REVISI I
UPSUS
S I WA B
Upaya Khusus
Sapi Indukan Wajib Bunting
KATA PENGANTAR
Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting, yang lebih
dikenal dengan Upsus Siwab merupakan kegiatan yang terintegrasi, menggunakan
pendekatan peran aktif masyarakat dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
peternakan untuk mencapai kebuntingan 3 juta ekor dari 4 juta akseptor Sapi/Kerbau pada
tahun 2017.
Untuk memantau perkembangan capaian kinerja Program Upsus Siwab secara cepat dan
real time harian (yang mencakup jumlah sapi yang di IB, sapi bunting, dan sapi yang
melahirkan) digunakan instrumen yang dikembangkan dari modul iSIKHNAS yang
diintegrasikan dengan Sistem Monitoring dan Pelaporan SMS Kementerian Pertanian.
Sedangkan pemantauan kinerja kegiatan teknis secara bulanan yang mencakup aspek
pakan, penanganan gangguan reproduksi, semen, SDM, sarana dan prasarana IB, serta
pengendalian pemotongan Sapi/Kerbau betina produktif digunakan mekanisme yang
melibatkan penanggung jawab dan petugas pelaporan Upsus Siwab di Kabupaten/Kota
dan Provinsi.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal,
Jakarta, 21 Maret
Januari 20172016
DIREKTUR JENDERAL
Direktur Jenderal PETERNAKAN
Peternakan dan DAN
KESEHATAN HEWAN,
Kesehatan Hewan,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
UPAYA KHUSUS PERCEPATAN PENINGKATAN POPULASI
SAPI DAN KERBAU BUNTING TAHUN ANGGARAN 2017.
6. Sistem Monev
Sistem dandan
Monev Pelaporan UPSUS
Pelaporan SIWAB.
UPSUS SIWAB.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal, 30-01-2017
21 Maret 2016
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN,
I KETUT DIARMITA
NIP. 19621231 198903 1 006
VII
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
NOMOR : 954/kpts/PK.040/F/01/2017
TANGGAL : 30-01-2017
VIII
OPERASIONALISASI UPSUS SIWAB
Halaman
16
3.1. Operasionalisasi UPSUS SIWAB .................................................... 17
3.2. Komponen Umum dan 16
Teknis ..................................................... 17
17
3.3. Pelaksanaan IBIBdan Introduksi IB ................................................ 18
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
iv
I. PENDAHULUAN
Sasaran IB dalam Upsus Siwab sebanyak 4 juta akseptor (lihat Gambar 1 tentang
Alur Kerja Upsus Siwab Tahun 2017), terdiri dari: 2,9 juta akseptor yang dipelihara
secara intensif di pulau Jawa, Bali, dan Lampung (total populasi betina dewasa 3,3
juta ekor); 0,8 juta ekor akseptor yang dipelihara secara semi intesif di Sulawesi
Selatan, Pulau Sumatera, dan Kalimatan (total populasi betina dewasa 1,9 juta ekor);
dari 0,3 juta akseptor dipelihara secara ektensif di NTT, NTB, Papua, Maluku,
Sulawesi, Aceh, dan Kalimantan Utara (total populasi betina dewasa 0,7 juta ekor).
4
Langkah Operasional Populasi Akseptor
Betina
1. Jaminan
Dewasa
1. 2600
ha
ketersed
penanama iaan
0.7
juta
n
HPT
Ekstensif
pakan
(rumput
2. Jaminan
0,3
juta
dan/legu
NTT,
NTB,
m)
ketersed
Papua,
sumber
Sulawesi,Aceh
3. Pencega
air
,
Kaltara
han
penyakit
Semi intensif
1.9
juta
Kombinasi 0,8 SIWA 4
jt
B akseptor
Sulsel,
Inka
+
Sumatera,
IB
Kalimantan
6. Penyelamatan
betina
transfer
produktif
5
M Tabel 2. Target Upsus Siwab 2017
TARG ET
No PROVINSI
ASEPTOR BUNTING
1 Aceh 105.867 60.344
Aceh Barat 1.265 721
Aceh Besar 16.226 9.249
Aceh Jaya 3.525 2.009
Aceh Si ngki l 999 569
Aceh Tamiang 12.926 7.368
Aceh Tengah 1.477 842
Aceh Tenggara 992 565
Aceh Timur 13.050 7.439
Aceh Utara 17.592 10.027
Bi reuen 13.219 7.535
Gayo Lues 1.368 780
Langsa 1.478 842
Lhokseumawe 2.117 1.207
Nagan Raya 2.532 1.443
Pidie 12.460 7.102
Pidie Jaya 4.641 2.645
2 Bali 128.204 102.563
Badung 9.826 7.861
Bangl i 19.963 15.970
Buleleng 24.912 19.930
Denpasar 1.729 1.383
Gianyar 10.833 8.666
Jembrana 9.679 7.743
Karang Asem 29.348 23.478
Kl u ngku ng 9.101 7.281
Tabanan 12.813 10.250
3 Banten 8.208 5.746
Le bak 644 451
Se rang 1.161 813
Tangerang 6.403 4.482
4 Bengkulu 36.355 23.631
Bengkul u 2.030 1.320
Bengkulu Selatan 4.750 3.088
Bengkulu Tengah 2.411 1.567
Bengkulu Utara 10.533 6.846
Kaur 2.882 1.873
Kepahiang 910 592
Mukomuko 5.422 3.524
Rejang Lebong 2.056 1.336
6
No PROVINSI TARG ET
ASEPTOR BUNTING
5 DIY 101.121 82.919
Bantul 18.528 15.193
Gunung Kidul 50.491 41.403
Kulon Progo 16.716 13.707
Sleman 15.386 12.617
6 DKI Jakarta 1.424 1.068
Jakarta Selatan 791 593
JAKARTA TIMUR 633 475
7 Gorontalo 38.765 21.321
Boalemo 6.540 3.597
Bone Bolango 4.889 2.689
Gorontalo 16.363 9.000
Gorontalo Utara 5.265 2.896
Pohuwato 5.708 3.139
8 Jambi 40.861 26.560
Batang Hari 2.489 1.618
Bungo 7.960 5.174
Ke ri nci 3.925 2.551
Me rangi n 5.002 3.251
Muaro Jambi 5.144 3.344
Sarolangun 2.702 1.756
Sungai Penuh 1.073 697
Tanjung Jabung Barat 2.266 1.473
Tanjung Jabung Timur 4.285 2.785
Tebo 6.015 3.910
9 Jawa Barat 166.094 136.197
Bandung 24.458 20.056
Bandung Barat 17.834 14.624
Be kasi 7.808 6.403
Bogor 13.560 11.119
Ciamis 8.063 6.612
Cianjur 8.563 7.022
Cirebon 1.117 916
Depok 1.130 927
Garut 16.309 13.373
Indramayu 3.078 2.524
Karawang 3.211 2.633
Kuni ngan 9.206 7.549
Majalengka 3.751 3.076
Purwakarta 3.955 3.243
Subang 9.132 7.488
Sukabumi 6.911 5.667
Sumedang 14.474 11.869
Tasikmalaya 13.534 11.098
Buku I Operasionalisasi UPSUS SIWAB 7
No PROVINSI TARG ET
ASEPTOR BUNTING
10 Jawa Tengah 514.984 427.437
Banjarnegara 10.635 8.827
Banyumas 5.576 4.628
Batang 5.404 4.485
Blora 62.555 51.921
Boyolal i 52.471 43.551
Bre bes 8.880 7.370
Cilacap 5.007 4.156
Demak 1.259 1.045
Grobogan 43.500 36.105
Jepara 12.337 10.240
Karanganyar 19.144 15.890
Kebumen 19.833 16.461
Kendal 5.963 4.949
Klate n 26.448 21.952
Kudus 3.185 2.644
Magelang 20.154 16.728
Pati 26.594 22.073
Pekalongan 6.021 4.997
Pemalang 2.545 2.112
Purbal i ngga 4.144 3.440
Purworejo 4.409 3.659
Rembang 37.044 30.747
Salatiga 1.751 1.453
Semarang 27.354 22.704
Srage n 26.248 21.786
Sukoharjo 8.411 6.981
Tegal 2.932 2.434
Temanggung 8.842 7.339
Wonogi ri 48.982 40.655
Wonosobo 7.356 6.105
11 Jawa Timur 1.365.138 1.146.716
Bangkalan 63.519 53.356
Banyuwangi 29.990 25.192
Blitar 49.503 41.583
Bojonegoro 50.229 42.192
Bondowoso 52.265 43.903
Gresik 14.471 12.156
Jember 71.115 59.737
Jombang 22.300 18.732
Kedi ri 64.493 54.174
Kota Batu 5.616 4.717
Kota Bl itar 970 815
Kota Malang 1.524 1.280
Kota Probolinggo 2.842 2.387
Lamongan 29.296 24.609
8
No PROVINSI TARG ET
ASEPTOR BUNTING
Lumajang 55.937 46.987
Madi u n 15.042 12.635
Magetan 32.456 27.263
Malang 94.416 79.309
Mojokerto 22.057 18.528
Nganj u k 41.914 35.208
Ngawi 28.131 23.630
Pacitan 24.752 20.792
Pamekasan 40.361 33.903
Pasuruan 71.046 59.679
Ponorogo 26.027 21.863
Probol i nggo 81.528 68.484
Sampang 62.956 52.883
Sidoarjo 4.036 3.390
Situbondo 51.549 43.301
Sumenep 114.446 96.135
Trenggalek 11.852 9.956
Tuban 88.685 74.495
Tulu ngagung 39.814 33.444
12 Kalimantan Barat 36.373 23.642
Be ngkayang 2.245 1.459
Kapuas Hulu 2.250 1.463
Kayong Utara 1.323 860
Ketapang 7.466 4.853
Kubu Raya 3.596 2.337
Landak 1.970 1.281
Me l awi 2.119 1.377
Pontianak 3.983 2.589
Sambas 2.537 1.649
Sanggau 2.478 1.611
Se kadau 2.978 1.936
Si ngkawang 1.312 853
Si ntang 2.116 1.375
13 Kalimantan Selatan 35.266 22.923
Banjar 4.788 3.112
Banjar Baru 890 579
Barito Kuala 1.547 1.006
Hulu Sungai Selatan 868 564
Hulu Sungai Tengah 1.685 1.095
Kota Baru 3.161 2.055
Tabalong 1.187 772
Tanah Bumbu 4.894 3.181
Tanah Laut 14.545 9.454
Tapin 1.701 1.106
10
No PROVINSI TARG ET
ASEPTOR BUNTING
21 Maluku Utara 11.806 6.257
Halmahera Barat 1.808 958
Halmahera Selatan 1.285 681
Halmahera Tengah 535 284
Halmahera Timur 1.993 1.056
Halmahera Utara 2.646 1.402
Kepulauan Sula 1.558 826
Pulau Morotai 882 467
Tidore Kepulauan 1.099 582
22 NTB 139.995 81.197
Bi ma 23.811 13.810
Dompu 15.906 9.225
Lombok Barat 11.290 6.548
Lombok Tengah 20.644 11.974
Lombok Timur 17.036 9.881
Lombok Utara 11.566 6.708
Sumbawa 32.832 19.043
Sumbawa Barat 6.910 4.008
23 NTT 146.965 83.770
Alor 831 474
Bel u 21.326 12.156
Ende 6.202 3.535
Kab. Kupang 965 550
Kota Kupang 27.156 15.479
Lembata 792 451
Manggarai 4.421 2.520
Manggarai Barat 2.307 1.315
Manggarai Timur 2.287 1.304
Nagekeo 5.023 2.863
Ngada 4.742 2.703
Rote Ndao 8.092 4.612
Sabu Raijua 622 355
Sikka 2.443 1.393
Sumba Tengah 992 565
Sumba Timur 9.496 5.413
Timor Tengah Selatan 29.830 17.003
Timor Tengah Utara 19.438 11.080
24 Papua 15.571 8.564
Jayapura 3.524 1.938
Jayawijaya 769 423
Keerom 2.482 1.365
Me rauke 6.014 3.308
Nabi re 2.233 1.228
Sarmi 549 302
14
III.
III. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Semua komponen kegiatan ini menyangkut tugas dan fungsi instansi sehingga tidak
disediakan anggaran dalam APBN. Dokumen yang dihasilkan adalah Surat
Keputusan penentuan target akseptor per provinsi oleh Dirjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan, target akseptor per kabupaten/kota oleh SKPD Provinsi, dan
daftar aseptor di kabupaten/kota oleh SKPD Kabupaten/Kota.
Komponen kegiatan umum yang merupakan kegiatan persiapan adalah penentuan
status reproduksi. Penentuan status reproduksi dilakukan oleh Tim Pelaksana
Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh SKPD Kabupaten/Kota yang diketuai oleh
Koordinator Tim, dan anggotanya terdiri dari unsur medis, paramedis, inseminator,
petugas PKb, dan petugas ATR. Tugas Tim Pelaksana Kabupaten/Kota adalah
memeriksa akseptor yang sudah di-SK-kan SKPD Kabupaten/Kota. Semua akseptor
dicatat kondisi BCS-nya dan diberi kartu ternak serta didaftar dalam isikhnas.
16
Selanjutnya diberi keterangan status reproduksinya (normal, bunting sekian bulan,
terjadi gangguan reproduksi (gangrep), dan gangrep permanen.
Tindak lanjut setelah penentuan status reproduksi, untuk yang normal, diamati
birahinya dan di IB. Untuk yang bunting, diberi keterangan bunting dan sebutkan
bulan kebuntingannya dan terus diamati sampai melahirkan. Apabila birahi lagi
setelah melahirkan, segera di IB. Untuk yang mengalami gangrep permanen
diarahkan untuk dipotong dan untuk yang lain menjadi target penanganan gangrep.
Parameter berupa service per conception (S/C) yang dipakai dalam penghitungan
anggaran APBN 2017 dengan menggunakan nilai S/C = 2,2. Sehingga secara
umum pada masing-masing daerah jumlah kebutuhan semen beku yang diperlukan
untuk operasional pelaksanaan IB, maksimal adalah 2,2 x jumlah akseptor. Namun
kondisi ini masih harus disesuaikan dengan tingkat kinerja IB di masing-masing
wilayah.
