Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN WANITA USIA 30 - 55 TAHUN

TERHADAP PELAKSANAAN PAP SMEAR DI PERUMAHAN

CIPTA GRIYA KALIKOTES KLATEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

DEVI SETYAWATI

NIM : 112068

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2013
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pap smear sering juga disebut Pap test, ditemukan pertama sekali

oleh dokter yang bernama George N papanicolau pada tahun 1928,

sehingga dinamakan pap smear Test. Sitologi ginekologi pap smear

adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas atau deskuamasi dari

alat kandungan wanita, meliputi sel-sel yang lepas dari vagina, serviks,

endoservik, dan endometrium (Depkes, 2007).

Pap smear adalah pemeriksaan epitel porsio dan endoserviks

uteri untuk pemantauan adanya perubahan diporsio atau serviks pada

tingkat pra ganas dan ganas. Pas smear merupakan suatu test yang

aman dan murah. Telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk

mendeteksi kelainan kelainan yang terjadi pada sel sel rahim.

(Bertiani, 2009 h.88).

Pap smear merupakan suatu skrining untuk mencari abnormalitas

dari wanita yang tidak mempunyai keluhan sehingga dapat mendeteksi

perubahan sel sebelum berkembang menjadi kanker atau kanker stadium

dini. Tindakan pap smear sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif

kurang rasa nyerinya (Depkes, 2007).

Menurut The American Cancer Society 2004 (dalam Depkes

2007) pap smear dapat dilakukan secara rutin pada seorang wanita 3

tahun sesudah melakukan hubungan seksual pertama kali atau melebihi

21 tahun. Pemeriksaan dilakukan setiap tahun (peralatan pap smear


2

konvesional) atau setiap 2 tahun ( dengan peralatan liquid-based) sampai

umur 30 tahun. Pemeriksaan dilakukan setiap 2-3 tahun, bila 3 kali

berturut-turut hasil normal pemeriksaan dapat dilakukan dengan frekuensi

yang lebih jarang.

Pap smear juga memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi dengan

sensitivitas yang mencapai 50-98% dan spesifisitas yang mencapai 93%

sehingga pap smear terbukti mampu sebagai alat diagnosa dini kanker

serviks (Purwanto & Nuranna, 2002; h.67). Dinegara negara maju, pap

smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar

46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar.

Menurut Tjokronegoro (2002), Pap smear pada wanita yang

berumur 35-40 tahun minimal dilakukan sekali, apabila fasilitas tersedia

dilakukan setiap 10 tahun pada umur 35-55 tahun, bila fasilitas tersedia

lebih maka dapat dilakukan setiap 5 tahun pada wanita berumur 35-55

tahun. Idealnya satu jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita yang

berumur 25-60 tahun.

Salah satu masalah pelaksanaan pap smear sebagai alat

diagnosa dini kanker serviks di Indonesia adalah para wanita Indonesia

yang sering tidak mau diperiksa karena ketidaktahuan, rasa malu, rasa

takut, dan faktor biaya. Hal ini umumnya disebabkan karena masih

rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Indonesia

mengenai pemeriksaan pap smear (Soepardiman, 2002; h.45).

Menurut Suwiyoga (2004) pelaksanaan pap smear ini masih

banyak mengalami hambatan baik dari segi akurasi pap smear sendiri

maupun dari segi sumber daya manusia, prosedural, geografi, dan wanita
3

yang selayaknya menjalani skrining. Wanita yang selayaknya menjalani

skrining diperoleh bahwa para wanita sering tidak bersedia untuk

diperiksa oleh karena ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut dan faktor

biaya. Hal ini umumnya disebabkan oleh masih rendahnya tingkat

pendidikan dan tingkat pengetahuan penduduk di Indonesia.

Berdasarkan data yang penulis peroleh pada bulan November

2013 di didapatkan bahwa ibu usia subur sebanyak 196 orang.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 ibu dari ibu usia subur

terdapat 4 orang (2,4%) ibu bersedia untuk pap smear dan 6 orang

(3,5%) ibu yang belum mengerti tentang pap smear latar belakang diatas

penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan tingkat

pendidikan wanita usia 30-55 tahun terhadap pelaksanaan pap smear di

wilayah di Perumahan Cipta Griya Kalikotes Klaten tahun 2013.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah

adalah sebagai berikut : Adakah hubungan tingkat pendidikan wanita

usia 30 - 55 tahun terhadap pelaksanaan pap smear di di Perumahan

Cipta Griya Kalikotes Klaten tahun 2013.?.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan wanita usia 30-55

tahun terhadap pelaksanaan pap smear di Perumahan Cipta Griya

Kalikotes Klaten tahun 2013.


