot paha dan slump test sebelum pelatihan sebagai
pemanasan
7.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan dan kajian dalam
1. Peregangan otot otot paha dan slump test setelah latihan dapat
baik
.
71
DAFTAR PUSTAKA
Bertolini R.F Gladson, Silva ST, Trindade LD, Ciena PA, Carvalho RA. 2009.
Neural mobilization and static stretching in an experimental sciatica
model an experimental study. Rev Bras Fisioter, So Carlos, v.13, n.6, p.
493-8: ISSN 1413-3555
Cochrane DJ. 2004 Alternating hot and cold water immersion for athlete recovery:
a review. Phys Ther Sport 5:2632
Clarkson PM, Sayers SP. 1999. Etiology of exercise-induced muscle damage. Can
J Appl Physiol 24(3):234248
Guyton, A.C., J. E. Hall, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokeran.Edisi 11. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Herbert D Rob, Gabriel Michael. 2002. Effects of stretching before and after
exercising on muscle soreness and risk of injury: systematic review. BMJ
volume 325 31; 325:468
Kysner Caroline & Colby Lyn Allen. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and
Techniques. Philadephia : FA. Davis.
Mallac C. 2006. What the slump test can reveal. Sports Injury Bulletin: 62, 6
MacIntyre DL, Reid WD, McKenzie DC. 1995. Delayed muscle soreness. The
inflammatory response to muscle injury and its clinical implications.
Sports Med 20(1):2440.
Reisman Simone, Allen J. Trevor, Proske Uwe. 2009. Changes in passive tension
after stretch of unexercised and eccentrically exercised human plantar
flexor muscles. Exp Brain Res (2009) 193:545554
Vaile J, Gill N, Blazevich AJ. 2007. The effect of contrast water therapy on
symptoms of delayed onset muscle soreness (DOMS) and explosive
athletic performance. J Strength Cond Res 21(3):697702
Watson AS dalam Bloomfield, J, Fricker PA dan Fitch KD. 1995 : Science and
medicine in Sport, 2nd edition. Victoria: Blackwell science
Wang, SS, Whitney SL, Burdett RG, Janosky, JE. 1993. Lower extremity
muscular flexibility in long distance runners. J Orthop Sports Phys Ther 17:102-
107.
74
Lampiran 1.1
Nama :
Umur : th
Alamat : Telp/Hp :
dengan ini menyatakan bahwa setelah saya mendapatkan arahan dan penjelasan
secara terbuka dan rinci tentang pelaksanaan dan prosedur seta manfaat dari
penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, maka saya bersedia menjadi
responden dengan hak, kewajiban dan prosedur penelitian yang telah disepakati
bersama, apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan kesepakatan saya akan
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dan ditanda tangani bersama dengan
( ) ( )
75
Lampiran 1.2
A. Judul Penelitian
B. Tujuan Penelitian :
mobilisasi saraf terhadap pengurangan bengkak paha dan nyeri tekan dan
perbaikan kemampuan lompat pada mereka yang biasa berolahraga bola basket.
C. Lama penelitian :
6 bulan.
1. Hak sampel:
2. Kewajiban sampel :
penelitian.
76
E. Prosedur penelitian:
Lampiran 1.3
Untuk memperoleh persamaan informasi bagi kita semua, maka mohon diisi
1. Nama : .
2. Umur : . Tahun
(dihitung berdasarkan tanggal
kelahiran yang tercatat di akte
kelahiran, dengan pembulatan ke
baweah )
Status kesehatan :
1. Pemeriksaan Fisik : .
2. Tekanan Darah : Sistolik.../ Diastik
3. Denyut Nadi : .per menit
78
Lampiran 1.4
Lembar checklist
Nama :
Saksi / pengamat :
Waktu pelaksanaan :
Ket :
Beri tanda ( V ) bila kegiatan aplikasi stretching dan mobilisasi saraf
dilakukan
79
80