No Komponen Volume
. Kegiatan Nasional PIC Supervisi Output Dokumen
1 PENENTUAN TARGET
a Data potensi aseptor 5,9 JT ekor Sekretariat TIM UPSUS Data sapi betina umur 2-8 tahun Terpilih 4 jt akseptor
b Pembagian target provinsi 4 jt aks Bitpro TIM UPSUS Perincian target akseptor pe provinsi SK Dirjen PKH
c Pembagian target kab/kota 4 jt aks SKPD Provinsi Dit Bitpro Perincian target akseptor pe kab/kota SK SKPD Provinsi
d Data awal aseptor 4 jt aks Inseminator SKPD Kabupaten Daftar nama akseptor IB SK SKPD Kab/kota
2 PERSIAPAN PELAKSANAAN IB
a Penentuan status reproduksi 4 jt aks Tim Pelaksana Kab/kota UPT Jadwal palang kegiatan
3 PENANGANAN GANGREP 300.000 ekor Medis dan paramedis Dit Keswan Ternak Siap IB Laporan bulanan perbaikan status
reproduksi
4 PERBAIKAN BCS 22.500 ekor SKPD Kab/kota Dit Pakan BCSIndukan di atas 3 Laporan bulanan perbaikan status
reproduksi
a HPT 13.000 ha
b Konsentrat 4.500 ton
5 PENYELAMATAN BETINA 40 Kab/ SKPD Kab/kota, RPH, Dit Kesmavet Laporan bulanan pemotongan betina
PRODUKTIF kota PPNS Penurunan pemotongan betina produktif 20% produktif
MONITORING, EVALUASI, 57 lap SEMUA SATKER TIM UPSUS Laporan bulanan Upsus Siwab
6
DAN PELAPORAN Akseptor IB = 4 juta dan bunting 3 juta ekor
PENETAPAN STATUS REPRODUKSI DAN PENANGANAN
GANGGUAN REPRODUKSI
2.1. Gambaran
BAB IV. MANAJEMEN OPERASIONAL...............................................................
Umum .............................................................................. 5 13
2.2. Target KERJA...............................................................................
BAB V. MEKANISME UPSUS SIWAB 2017 ............................................................. 5
15
A. Penetapan Status Reproduksi............................................................... 15
B. Penanganan Gangguan Reproduksi...................................................... 16
BABC.III Pemberian
STANDART OPERASIONAL
Pakan PROSEDUR (SOP) ....................................... 17
Konsentrat................................................................ 16
D. Pemberian Feed Suplement.................................................................. 17
3.1. Operasionalisasi UPSUS SIWAB .................................................... 17
BAB VI. OPERASIONAL KEGIATAN.................................................................. 19
3.2. Komponen Umum dan Teknis ..................................................... 17
1) Tahap Persiapan................................................................................... 19
2) Tahap Pelaksanaan...............................................................................
3.3. Pelaksanaan IBdan Introduksi IB ................................................ 18 20
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Halaman
iii
ii
DAFTAR GAMBAR
Hal Halaman
iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1. Maksud
Maksud disusunnya Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gangguan
Reproduksi adalah sebagai acuan bagi pelaksanaan penanganan
gangguan reproduksi di lapangan.
1.2.2. Tujuan
Tujuan disusunnya Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gangguan
Reproduksi Ternak Sapi dan Kerbau adalah untuk meningkatkan
pemahaman pengelolaan dan pelaksanaan teknis kegiatan
penanganan gangguan reproduksi, mencakup:
a. Penetapan status reproduksi ternak
b. Deteksi gangguan reproduksi dan infertilitas ternak sapi dan kerbau
c. Menanggulangi penyakit gangguan reproduksi
d. Menurunkan kasus gangguan reproduksi
1.3. Keluaran
1.4. Pengertian
Dalam Pedoman Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan :
2
2
2. Medik reproduksi yaitu penerapan Medik Veteriner dalam
penyelenggaraan Kesehatan Hewan di bidang reproduksi hewan.
5. Semen Beku adalah semen yang berasal dari pejantan unggul, sehat,
bebas dari penyakit hewan menular yang diencerkan sesuai prosedur
proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan di dalam
rendaman nitrogen cair pada suhu minus 196 Celcius dalam
countainer cryogenic.
7. Inseminator adalah petugas yang telah dididik dan lulus dalam latihan
ketrampilan khusus untuk melakukan IB dan atau memiliki Surat Izin
Melakukan Inseminasi (SIMI).
13. Body Condition Score (BCS) atau Skor Kondisi Tubuh (SKT) sapi yaitu:
nilai tingkat kegemukan sapi dengan kisaran antara nilai 1-5 (emasiasi =
SKT 1, kurus = 2, ideal/optimum = 3, gemuk = 4, dan obesitas = 5)
14. Anestrus adalah kondisi betina produktif yang tidak berahi atau tidak
mengalami siklus estrus.
15. Anestrus post partum adalah tidak munculnya estrus pada ternak betina
setelah 90 hari setelah melahirkan.
17. Hypofungsi ovaria yaitu adalah ovaria yang mengalami degradasi fungsi
temporer dalam menghasilkan folikel-folikel ovulasi.
18. Kista ovaria (ovarian cyst) adalah folikel yang gagal ovulasi dan
berdiameter lebih dari 20 millimeter.
20. Silent heat adalah sapi yang bersiklus namun tidak menunjukkan gejala
berahinya
22. Abortus (abortion) adalah kelahiran belum saatnya dalam keadaan fetus
matis
4
4
24. Still birth adalah pedet dilahirkan sudah saatnya dalam keadaan mati.
25. Days open (hari-hari kosong) adalah hari antara beranak hingga
konsepsi kembali (idealnya 90 hari)
26. Service per conception (S/C) adalah jumlah pelayanan IB untuk setiap
kebuntingan (idealnya < 1,5).
27. Conception Rate (CR) adlah angka kebuntingan oleh IB pertama dan
dihitung dalam % (idealnya > 60%).
28. Calving Interval (CI) adalah jarak antara kelahiran ternak betina dan
dihitung dalam bulan (idealnya 12 bulan).
29. Kawin Berulang (repeat breeding) yaitu: ternak betina, pernah beranak,
dengan siklus estrus normal atau mendekati normal dikawinkan baik
dengan IB atau kawin alam 2-3 kali atau lebih tidak menghasilkan
kebuntingan.
30. Retensio plasenta adalah tertahannya selaput plasenta 8-12 jam atau
lebih setelah kelahiran,
32. Kematian fetus adalah kematian fetus umur 43 hari atau lebih dalam
kandungan dapat dikeluarkan atau tidak dikeluarkan dari tubuh.
c. Sumber Daya
1) Penetapan petugas pelaksana penanganan gangguan reproduksi
d. Manajemen Operasional
6
BAB II.
c. Endometritis
Pada umumnya endometritis terjadi setelah kelahiran abnormal,
seperti abortus, retensio plasenta, distokia, dsb atau sebagai
kelanjutan radang bagian luar (vulva, vagina,dan cervix). Tanda
klinis ditunjukkan dengan keluarnya lendir kotor saat estrus dan
atau keluar lendir mukopurulen secara kontinyu. Pada kasus
endometritis subklinis tidak menunjukkan gejala yang bisa dipalpasi
per rektum.
d. Anestrus
Kasus anestrus disebabkan oleh kegagalan perkembangan folikel
di ovarium. Hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu:
insufisiensi gonadotropin akibat pengaruh faktor lingkungan dan
abnormalitas ovarium; dan
corpus luteum persisten.
8
8
e. Pyometra
Kejadian endometritis disertai dengan akumulasi pus dalam uterus,
biasanya bilateral, cervix biasanya dalam keadaan konstriksi,
sehingga leleran pus dari vulva tidak selalu terlihat. Peradangan
uterus ini selalu diikuti dengan terbentuknya corpus luteum.
Penderita akan mengalami anestrus akibat terbebasnya
progesteron dari korpus luteum.
f. Kista Ovaria
Kista ovaria disebabkan oleh defisiensi LH yang mengakibatkan
folikel tidak mengalami ovulasi, namun dapat menjadi kista
persisten dengan diameter lebih dari 20 mm. Kista dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:
kista folikel (follicular cysts) disebabkan defisiensi LH berat,
bersifat multipel, bilateral, gejala umumnya nimfomania.
kista lutea (luteal cyst) disebabkan defisiensi LH ringan, tunggal,
gejala umumnya anestrus.
10
10
a. Gangguan reproduksi yang disebabkan non infeksi
Kongenital
Nutrisi
a. Terapi
Ternak yang mengalami gangguan reproduksi akan diterapi dengan
perlakuan dan pengobatan, proses kesembuhan bervariasi tergantung
permasalahan reproduksinya sehingga memerlukan waktu dan
penanganan bertahap minimal 1 - 2 kali terapi disertai pemantauan
yang intensif. Selanjutnya sapi yang telah dilakukan tindakan
perbaikan atau terapi dan dinyatakan sembuh dijadikan sebagai
akseptor IB atau kawin alam.
C. Biaya operasional
Pembiayaan untuk pelaksanaan penanganan gangguan reproduksi
bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota.
12 12
BAB IV.
MANAJEMEN OPERASIONAL
b. Tingkat Provinsi :
Tim Pelaksana Administratif tingkat provinsi yang dikoordinasikan
oleh Dinas Provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan yang memiliki tugas dan peran sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan program dan anggaran
2. Membuat matriks pelaksanaan kegiatan
3. Menginventarisasi data petugas kesehatan hewan kompeten
di bidang reproduksi ternak tingkat provinsi
4. Membuat SK tim pelaksana yang ditandatangani oleh Kepala
Dinas
5. Menetapkan wilayah sasaran kegiatan lingkup provinsi
6. Melakukan pembinaan dan pengawasan
7. Melakukan Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan tingkat
provinsi dan kabupaten/kota
8. Melakukan penyegaran/training tim pelaksana Penanganan
gangrep kabupaten/kota
9. Melakukan monitoring dan evaluasi
10. Pelaporan secara berjenjang.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Tim Pelaksana Administraif Kabupaten/Kota adalah Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan yang memiliki tugas dan peran sebagai berikut:
1. Menginventarisasi data petugas kesehatan hewan yang
kompeten di bidang reproduksi ternak tingkat
Kabupaten/Kota
Inventarisasi
UPT VETERINER Dinas Provinsi,
data petugas
Dinas Kabupaten/Kota kesehatan hewan dan
Reproduksi
Penentuan
Jadwal
Rencana Kerja
Pelaporan
Melalui:
per 2 minggu
iSikhnas
per bulan
E-Laporan
b. Kelompok Body Condition Score (BCS) di atas atau sama dengan 2,0.
Kondisi berat badan sapi minimal untuk berfungsinya sistem reproduksi.
Apabila ditemukan kondisi sapi yang mengalami gangguan reproduksi,
kondisi tersebut dinilai masih dapat disembuhkan hingga menjadi
normal kembali. Penetapan status reproduksi pada kelompok ini adalah
sebagai berikut:
b.1. bunting,
16
16
kesehatan ternak khususnya terhadap ada tidaknya infeksi penyakit
terutama Brucellosis.
18
18
BAB VI
OPERASIONAL KEGIATAN
1) Tahap Persiapan
a. Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan berupa Rapat Koordinasi dilaksanakan oleh
pelaksana kegiatan yang dihadiri oleh Perwakilan dari Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Ditjennak dan Keswan (sebagai koordinator
kegiatan), Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan serta perwakilan
petugas teknis lapangan (Inseminator, PKb, ATR, Medik dan
Paramedik). Pada rapat tersebut dapat disosialisasikan
Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gangguan Reproduksi
Ternak Sapi dan Kerbau.
2) Tahap Pelaksanaan
Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan skema
berikut :
FolikuFolik
wilayah aan
Norma IB/KA
potensial status
organ l
lar uler
reproduk Tidak
si Bunting Sembu
h Semb
Surveilans Pena
klinis
Gangr - uh Sembu
berdasarkan Tidak ep ngan h
Pena-
anamnese NonPe an Tidak Tidak
Tidak
Tidak
ngana
rma- Gang sembu
sembuh
sembu
Normal rep
sembu n
Penag
Gangr
hh Tidak
nen I h ep II anan
sembuh Gangr
Inventarisa ep
si populasi Gangrep III
sapi betina Cul
Permanen SKS SKSR
lin
produktif R Tidak
g/ sembuh
fat
eni
Keterangan Gambar: ng
SKTP : Surat Keterangan Tidak Produktif
SKB : Surat Keterangan Bunting
: Melambangkan suatu proses
: Melambangkan penentuan kebijakan
20
20
b. Operasional
1. Penentuan diagnosa status reproduksi ternak
Penentuan diagnosa status reproduksi ternak dilakukan oleh tim
operasional teknis. Anamnese dan pemeriksaan klinis menjadi
dasar penentuan status reproduksi ternak.
3. Perlakuan/Treatment
Ternak dengan diagnosa gangguan reproduksi non permanen
dilakukan penanganan gangguan reproduksi 2 sampai dengan 3
kali penanganan.
c. Pendataan Hasil
22
22
BAB VII
JADWAL KEGIATAN
Bulan ke 1-3.
Persiapan administrasi, pengumpulan data, identifikasi ternak betina
produktif yang bunting dan tidak bunting, analisa
permasalahan/penyebab.
Bulan ke 4-6.
Pemeriksaan status reproduksi, penentuan diagnosa kelompok ternak di
wilayah sasaran dan treatment ternak yang mengalami gangguan
reproduksi.
Bulan ke 7-9.
Pengamatan tindak lanjut treatment pengobatan bagi ternak yang
mengalami gangguan reproduksi.
Bulan ke 10.
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.
24
24
2. Keterlambatan proses pengadaan sarana dan prasarana.
3. Sarana dan prasarana yang tidak sesuai yang diperlukan.
4. Keterlambatan sosialisasi kegiatan di tingkat provinsi/Kab/kota/ Pelaksana.
5. Kurangnya data dan informasi terkait populasi yang mengalami gangguan
reproduksi.
6. Ketidaktepatan diagnosa pemeriksaan status reproduksi.
7. Ketidaktepatan pemberian treatment.
8. Tidak ada Recording data atau ada data yang kurang lengkap.
9. Komitmen waktu pelayanan oleh petugas.
10. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan jadwal palang yang telah
ditetapkan dan yang telah diinformasikan.
Informasi dan komunikasi, Informasi adalah data yang telah diolah yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penanganan
gangguan reproduksi. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian
pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik
hasil penanganan gangguan reproduksi. Untuk mendapatkan informasi yang
optimal perlu penerapan system informasi data/hasil recording mulai data
populasi target, wilayah penanganan gangguan reproduksi dan pelaporan
secara menyeluruh yang dapat dikomunikasikan secara baik terhadap semua
tim yang terlibat dalam organisasi penanganan gangguan reproduksi.
26
26
BAB IX.