4

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan wanita usia 30 55 tahun di

Perumahan Cipta Griya Kalikotes Klaten tahun 2013.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan pap smear di Perumahan Cipta

Griya Kalikotes Klaten tahun 2013.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memahami manfaat dan prosedur pemeriksaan

pap smear, sehingga diharapkan cakupan pap smear dapat

ditingkatkan dan angka kesakitan serta angka kematian akibat kanker

serviks dapat menurun.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Dapat digunakan sebagai gambaran tentang pengetahuan

masyarakat mengenai pencegahan kanker serviks salah satunya

kesadaran melakukan pap smear.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai pemeriksaan

pap smear dan mengembangkan kemampuan peneliti dibidang

penelitian.
5

E. KEASLIAN PENELITIAN

NO Nama Judul Asli Variabel Metode Hasil Perbedaa

Peneliti n
1 Rosalia Tingkat Variabel Desain Hasil Perbedaa

Putri Pengetahuan Bebas : penelitian penelitian n terdapat

Bhayang Wanita usia 30- Pengetah menggunak tingkat pada

kari, 55 tahun uan, an metode pengetahua judul,

(2013) tentang Pap Wanita deskriptif n wanita variabel

Stikes Smear di usia 30-45 kuantitatif. usia 30-55 bebas

Kusuma Wilayah tahun Teknik tahun

Husada Puskesmas sampling tentang

Surakart Purwodiningrata dengan pap smear

a n Jebres menggunak dengan

Surakarta Tahun an cluster kategori

2013 random pengetahua

sampling. n baik 13

responden

(17,6%),

sedang 45

responden

(60,8%),

kurang 16

responden

(21,6%)
2 Ike Gambaran Variabel Model Hasil Perbedaa

Restu Pengetahuan Bebas : penelitian pengetahua n terdapat


6

Kurniaw Ibu tentang Pap Pengetah menggunak n ibu pada

ati, Smear Di uan an deskriptif tentang pap judul,

(2011) Kelurahan smear 30 variabel

Stikes Tegalyoso responden bebas

Muham Kecamatan (37,5%)

madiyah Klaten Selatan dengan

Klaten Kabupaten pengetahua

Klaten n baik,

sebanyak

43

responden

(53,75%)

dengan

pengetahua

n sedang

dan 7

responden

(8,75%)

dengan

pengetahua

n kurang.
3 Erma Efektifitas Variabel Rancangan Pemberian Perbedaa

Sariyanti pemberian Bebas : yang penyuluhan n terdapat

, (2011) penyuluhan Pemberia digunakan tentang pap pada

Stikes tentang Pap n dalam smear judul,

Muham Smear Terhadap Penyuluha penelitian terhadap variabel


7

madiyah Kesediaan n ini adalah kesediaan bebas

Klaten Melakukan Pap rancangan melakukan

Smear Di pra pap smear

Jogodayoh eksperimen di

Kidul, Gumulan dengan one Jogodayoh

Klaten group Kidul,

prettest Gumulan,

posttest. Klaten

Tengah,

adalah

sangat

efektif

dalam

mempengar

uhi

kesediaan

melakukan

pap smear

dengan

adanya nilai

p < 0,05.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
8

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan

a. Pengertian

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai

usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan

nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Oleh Ki Hajar

Dewantoro, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya

anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah

mencapai mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya (Hasbullah, 2008; h. 1).

Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha

dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat bangsa dan

negara (Hasbullah, 2008; h. 4).

b. Tingkatan Pendidikan

Pendidikan dibagi menjadi 3 macam yaitu :


9

1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal didefinisikan sebagai berikut jalur

pendidikan yang teratur dan berjenjang yang terdiri atas jalur

pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.

Pendidikan formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut

mempunyai sistem persekolahan, berstruktur, berjenjang, dan

penyelenggaraannya disengaja.

2) Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur

dan berjenjang . Ciri ciri pendidikan non formal adalah

merupakan pendidikan luar sistem persekolahan, jarang

berjenjang dan tidak ketat ketentuan ketentuannya.

3) Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan yang terbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Contohnya pendidikan sebagai akibat dari fungsi keluarga,

media massa , acara keagamaan, pertunjukan seni, hiburan,

partisipasi organisasi dll.

