Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rara Ayu Lestary

NIM : I0514042

Peran Umat Islam Indonesia Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang padat dari berbagai suku bangsa, ras,
agama dan daerah yang berbeda-beda. Dalam konteks masyarakat Indonesia dimana umat
beragama Islam adalah mayoritas. Dari berbagai tipe masyarakat yang ada, masyarakat
madani merupakan tipe masyarakat yang didambakan oleh banyak orang bahkan oleh
masyarakat di dunia karena masyarakat madani menjadi prasyarat majunya sebuah negara.
Kemajuan itu tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi seluruh dimensi kehidupan. Tipe
masyarakat ini merupakan gambaran masyarakat yang diidealkan oleh Islam dan pernah
menjadi bagian dari sejarah Rasulullah saw ketika beliau memimpin negara Islam pertama
di Madinah.

Pada keadaannya masyarakat di Indonesia belum bisa dikatakan sebagai


masyarakat madani. Masyarakat Indonesia saat ini dapat dikatakan telah memiliki
kemampuan dalam berkreatifitas dan berinovasi, dikarenakan telah diterapkan nilai-nilai
demokrasi. Selain itu, masyarakat Indonesia ini juga memiliki berbagai macam perspektif
dalam menyikapi permasalahan negara. Hanya saja, masyarakat Indonesia saat ini
cenderung lebih mementingkan kepentingan individunya.

Masyarakat madani (civil society) dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang
beradab dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Kata madani
sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya civil atau civilized (beradab). Di dalamnya,
setiap warganya menyadari dan mengetahui hak-hak dan kewajibannya terhadap negara,
bangsa dan agama serta terhadap sesama, dan tentunya juga menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia.[1]

Adanya istilah masyarakat madani pada prinsipnya bermula sejak hijrahnya Nabi
Muhammad Saw. beserta para pengikutnya dari Makkah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat
dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah sikap
optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah (beradab).

Masyarakat madani dalam islam sebenarnya merujuk pada masyarakat Islam yang
pernah dibangun nabi Muhammad SAW di negeri Madinah. Perkataan Madinah dalam
bahasa arab dapat dipahami dari dua sudut pengertian. Pertama, secara konvensional kata
madinah dapat bermakna sebagai kota, dan kedua, secara kebahasaan dapat berarti
peradaban; meskipun di luar kata madaniyah tersebut, apa yang disebut peradaban
juga berpadanan dengan kata tamaddun dan hadlarah .[2]

Sebelumnya, apa yang dikenal sebagai kota madinah itu adalah daerah yang
bernama Yatsrib. Nabi-lah yang kemudian mengubah namanya menjadi Madinah, setelah
hijrah ke kota itu. Perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah adalah sebuah proklamasi
untuk mendirikan dan membangun masyarakat berperadaban di kota itu. Dasar-dasar
masyarakat madani inilah, yang tertuang dalam sebuah dokumen Piagam Madinah yang
didalamnya menyangkut antara lain wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan
ekonomi, tanggung jawab sosial dan politik, serta pertahanan, secara bersama.

Adapun ciri-ciri masyarakat madani adalah masyarakatnya cerdas, kritis, kreatif,


dan inovatif; kesadaran politik mereka tinggi; sistem politiknya demokratis; hak asasi
manusia dihargai; ekonomi bersifat kompetitif-rasional non-kapitalis yang bertumpu pada
sektor domestik; rakyatnya toleran terhadap perbedaan; kehidupan sosialnya beradab dan
bermartabat; supremasi hukum ditegakkan; tatanan sosial dan kebebasan individu
seimbang; kehidupan antargenerasi berkesinambungan; birokrasinya empatik, bersih,
bermoral, dan pro-rakyat; sistem pendidikannya pun demokratis[3]

Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi,


hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup
modern dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak dan moral yang baik,
mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, dan menentukan nasib
masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat[4]

Masyarakat Indonesia belum dapat dikatakan sebagai masyarakat madani


dikarenakan belum memenuhi ciri ciri sebagai masyarakat madani yang telah disebutkan
sebelumnya, seperti dalam bidang hukum. Supremasi hukum di indonesia belum
ditegakkan, faktor politik lebih dominan didalamnya. Terjadi politisasi atas proses
peradilan yang mestinya berjalan objektif seperti kasus bank century dan kasus gayus.
Dalam kehidupan sosial orang tidak lagi saling menghargai. Diskusi para penjabat berakhir
dengan saling mencemooh. Demonstran yang menyampaikan suara berakhir dengan
kekerasan. Kelompok-kelompok tertentu muncul dan menindas kelompok minoritas.
Rumah-rumah ibadah agama minoritas dibakar dan diteror bom. Banyak praktek-praktek
Nepotisme, Korupsi, dan Kolusi dari kaum penguasa yang menjadi wakil rakyat dan
penampung aspirasi rakyat.