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
B. Pelaporan
Pelaporan sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan kinerja
kegiatan. Hasil pelaksanaan kegiatan dilaporkan secara berjenjang. Untuk
itu perlu ditetapkan mekanisme sistem pelaporan sebagai berikut :
Penanggung
Jawab Mengetahui
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
29
Kepala Dinas Yang
30
Membidangi Fungsi
Peternakan dan Keswan
Koordinator Lapangan Kabupaten/kota
Provinsi :
Tanggal Pemeriksaan:
1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Total
Persentase
(%)
31
Lampiran 5. Data Evaluasi Penanganan Gangguan Reproduksi
32
(4) (8) (11)
IB/KA....ekor Bunting...ekor Lahir...ekor
% = (4)/(2) x 100 % = (8)/(4) x 100 % = (11)/(8) x 100
(2)
Sembuh....ekor
% = (2)/(1) x 100
(5)
tidak IB/KA....ekor
% = (5)/(2) x 100
(1)
Penanganan
Gangrep.....(ekor)
(6)
sembuh pada penanganan
gangrep II... ..ekor
% = (6)/(3) x 100
(9)
(3)
sembuh pada penanganan
Tidak Sembuh...ekor gangrep III... ..ekor
% = (3)/(1) x 100 % = (9)/(7) x 100
(7)
tidak sembuh pada penanganan
gangrep II... ..ekor
% = (7)/(3) x 100
(10) (12)
tidak sembuh pada penanganan Culling/fattening...ekor
gangrep III... ..ekor % = (12)/(10) x 100
% = (10)/(7) x 100
Lampiran 6. Data Kasus Hypofungsi Ovaria
Jenis Hewan .
Bangsa Hewan .
Nomor Kartu .
Tenak
Jenis Kelamin .
Umur .
Nama Pemilik .
Nomor ID .
Pemilik
Telephon .
pemilik
Alamat pemilik .
Menerangkan bahwa hewan tersebut setelah dilakukan pemeriksaan, dinyatakan
status reproduksinya *)
.,//2017
Tanda tangan
drh
*)
* untuk kasus hypofungsi direkap per kab/kota untuk dijadikan sebagai dasar
pemberian pakan konsentrat
34
35
PENYEDIAAN SEMEN BEKU, TENAGA TEKNIS DAN SARANA
IB SERTA PELAKSANAAN IB
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
Halaman i
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................... iv
ii
BAB IV. PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) .............................................. 19
20
DAFTAR LAMPIRAN
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Stok Semen Beku tahun 2016 dari B/BIB/D yang tersertifikasi LSPro.. 27
Lampiran 2. Target Produksi Semen Beku Tahun 2017 dari B/BIB/D yang
tersertifikasi ........................................................................................... 28
Lampiran 3. Stok Semen Beku Tahun 2016 dari BIBD Supporting ......................... 29
Lampiran 4. Target Produksi Semen Beku Tahun 2017 dari BIBD Supporting ....... 30
Lampiran 5. Data Kebutuhan dan Ketersediaan Petugas Teknis IB 2016 .............. 31
Lampiran 6. Silabus Bimtek Inseminator pada Ternak Sapi/Kerbau ......................... 33
Lampiran 7. Pelatihan Petugas Kegiatan SIWAB ................................................. 35
Lampiran 8. Form Penyediaan Semen Beku di Tingkat Produsen ......................... 38
Lampiran 9. Ketersediaan Semen Beku sesuai SNI ................................................. 40
Lampiran 10. Laporan Jumlah Kebutuhan, Ketersediaan dan Pelatihan Petugas
Teknis IB .............................................................................................. 41
Lampiran 11. Kegiatan Inseminasi Buatan ............................................................... 42
Lampiran 12. Rekapitulasi Sarana Perlengkapan Lapangan (Inseminator Kit) di
Kabupaten .............................................................................................. 43
Lampiran 13. Rekapitulasi Sarana Perlengkapan Lapangan (Inseminator Kit) di
Provinsi .............................................................................................. 44
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem budidaya ternak, baik ternak sapi maupun kerbau di Indonesia
dikenal 2 cara perkawinan yaitu melalui Inseminasi Buatan (IB) dan Kawin
Alam (KA). Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu pilihan dalam
pengembangbiakan ternak karena dapat melakukan efisiensi pemeliharaan
Pejantan.
1. Penyediaan semen beku yang memenuhi SNI per jenis dan per rumpun,
serta memetakan kebutuhan semen beku perjenis dan per rumpun masing-
masing daerah
2. Menghitung ketersediaan dan kebutuhan petugas IB (inseminator,
pemeriksaan (PKb) dan Asisten Teknis Reproduksi (ATR) dalam
pelaksanaan UPSUS SIWAB.
3. Memperoleh petugas teknis IB yang berkompoten untuk mendukung UPSUS
SIWAB.
4. Pelaksanaan kegiatan IB
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 1
Sasaranpedomanteknis ini adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya semen beku yang memenuhi SNI sesuai jumlah, jenis dan
rumpun serta tepat waktu.
2. Tersedianya petugas teknis IB berkualitas dan sarana sesuai kebutuhan.
3. Terlaksananya kegiatan IB mendukung Upsus Siwab
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada pedoman ini meliputi:
D. Pengertian
1. Semen/mani adalah zat cair (cairan) yang terdiri atas spermatozoa dan
plasma seminalis yang berasal dari pejantan yang dapat digunakan untuk
proses pembuahan;
10. Petugas Teknis IB meliputi Inseminator, PKb, ATR, Recorder, Selektor IB,
Instruktur IB, Supervisor, Bull Master, Laboran.
11. Inseminator adalah petugas yang telah dididik dan lulus dalam latihan
ketrampilan khusus untuk melakukan inseminasi buatan serta memiliki Surat
Izin Melakukan Inseminasi (SIMI);
14. Asisten Teknis Reproduksi yang selanjutnya disebut sebagai ATR adalah
petugas yang telah dididik dan lulus dalam latihan ketrampilan dasar
manajemen reproduksi untuk melakukan pengelolaan reproduksi;
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 3
17. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang
aparatur dan non aparatur berupa wawasan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap prilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas pekerjaannya.
22. Uji kompetensi adalah proses penilaian pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
kerja melalui pengumpulan bukti yang relevan untuk menentukan seseorang
kompeten atau belum kompeten pada suatu unit kompetensi atau kualifikasi
tertentu.
24. Lembaga Sertifikasi Profesi Sektor Pertanian yang selanjutnya disingkat LSP
Sektor Pertanian adalah lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi kompetensi
sektor pertanian yang mendapatkan lisensi dari BNSP setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakan Sertifikasi Kompetensi
Kerja.
25. Tempat Uji Kompetensi yang selanjutnya disebut TUK adalah tempat kerja
atau tempat lainnya yang memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai
tempat pelaksanaan Uji Kompetensi oleh LSP.
4
26. TUK di Tempat Kerja adalah TUK yang merupakan bagian dimana proses
produksi dilakukan dan pelaksanaan uji dilakukan pada saat peserta
sertifikasi bekerja dalam proses produksi.
27. TUK Sewaktu adalah TUK bukan di tempat kerja yang digunakan sebagai
tempat uji secara insidentil dengan ruang pertemuan yang dilengkapi dan
ditata sesuai dengan persyaratan tempat uji, fasilitas yang memenuhi
persyaratan tempat uji atau fasilitas produksi yang sedang tidak digunakan
untuk proses produksi.
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 5
BAB II
Penyediaan Semen beku dalam rangka mendukung Upsus Siwab harus sesuai
dengan standar SNI semen beku. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu
memperhatikan beberapa hal seperti :
1. Berasal dari Pejantan Unggul yang bebas dari 12 penyakit PHMS yang
dibuktikan dengan hasil surveilen Balai Veteriner (B/B Vet) atau Balai
Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet).
2. Memenuhi persyaratan mutu :
a) Semen beku tidak mengandung mikroorganisme penyakit menular
b) Semen yang sudah dicairkan kembali (post Thawing) harus :
i. motilitas minimal 40% untuk semen beku sapi dan 30% untuk
semen beku kerbau.
6
C. Ketersedian Semen Beku
Semen beku untuk kebutuhan Program UPSUS SIWAB dipenuhi dari Balai
Inseminasi Buatan Nasional dan daerah.Jumlah yang disediakan berasal dari
stock tahun 2016 dan target produksi tahun 2017. Produksi semen beku oleh
Balai Inseminasi Buatan Nasional dan Daerah harus sudah dilakukan pada
awal tahun 2017.
Data Stock Semen Beku Tahun 2016 dan Produksi Tahun 2017 dari Balai
Inseminasi Buatan Nasional dan daerah yang sudah tersertifikasi, sebagaimana
lampiran 1 dan 2:
Apabila terjadi kekurangan semen beku dari BIB Nasional dan BIBD yang
sudah tersertifikasi, dapat dipenuhi dari BIBD yang produknya terlebih dahulu
harus diuji oleh laboratarium yang terakreditasi. Adapun data stock tahun 2016
dan target produksi dari BIBD yang dapat menyediakan semen beku sebagai
supporting dalam kegiatan UPSUS SIWAB sebagaimana lampiran 3 dan 4.
Kebutuhan semen beku per rumpun di provinsi untuk program UPSUS SIWAB
dengan memperhitungkan jumlah akseptor per rumpun dan Service per
Conception (S/C) yang ada dimasing-masing kabupaten/kota. Kebutuhan
semen beku tersebut dipenuhi dari stock semen beku yang tersedia dari tahun
2016 dan produksi semen beku Balai Inseminasi Buatan Nasional dan Daerah
tahun 2017.
1. Provinsi
Permohonan kebutuhan semen beku dari masing-masing provinsi kepada
B/BIB Nasional ditujukan kepada Direktur Jenderal cq. Direktur Perbibitan
dan Produksi Ternak, sedangkan kebutuhan semen beku dari BIB daerah
dikoordinasikan dengan penanggung jawab IB pada masing-masing
Provinsi.
2. Kabupaten/Kota
Permohonan kebutuhan semen beku masing-masing Kabupaten/Kota
untuk program UPSUS SIWAB ditujukan kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan di Provinsi.
8
BAB III
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA
SUMBER DAYA MANUSIA
1. Wilayah Introduksi
a. Apabilalokasi terdapat 1 (satu) unit pelayanan IB seperti SP-IB/Pos
IB/Puskeswan dengan akseptor lebih dari 300 ekor, membutuhkan teknisi
IB sebagai berikut : 3 (tiga) orang Inseminator, 1 (satu) orang PKb dan 1
(satu) orang ATR. Selanjutnya tenaga Inseminator dan PKb dapat
ditambah sesuai dengan bertambahnya akseptor.
b. Apabila lokasi hanya terdapat kurang dari 300 ekor akseptor, jumlah
Inseminator dapat kurang dari 3 orang pada suatu unit pelayan IB.
Sedangkan pelayanan dan pembinaan dari aspek pemeriksaan
kebuntingan dan gangguan reproduksi, dapat dilakukan oleh petugas PKb
dan ATR pada SP-IB/Pos IB Puskeswan terdekat dengan lokasi tersebut.
2. Wilayah Pengembangan
a. Apabila pada lokasi terdapat 1 (satu) unit pelayanan IB seperti SP-IB/Pos
IB/Puskeswan dengan akseptor lebih dari 600 ekor, membutuhkan teknisi
IB sebagai berikut : 3 (tiga) orang Inseminator, 1 (satu) orang PKb dan 1
(satu) orang ATR. Selanjutnya tenaga Inseminator dan PKb dapat
ditambah sesuai dengan bertambahnya akseptor.
b. Apabila pada lokasi tersebut terdapat akseptor kurang dari 600 ekor,
berarti jumlah Inseminator dapat kurang dari 3 orang pada suatu unit
pelayanan IB. Selanjutnya pelayanan dan pembinaan untuk pemeriksaan
kebuntingan dan reproduksi dapat dilakukan oleh PKb dan ATR pada unit
layanan IB terdekat dengan lokasi tersebut.
3. Wilayah Swadaya
10
b. Apabila pada lokasi tersebut terdapat akseptor kurang dari 1.200 ekor,
berarti jumlah Inseminator dapat kurang dari 3 orang pada suatu unit
pelayanan IB. Selanjutnya pelayanan dan pembinaan untuk pemeriksaan
kebuntingan dan reproduksi dapat dilakukan oleh PKb dan ATR pada unit
layanan IB terdekat dengan lokasi tersebut.
a. Inseminator
12
b. Permohonan pelatihan/bimbingan teknis dari SKPD Kabupaten/Kota
ditujukan Provinsi dengan melampirkan daftar peserta dan kelengkapan
persyaratan, selanjutnya diteruskan kepada Direktur Jenderal.
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 13
b. Pemeriksa Kebuntingan (PKb)
1) Membimbing, mengkoordinir dan mengawasi pekerjaan
Inseminator (termasuk Inseminator Mandiri)
2) Memeriksa kebuntingan akseptor IB berdasarkan laporan
Inseminator.
3) Melakukan evaluasi pelaksanaan IB secara berkala.
14
Dalam upaya untuk memenuhi ketersediaan petugas IB yang profesional dan
berkompeten, maka secara bertahap Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
menyiapkan SDM untuk petugas inseminator, PKb dan ATR yang dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP). Sertifikasi kompetensi merupakan proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji
kompetensi yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI). Sertifikat kompetensi sektor pertanian diterbitkan oleh LSP
Sektor Pertanian yang telah memperoleh lisensi dari Badan Nasional
Standarisasi Profesi (BNSP).
3. Pelatihan Teknis calon inseminator yang sesuai SKKNI selama 21 hari, calon
PKb dan ATR selama 14 hari, dilanjutkan magang di tempat inseminator
seniornya selama 3 bulan dan minimal telah melakukan IB terhadap 60 ekor
sapi/kerbau.
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 15
Ditjen PKH berdasarkan wilayah supervisi dan potensi sebaran akseptor
sebagaimana pada Lampiran 7.
16
(TUK) masing-masing sesuai ketersediaannya, dapat di TUK tempat kerja
atau TUK sewaktu.
2.Pelaporan
H. Penyediaan Sarana IB
18
BAB IV
A. Wilayah Pelayanan IB
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 19
B. Tolak Ukur Keberhasilan Pelaksanaan IB
Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan IB pada SP-IB/Pos IB di tingkat
Kabupaten/Kota, memperhatikan hal-hal sebagai berikut .