Alur pendidikan penyelengaraan sesdiknas dilaksanakan

melalui dua jalur :

a) Jalur pendidikan luar sekolah yaitu pendidikan yang

bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan diluar

sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak

berjenjang dan tidak berkesinambungan, seperti


10

kepramukaan, berbagai kursus, dan lain-lain. Sifatnya

tidak formal dalam arti tidak ada keseragaman pola yang

bersifat nasional.

b) Jalur pendidikan sekolah yaitu yang diselenggarakan

disekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara

berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan dasar,

pendidikan menengah , dan pendidikan tinggi). Sifatnya

formal berdasarkan kekuatan-kekuatan pemerintah dan

mempunyai pola yang bersifat nasional (Tirtarahardja,

2008;h.13)

Ditinjau dari sudut tingkatan menurut UU No.20 tahun 2003,

jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

a. Pendidikan dasar, terdiri atas

1) Sekolah dasar/Madrasah Ibditaiyah

2) SMP/MTS

b. Pendidikan menengah terdiri atas :

1) SMA dan MA

2) SMK dan MAK

c. Pendidikan tinggi terdiri atas

1) Akademi

2) Institut

3) Sekolah Tinggi

4) Universitas
11

Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk

ingin tahu, untuk mencari pengalaman sehingga informasi

yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan

yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk

melakukan perilaku tertentu. Pendidikan seseorang yang

tinggi dibandingkan pendidikan seseorang yang lebih

rendah. Kemampuan seseorang dalam menanggapi

suatu pesan/informasi berbeda-beda. Tergantung pada

tingkat pendidikan yang dimiliki. Kemampuan melakukan

evaluasi dimiliki oleh seseorang dengan tingkat

pendidikan tinggi, kemampuan menerapkan dan

menganalisis terhadap pengetahuan yang diterapkan

dimiliki seseorang dengan tingkat pendidikan menengah ,

dan pada tingkat pendidikan dasar kemampuan yang

dimiliki hanya sampai pada tahap tahu dan paham

(Notoatmodjo, 2007; h. 73)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan

Nasution (2004, h.76) mengatakan tingkat pendidikan seseorang

dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1) Golongan sosial

Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain

terjadi oleh sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak

melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi.

Kebanyakan orang dari golongan rendah kurang

memperhatikan pendidikan anaknya.


12

2) Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua mempengaruhi tingkat

pendidikan seorang anak. Orang tua dengan pendapatan

rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajaran anaknya

sampai perguruan tinggi karena ketiadaan biaya.

3) Lingkungan

Orang orang yang bergolongan sosial sama biasanya

tinggal dalam lingkungan atau daerah tertentu. Hal tersebut

menyebabkan lingkungan belajar yang berbeda antara anak

yang tinggal didaerah golongan bawah. Kesediaan tersebut

dapat mempengaruhi tingkat intelegensi (IQ) anak.

4) Kultur/Budaya

Pada masyarakat yang mempunyai stratifikasi sosial yang

yang sangat ketat atau yang biasa disebut kasta,

menyebabkan orang lahir dalam golongan tertentu tidak

mungkin meningkat ke golongan lebih tinggi. Keanggotaannya

dalam suatu kategori merupakan faktor utama yang

menentukan tingkat pendidikan yang ditempuh.

2. Pap Smear

a. Definisi Pap Smear


13

Pap smear sering juga disebut Pap test, ditemukan

pertama sekali oleh dokter yang bernama George N papanicolau

pada tahun 1928, sehingga dinamakan pap smear Test. Sitologi

ginekologi pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang

lepas atau deskuamasi dari alat kandungan wanita, meliputi sel-

sel yang lepas dari vagina, serviks, endoservik, dan endometrium

(Depkes, 2007).

Tes ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja.

Dalam keaadan berbaring terlentang, sebuah alat yang

dinamakan spekulum akan dimasukkan kedalam liang senggama.

Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina

supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang

bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim

kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan

sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai

tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-

glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk

pemeriksaan yang teliti (Sukaca, 2009; h. 88).

b. Tujuan Test Pap Smear

Tujuan dari test pap smear adalah mencoba menemukan

sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker

serviks, alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher

rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker, untuk

mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker


14

leher rahim, mengetahui tingkat keganasan serviks (Sukaca,

2009; h. 89)

c. Manfaat Pap Smear

Pap smear dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks

dan sebagai uji penapisan untuk mendeteksi perubahan

neoplastik. Pulasan yang abnormal dapat dilakukan biopsy untuk

mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan sitologi.

