Laporan Kasus Ge RS
Laporan Kasus Ge RS
PENDAHULUAN
Gastroenteritis adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah berlangsung kurang dari satu minggu(4).
Gastroenteritis masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab gastroenteritis pada anak. Pada
sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh
virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan
gastroenteritis, termasuk sindroma malabsorpsi. Gastroenteritis karena virus umumnya
bersifat self limiting, seh ingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah
mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab akibat diare. Diare menyebabkan
hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik
karena kehilangan basa(4).
Di Indonesia gastroenteritis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang termasuk di indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian
dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6
juta anak meninggal tiap tahunnya karena gastroenteritis dan sebagian besar kejadian
tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17 % kematian anak di dunia
disebabkan oleh gastroenteritis sedangkan di indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh
bahwa gastroenteritis masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu
42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena
gastroenteritis 25,2 % dibanding pneumonia 15,5 %(4).
Cara penularan dan faktor risiko dari gastroenteritis umumnya melalu cara fekal
oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang barang yang telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalu lalat. Panduan WHO untuk penatalaksanaan
gastroenteritis didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia.5 pilar penatalaksanaan
1
gastroenteritis bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di
rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit(4).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GASTROENTERITIS
2.1.1 Definisi
Buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung
kurang dari satu minggu.Pada bayu yang minum ASI sering frekuensi buang air
besarnya lebih dari 3 4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut gastroenteritis,
tetapi masihbersifat fisiologis atau normal.Selama berat badan bayi meningkat normal,
hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat
belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum Asi secara
eksklusif definisi diare cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya.
Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi
konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare(4).
2.1.2 Epidemiologi
3
Cara penularan diare pada umumnya melalu cara fekal oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh eneteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tinja penderita atau tidak
langsung melalu lalat.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan eneteropatogen antara lain
tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higinis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain
hal hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan
untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman
lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
genetik(4).
1. Faktor Umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi
terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI.
Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya
kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja
dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai
merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan
melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan
menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.Pada infeksi
asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita
mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi
4
asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila
mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Didaerah sub tropik,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena
virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah tropik
(termasuk indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang
tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri
cenderung meningkat pada musim hujan.
Vibrio cholera 0,1 dan Shigella dysetriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan pandemi
yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan
usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan oleh V. Cholera 0,1 biotipe Eltor telah
menyebar ke negara-negara di Afrika, Amerika Latin, Asia, Timur Tengah dan di
beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang sama Shigella
dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir
di Afrika Tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992, dikenal strain baru Vibrio
cholera 0139 yang menyebabkan epidemi di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami
wabah.
2.1.4 Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman kuman patogen
telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80 % pada kasus yang datang
disarana kesehatan dan sekitar 50 % kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi.Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
5
golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi
adalah non inflammatory dan inflammatori(4).
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah sebagai berikut(4) :
Golongan Bakteri :
1. Aeromonas
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni
4. Clostridium perfringens
5. Clostridium defficile
6. Escherichia coli
7. Plesiomonas shigeloides
Golongan Virus :
1. Astrovirus
2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
3. Enteric adenovirus
4. Coronavirus
5. Rotavirus
6. Herpes simplex virus
Golongan Parasit :
Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak
anatara lain(4) :
6
2. Malabsorpsi : (Defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa gala ktosa,
penyakit celiac)
3. Endokrinopati : (Thyrotoksikosis, Penyakit Addison, Sindroma Adrenogenital)
4. Keracunan Makanan
5. Neoplasma : (Neuroblastoma, Phaechromocytoma)
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare(4) :
7
panjang intraluminal, tidak hanya menyebabkan diare osmotik, tetapi juga
menyebabkan pacuan sekresi CL- sehingga diare tersebut dapat disebabkan
malabsorpsi karbohidrat oleh karena kerusakan difus mukosa usus, defisiensi
sukrosa, isomaltosa dan defisiensi congenital.