Tabel-2. Tolak ukur keberhasilan pelaksanaan IB di SP-IB
Uraian Wilayah
Tahapan
Introduksi Pengembangan Swadaya
1. S/C 3-5 2-3 <2
2. CR (%) 50 70 80
3. Jumlah IB (Dosis) 1.800 2.400 3.600
4. Jumlah akseptor (ekor) 600 1.200 2.400
5. Cakupan wilayah binaan 1.800 3.600 7.200
(ekor) 480 960 1.920
6. Kelahiran /tahun
minimal 5-10 5-10 5-10
(ekor) >50 >50 >50
7. Kasus Reproduksi (%)
8. Keberhasilan 6 bulan sekali 6 bulan sekali 6 bulan sekali
penanganan gangguan
reproduksi (ekor) Tertib Tertib Tertib
9. Waktu Pelaksanaan
penilaian dalam setahun
10. Pelaporan
C. Pelaksanaan IB
Agar pelaksanaan IB dapat memberikan hasil yang maksimal perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Akseptor
Akseptor IB dapat berasal dari ternak yang berkembang di masyarakat
termasuk ternak yang berasal dari bantuan pemerintah baik dana
APBN/APBD maupun ternak yang berada di perusahaan. Akseptor IB
disamping yang berada di wilayah yang sudah berjalan pelaksanaan IB, juga
dapat berasal dari ternak di wilayah yang IB belum berjalan atau kegiatan
pembiakannya dilakukan melalui kawin alam.
b. Pelayanan IB
Pelayanan IB pada daerah yang sudah berjalan/berkembang pelayanan IB
nya, seperti pada wilayah/daerah IB swadaya, pengembangan dan introduksi
pelaksanaannya mengacu kepada pelaksanaan IB secara regular, dimana
ternak yang terdeteksi birahi dapat langsung di lakukan IB dan ternak yang
20
sudah di IB sebelumnya dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan.
Sedangkan ternak sudah tiga (3) kali di IB namun tidak menunjukkan adanya
kebuntingan, ternak tersebut dilaporkan kepada tim penanganan ganguan
reproduksi untuk dilakukan pemeriksaan.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan IB agar semua ternak betina produktif
yang ada dapat di IB perlu di bentuk tim pelaksana di tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, tim tersebut secara terpadu melaksanakan IB, PKb
dan melakukan identifikasi status reproduksi ternak dan pencatatan status
ternak, identitas ternak dan pemilik ternak serta membuat Surat Keterangan
Status Ternak (SKSR). Pada prinsipnya teknologi IB dapat digunakan untuk
aspek pembibitan (mutu genetik) dan aspek produksi.
1) Pelayanan Inseminasi Buatan (IB) untuk Pembibitan
Pelaksanaan IB pada wilayah pembibitan tujuannya untuk peningkatan
produktivitas yang dapat dilakukan melalui permurnian dan/atau
persilangan dalam rangka pembentukan breed baru melalui
pengembangan sapi asli dan sapi lokal.
Penggunaan semen beku pada wilayah ini didasarkan atas pewilayahan
sumber bibit sebagaimana telah ditetapkan sebagai wilayah sumber
bibit sapi asli seperti Sapi Bali di Provinsi Bali, Sapi Madura di Pulau
Sapudi dan kegiatan pembibitan pada Kabupaten/Kota terpilih danpada
daerah tersebut tidak diperkenankan penggunaan semen beku bangsa
lain.
Untuk keperluan tersebut perlu diterapkan prinsip-prinsip perbibitan
seperti perkawinan yang diatur, sistim pencatatan (recording), seleksi
dan culling, dan sertifikasi.
2) Pelaksanaan Inseminasi BuatanIB pada wilayah produksi
Pelaksanaan IB pada wilayah Produksi tujuannya untuk peningkatan
produksi melalui pengembangan sapi asli, sapi lokal dan sapi
persilangan.
Berbagai bangsa sapi yang telah mulai dicoba dan diperkenalkan di
lapangan dengan mempersilangkannya dengan sapi-sapi lokal dan
kerbau antara lain : Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Aceh, Sapi Pesisir,
Sapi Onggole, Sapi Brahman, Sapi Simmental, Sapi Limousin, Sapi
Angus, Sapi Brangus, Sapi Friesian Holstein. Sedangkan bangsa kerbau
antara lain kerbau Murrah, kerbau Lumpur. Kebijakan persilangan antara
sapi asli dengan bangsa Bos Taurus (Simental, Limousin, Angus) hanya
di perkenankan untuk tujuan dipotong.
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 21
agar Balai Inseminasi Buatan dapat secepat mungkin menilai kualitas
pejantan-pejantan yang dipergunakan
Penyimpanan dan pemindahan semen memperhatikan sebagai berikut :
1) Straw (semen beku) yang disimpan dalam container (wadah
penyimpanan) ditempatkan dalam goblet yang alas/dasarnya tertutup
rapih, goblet-goblet ditempatkan dalam canister yang alas/dasarnya
tertutup atau berlubang-lubang. Apabila semen langsung ditempatkan
dalam canister (tanpa goblet), maka harus dipergunakan canister
dengan alas tertutup.
2) Canister (1 s/d 6 buah) ditempatkan dalam container yang berisi
Nitrogen Cair (N2). N2 cair tidak boleh sampai habis menguap karena
dapat menyebabkan semua benih yang tersimpan di dalamnya mati.
Dianjurkan permukaan N2 cair dalam container selalu dijaga agar
seluruh Straw terendam dalam N2 cair.
3) Pemindahan Semen dari satu container ke container lainnya dilakukan
sebagai berikut:
a) Container dimana Straw akan dipindahkan diisi terlebih dahulu
dengan N2 cair dimana canister dan goblet kosong sudah berada di
dalamnya.
b) Tempatkan kedua container sedekat mungkin.
c) Angkat canister sampai ke mulut container dan jepit tangkainya
dengan penjepit (forcep).
d) Pindahkan Straw secepat mungkin dari canister A ke canister B
dengan memakai pinset atau dengan jari yang bersarung tangan.
Waktu yang dipergunakan untuk pemindahan Straw dari canister A
ke canister B tidak boleh lebih dari 3 detik.
22
f. Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan (SP-IB)
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 23
24
BAB V
A. Pengawalan/Pendampingan
B. Pelaporan
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB 25
LAMPIRAN LAMPIRAN
(13 MACAM)
26
Lampiran-1
Stock Semen Beku Tahun 2016 dari B/BIB/D yang Tersertifikasi LSPro
NO RUMPUN BIB NASIONAL BIB DAERAH JUMLAH
SINGOSARI LEMBANG JATENG KALSEL BALI
A SAPI POTONG
1 LIMOSIN 703,821 1,100,000 3,830 12,804 1,820,455
2 SIMENTAL 305,283 1,100,000 10,918 3,844 1,420,045
3 BRAHMAN 69,082 160,000 15,187 2,067 246,336
4 ANGUS 99,445 70,000 169,445
5 BALI 137,942 43,000 16,887 60,000 257,829
6 MADURA 143,198 39,000 182,198
7 ONGOLE 25,013 60,000 8,332 93,345
8 PO 272,351 272,351
9 PASUNDAN 1,800 1,800
10 JALITENG (BANTENG 18,200 18,200
CROS)
11 GALEAN 1,193 1,193
12 WAGYU 996 996
JUMLAH 2,840,573 2,573,800 302,286 43,934 5,820,593
SAPI PERAH
1 FH 2,355,675 545,000 166,127 3,066,802
KERBAU
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
1 KERBAU 1,942 1,942
TOTAL 5,196,248 3,118,800 468,413 45,876 8,889,337
27
28
Lampiran-2
Target Produksi Semen Beku Tahun 2017 dari B/BIB/D Tersertifikasi LSPro
BIB NASIONAL BIB DAERAH
NO RUMPUN JUMLAH
SINGOSARI LEMBANG JATENG KALSEL BALI
A SAPI POTONG
1 LIMOSIN 540,000 550,000 120,000 15,500 1,225,500
2 SIMENTAL 240,000 600,000 300,000 8,000 1,148,000
3 BRAHMAN 75,000 180,000 36,000 4,500 295,500
4 ANGUS 55,500 82,500 138,000
5 BRANGUS 5,000 5,000
6 BALI 260,000 40,500 150,000 450,500
7 ACEH 20,000 20,000
8 MADURA 80,000 50,000 130,000
9 ONGOLE 82,500 175,000 257,500
10 PO 105,000 7,500 112,500
11 PASUNDAN 6,000 6,000
JUMLAH 1,338,000 1,663,500 561,000 76,000 3,638,500
SAPI PERAH
1 FH 585,000 154,500 18,000 757,500
KERBAU
1 KERBAU 18,000 4,000 22,000
TOTAL 1,923,000 1,836,000 579,000 80,000 150,000 4,568,000
Lampiran-3
226283
JUMLAH 41,000 48,687 16,022 12,000 6,820 101,754
SAPI PERAH
1 FH 7000 425 7425
KERBAU
1 KERBAU 300 300
TOTAL 48,000 48,987 16,022 12,000 7,245 101,754 9,530 3,500 42,995 234,008
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
29
30
Lampiran-4
7 DKI JAKARTA
16 BENGKULU 91 91 0 56 56 0 21 8 13
17 KALIMANTAN TIMUR 87 64 23 53 24 29 32 14 17
KALIMANTAN
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
18 TENGAH 144 82 62 131 48 83 94 27 67
19 KEPULAUAN RIAU 15 15 0 8 8 0 4 2 2
KEPULAUAN BANGKA
20 BELITUNG 31 31 0 22 22 0 18 18 0
NUSA TENGGARA
21 TIMUR 34 47 - 23 - - 20 - -
31
32
NUSA TENGGARA
22 BARAT 260 260 - 140 136 4 49 18
24 SULAWESI TENGAH 86 83 3 41 25 16 32 26 6
SULAWESI
25 TENGGARA 67 66 1 33 29 4 27 20 7
26 GORONTALO 74 74 0 33 32 1 18 19 0
27 SULAWESI UTARA 59 41 18 24 17 7 19 15 4
28 SULAWESI BARAT 76 76 0 34 30 4 23 21 2
29 PAPUA 19 19 0 12 11 1 15 13 2
30 MALUKU 32 32 0 14 8 6 9 2 7
31 MALUKU UTARA 49 48 1 27 26 1 17 16 1
32 PAPUA BARAT 29 23 6 16 8 8 14 1 13
33 BANTEN 34 29 5 23 21 2 12 9 3
34 KALIMANTAN UTARA 46 42 4 39 25 14 27 10 17
Jumlah 7.645 6.844 814 3.594 2.973 598 1.987 1.606 427
Lampiran : 6
SILABUS BIMTEK INSEMINATOR PADA TERNAK SAPI/KERBAU
No. Waktu (jam)
Isi Materi
Mata Pelajaran T P&D Jumlah
I MATERI PENUNJANG
1. Kebijakan Nasional Uraian tentang kebijakan pengembangan 2 2
Pengembangan IB pada ternak IB pada ternak Sapi dan Kerbau di
Sapi dan Kerbau Mendukung Indonesia
Upsus SIWAB
2. Organisasi Kegiatan IB Uraian tentang Organisasi IB dan 2 2
Pembinaan Kelompok Tani (KPP-IB)
II MATERI POKOK
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
5. Pencatatan Kegiatan IB Uraian tentang sejarah, tata cara IB dan 2 5
faktor-faktor yang mempengarihi
kegagalan dan keberhasilan pelaksanaan
IB di Indonesia
Uraian tentang tata cara pencatatan, cara 2 4
33
34
pengisian, perhitungan hasil IB dan
pelaporan
6. Penanganan Semen Beku Uraian tentang tata cara penanganan mani 3beku 64 3
(handling), identifikasi mani beku dan
penyimpanannya
III PRAKTEK
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
April dan
DIY 61
BBPKH
Kalteng 10
Cinagara
Kalsel 40
Sulsel 101
35
36
3 BET Cipelang 250 Jabar 30 Januari BBPP Swakelola
Jateng 52 s/d Kupang
April dan
Kalteng 68
Batu
Kaltim 45
Sulbar 4
Sulut 19
NTT 30
Papua 2
4 BIB Lembang 250 Jabar 31 Januari BBPP Swakelola
Jatim 143 s/d Batu
April dan
Sulteng 16
BBPKH
Maluku 8
Cinagara
Malut 2
Kalteng 9
Kaltara 23
Papua Barat 18
5 BPTU HPT 100 Sumut 28 Januari BBPKH Swakelola
Baturraden Jateng 72 s/d Cinagara
Maret
6 BBIB Singosari 100 Jatim 44 Januari BBPP Swakelola
Kalbar 3 s/d Kupang
Maret
NTB 14
Sulsel 30
Sultra 8
Gorontalo 1
Jumlah 1.200 1.200
Refresher SKPD Provinsi 844 34 Provinsi Januari Asesor *
Petugas IB, s/d
PKb dan ATR Maret
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
37
38
Lampiran : 8
Kabupaten :
(.....................................................................................)
Lampiran : 10
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
41
42
Lampiran : 11
KEGIATAN INSEMINASI BUATAN
SP/IB Kab/Kota : ................................................ SP-IB Provinsi :...............................................................
Keterangan: Kolom Jumlah Akseptor *) di isi dengan angka 1 jika IB dilaksanakan pertama kali di satu akseptor
di isi dengan angka 0 jika IB dilaksanakan Kedua dan Ketiga di satu akseptor
diberi kode (s) jika akseptor berasal dari ternak yang sembuh dari gangguan reproduksi
Pelayanan IB
/ =
Service
per
Conception (S/C) adalah jumlah pelayanan inseminasi (service) yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebuntingan atau konsepsi.
Bunting
X 100 %
! !"#$%& !"#$%#& !"#$ !"#$% !"#$%&"'#& !"#$%&%
! !"#$%&'(
=
Conception
Rate
adalah prosentase sapi betina yang bunting pada inseminasi pertama.
Lampiran : 12
Kabupaten/Kota : ..
Perlengkapan
No. Nama Inseminator Kondisi Termos/
Pakaian Plastic Plastic Jas hujan Lampu Sepatu Kertas Tas
Handuk Tali Sabun Tas AI gun Gunting Pinset Kontainer
lapangan shield gloves dan topi senter boot tisue inseminasi
10 lt
1. Kebutuhan
Ketersediaan
Kekurangan
2. Kebutuhan
Ketersediaan
Kekurangan
3. Kebutuhan
Ketersediaan
Kekurangan
Kebutuhan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Kabupaten/Kota Ketersediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kekurangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Catatan:
Rencana kebutuhan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
Buku III Penyediaan Semen Beku, Tenaga Teknis Dan Sarana IB Serta Pelaksanaan IB
43
44
Lampiran : 13
Provinsi : ..
Perlengkapan
No. Kabupaten/Kota Kondisi Termos/
Pakaian Plastic Plastic Jas hujan Lampu Sepatu Kertas Tas
Handuk Tali Sabun Tas AI gun Gunting Pinset Kontainer
lapangan shield gloves dan topi senter boot tisue inseminasi
10 lt
1. Kebutuhan
Ketersediaan
Kekurangan
2. Kebutuhan
Ketersediaan
Kekurangan
3. Kebutuhan
Ketersediaan
Kekurangan
Kebutuhan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Provinsi Ketersediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kekurangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Catatan:
Rencana kebutuhan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
DISTRIBUSI DAN KETERSEDIAAN
SEMEN BEKU, NITROGEN (N2) CAIR DAN
KONTAINER
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
i
ii
i
DAFTAR BAGAN
Halaman
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Maksud disusunnya pedoman ini adalah sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan
distribusi semen beku, nitrogen cair, dan kontainer dalam Upsus Siwab.