Menurut Sumaryati (2003), manfaat dari pemeriksaan pap

smear adalah untuk mendeteksi dini tentang adanya radang pada

rahim dan tingkat radangnya, adanya kelainan degeneratif pada

rahim, ada/tidaknya tanda-tanda keganasan (kanker) pada rahim

seperti : (a) Mengetahui penyebab radang, (b) Untuk menyelidiki

infeksi-infeksi tertentu dan penyakit yang disebarkan secara

seksual, (c) Untuk menentukan penanganan dan pengobatan.

d. Akurasi Pap Smear

Pap smear juga memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi

dengan sensitivitas yang mencapai 50-98% dan spesifisitas yang

mencapai 93% sehingga pap smear terbukti mampu sebagai alat

diagnosa dini kanker serviks (Purwanto & Nuranna, 2002).

Dinegara negara maju, pap smear telah terbukti menurunkan

kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas

kanker serviks sebesar.

e. Wanita yang perlu melakukan Pap Smear


15

Wanita yang perlu melakukan pap smear adalah : (a)

wanita menikah atau melakukan hubungan seksual pada usia <

20 tahun, (b) wanita muda memiliki mulut rahim yang belum

matang, ketika melakukan hubungan seksual terjadi gesekan yang

dapat menimbulkan luka kecil, yang dapat mengundang

masuknya virus, (c) wanita sering berganti-ganti pasangan seks,

akan menderita infeksi di daerah kelamin, sehingga dapat

mengundang virus HPV dan herves genitalis, (d) wanita yang

sering melahirkan, kanker serviks banyak dijumpai pada wanita

yang sering melahirkan disebabkan oleh trauma persalinan,

perubahan hormonal dan nutrisi selama kehamilan, (e) wanita

perokok, memiliki risiko dibandingkan dengan wanita tidak

merokok, karena rokok akan menghasilkan zat karsinogen yang

menyebabkan turunnya daya tahan di daerah serviks (Depkes,

2007; Aziz, 2002).

Rekomendasi terbaru dari American Collage of

Obstetricions and gynecologist adalah melakukan pemeriksaan

pelvis dan penapisan pulasan pap setiap tahun bagi semua

perempuan yang telah aktif secara seksual atau telah berumur 21

tahun. Setelah tiga kali atau lebih secara berturut-turut hasil

pemeriksaan tahunan ternyata normal, uji pap dapat dilakukan

dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter ( Price,

2006; h.88).

Menurut The American Cancer Society 2004 (dalam

Depkes 2007) pap smear dapat dilakukan secara rutin pada


16

seorang wanita 3 tahun sesudah melakukan hubungan seksual

pertama kali atau tidak melebihi 21 tahun. Pemeriksaan dilakukan

setiap tahun (peralatan pap smear konvensional) atau setiap 2

tahun (dengan peralatan liquid-based) sampai umur 30 tahun.

Pemeriksaan dilakukan setiap 2-3 tahun, bila 3 kali berturut-turut

hasil normal pemeriksaan dapat dilakukan dengan frekuensi yang

lebih jarang.

Menurut Tjokronegoro (2002), Pap smear pada wanita

yang berumur 35-40 tahun minimal dilakukan sekali, kalau fasilitas

tersedia dilakukan setiap 10 tahun pada umur 35-55 tahun, bila

fasilitas tersedia lebih maka dapat dilakukan setiap 5 tahun pada

wanita berumur 35-55 tahun. Idealnya atau jadwal yang optimal

setiap 3 tahun pada wanita yang berumur 25-60 tahun.

Sasaran skrining ditentukan oleh Departemen Kesehatan

masing-masing negara, WHO (2002 dalam Wilopo 2010)

merekomendasikan agar program skrining pada wanita dengan

beberapa persyaratan sebagai berikut :

1) Usia 30 tahun ke atas dan hanya mereka yang berusia lebih

muda manakala program telah mencakup seluruh sasaran

vaksinasi.

2) Skrining tidak perlu dilakukan pada perempuan usia kurang 25

tahun.

3) Apabila setiap wanita hanya dapat dilakukan pemeriksaan

sekali selama umur hidupnya (misalnya karena keterbatasan

sumber dana yang dimiliki pemerintah atau swasta), maka


17

usia paling ideal untuk melakukan skrining adalah pada usia

35-45 tahun.

4) Pada perempuan berusia diatas 50 tahun tindakan skrining

perlu dilakukan setiap 5 tahun sekali.

5) Pada perempuan berusia 25-49 tahun tindakan skrining

dilakukan setiap 3 tahun sekali.

6) Pada usia berapapun skrining setiap tahun tidak dianjurkan.

