Raut lelaki tirus itu pernah tertera pada sehelai uang kertas.
Di Jakarta, tubuhnya yang ringkih diabadikan dalam bentuk patung setinggi 6,5 meter di atas penyangga 5,5
meter. Menghadap utara, dibalut jas yang kedodoran, ia memberi hormatentah kepada siapa.
Barangkali, hanya sedikit cerita yang kita ingat dari Soedirmansejumput kenangan dari buku sejarah
sekolah menengah. Ia panglima tentara yang pertama, orang yang keras hati. Ia pernah bergerilya dalam
gering yang akuttuberkulosis menggerogoti paru-parunya.
Sejak ia remaja, orang segan kepadanya: karena alim, dia dijuluki kaji. Ia aktif dalam gerakan Hizbul
Wathankepanduan di bawah payung Muhammadiyah.
Dipilih melalui pemungutan suara sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat/Angkatan Perang
Republik Indonesia pada 12 November 1945, Soedirman figur yang sulit dilewatkan begitu saja. Ia mungkin
sudah ditakdirkan memimpin tentara.
Dengan banyak pengalaman, tak sulit baginya terpilih sebagai panglima dalam tiga tahap pengumpulan
suara. Dia menyisihkan calon-calon lain, termasuk Oerip Soemohardjokandidat lain yang mengenyam
pendidikan militer Belanda.