2
Tujuannya adalah :
1. Menjamin pendistribusian semen beku, N2 cair dan kontainer dari produsen
semen beku atau N2 cair dan distributor kontainer ke lokasi distribusi
(Provinsi/Kabupaten/Kota).
2. Menjamin ketersediaan semen beku, N2 cair, dan kontainer di lokasi distribusi
(Provinsi/Kabupaten/Kota).
D. SASARAN
E. KELUARAN
F. PENGERTIAN
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 3
BAB II
A. PERSIAPAN
1. Semen Beku
B. PELAKSANAAN
Keberhasilan program Upsus Siwab sangat tergantung pada peran aktif dan
kerja sama antar para pihak. Dalam pelaksanaan distribusi dan ketersediaan
semen beku, N2 cair, dan kontainer melibatkan para pihak terkait, yaitu :
6
a. Mendistribusikan semen beku, N2 cair, dan kontainer ke wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan Peta Kebutuhan Semen Beku yang
disusun oleh Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak. Pendistribusian
semen beku dapat dilaksanakan langsung oleh BIB Nasional/Daerah ke
kabupaten/kota apabila lokasi memungkinkan ujntuk pendistribusian
langsung.
b. ` Melakukan rekapitulasi data distribusi semen beku, N2cair dan
kontaoiner di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, yang selanjutnya
dilaporkan ke Direktorat Pengolahan dan Pemasaaran Hasil
Peternakan.
c. Melakukan pengadaan semen beku melalui e-katalog dengan jumlah
semen beku, N2 cair, dan kontainer sesuai kebutuhan kabupaten/kota.
Apabila pengadaan e-katalog belum dapat dilaksanakan maka dilakukan
pengadaan sesuai peraturan yang berlaku.
d. Melaporkan realisasi kegiatan pengadaan N2 cair dan kontainer (proses
pengadaan, volume N2 cair, jumlah dan jenis kontainer) di provinsi ke
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan.
e. Menerima distribusi semen beku, N2 cair dan kontainer serta
mendistribusikan ke Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota
yang mengambil semen beku, N2 cair dan kontainer ke/dari Dinas
Provinsi.
f. Mangadakan pelatihan kepada petugas teknis yang ditunjuk tentang tata
penangan (handling) semen beku, N2 cair dan kontainer.
g. Menetapkan petugas teknis yang berkompeten, yang bertugas untuk:
1). Melakukan pemeriksaan fisik kontainer dan kelengkapan
administrasi.
2). Melakukan pemeriksaan kualitas semen beku pada setiap
penerimaan maksimal 2 x 24 jam untuk selanjutnya dilaporkan
kepada produsen semen beku dengan tembusan kepada Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan.
3). Melakukan pemeriksaan ketersediaan N2 cair di dalam kontainer dan
mengisinya kembali sesuai volume yang diperlukan, jika volume N2
cair berkurang.
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 7
4). Melakukan pencatatan dan melaporkan penerimaan semen beku
(rumpun, nama dan nomor pejantan, batch produksi, dan nama
produsen semen beku).
h. Melaporkan ketersediaan stok dan memantau penggunaan semen
beku, N2 cair dan kontainer di setiap wilayahkabupaten/kota ke
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan.
i. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan Distribusi dan Ketersediaan Semen
Beku, N2 Cair dan Kontainer.
8
f. Melaporkan ketersediaan stok dan penggunaan semen beku, N2 cair
dan kontainer di setiap lokasi distribusi akhir kepada Dinas Provinsi.
g. Menyusun Petunjuk Teknis Distribusi dan Ketersediaan Semen Beku, N2
Cair dan Kontainer.
Pelaksanaan distribusi dan ketersediaan semen beku, N2 cair dan kontainer,
sebagaimana tercantum dalam bagan sebagai berikut:
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 9
BAB III
B. PELAPORAN
1. Laporan distribusi stok semen beku, dan N2 cair secara periodik melalui
media elektronik i-SIKHNAS oleh petugas pelaporan yang telah ditetapkan.
Laporan meliputi antara lain: tanggal pengiriman semen beku, jumlah straw
per jenis rumpun, asal pengiriman, tujuan pengiriman, tanggal penerimaan,
jumlah straw per jenis rumpun yang diterima, kondisi straw yang diterima,
lokasi penyimpanan stok semen beku, jumlah N2 cair yang didistribusikan
dan yang diterima, tanggal pengiriman dan penerimaan N2 cair.
2. Laporan tertulis disampaikan secara berjenjang dari kabupaten/kota ke
provinsi, dan dari provinsi ke Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Peternakan.
a. Dinas Kabupaten/Kota menyampaikan laporan tertulis ke Dinas provinsi
setiap tanggal 5 pada bulan berikutnya dengan tembusan ke Direktur
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan.
10
b. Dinas provinsi merekapitulasi laporan tertulis dari Dinas kabupaten/kota
dan menyampaikannya ke Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Peternakan paling lambat setiap tanggal 10 pada bulan berikutnya.
c. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan menyampaikan
hasil rekapitulasi laporan dari seluruh provinsi kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan kepada Ketua
Pelaksana Upsus Siwab.
Sekretariat Pokja
UPSUS
BIB Nasional/Daerah Direktur PPHNak
Laporan meliputi:
Laporan pengiriman semen beku ke Laporan meliputi:
lokasi distribusi Dinas Prov
Rekapitulasi laporan Dinas
Kab/Kota
Laporan meliputi:
c. Pencatatan tanggal distribusi, jumlah
a. Pencatatan tanggal kedatangan, jumlah
semen beku per rumpun ternak, kode
semen beku per rumpun ternak, kode
batch, volume N2 cair, dan jumlah unit
batch, volume N2 cair, dan jumlah unit
Dinas Kab/Kota kontainer yang akan dikirim ke lokasi
kontainer yang diterima dari provinsi
distribusi akhir
b. Pencatatan stok awal, penggunaan dan
d. Laporan bila ada kerusakan kontainer dan
stok akhir semen beku, dan N2 cair di
atau pemusnahan semen beku yang tidak
kab/kota.
sesuai dengan SNI dan hasil uji
laboratorium
: garis monitoring
: garis pelaporan
: garis koordinasi
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 11
Lampiran 1. Skema Penerimaan Kontainer oleh BIB
Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota
12
Lampiran 2. Berita Acara Serah Terima Barang dan Kartu Petunjuk Berita Acara
Penyerahan Barang
Pada hari ini ., tanggal .., bulan ., tahun , Kami masing - masing :
Dan
JUMLAH : dosis
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya dibuat 4 (empat) rangkap untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di : ..
Pada tanggal :. 2017
Sebagai Sebagai
PihakKedua PihakPertama
.
NIP.
Catatan :
Komplain atas kerusakan barang tersebut diatas dilakukan maksimal 3 (tiga) hari setelah barang
diterima.
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 13
Kartu Petunjuk Berita Acara Penyerahan Barang
Nomor.
NIP.
14
Lampiran 3. Format laporan ketersediaan (stok) semen beku dan N2 cair Provinsi
PROVINSI :.
BULAN/TAHUN :.
No. Kabupaten/ Stok Awal Bulan Penggunaan Stok Akhir Kontainer Ket
Kota Bulan
Semen N2 Cair Semen N2 Cair Semen N2 Jumlah Jenis Kondisi
Beku (Liter) Beku (Liter) Beku Cair (Unit) (depo (B/R)
(dosis) (dosis) (dosis) (Liter /lap)
)
1 Kab/kota
2 Kab/kota
3 Kab/kota
4 dst..
5
6
TOTAL
Penanggung Jawab
(..)
NIP
Keterangan :
a. Mencantumkan tanggal kedatangan semen beku, N2 cair dan kontainer
b. Mencantumkan pencatatan jumlah semen beku, N2 cair per kontainer dan jumlah unit kontainer di
lokasi tujuan
c. Melaporkan kondisi kontainer (B=Baik; R=Rusak)
d. Laporan Stok yang sudah ditandatangan dan distempel diharapkan dapat dikirim sekurang-
kurangnya 2 (dua) minggu sekali melalui Email ke : distribusi.pphnak@gmail.com atau Fax ke.
(021) 7815782/78830482
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 15
Lampiran 4. Format laporan ketersediaan (stok) semen beku dan N2 cair Kabupaten/Kota
PROVINSI :.
KAB/KOTA :.
BULAN/TAHUN :.
No Kabupaten/ Stok Awal Bulan Penggunaan Stok Akhir Bulan Ket
. Kota Semen N2 Semen N2 Semen N2 Cair
Beku Cair Beku Cair Beku (Liter)
(dosis) (Liter) (dosis) (Liter) (dosis)
1 Kecamatan....
2 Kecamatan....
3 Kecamatan....
4 ..dst..
5
6
TOTAL
Penanggung Jawab
(..)
NIP
Keterangan :
a. Mencantumkan tanggal kedatangan semen beku dan N2 cair
b. Mencantumkan pencatatan jumlah semen beku, N2 cair dan jumlah unit kontainer di lokasi tujuan
c. Laporan Stok yang sudah ditandatangan dan distempel diharapkan dapat dikirim sekurang-
kurangnya 2 (dua) minggu sekali melalui Email ke : distribusi.pphnak@gmail.com atau Fax
ke.(021) 7815782/78830482.
16
Lampiran 5. Form Distribusi Semen
.................,..............2017
Petugas,
..........................
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 17
Lampiran 6. Format Laporan Ketersediaan Kontainer Semen Beku dan Kontainer N2 cair
Provinsi
PROVINSI :.
BULAN/TAHUN :.
Kapasitas Jumla
Kondisi
No Lokasi Tipe (Dosis/Liter) h Keterangan
(B/R)**
* (Unit)
1 Dinas Provinsi
2 Kabupaten....
3 Kabupaten....
4 Kabupaten....
5 ..dst..
6
TOTAL
Penanggung Jawab
(..)
NIP
Keterangan :
* Kapasitas kontainer : Satuan dosis untuk kontainer semen beku,
Satuan liter untuk kontainer N2 Cair
** B: Baik, R : Rusak
Jenis kerusakan meliputi : penyok, bocor, retak, patah leher
- Laporan yang sudah ditandatangani dan distempel diharapkan dapat dikirim sekurang-kurangnya
2 (dua) minggu sekali melalui Email ke : distribusi.pphnak@gmail.com atau Fax ke.(021)
7815782/78830482.
18
Lampiran 7. Format Laporan Ketersediaan Kontainer Semen Beku dan Kontainer N2 cair
Kabupaten/Kota
PROVINSI :.
KAB/KOTA :.
BULAN/TAHUN :.
Kapasitas Jumla
Kondisi
No Lokasi Tipe (Dosis/Liter) h Keterangan
(B/R)**
* (Unit)
1 Dinas
Kabupaten/Kota
2 Kecamatan....
3 Kecamatan....
4 Kecamatan....
5 ..dst..
6
TOTAL
Penanggung Jawab
(..)
NIP
Keterangan :
* Kapasitas kontainer : Satuan dosis untuk kontainer semen beku,
Satuan liter untuk kontainer N2 Cair
** B: Baik, R : Rusak
Jenis kerusakan meliputi : penyok, bocor, retak, patah leher
- Laporan yang sudah ditandatangani dan distempel diharapkan dapat dikirim sekurang-kurangnya
2 (dua) minggu sekali melalui Email ke : distribusi.pphnak@gmail.com atau Fax ke.(021)
7815782/78830482.
Buku IV Distribusi Dan Ketersediaan Semen Beku, Nitrogen (N2 ) Cair Dan Kontainer 19
20
PEMENUHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK
DAN PAKAN KONSENTRAT TAHUN 2017
Hal
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................. 2
C. SASARAN ................................................................................................... 2
D. KELUARAN ................................................................................................. 2
E. PENGERTIAN ............................................................................................. 2
3
V. PELAPORAN ...................................................................................................... 13
LAMPIRAN .......................................................................................................... 14
ii
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Daging sapi/kerbau merupakan salah satu bahan pangan asal hewan yang strategis karena
dipelihara oleh 6,2 juta rumah tangga peternak dengan kepemilikan hanya 1-3 ekor/rumah
tangga peternak dan masih belum merupakan usaha yang komersial. Di sisi lain terjadi
peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan perkapita serta peningkatan kesadaran
mengkonsumsi pangan bergizi yang berdampak pada peningkatan konsumsi daging
sapi/kerbau.
Dalam beberapa tahun terakhir, laju pertumbuhan penyediaan daging dari produksi lokal
masih lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi daging sapi/kerbau
masyarakat Indonesia dan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan konsumsi tersebut,
pemerintah masih melakukan impor baik berupa daging maupun sapi bakalan. Kurangnya
penyediaan daging sapi/kerbau di dalam negeri, dari beberapa hasil kajian yang telah
dilakukan, juga disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah masih rendahnya angka
kebuntingan dan masing panjangnya jarak beranak (calving interval) pada sapi potong.
Permasalahan dalam usaha budidaya ternak yang dilakukan oleh peternak skala menengah
dan kecil (yang proporsinya lebih dari 80%) adalah keterbatasan pakan atau harga pakan yang
semakin lama semakin mahal akibat persaingan dalam mengakses bahan pakan yang pada
umumnya berbasis serealia, biji-bijian dan limbah agro-industri. Hal ini menjadi salah satu
penyebab tingginya harga pakan dan belum maksimalnya produksi ternak lokal. Sekitar 49%
sapi yang dikirim ke rumah potong hewan tergolong kurus dengan body condition score (BCS)
2,5-3,0 dan 36% dengan BCS 3,0-3,5 yang keduanya belum ekonomis untuk dipotong,
sedangkan hanya 15% yang terkategori ekonomis untuk dipotong (Survey Karkas, tahun 2012).
Kondisi ini merupakan indikasi dari sebagian besar sapi kita masih kekurangan gizi sehingga
menyebabkan kinerja reproduksi ternak ruminansia masih belum menunjukan tingkat yang
maksimal.
Melihat permasalahan di atas, Kementerian Pertanian pada tahun 2017 melakukan upaya
yang sistematis dan komprehensif untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan asal
hewan di Indonesia dengan program upaya khusus peningkatan populasi sapi dan kerbau
(UPSUS SIWAB) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor
48/Permentan/PK.210.10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi
Sapi dan Kerbau Bunting.
Upaya khusus tersebut merupakan kegiatan yang terintegrasi melalui sistem managemen
reproduksi yang terdapat beberapa aspek yang harus diterapkan didalamnya termasuk
pemenuhan hijauan pakan ternak (HPT) berkualitas dan penambahan pakan konsentrat.