7) Bagi mereka yang berusia diatas 65 tahun tidak perlu

melakukan skrining apabila 2 kali skrining sebelumnya

hasilnya negatif.

f. Klasifikasi pemeriksaan Pap Smear

Pemeriksaan cytologis dari smear sel-sel yang diambil dari

serviks, untuk melihat perubahan-perubahan sel yang

mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasia atau kanker.

Klasifikasi pemeriksaan pap smear, sistem Bethesda (Depkes

2007) adalah :

1) Atypical Squamous Cell of Underterminet Significance (ASC-

US) yaitu sel skuamosa atipikal yang tidak dapat ditentukan

secara signifikan. Sel skuamosa adalah datar, tipis yang

membentuk permukaan serviks.

2) Low-grade Squamous Intraephitelial Lesion (LSIL) , yaitu

tingkat rendah berarti perubahan dini dalam ukuran dan

bentuk sel. Lesi mengacu pada daerah jaringan abnormal,

intaepitel berarti sel abnormal hanya terdapat pada

permukaan lapisan sel-sel.


18

3) High-grade Squamosa Intraepithelial (HSIL) berarti bahwa

terdapat perubahan yang jelas dalam ukuran dan bentuk

abnormal sel-sel (prakanker) yang terlihat berbeda dengan

sel-sel normal.

4) High-grade Squamosa Intraepithelial atypical glandular cel

(HSIL AGC).

5) Adenocarsinoma in situ (AIS).

g. Bahan Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Bahan pemeriksaan terdiri atas sekret vagina, sekret

servikal (eksoserviks), sekret endo servikal, sekret endometrial,

sekret fornik posterior (Depkes, 2007). Jangan melakukan pap

smear pada saat menstruasi karena sel-sel darah merah

mengaburkan sel-sel epitel pada pemeriksaan mikroskop.

h. Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear

Pap smear mulai dapat dilaksanakan pada wanita yang

telah 3 tahun menikah atau aktif secara seksual, tetapi usianya

tidak dibawah 21 tahun (Husain & Horkins, 2002). Pap smear

sebaiknya tidak dilakukan pada wanita yang baru menikah atau

aktif secara seksual kurang dari 3 tahun karena dapat

menimbulkan pengobatan yang berlebihan akibat gambaran sel

abnormal yang bersifat sementara.

Menurut rekomendasi terbaru dari American Collage of

Obtetricans and Ginecologist dan The American Cancer Society,

pemeriksaan pap smear dianjurkan untuk diulang setahun sekali

secara teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan tiga kali


19

berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dilakukan

dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter

(Hillegas, 2005). Pada wanita yang telah berusia diatas 70 tahun

tidak dilakukan pap smear lagi dengan syarat 2 kali negatif dalam

5 tahun terakhir. Selain itu, pap smear juga tidak dilakukan lagi

bagi wanita yang telah menjalani pengangkatan seluruh rahim

(histerektomi) dengan riwayat penyakit jinak dan bukan

merupakan lesi prakanker (Aziz, 2002; h.88).

Pap smear sebaiknya tidak dilaksanakan pada saat wanita

menstruasi (haid). Waktu yang paling tepat umtuk melakukan pap

smear adalah 10 20 hari setelah hari pertama haid terakhir.

Pada pasien dengan peradangan berat, pap smear ditunda

dengan pengobatan selesei. Dua hari sebelum pemeriksaan pap

smear dilakukan, pasien dilarang mencuci atau menggunakan

pengobatan melalui vagina seperti spermicidal foams, creams,

dan jellies. Hal ini perlu diperhatikan karena obat-obat tersebut

dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan pap smear. Wanita juga

dilarang berhubungan seksual selama 1-2 hari sebelum

pemeriksaan pap smear. Setelah pelaksanaan pap smear, pasien

dapat langsung kembali mengerjakan aktifitasnya sehari-hari

(Schoenstadt, 2006; h.60).

i. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Soeparman (2002) dan Manuaba (2005) , prosedur

pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut :


20

1) Persiapan alat-alat yang digunakan, meliputi formulirr

konsultasi sitologi, spekulum bivalve (cocor bebek) , spatula

Ayre, kaca objek (object glass) yang telah diberi tanda/label

pada satu sisinya, dan wadah berisi larutan alkohol 95%.

2) Persiapan pasien untuk berbaring dengan posisi ginekologi.

3) Pasang spekulum kering dan disesuaikan sehingga tampak

dengan jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uteri,

dan kanalis servikalis.

4) Memeriksa serviks apakah normal/tidak.

5) Spatulla Ayre dengan ujung yang pendek dimasukkan kedalam

endoserviks, dimulaidari arah jam 12 dan diputar 3600 searah

jarum jam

6) Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca objek pada sisi

yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 450 satu kali

asupan.