Adapun pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi


bagian dari sosial kontrol yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang
diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Pilar-pilar
tersebut antara lain: lembaga swadaya masyarakat,pers ,supremasi hukum,partai politik dan
perguruan tinggi. [5].

Masyarakat madani lebih mengacu pada konsep masyarakat madinah yang kala itu
memiliki peradaban yang tinggi. Hal ini bisa terjadi karena prinsip yang dilakukan oleh
Rasullulah saw, berdasarkan nilai nilai islam. Islam telah mengatur cara hidup
bermasyarakat yang baik. Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara unsur unsur
keduniaan dan keagamaan. Segala sesuatunya berkesinambungan dalam islam. Hal ini
diperkuat dengan ayat ayat al quran yang banyak membicarakan cara membentuk
masyarakat yang ideal,dan masyarakat yang toleran.

Dalam masyarakat Indonesia dimana umat Islam adalah mayoritas, peranan Islam
dalam mewujudkan masyarakat madani sangat menentukan. Kondisi masyarakat sangat
bergantung pada kontribusi yang diberikan umat Islam . Sekalipun umat Islam berjumlah
secara kuantitatif mayoritas, tapi secara kualitasnya masih rendah sehingga perlu
pemberdayaan secara sistematis. Sikap Amar Maruf Nahi Mungkar juga masih sangat
lemah. Hal ini dapat dilihat dari fenomena sosial yang bertentangan dengan agama islam,
seperti kejadian kriminalitas yang tinggi, korupsi diberbagai sektor.

Bila umat islam Indonesia benar-benar mencerminkan sikap hidup yang islami,
pasti Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan sejahtera. Umat Islam di Indonesia
merupakan komponen mayoritas bangsa Indonesia. Sebagai komponen terbesar penyusun
bangsa ini, umat Islam dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan
bernegara ini.Umat islam di Indonesia bertanggung jawab atau berperan sangat besar
dalam mewujudkan masyarakat madani. Umat islam memiliki tiga peran yang nyata yaitu
sebagai warga negara hendaknya umat Islam memenuhi kewajibannya sesuai pada
peraturan-peraturan yang telah dibuat. Sebagai Pengembang Kehidupan Bangsa umat
Islam diharapkan dapat menawarkan dirinya sebagai sumber pengembangan dalam segala
aspek kehidupan.Dalam melaksanakan perannya, segala tindakan harus didasari pada nilai-
nilai yang Islami.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita mengenal adanya pranata sosial. Pranata yaitu
aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur kehidupan sosial masyarakat dan juga
berkaitan dengan ajaran islam. Pranata sosial yang dimaksud yaitu adalah lembaga yang
terdapat dimasyarakat. Manusia memerlukan lembaga-lembaga tersebut, hal ini
dikarenakan manusia itu adalah makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain,
walaupun ia sendiri dilahirkan sendirian tetapi ketika berinteraksi dengan lingkungan ia
memerlukan banyak orang untuk saling mengenal bekerjasama dan saling tolong
menolong.

Hal ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Surah al-Hujurat ayat 13:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.

Adapun pranata sosial dalam Islam adalah berupa tata nilai-nilai yang mengatur
kehidupan sosial Masyarakat Muslim berdasarkan Syari'at Islam sebagaimana yang
dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW untuk terapkan pada masa sekarang. Jika
pranata sosial dalam prespektif islam dapat dijaga dan dilaksanakan dengan baik, maka
masyarakat indonesia dapat menjadi masyarakat madani yang ideal.

Dalam pranata sosial, ukhuwah bagi setiap manusia harus terjalin dengan baik,
dengan ukhuwah tersebut dapat mempersatukan mereka, serta menjadikan hidup
mereka toleran antara sesama, toleran antara sesama muslim demikian pula toleran
antara muslin dan nonmuslim.