Pemenuhan hijauan pakan ternak dan konsentrat yang berkualitas merupakan salah satu
upaya perlakuan yang ditujukan untuk perbaikan sistem reproduksi ternak yang mengalami
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 1
Buku V Pemenuhan Hujauan Pakan TErnak Dan Pakan Konsentrat 1
gangguan reproduksi akibat kekurangan nutrisi. Diharapkan dengan upaya tersebut dapat
memulihkan sistem reproduksi ternak indukan sehingga memiliki produktivitas yang baik
untuk mempercepat peningkatan populasi ternak di Indonesia.
Maksud diterbitkannya Pedoman Pelaksanaan ini adalah sebagai acuan bagi pelaksana
kegiatan pengembangan pakan di daerah dan pihak terkait lainnya dalam pelaksanaan
kegiatan pemenuhan hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat dalam rangka mendukung
program UPSUS SIWAB Tahun 2017.
C. SASARAN
Sasaran kegiatan pemenuhan hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat dalam rangka
mendukung program UPSUS SIWAB Tahun 2017 yaitu :
1. Meningkatnya rata-rata nilai Body Condition Score (BCS) pada sapi potong induk yang
menggalami gangguan reproduksi menjadi >3
2. Meningkatnya produktivitas sapi potong induk melalui pemberian pakan yang berkualitas
(hijauan dan konsentrat).
D. KELUARAN
Keluaran kegiatan pemenuhan hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat dalam rangka
mendukung UPSUS SIWAB Tahun 2017 adalah :
1. Tertanam dan dikembangkannya tanaman pakan berkualitas pada lokasi UPSUS SIWAB
seluas 13.000 hektar.
2. Termanfaatkannya 4.500 ton pakan konsentrat induk sapi potong untuk meningkatkan
produktivitas ternak indukan yang mengalami gangguan reproduksi
E. PENGERTIAN
2
1. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak
diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan
berkembang biak.
2. Hijauan Pakan Ternak yang selanjutnya disebut HPT adalah bagian vegetatif tanaman
pakan ternak (TPT) yang berwarna hijau yang dapat digunakan sebagai bahan pakan.
3. Tanaman pakan ternak (TPT) adalah tanaman penghasil hijauan pakan yang sengaja
dibudidayakan dari family rerumputan (Gramineae) dan kacang-kacangan (Leguminoseae).
4. Pakan Konsentrat adalah ramuan bahan pakan yang kaya akan sumber protein dan/atau
sumber energi serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan pakan.
5. Surat Keterangan Kesehatan Reproduksi yang selanjutnya disebut SKSR adalah dokumen
pernyataan kondisi (status present) organ reproduksi sapi betina berdasarkan hasil
pemeriksaan reproduksi dan ditandatangani oleh medik reproduksi atau dokter hewan yang
ditunjuk.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah perangkat
pemerintah daerah yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di
provinsi/kabupaten/ kota.
7. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan, ditetapkan dengan surat Keputusan Direktur Pakan, Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
8. Tim Teknis Provinsi adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur SKPD di provinsi,
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala SKPD di provinsi.
9. Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur SKPD di
kabupaten/kota yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD di kabupaten/kota.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 3
A. PRINSIP PELAKSANAAN
1) Pemenuhan hijauan pakan ternak (HPT) adalah penyediaan HPT berkualitas untuk
sapi potong induk di lokasi kegiatan UPSUS SIWAB.
2) Penyediaan HPT dialokasikan pada lokasi UPSUS SIWAB cluster intensif, semi
intensif dan ekstensif
3) Jenis HPT yang ditanam di kebun HPT sebagai rumput potong agar disesuaikan
dengan iklim dan kondisi lahan setempat. Jenis rumput dapat dipilih seperti rumput
gajah (pennisetum purpureum), rumput gajah cultivar Taiwan, rumput gajah cultivar
Mott (odot), rumput kolonjono (Panicum Muticum), rumput benggala (panicum
maximum), rumput setaria (Setaria sphacelata) atau jenis rumput unggul lainnya.
Selain jenis rumput, dapat ditanam jenis leguminosa sebagai sumber protein yang
dapat mensubstitusi pakan konsentrat, seperti gamal (Gliricidae sepium), lamtoro
cultivar Tarramba (Leucaena leucocephala), sentro (Centrosema pubescens), stylo
(Stylosanthes guinensis) atau indigofera (Indigofera zolingiensis).
4) Apabila kebun HPT belum berproduksi, maka HPT wajib disediakan secara
swadaya oleh kelompok dengan memaksimalkan pemanfaatan rumput lapang, atau
hasil samping pertanian atau perkebunan seperti tebon jagung, daun/pelepah sawit
serta jenis graminae dan leguminosa lokal lainnya yang tumbuh dan berkembang di
lokasi kelompok.
5) Bibit/benih HPT dapat diakses dari lokasi sumber benih/bibit HPT yaitu UPT Pusat,
UPT Daerah, Kelompok penangkar benih/bibit HPT, perorangan, BUMN, swasta,
lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Daftar penyedia benih/bibit HPT dan jenis-
jenisnya sebagaimana Lampiran-1.
6) Pendistribusian bibit HPT kepada kelompok agar memperhatikan (a) ketersediaan
sumber air atau disesuaikan dengan musim penghujan untuk menghindari kematian
bibit HPT; (b) lahan telah selesai diolah dan dilakukan pemupukan dasar. Apabila
penyediaan HPT dalam bentuk benih (biji) maka perlu dilakukan penyemaian
terlebih dahulu, sampai tumbuh batang dengan tinggi yang cukup untuk ditanam di
kebun.
7) Tatacara budidaya HPT sebagaimana Lampiran-2.
8) Jumlah pemberian HPT dalam bentuk segar minimal 10% dari bobot badan per ekor
per hari.
9) Lokasi penanaman diupayakan dalam satu hamparan, tetapi apabila tidak
memungkinkan dapat dilakukan pada beberapa hamparan yang jaraknya tidak
terlalu berjauhan. Pemanfaatan lahan dapat bekerjasama dengan Perhutani atau
memanfaatkan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS), pekarangan, dan lain
sebagainya.
4
4
10) Pemberian air minum dilakukan secara tak terbatas (ad-libitum). Ketersediaan air
sangat penting, untuk itu harus tersedia sumber air dan tatakelolanya sampai di
kandang kelompok dan bisa di akses oleh ternak dan kebun HPT.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 5
Buku V Pemenuhan Hujauan Pakan TErnak Dan Pakan Konsentrat 5
3. Pengawasan mutu pakan dilakukan oleh pengawas mutu pakan di provinsi/
kabupaten/kota dan/atau petugas Dinas yang ditugaskan agar kegiatan ini sesuai dengan
pedoman pelaksanaan dan teknis pakan lainnya.
4. Dukungan pemerintah daerah baik melalui APBD I maupun APBD II merupakan salah
satu aspek yang tidak bisa dipisahkan dari upaya pencapaian output dari kegiatan ini
5. Kegiatan harus dilaksanakan dengan cermat, memegang prinsip kehati-hatian, dan
menghindari praktek kolusi korupsi dan nepotisme (KKN).
Perba'fcan
Pakan
Pedant aman
JL
Gnree _
u4fi
ktlmnpni
AlUROPERASIONALSIWAB
IdmUflart
S*P-PKB
B. PELAKSANA KEGIATAN
1. TIM PUSAT
Dalam pelaksanaan program UPSUS SIWAB telah dikeluarkan 3 buah Permentan yaitu : (1)
Permentan Nomor : 656/Kpts/OT.050/10/2016 tentang Kelompok Kerja UPSUS SIWAB; (2)
Permentan Nomor : 7659/Kpts/OT.050/F/11/2016 tentang Tim Supervisi dan (3) Permentan
Nomor : 7589/Kpts/OT.050/F/10/2016 tentang Sekretariat Pokja UPSUS SIWAB Tingkat
Pusat.
Pelaksana teknis kegiatan pakan adalah Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan, yang mempunyai tugas :
1) Membuat pedoman pelaksanaan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Konsentrat
Tahun 2017 Mendukung Program UPSUS SIWAB.
2) Menentukan output kegiatan pakan secara nasional.
3) Melakukan sosialisasi kebijakan dan kegiatan pakan mendukung UPSUS SIWAB.
4) Melakukan kerjasama pendampingan kegiatan dan bimtek dengan Perguruan Tinggi
dan/atau Badan Litbang Kementan (Puslitbangnak dan/atau BPTP).
6
5) Melaksanakan pertemuan koordinasi kegiatan pakan mendukung UPSUS SIWAB.
6) Melakukan kegiatan pemantauan dan supervisi kegiatan.
7) Melaksanakan evaluasi kegiatan.
8) Membuat pelaporan pelaksanaan kegiatan
Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan provinsi yang merupakan satuan kerja (satker) dari kegiatan ini, mempunyai
tugas sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Umum UPSUS SIWAB.
Dalam hal kegiatan pakan, maka Dinas Provinsi membentuk Tim Teknis Pakan yang
melibatkan petugas Dinas Kabupaten/Kota terkait yang mempunyai tugas: :
1) Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang merupakan
penjabaran dari pedoman pelaksanaan.
2) Melakukan verifikasi SKSR dari ternak yang telah diperiksa dan mengalami gangguan
reproduksi akibat kekurangan nutrisi.
3) Hasil verifikasi diusulkan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk ditetapkan sebagai
penerima bantuan pakan (HPT dan pakan konsentrat) dengan Surat Keputusan (SK)
Kepala Dinas Provinsi;
4) Berkoordinasi dengan PPK dalam pelaksanaan pengadaan benih dan/atau bibit HPT,
pengadaan pakan konsentrat, dan pengadaan agroinput pendukung lainnya.
5) Melakukan pemantauan pendistribusian bantuan pakan kepada peternak.
6) Bersama dengan Tim Pendamping melaksanakan bimtek dan pendampingan
Melakukan pemantauan terhadap pemberian pakan kepada ternak yang telah
ditetapkan sesuai SKSR.
7) Melaporkan perkembangan kegiatan penanaman HPT dan penguatan pakan konsentrat
kepada Pusat dan/atau melalui ISIKHNAS
8) Membuat dan mengirimkan laporan ke Direktorat Pakan sesuai dengan format terlampir
(Lampiran-8).
Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan Kabupaten/Kota, mempunyai tugas :
1) Bersama dengan Tim Teknis Provinsi melaksanakan verifikasi penerima bantuan pakan
hijauan dan pakan konsentrat,
2) Membantu pelaksanaan kegiatan operasional pengembangan pakan hijauan dan
pakan konsentrat, antara lain menetapkan lokasi gudang/tempat untuk dropping dan
penyimpanan pakan konsentrat.
3) Melaksanakan pemantauan kegiatan.
4) Bersama dengan Tim Pendamping melaksanakan bimtek dan pendampingan.
5) Melakukan pencatatan peningkatan indikator BCS yang dilaksanakan sebelum ternak
4. PETERNAK
Peternak yang ternaknya telah ditetapkan sebagai penerima bantuan HPT dan/atau
penerima pakan konsentrat, mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Penerima bantuan H PT diutamakan adalah kolo mpok peternak yang ternaknya sudah
diperiksa status reproduksinya dan dinyatakan mengalami ganguan reproduksi akibat
kekurangan nutrisi oleh Tim Daerah (bukti SKSR) dan telah ditetapkan oleh Kepala
SKPD sebagai penerima bantuan HPT (bukti SK Penerima Bantuan HPT).
2) Berada di lokasi pelaksanaan kegiatan UPSUS SIWAB 2017.
3) Mempunyai akses terhadap lahan yang dapat ditanami HPT.
4) Sanggup menanam, memelihara, dan memanfaatkan HPT secara berkelanjutan.
5) Bersedia berkontribusi aktif terhadap pelaksanaan kegiatan.
6) Bersedia dibina serta diarahkan oleh Tim Pendamping untuk memperbaiki performans
sapi potong induk.
7) Bersedia melakukan pencatatan terhadap pemberian pakan dengan menggunakan
format yang telah ditetapkan dalam pedoman.
8) Melaporkan hasil pencatatan kepada Tim Kabupaten dan Tim Pendamping.
1) Penerima bantuan pakan konsentrat adalah kelompok peternak yang ternaknya sudah
diperiksa status reproduksinya mengalami ganguan reproduksi akibat kekurangan
nutrisi oleh Tim Daerah (bukti SKSR) dan telah ditetapkan oleh Kepala
SKPD sebagai penerima bantuan pakan konsentrat (SK Penerima Bantuan pakan
konsentrat ).
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 9
8
2) Sanggup memberikan bantuan pakan konsentrat sesuai waktu dan jumlah yang telah di
tetapkan.
3) Bersedia dibina serta diarahkan oleh Tim pendamping untuk memperbaiki performans
sapi potong induk.
4) Bersedia melakukan pemisahan ternak yang akan diberikan bantuan pakan dengan
ternak lainnya yang tidak menerima bantuan pakan untuk emudahkan pengawasan dan
pencatatan.
5) Bersedia melakukan pencatatan terhadap pemberian pakan dengan menggunakan format
yang telah ditetapkan dalam pedoman ini.
C. LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan pakan terdisi dari 2 kegiatan yaitu kegiatan pemenuhan HPT dan bantuan
pakan konsentrat. Lokasi kegiatan bantuan HPT adalah di seluruh lokasi UPSUS SIWAB,
sedangkan kegiatan pemenuhan pakan konsentrat dilaksanakan di lokasi UPSUS SIWAB
cluster intensif dan semi intensif yang tercantum pada Lampiran-9.
1
0
1. Persiapan Kegiatan
1) Perencanaan anggaran APBN 2017.
2) Penyusunan dan pencetakan Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Hijauan Pakan
Ternak dan Konsentrat Mendukung Program UPSUS SIWAB Tahun 2017.
3) Sosialisasi kebijakan dan kegiatan pakan mendukung UPSUS SIWAB.
2. Pelaksanaan Kegiatan
1) Proses identifikasi dan pemeriksaan status reproduksi ternak dilakukan Tim yang telah
ditetapkan oleh Kepala SKPD.
2) Hasil identifikasi dan pemeriksaan yang menyatakan bahwa ternak tidak bunting karena
mengalami gangguan reproduksi akibat kekurangan nutrisi sesuai dengan dokumen
SKSR kemudian diverifikasi oleh Tim Teknis Provinsi.
3) Hasil verifikasi disampaikan kepada Kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai penerima
bantuan HPT dan/atau bantuan pakan konsentrat.