7) Kemudian kaca objek dicelupkan kedalam larutan alkohol 95%

selama 10 menit.

8) Sediaan diletakkan pada wadah transpor kemudian dikirim

pada ahli patologi anatomi.

j. Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pap smear

1) Umur
21

Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering

ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki resiko 2-3 kali

lipat untuk menderita kanker leher rahim. Semakin tua umur

seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya

proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi

pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami

kemunduran, sehingga pada usia lebih lama kemungkinan

jatuh sakit (Fitria, 2007; h.45).

2) Sosial ekonomi

Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi

keganasan pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena

ketidakmampuan melakukan pap smear secara rutin (Fitria,

2007; h.45).

3) Paritas

Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan

bayi yang dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari

2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai

resiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada

leher rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel

abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat berkembang

pada keganasan (Fitria,2007; h.45).

4) Usia wanita saat nikah


22

Usia menikah <20 tahun mempunyai resiko lebih besar

mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada

saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang, maka sel-

sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa

oleh sperma dan segala macam perubahanya, jika belum

matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh

tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini

bisa merubah sifat menjadi sel kanker (Fitria, 2007;h.45).

5) Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah aktifitas

organisme yang bersangkutan. Secara lebih terperinci,

perilaku manusia sebagai reflek dari berbagai gejala kejiwaan

seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap. Skiner seorang ahli psikologi mengemukakan

bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (Notoatmodjo, 2005; h; 45).

B. Kerangka Teori Manfaat Pap Smear : untuk


mendeteksi dini tentang adanya
Faktor yang Tujuan Test Pap Smear :
mempengaruhi tingkat radang pada rahim dan tingkat
mencoba menemukan sel-sel yang
pendidikan : radangnya, adanya kelainan
tidak normal dan dapat
1. Golongan sosial berkembang menjadi kanker degeneratif pada rahim, ada/tidaknya
2. Lingkungan
serviks tanda-tanda keganasan (kanker)
3. Ekonomi
4. Kultur/Budaya pada rahim
23

Faktor yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pap smear :
1. Umur Pernah pap smear
2. Sosial
Pelaksanaan Pap Belum pernah pap
Ekonomi
3. Paritas smear
4. Usia wanita Smear
saat nikah
5. Perilaku
Tingkat Pendidikan Wanita

30-55 Tahun
Wanita yang perlu melakukan pap
smear adalah :

1. wanita menikah atau melakukan


1. Pendidikan Dasar hubungan seksual pada usia < 20
(SD, SMP)
2. Pendidikan tahun
2. wanita muda memiliki mulut rahim
Menengah
(SMA/SMK) yang belum matang
3. Perguruan Tinggi 3. wanita sering berganti-ganti
pasangan seks
4. wanita yang sering melahirkan
5. wanita perokok

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo, 2007; h. 73, Nasution, 2004, h;76, Sukaca, 2009; h. 89,

Sumaryati 2003, dan Depkes, 2007; Aziz, 2002

BAB III
24

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas
Variabel Terikat

Tingkat Pendidikan Wanita


Pelaksanaan Pap Smear
Gambar
Usia 30 55 tahun

3.1 Kerangka Konsep Hubungan Tingkat Pendidikan Wanita

usia 30 55 tahun terhadap Pelaksanaan Pap Smear di

Perum. Cipta Griya Bersinar, Kalikotes, Klaten.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu sifat yang akan di ukur atau diamati nilainya

bervairasi antara obyek yang satu ke obyek lainnya dan terukur (Riyanto,

2011; h.28).

1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang tidak tergantung

independent (Notoatmojdo, 2010, h;104). Dalam penelitian ini variabel

bebas, yaitu : tingkat pendidikan wanita usia 30 55 tahun.

2. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang bergantung pada

variabel lain atau dependent (Notoatmojdo, 2010, h;104). Daam penelitian

ini variabel terikat, yaitu pelaksanaan pap smear.

C. Definisi Operasional
25

Tabel 3.1 Definisi Operasional hubungan tingkat pendidikan wanita usia 30

55 tahun terhadap pelaksanaan pap smear.