Kata Ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati dan empati antara
dua orang atau lebih agama islam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar
persaudaraan sesama muslim itu dapat terjalin dengan kokoh,sebagai firman Allah SWT
dalam surat Al-Hujarat 10-12, yang merupakan landasan dasar dalam menerapkan nilai-
nilai ukhuwah islamiyah di tengah umat.
sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karna itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat(QS Al-Hujarat 49:10)

Ada dua istilah yang walaupun tidak secara tegas disebutkan dalam Al-Quran,
tetapi substansinya adalah persaudaraan, yakni 1) Ukhuwah insaniyah (persaudaraan
sekemanusiaan), Al-Quran menyatakan bahwa semua manusia diciptakan oleh Allah dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan (Adam dan Hawa). Ini berarti bahwa semua
manusia adalah seketurunan, dengan demikian bersaudara; dan 2) Ukhuwah Ubudiyah
(persaudaraan semakhluk atau seketundukan). Allah menyatakan bahwa jenis binatang
yang ada dibumi dan burung yang terbang adalah satu umat seperti manusia. [6]

Suatu umat, bangsa, dan negara tidak akan berdiri dengan tegak bila di
dalamnya tidak terdapat persaudaraan. Persaudaraan ini tidak akan terwujud tanpa
saling bekerjasama dan saling mencintai di antara sesama. Setiap manusua yang tidak
diikat dengan tali persaudaraan, tidak mungkin bersatu dalam satu prinsip untuk
mencapai tujuan bersama.
Persaudaraan sesama muslim berarti seperti saling menghormati, saling
membantu, saling menjaga ucapan, saling menghargai masing-masing sesuai sifat dasar
kemanusiaan. Di samping itu,bagi setiap muslim wajib hukumnya menjaga nilai-nilai
Ukhuwah yang kokoh dalam ikatan kasih sayang dengan sesama muslim yang akan
semakin menunjukkan islam sebagai rahmat pemersatu seluruh umatnya.
Islam merupakan agama yang menginginkan terciptanya kesejahteraan sosial dalam
kehidupan pemeluknya. Kesejahteraan tersebut tidak hanya diukur dari terpenuhinya
kebutuhan jasmani akan tetapi diiringi dengan terpenuhinya kebutuhan rohani seperti
adanya ketentraman, kenyamanan, perlindungan hukum, jaminan sosial dan keamanan.
Islam menghendaki terciptanya kesejahteraan sosial dalam masyarakat, karena hal tersebut
merupakan kondisi ideal yang dibutuhkan setiap orang dalam kehidupannya. Untuk
mewujudkan kesejahteraan dimaksud sebagai umat islam hendaknya mampu mewujudkan
masyarakat yang beradab/madani yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Al-hadist
sahih dan Rasullullah saw sebagai suri tauladan kita yaitu masyarakat yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, serta keteraturan dalam berbagai sistem kehidupan Dengan
mengaplikasikan nilai nilai ukhuwah islamiyah dan insaniyah dalam kehidupan sehari hari
baik dalam pranata sosial dan antar masyarakat.

Referensi:

1) Qodri Azizy,Melawan Golbalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam(Persiapan SDM dan


Terciptanya Masyarakat Madani),(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004),hlm 126.
2) http://hijau4naturallifesmile.blogspot.com/2013/04/masyarakat-madani-di-indonesia-
matkul.html
3) Komaruddin Hidayat dan Azyumari Azra. Demokrasi, Hak Asasi Manusai dan Masyarakat
Madani.Jakarta : ICCE UIN Hidayatullah Jakarta dan The Asia Foundation, 2006, hal. 302-
325.
4) https://rodinsaputra.wordpress.com/2012/07/20/masyarakat-indonesia-madani-true-or-
false/
5) Cik Hasan Bisri, Hukum Islam dan Pranata Sosial, 2004. Jakarta : PT Raja Grafindo. Hlm.
59
6) Tentang Ukhuwah Islamiyah lihat Q.S Al-Hujarat (49:13. Tentang ukhuwah ubudiyah lihat
Q.S. Al-Anam (6):38.
7) http://harismubarak.blogspot.com/2012/07/ukhuwah-dalam-pandangan-al-quran.html

Anda mungkin juga menyukai