4) Tim Teknis Provinsi berkoordinasi dengan PPK untuk proses pengadaan benih/bibit
HPT, pakan konsentrat dan agroinput pakan lainnya. Pengadaan dilakukan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pengadaan pakan konsentrat
dilaksanakan melalui e-catalog
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 11
10
5) Pendistribusian benih/bibit HPT, pakan konsentrat dan agroinput pakan lainnya diatur
dalam Juklak/Juknis
6) Penanaman HPT dilakukan dengan asumsi jarak tanam 1mx1m atau dapat
disesuaikan dengan hasil kajian teknis budidaya HPT
7) Sebelum pakan konsentrat diberikan kepada ternak, harus dilakukan pengukuran nilai
BCS oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dan/atau Tim Pendamping. Setelah selesai
target waktu pemberian pakan konsentrat maka nilai BCS diukur kembali dan dicatat
berapa perbaikan nilai BCS tersebut. Catatan perkembangan harus dilaporkan oleh
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping kepada Tim Provinsi dengan
tembusan kepada Tim Pusat.
8) Tatacara dan instrumen pengukuran nilai BCS akan disosialisasikan oleh Tim Pusat
dan Tim Pendamping.
1
2
Buku V Pemenuhan Hujauan Pakan TErnak Dan Pakan Konsentrat 11
Lampiran 1
BAB III
PENGAWASAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN
A. Pengawasan
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen dan KPA (Kuasa
Pengguna Anggaran). Proses pengendalian di Provinsi dan Kabupaten direncanakan dan
diatur oleh masing-masing Dinas Provinsi dan Kabupaten.
Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat
Jenderal, Badan Pengawasan Daerah maupun lembaga/instansi pengawas lainnya). Kegiatan
pengawasan oleh Tim Teknis (provinsi/kabupaten/kota) dilakukan selama tahun kegiatan
berjalan. Untuk selanjutnya, setelah serah terima barang kepada kelompok, keberhasilan
kegiatan menjadi tanggung jawab pelaksana kegiatan (kelompok) dan diawasi oleh
masyarakat.
Kegiatan ini memiliki beberapa tahapan kritis sehingga sangat perlu dilakukan pengendalian
dan pengawasan pada tahapan tersebut seperti dibawah ini :
1. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa (melalui lelang maupun e-catalog)
2. Seleksi lokasi penanaman dan calon penerima kegiatan.
3. Distribusi sarana kegiatan (misal benih/bibit HPT, pakan konsentrat)
4. Waktu (jadwal) penanaman yang harus disesuaikan dengan ketersediaan air.
Pada tingkat kelompok, pengawasan masyarakat dilakukan oleh perangkat desa, oleh
anggota kelompok dan oleh penyuluh serta petugas lapang. Laporan pengaduan terhadap
penyimpangan pengelolaan anggaran dapat disampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan atau instansi yang mempunyai fungsi peternakan dan kesehatan
hewan Provinsi atau Kabupaten/kota.
B. Indikator Keberhasilan
1. Indikator Output
a. Penanaman HPT di lokasi UPSUS SIWAB seluas 13.000 Ha.
b. Pemenuhan pakan konsentrat untuk ternak indukan yang ditetapkan mengalami gangguan
reproduksi karena kekurangan pakan sebesar 4.500 ton
2. Indikator Outcome :
Perbaikan performans dan produktivitas sapi potong induk dengan peningkatan nilai BCS
sebesar 1 poin dari score awal (antara 2-3)
3. Indikator Impact :
Sebanyak 22.500 ekor ternak yang terindikasi mengalami hypofungsi akibat kekurangan nutrisi
dapat menjadi sehat dan bisa dilakukan IB.
BAB IV
PENDAMPINGAN dan PEMANTAUAN
1. Pendampingan dan pemantauan pada tahun berjalan dilaksanakan secara terkoordinasi antar
instansi oleh tim pusat dan tim daerah terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai indikator yang telah
ditetapkan.
2. Pengawasan langsung maupun tidak langsung harus dilakukan oleh Dinas Peternakan atau yang
13
12
Perbaikan performans dan produktivitas sapi potong induk dengan peningkatan nilai BCS
sebesar 1 poin dari score awal (antara 2-3)
3. Indikator Impact :
Sebanyak 22.500 ekor ternak yang terindikasi mengalami hypofungsi akibat kekurangan nutrisi
dapat menjadi sehat dan bisa dilakukan IB.
BAB IV
PENDAMPINGAN dan PEMANTAUAN
1. Pendampingan dan pemantauan pada tahun berjalan dilaksanakan secara terkoordinasi antar
instansi oleh tim pusat dan tim daerah terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai indikator yang telah
ditetapkan.
2. Pengawasan langsung maupun tidak langsung harus dilakukan oleh Dinas Peternakan atau yang
membidangi fungsi peternakan di daerah.
13
3. Hasil pencapaian indikator kegiatan agar dianalisa dan dievaluasi menggunakan indikator yang
telah ditetapkan dan dilaporkan ke Direktorat Pakan.
4. Direktorat Pakan melakukan evaluasi pada akhir pelaksanaan program. Hasil evaluasi akan
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan program selanjutnya.
BAB V
PELAPORAN
14
Lampiran 1
LAN
DAFTAR SUMBER BENIH/BIBIT DAN JENIS
HIJAUAN PAKAN TERNAK
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 15
14
6. UPTD BPHMT Usmaidi, SP UPTD BP HMT Dinas Rumput raja, Rumput
Dinas Peternakan dan Kesehatan setaria, Indigofera,
Peternakan dan 085729059482 Hewan, Provinsi Bengkulu Stylosanthes
Kesehatan
Hewan,
Provinsi
Bengkulu
7. BPTU-HPT Sri Hindrawati, S.Pt Jl. Raya Palembang-Sekayu Rumput raja, Rumput
Sembawa 081279164820 KM 29, PO BOX 1116, Sembawa, BH,
sri_hindrawati@yahoo.com Banyuasin Palembang 30001 Rumput BD,
Telp : (0711) 7076784 Indigofera
Fax :(0711)442815
E-mail :
mera_wang@yahoo.co.id
15. Balai Ir. Mita Rukmitasari 022- Jl. Raya Tangkuban Parahu Rumput gajah
Pengembangan 2786132 KM 22,2 Cikole Lembang, Taiwan, Gliricidae,
Ternak Sapi Kabupaten Bandung Barat, Lamtoro,
Perah dan Jawa Barat Kaliandra
Hijauan
Makanan
Ternak Cikole
Lembang
16
21. BIB Lembang Ali Kurniawan, S.Pt Jl. Kayu ambon No. 78, Rumput gajah,
089697727750 Kecamatan Lembang, Rumput bintang,
Kabupaten Bandung Barat, Indigofera,
Jawa Barat Gliricidae,
Lamtoro, Turi,
Alfalfa,
Desmodium,
Stylosanthes,
Rumput Rye
22. BBPTU-HPT Adi Suryanto Jl Limpakuwus RT 001/02 Rumput Raja
Baturraden 085474125145 Purwokerto Rumput Odot
Jawa Tengah Rumput BD
(Brachiaria decumbens)
Indigofera
23. UPTD BPBPT- DK Ir. Agus Sancaya, MMA Kaliurang
Dinas Pertanian 087835466665 Sleman Rumput Gajah
Rumput Raja
DIY DI. Yogyakarta
Rumput setaria
Rumput Odot
Kaliandra
Tayuman (Bauhinia purpurea)
Indigofera, Turi
Gliricidia (Gamal)
24. BBIB Singosari Andi Hasan, S.Pt 08122652368 Kotak Pos 08 Desa
Provinsi Jawa Toyomarto Kecamatan Rumput Gajah
Timur Singosari Rumput Gajah Mini Rumput BD
Malang (Brachiaria decumbens)
Indigofera
Jawa Timur Desmodium rensonii Gliricidia
Sentrosema pubescens Turi,
Siratro, Kaliandra
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 17
16
25. Bambang Heriwahjudi Desa Ngepung Indigofera
Kelompok
08123484055 Probolinggo
Ngepung
Jawa Timur
Makmur
Sejahtera
26. Dr.Ir Aryogi, Mp Jalan Pahlawan Grati,
Loka Penelitian 08125249332 Pasuruan Rumput Gajah (Taiwan)
Sapi Potong Jawa Timur Rumput Gajah (Hawai) Rumput
Pasuruan Jawa Gajah (Afrika) Rumput Gajah
Mini (Odot), Indigofera
Timur
27. UPT Pembibitan drh. Indra Subekti Jl. Raya Pamekasan- Sumenep
Ternak dan KM 08 Pamekasan 0324-326864 Rumput Lampung
Kesehatan Hewan madura_cattle@yahoo.com Rumput Raja
Rumput Gajah Mini (Odot),
di Pamekasan
Rumput Gajah (Taiwan),
Madura Jawa Timur Rumput BB (Brachiaria
brizantha), Rumput Mexico,
Rumput Bintang (Star grass),
Rumput Gajah, Shorgum
merah, Indigofera, Saga,
Gamal, Lamtoro, Turi,
Kaliandra, Kelor, Berru
18
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 19
18
Lampiran 2
Langkah-langkah yang harus diperhatikan agar budidaya rumput yang dikelola dapat
menghasilkan produksi hijauan yang optimal adalah :
A. PEMILIHAN LOKASI
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman rumput unggul
adalah :
2. Sumber air
Air diperlukan sebagai perantara tanaman mengambil unsur hara dari tanah dan
mendistribusikannya ke seluruh jaringan tanaman sebagai bahan baku dalam proses
fotosintesa untuk kelangsungan produksi HPT.
Penggunaan benih/bibit HPT yang bermutu akan menghasilkan efisiensi waktu, tenaga,
biaya dan kelangsungan pertumbuhan dari rumput. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pemilihan benih/bibit yang akan ditanam harus disesuaikan dengan kondisi iklim dan
lingkungan setempat
2. Mudah dibudidayakan dan dikembangkan
3. Menghasilkan produksi yang tinggi
Bahan penanaman yang biasa digunakan adalah stek, stolon dan/atau pols :
1. Stek adalah batang rumput yang cukup umur, dipotong-potong sepanjang 20-30 cm dan
terdiri 2-3 buku, dapat lebih tahan lama bila disimpan di tempat sejuk.
2. Stolon adalah potongan batang rumput yang menjalar di permukaan tanah dan
membentuk tunas/anakan.
Awal pertumbuhan rumput yang baik sangat tergantung pada pengaruh dari luar, waktu
penanaman dan pengolahan tanah. Pada tanah tanpa irigasi dilakukan maka pengolahan
tanah dan penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Diperhitungkan juga jarak
waktu antara pengolahan dan penanaman rumput. Pengolahan tanah bertujuan untuk
mempersiapkan media tumbuh yang optimum bagi suatu tanaman.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 20
1. Stek, penanamannya dengan cara memasukkan % bagian dari panjang stek dengan
kemiringan 30 atau dapat juga ditanam seperti tanaman tebu, yaitu stek dimasukkan
kedalam tanah secara terlentang dengan jarak tanam :
a. Tanah subur : (50x50)cm, (60x60) cm
b. Tanah sedang : (75x75) cm
c. Tanah kurang subur : (1x1) m
2. Stolon, menanam dengan menimbuni bagian stolon yang berjarak 30-60 cm dari buku.
Jarak tanam bervariasi yaitu (90x60) cm, (90x90) cm dan (60x120) cm.
3. Pols (anakan), cara menanam seperti menanam padi, dengan kebutuhan setiap lubang
2 anakan. Jarak tanam bervariasi : (30x30) cm, (40x40) cm dan (50x30) cm.
D. PEMELIHARAAN KEBUN
1. Perawatan rumput dapat dilakukan dengan pendangiran 3-4 kali per tahun atau setiap
kali pemangkasan, tergantung dari kondisi daerah masing-masing.
2. Pendangiran dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu : dengan cara membersihkan
tanamanan liar, baru kemudian penggemburan tanah disekitarnya atau langsung
dilaksanakan penggemburan tanah dengan cara pencangkulan disekitar rumpun
rumput dengan membalikkan tanah tersebut.
3. Pemupukan yang bertujuan untuk memberikan zat zat makanan pada tanaman,
mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah.
20
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 21
E. PEMANENAN
1. Pada musim penghujan secara umum rumput sudah dapat dipanen pada usia 40 - 45
hari, sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 - 55 hari. Jika pemanenan dilakukan
lebih dari waktu tersebut, dapat menyebabkan kandungan nutrisi yang semakin turun
dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak)
semakin banyak.
2. Panen pertama setelah tanam dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari.
Apabila terlalu awal, tunas yang akan tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen
lebih dari usia 2 bulan.
4. Pemanenan juga dapat dilakukan dengan cara renggutan langsung oleh ternak. Metode
ini biasanya di lakukan pada jenis-jenis rumput yang tidak terlalu tinggi, tumbuhnya
menjalar di tanah. Hal yang penting adalah populasi ternak yang harus disesuaikan
dengan luasan lahan rumput agar tidak terjadi renggutan yang berat dan injakan yang
parah.
F. PEREMAJAAN
1. Peremajaan rumput dapat dilakukan setelah tanaman mencapai umur 3-4 tahun
atau setinggi-tingginya 4,5 tahun. Hal ini tergantung situasi dan kondisi lokasi tempat
penanaman.
22
Buku V Pemenuhan Hujauan Pakan TErnak Dan Pakan Konsentrat 21
Lampiran 3
JENIS RUMPUT DAN LEGUM
SERTA CARA PERBANYAKANNYA
Cara perbanyakan
Jenis Rumput dan Legum Nama lokal
Benih/biji Stek/pols
A. Rumput :
B. Leguminosa :
22Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 23
Lampiran 4
Cara Panen Rumput dan Legume
A. RUMPUT
Pedoman Pelaksanaan (GRAMINEAE)
Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 24
1. Andropogon gayanus
Fungsi tanaman
Gambaran umum
- tinggi tegak membentuk rumpun yang lebat
- permukaan dan pangkal daun tertutup bulu halus
- perakaran dalam
- tidak tahan genangan air
- cepat tumbuh kembali setelah berakar
- mudah dipotong dan memerlukan pemotongan yang teratur
- mudah ditanam dari anakan (pols) yang muda
Persyaratan tumbuh
- tinggi tempat 0 - 2.000 m dpl
- curah hujan 600 - 2.500 mm per tahun
- tahan musim kering sampai 8 bulan
- dapat tumbuh baik tanpa pemupukan
- dapat beradaptasi pada berbagai kondisi tekstur tanah
- Ph tanah dari masam (Ph 3,5) sampai tanah alkalis
Pengelolaan
- dapat ditananam bersama dengan Stylosanthes guianensis dan Centrosema sp.
pemotongan setiap 6 minggu
Perbanyakan
5 kg biji/ha pada lahan siap tanam/bersih atau 35 - 70 kg/ha pada lahan yang tidak
dibersihkan
24
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 25
Produksi benih : 100 - 450 kg/ha Produksi hijauan : 20 ton/ha bahan kering
2. Axonopus compressus
Gambaran umum
- Perakaran dangkal
- Akar keluar dari buku-buku di stolon
- Stolonnya panjang, bercabang ke berbagai arah
- Helai daunnya rapat, berbulu halus di pinggirnya dan pangkalnya. Panjang daun bisa
mencapai 30 cm, lebarnya sampai 1,5 cm
- Bunga majemuk berbentuk bulir
Persyaratan tumbuh
- Tumbuh sangat baik pada tanah berpasir
- Apabila sudah tumbuh dapat membentuk hamparan yang padat
- Walaupun sering diarit atau digembalai dapat tumbuh kembali dengan cepat
- Tumbuh baik di tempat terbuka, namun cukup tahan naungan
- Di Indonesia ditemukan pada ketinggian 2300 m dpl
Pengelolaan
- Tahan potong dan tahan penggembalaan berat.