Parameter
Definisi Skala
No Variabel dan Alat ukur
Operasional ukur
Kategori
1 Tingkat Tingkat a. Pendidikan Tinggi : Kuesioner Ordinal

Pendidikan pendidikan Akademi, Institusi,

Wanita Usia wanita usia 30 Sekolah Tinggi,

30 55 55 tahun Universitas

tahun berdasarkan b. Pendidikan

pencapaian Menengah : SMA

ijazah terakhir dan SMK

yang diterima, c. Pendidikan

misalnya Tamat Dasar : SD Dan

SD, SMP, SMA SMP

dan Perguruan (Notoatmodjo,

tinggi 2007; h. 73)


2 Pelaksanaan Wanita usia 30-55 a. Sudah Pernah pap Kuesioner Nominal

pap smear tahun sudah pernah smear : apabila

melaksanakan pap sudah pernah

smear atau belum melaksanakan pap

pernah smear.

melaksanakan pap b. Belum pernah pap

smear smear : apabila

belum pernah

melaksanakan pap
26

smear

D. Hipotesis

Dengan melihat kerangka konsep maka peneliti merumuskan hipotesis

penelitian yaitu: Ada hubungan antara tingkat pendidikan wanita usia 30

55 tahun terhadap pelaksanaan pap smear di Perumahan Cipta griya,

Kalikotes, Klaten.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Perumahan Cipta Griya, Kalikotes Klaten.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai April tahun

2014.

E. Rancangan Penelitian

1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat korelasional yaitu penelitian dengan

cara menggambarkan hubungan antara dua variabel pada sekolompok

subyek yang akan diamati secara deskriptif dan analitik (Notoatmodjo,

2010;h.47).

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah cross

sectional yaitu penelitian dengan pengumpulan data variabel-variabelnya


27

dilakukan hanya satu kali pada satu saat dalam waktu yang bersamaan,

jadi pada studi cross sectional peneliti tidak melakukan tindak lanjut

(Notoatmodjo, 2010;h.37).

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010;h.90). Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah semua wanita usia 30 55 tahun di

Perumahan Cipta Griya Kalikotes Klaten.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010;h.91). Kriteria pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Wanita yang berdomisili di Perumahan Cipta Griya Kalikotes

Klaten.

b) Wanita yang memiliki usia 30 - 55 tahun.

c) Wanita yang keadaan sehat baik fisik maupun mental.

d) Wanita yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria eksklusi

a) Wanita yang berlatar belakang pendidikan kesehatan..


28

b) Wanita yang sedang sakit.

c) Wanita yang tidak bersedia menjadi responden.

d) Wanita yang pergi saat penelitian berlangsung.

c. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan

sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dengan

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel didasarkan atas

ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut

paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Sumardiyono, 2010;h.48).

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah menjelaskan cara atau metode

yang digunakan untuk pengumpulan data. Teknik pengumpulan data

dapat berupa pengambilan data primer dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010). Teknik pengumpulan data diperoleh dengan mengidentifikasi

aspek aspek yang dibutuhkan dalam pengetahuan ibu terhadap pap

smear dengan langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut :

a. Menentukan subjek penelitian yaitu ibu yang memiliki usia 30-55

tahun di Perumahan Cipta Griya Kalikotes Klaten.

b. Memberikan informed consent atau persetujuan responden untuk

ditandatangani oleh responden.

c. Pengisian lembar kuesioner mengenai tingkat pendidikan dan

pelaksanaan pap smear oleh responden dengan didampingi peneliti.


29

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya tentang hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010 ; h.194).

Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan tertutup yang

dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep. Pada setiap

pertanyaan sudah disediakan alternatif jawaban yaitu benar atau salah

dengan jenis pertanyaan favorable dan unfavorable, dimana pada

pertanyaan berjenis favorable apabila jawaban ya akan diberi nilai 1 dan

apabila tidak diberi nilai 0 sedangkan pada pertanyaan berjenis

unfavorable apabila jawaban ya diberi nilai 0 dan apabila tidak diberi

nilai 1.

Sebelum digunakan, kuesioner diuji untuk mengukur validitas dan

reliabilitas yaitu untuk mengetahui baik tidaknya instrumen

pengumpulan data.

a. Uji Validitas

Validitas instrumen adalah suatu indeks yang menunjukkan alat

ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2010 ;

h.213). Teknik korelasi yang digunakan dalam uji instrument adalah

teknik korelasi Pearson Product Moment dengan rumus :

N ( xy ) ( x )( y )
r xy =
( N x ( x ) )( N y ( y ) )
2 2 2 2

Keterangan :
30

rxy = koefisien korelasi

x = skor rata-rata dari x

y = skor rata-rata dari y

N = jumlah subyek

Dari uji validitas yang dibantu dengan program SPSS hasil r xy

dibandingkan dengan r tabel pada tarap kesalahan 5%, bila r xy lebih

besar dari r tabel maka item soal tersebut dianggap valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut

sudah baik (Arikunto, 2010 ; h.231). Teknik yang digunakan untuk

mencari reliabel instrument adalah rumus Alpha Cronbach, yaitu :

ri =
k
(k 1) {
1 2
st
s 2i
}
Keterangan :

ri : Reliabilitas instrumen

k : Jumlah item dalam instrumen

s2i : Jumlah skor total

s 2t : Varians total

Menurut Djemari dalam Riwidikdo (2007 ; h.161), kuesioner atau

angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7.