3. Gangguan sekresi atau diare sekretorik
Hiperplasia kripta
Teoritis adanya hiperplasia kripta akibat penyakit apapun, dapat menyebabkan
sekresi intestinal dan diare.Pada umumnya penyakit ini menyebabkan atrofi vili.
Luminal secretagogues
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydroxy, serta asam lemak rantai panjang.
Blood-Borne Secretagogues
Umumnya disebabkan oleh eneterotoksin E coli atau cholera.
4. Diare akibat gangguan peristaltik
Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada thyrotoksikosis,
malabsorpsi asam empedu dan berbagai penyakit lain.
5. Diare inflamasi
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatiik
dalam pembuluh darah dan limphatic menyebabkan air, elektrolit, mukus,
protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam
lumen.
2.1.6 Diagnosis
Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak
dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:
Diare
- frekuensi buang air besar (BAB) anak
- lamanya diare terjadi (berapa hari)
- apakah ada darah dalam tinja
- apakah ada muntah
Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
8
Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya
Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
2. Pemeriksaan fisis
Cari:
Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
- rewel atau gelisah
- letargis/kesadaran berkurang
- mata cekung
- cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
- haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
Darah dalam tinja
Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
9
3. Dehidrasi berat ( kehilangan cairan > 10 % berat badan)
a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih
tanda tambahan
b. Keadaan umum lemah, letargi atau koma
c. Ubun ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
d. Turgor sangat kurang dan akral dingin
e. Pasien harus rawat inap
Pemeriksaan Penunjang(6) :
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada
tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :
a. Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
b. Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
c. Kimia : pH, clinitest, elektrolit ( Na, K, HCO3)
d. Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
Analisa gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa dan eletrolit.
2.1.7 Tatalaksana
10
demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.
i. Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
ii. Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
iii. Berat badan >15 kg : 135mL/kgBB/hari
c. Dehidrasi berat:
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau
ringer asetat 100 ml/kgBB dengan cara pemberian :
i. Umur kurang dari 12 bulan : 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
ii. Umur diatas 12 bulan : 30 ml/kgBB dalam 30 menit pertama,
dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
iii. Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan
dapat minum, dimulai dengan 5 ml/kg BB selama proses
rehidrasi
2. Seng(menkes)
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu
mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi
buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
11
3. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering
( lebih kurang 6 x sehari ) rendah serat, buah buahan diberikan terutama pisang.
4. Medikamentosa
a. Antibiotik diberikan sesuai indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin kaena kecilnya angka kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri (5).
b. Anti-emetik (seah
12
oral, karena alasan ini anti emetik tidak secara rutin di indikasikan pada anak-anak
dengan diare.
Selain itu, anti emetik dapat mengurangi frekuensi muntah tapi meningkatkan frekuensi
diare. Hal ini akan menyebabkan retensi dari cairan dan toksin yang seharusnya
dikeluarkan melalui muntah.
Obat-obat anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat.
d. Probiotik (medicinus)
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang
adekuat akan menguntungkan bagi kesehatan pejamu. Berbagai penelitian
menunjukkan manfaat probiotik dalam pengobatan diare infeksi dan diare akibat
pemberian antibiotik. Probiotik akan berkompetisi dengan bakteri patogen pada
tempat menempelnya bakteri di mukosa usus dan memodulasi sistem imun pejamu.
Terdapat beberapa spesies yang telah diteliti dan digunakan sebagai probiotik,
yakni Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei,
Lactobacillus GG, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum,
Streptococcus thermophilus, Enterococcus faecium, dan Saccharomyces boulardi.
Yang umum digunakan adalah kelompok laktobasilus dan bifidobakteria.
5. Edukasi
2.1.8 Pencegahan
13
Vaksin tersedia untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi dan
vibrio cholera(1).
BAB III
KESIMPULAN
14
Gastroenteritis adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah berlangsung kurang dari satu minggu(4).
Tatalaksanaan diare ditetapkan oleh Departemen Kesehatan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang
dirawat dirumah maupun dirawat di rumah sakit, yaitu(5) :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliegman, dkk (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Volume
2. Jakarta
15
2. WHO (2008). Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. World Health
Organizatation
16