5. Pengolahan Dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010 ; h.174), pengolahan data meliputi:


31

1) Penyuntingan (editing)

Penyuntingan yaitu memeriksa seluruh data yang terkumpul,

apabila data belum lengkap maka dilakukan pengkajian ulang

pada responden penelitian.

2) Pengkodean (coding)

Yaitu memberikan tanda atau kode untuk memudahkan

pengolahan data. Pengkodean diberikan pada hasil jawaban

kuesioner responden, dimana pada kuesioner pelaksanaan pap

smear dengan jenis pertanyaan favorable apabila jawaban ya

diberi kode 1 dan apabila tidak diberi kode 0 sedangkan

pertanyaan unfavorable apabila jawaban ya diberi kode 0 dan

apabila tidak diberi kode 1.

3) Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan

membuat tabel kontigensi.

4) Analisis data

Dalam melakukan analisis khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan

dengan tujuan hendak dianalisis.

b. Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah untuk dianalisis

lebih lanjut secara :


32

1) Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan dengan

tujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel bebas

dan variabel terikat (Sugiyono, 2010 ; h.169). Hasilnya disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus:

f
P= 100
N

Keterangan:

P = Prosentase

f = Frekuensi responden yang dalam kategori sama

N = Jumlah responden

2) Analisis bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk menganalisis hubungan

terhadap dua variabel, yaitu tingkat pendidikan dengan

pelaksanaan pap smear. Menurut Arikunto (2010;h.333), uji

statistik dilakukan menggunakan uji statistik Chi Square dengan

taraf signifikansi 95% (CI = 95%) dan = 0,05 dengan rumus

sebagai berikut :

2 ( fo fh)2
X =
fh
Keterangan :

x2 = Chi kuadarat

fo = frekuansi yang diobeservasi

fh = frekuensi yang diharapkan

X2 = Hasil dari penghitungan


33

Pada program SPSS for Windows Release 17, apabila p <

0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika p >0,05

maka Ha ditolak dan Ho diterima (Arikunto, 2010;h.333).

6. Etika Penelitian

Penelitian kebidanan merupakan penelitian yang berhubungan

langsung dengan manusia sehingga etika penelitian harus diperhatikan

antara lain (Notoatmodjo, 2010 ; h.202) :

a. Voluntary (sukarela)

Penelitian ini dilakukan atas dasar sukarela, tanpa ada unsur paksaan

atau tekanan secara langsung maupun tidak langsung.

b. Informed Consent (persetujuan)

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti sudah memberikan

informasi yang cukup kepada responden dan sudah mendapatkan izin

dari responden.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang

terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan

kepada orang lain tanpa seizin responden.

7. Jalannya Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yang diuraikan

sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian dimulai dengan menyusun proposal, yang

dilakukan pada bulan November 2013, yang bertujuan memberikan

rencana dan arah dari peneliti. Setelah proposal disetujui, kemudian


34

dilakukan pengurusan perijinan untuk melakukan penelitian dan

kemudian dilanjutkan ke lokasi penelitian.

b. Tahap pelaksanaan

Setelah tahap persiapan selesai, maka pelaksanaan penelitian

mulai dilakukan pada bulan Maret 2014. Pada tahap pelaksanaan

dilakukan pengumpulan data oleh peneliti sendiri. Peneliti

memberikan informed consent atau persetujuan responden untuk

turut berpartisipasi dalam penelitian selanjutnya memberikan

penyuluhan mengenai pap smear kemudian memberikan lembar

kuesioner kepada ibu untuk diisi sesuai dengan keadaan pribadinya

mengenai kesediaan pap smear.

c. Tahap akhir

1) Setelah pengumpulan, pengolahan dan analisis data selesai

dilakukan, peneliti menyusun laporan hasil penelitian.

2) Kegiatan selanjutnya peneliti melakukan perbaikan terhadap

laporan penelitian, mengumpulkan laporan penelitian kepada

pihak-pihak yang terkait serta mempertanggung jawabkan hasil

penelitian didepan tim Penguji.

Anda mungkin juga menyukai