- Tumbuhan yang dapat hidup sepanjang tahun
- Digunakan sebagai penutup tanah atau pengendali erosi
Perbanyakan
- Sobekan rumput
Produksi
- Bahan kering 5 ton/ha
3. Brachiaria brizantha
26
Buku V Pemenuhan Hujauan Pakan TErnak Dan Pakan Konsentrat 25
Fungsi tanaman
- rumput potongan
- padang penggembalaan
- baik unyuk hay dan silase
Gambaran umum
- tanaman semak tinggi mencapai 120 cm
- batangnya tegak dengan tangkai bunga bisa mencapai 180cm
- daunnya panjang dan tipis
Persyaratan tumbuh
- sangat cocok untuk daerah tropis lembab dengan musim kering kurang dari 6 bulan
- tinggi tempat 0 - 3000 m dpl
- tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah termasuk tanah berpasir dan tanah
masam dengan Ph 3,5 - 4
- berkembang baik sekali pada tanah yang subur
- pertumbuhan kurang pada tanah yang drainasenya buruk
0
- suhu optimal optimal : 30 -35
- Kombinasi yang baik dengan Arachis pintoi, Centrosema pubescens, Desmodium
ovalifolium dan Stylosanthes spp.
Perbanyakan
- Dengan biji
- Dengan sobekan rumpun
- Dengan stek batang
Produksi
- Produksi bahan kering = 20 ton/ha
- Produksi benih = 100-500 kg/ha
4. Brachiaria humidicola
Fungsi tanaman
- Penutup tanah,
26
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 27
- Penahan erosi
- Padang penggembalaan
Gambaran umum
- Menyebar dengan stolon dan rizoma
- Membentuk hamparan lebat
- Sangat tahan penggembalaan berat
Persyaratan tumbuh
- Tumbuh pada ketinggian 1.000-2.000 m diatas permukaan laut
- Curah hujan 1.299 mm/tahun.
- Tolerans terhadap kesuburan tanah yang rendah
- Tahan terhadap genangan air
- Tolerans terhadap panas, kekeringan dan dapat tumbuh kembali setelah pembakaran
terbakar
28
- Dapat beradaptasi pada semua jenis tanah
- pH tanah rendah (asam) sampai tinggi (basa)
Pengelolaan
Berkembangg ddengan
- Berkemban
g bi i
en an biji
j
t dit Si t gp b ik g t i
- Dapa anam bersama
Dapat ditanam ra ro dan
bersama Siratro danCentro
Centroyan
yang aling
palingabaik
den an Arachiis
dengan Arachispin o
pintoi
p
erbanyakan
Perbanyakan
g
- Dan
Dengan a n sobekan
^otaeslcan rump^
rumput ( polst,
(pols), jar^lc
jarak tanamt:anam
1x2m1x2 m
D g 2
en a n bip
- Dengan -5 Icg/lha.
biji 2-5 kg/ha
Produksi
PrcjcJulcssi
g
- Denih 200 bkg/ha
Benih 200 /lia biji
biji
t i g/
- Hijauan 25 25 tonbialian
on bahanker
kering
n ha/ha
5. Brachiaria mutica
Fungsi tanaman
- Hay dan silase
- pahan ternak
Gambaran umum
- Rsmput merambat dengan stolon panjang besar, dapat mencapai hingga 5 m
- Daun berbul u sedang panjang sekitar 30 cm dan lebar 20 mm. batang merambat dan
lunak,
- Tangka i bunga panjang 6-30 cm, terdiri atas 5-20 kelompok bunga yang padat
- Riasanya digunaSa n pada l ingkungan pengairan burpl< atau curah hujan tinggi
- Danaman yang tsmbuh aktif memilisi nilai nutrisi yang tinggi, deng 0n Pm 14-220^%%
- Tumbub titaiic fa ETUCI^ daerah rawa, tergenang air
- Menyebar dengun ceput Knlslui stol on.
- Dssn muds sangst dies ikeji.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 29
28
Persyaratan tumbuh
- Tumbuh dengan baik pada jenis tanah yang beragam
- Tidak tahan kondisi kering panjang, dapat bertahan genangan jangka panjang.
- Tumbuh hanya pada musim yang hangat, dengan pertumbuhan dibatasi oleh suhu
o
dibawah 15 C.
- Daya tahan sedang terhadap naungan tetapi lebih cocok dengan penyinaran matahari
penuh
Pengelolaan
- Dapat ditanam dengan mudah dari bagian vegetatif, ditanam sedalam 10-15 cm. Bagian
yang ditanam ini mestinya sepanjang 25-30 cm dengan 3-4 buku, dan paling tidak 2 buku
harus masuk didalam tanah yang basah.
- Dibawah kondisi pemotongan yang konstan, rumput kolonjono dapat menjadi korban
spesies tanaman yang menyerang (gulma daun lebar dan Teki dan Sida spp).
- Tinggi rumpun harus dipertahankan sekitar >20 cm untuk mencegah pertumbuhan
gulma.
Produksi
- Produksi biji rendah sekitar 10-30 kg/ha dengan panen mesin atau panen tangan
- Produksi BK biasanya 5-12 ton/ha/tahun
6. Cynodon dactylon
Gambaran umum
- Merupakan tanaman tahunan berdaun halus
- Perakaran dangkal
- Berke mbang dengan stolon dan rhizome dapat membentuk formasi hijauan yang hebat
- Daunnya ramping den gan panjang sekitar 1-15 cm lebar 2-5 mm
- Tinggi tanama n 10-40 cm
- Tahan potong dan penggembalaan berat
Persyaratan tumbuh
30
Buku V Pemenuhan Hujauan Pakan TErnak Dan Pakan Konsentrat 29
- Tumbuh pada dataran rendah hingga 1650 dpl
- Dapat tu mbuh pada curati hujan 500-1300 mm per tahun
D
- umbuh sangat baik pada huhu di atas 24C
T
- oleran terhada p Wsaran pH tanah yan g luas, namun terbaik pada pH >5,5
- Tidek tahannaun gan
T
- ahan kering, tahan genangan air
Produksi
- Bahan kering 7 ton/ha
7. Chloris Gayana
Fungsi tanaman
- Tanaman pengendali erosi
- Pakam ternak
Gambaran umum
Rumputmenahun
- Rumput mena hundan dan perakaran
perakaran kuat
kuat
Rum halus
- Daun ualus tidak
tidak berbulu,
berbulu,panjang
panjangdaun
uaunsekitar
sekitar5050cmcmdengan
dengan lebar
lebar 0,5-1
0,5-1 cmcm
- Bunga
Daugaberbentuk
berbentuk mayang
mauangjari berwarna cokelata keunguan
jah be dwarn coke l atterbentuk
c^dc^aadari 6-15
terbentuk d ari 6-15
kelompok
Belompokbunga
bungayang mengumpul
yang mengum (seperti tandan)
pul (sepert yang menurun
i tandan atau menyebar
) yang menurun atau many6bar
sepanjang
sepanjang4-15
4-15cm cm
- Batang
Batangbercabang-cabang
bercabang-cabanglebat lebatdan
danberkembang
berkembang dengan stolon
dengan membentuk
stolon membentuk hamparan
Bamparan
p
- Tidak tahanterhadap
Tida tahan terhadaptanah
tanahasam
asamdandantidak
tidaksubur.
subur.
30 Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 31
- Tanaman butuh kesuburan tinggi untuk bertahan hidup.
- Daya tahan naungan rendah
- Kadar protein kasar bervariasi seiring umur tanaman dan berkisar dari 17% (berdasar
BK) pada daun yang masih muda sampai 3% pada daun tua.
Persyaratan tumbuh
- Tumbuh pada hampir semua tanah yang berpengairan baik, kecuali pada tanah liat
berat, asalkan kesuburan tanah memadai. Tidak tahan pada tanah dengan kadar
mangan (Mg) tinggi.
- Biasanya ditanam pada daerah dengan curah hujan 700-1200 mm, tetapi tumbuh
dengan baik pada daerah-daerah yang lebih kering.
- Tidak tumbuh baik bila curah hujan >1800 mm.
- Digunakan pada padang gembala beririgasi, terutama bila air irigasi mungkin terlalu asin
(saline) bagi spesies lain.
- Tumbuh dari daerah dekat permukaan laut sampai 2000 m dpl (dari permukaan laut) di
daerah tropis, dan sampai >1000 m dpl pada daerah sub tropis.
- Umumnya tidak tahan terhadap naungan.
Pengelolaan
- Jarak tanam 40 x40 cm atau sesuai dengan kondisi tanah
- Diperbanyak secara vegetatif atau dengan biji. Penanaman biasanya dilakukan dengan
jarak 1 m.
- Pemanenan pertama umur 90 hari setelah tanam
- Pada musim hujan interval panen 40 hari dan musim kemarau mencapai 50-60 hari
- Tinggi pemotongan 5-10 cm dari permukaan tanah
8. Digitaria decumbens
32
Persyaratan tumbuh
- Dapat tumbuh pada curah hujan 1000 mm/th
- Toleran terhadap jenis tanah dengan kisaran yang luas (tanah berpasir dan berliat yang
rendah kesuburannya)
- Tahan terhadap kekeringan dan genangan air
- Mampu beradaptasi pada tanah berpasir miskin unsur hara.
- Kandungn protein 13 -15% tergantung kultivarnya
- Kandungan kadar gula yang lebih tinggi disbanding jenis rumput lainnya.
Pengelolaan
- Interval pemanenan pada musim hujan 45 hari dan musim kemarau 50-60 hari
- Pemanenan pertama umur 45-60 hari setelah tanam
9. Panicum maximum
Nama umum : Rumput benggala, rumput guinea Daerah asal : Afrika Timur dan Afrika
Tengah
Fungsi tanaman
- Padang penggembalaan
- Rumput potong
Gambaran umum
- Tumbuh tegak membentuk rumpun
- Dapat mencapai tinggi 2.4 m
32 Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 33
- Sistim perakaran baik dan dalam
- Tahan naungan
- Tahan api
- Daun panjang, hijau dan permukaannya luas
- Bunga membentuk malai
Persyaratan tumbuh
- tumbuh baik pada daerah lembab tropis
- Curah hujan lebih dari 1.015 mm/tahun.
- Dapat beradaptasi pada berbagai tipe tanah tetapi tumbuh sangat pada tanah dengan
kesuburan sedang dan tinggi dan drainasi baik
Pengelolaan dapat ditanam bersama Siratro dan Centrosema atau leguminosa lainnya
Perbanyakan
- dengan biji 2,2 kg/ha jika ditanam bersama tanaman lain
- 6,7 biji/ha untuk tanaman murni
Nama umum : Rumput gajah, rumput napier Daerah asal : Afrika Subtropis
Gambaran umum
- tumbuh tegak, membentuk rumpun dengan tinggi dapat mencapai 1,8 - 3,6 m, berumur
panjang
- Sistim perakaran kuat dan dalam
- Batang tebal dan kera
- Daun relatif besar, tepinya tebal mengkilap.
- Bunga tersusun dalam tandan dengan panjang 30 cm, berwarna keemasan
- Mampu bersaing dengan rumput lain
- Kurang tahan terhadap genangan air
- Menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi
- Responsif terhadap pemupukan
Fungsi tanaman
- sebagai penutup tanah
- rumput potongan
- dibuat silase,
- Tumbuh pada ketinggian 0 -3.000 m diatas permukaan laut.
- Curah hujan 1.500 mm/tahun.
Pengelolaan
- Ditanam dalam larikan dengan jarak 90 -120 cm, kedalaman 15 cm
- Bila ditanam bersama Centro, jarak tanam 60-90 cm
- Jumlah benih Centro 2-3 kg/ha, ditanam diantara larikan
- Perlu pemupukan dan pendangiran
Produksi
- Benih yang baik baru dapat diperoleh pada ketinggian lahan lebih dari 1.000 m, diatas
permukaan laut tetapi daya tumbuhnya rendah produksi hijauan 100-200 ton/ha/tahun.
- Hijauan 25 ton bahan kering/ha
Rumput gajah sering disilangkan dengan rumput lain untuk memperoleh jenis rumput baru
yang memiliki sifat tertentu. Jenis hasil persilangan yang sering dijumpai adalah King grass
(Pennisetum pupureophoides) yang merupakan persilangan dari Pennisetum purpureum
dengan Pennisetum typhoides
Jenis hasil persilangan yang sering dijumpai adalah King grass (Pennisetum
purpureophoides) yang merupakan persilangan dari Pennisetum purpureum dengan
Pennisetum typhoides.
Gambaran umum
- Batang dan daunnya paling raksasa
- daunnya berbulu kasar dan akan terasa perih bila memanen rumput ini tanpa
menggunakan baju tangan panjang
- Batangnya keras
- Produktivitas tinggi, mencapai 200 - 250 ton per hektar per tahun.
- Pada daun muda, pangkal daunnya memiliki bercak bercak berwarna hijau muda.
Selain disilangkan rumput gajah juga memiliki berbagai kultivar yang dikembangkan. Kultivar
rumput gajah dikembangkan untuk mendapatkan jenis rumput gajah yang
memiliki karakteristik tertentu. Kultivar rumput gajah tersebut adalah:,
Taiwan (P. purpureum cv. Taiwan),
Hawaii (P. purpureum cv. Hawaii) dan
Africa (P. purpureum cv. Africa),
Pennisetum purpureum cv. Mott
34 Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 35
Bentuk dan sifatnya yang satu sama lain sangat mirip, agak sulit membedakannya. Ada pun
beberapa perbedaannya sebagai berikut:
Ciri khas:
- Cukup raksasa, dapat mencapai 4 -5 meter
- Batangnya lunak, daun lebar berbulu lembut,
- Tingkat nutrisi cukup baik.
- Produktivitas tinggi, bisa mencapai 300 ton / hektar per tahun dengan kondisi
pemupukan dan pemeliharaan optimal.
Ciri khas:
-- Bataeg kecil dan
Batang kecil daekeras.
keras.
-- Baue
Daun kecil
kecil
Gambaran umum
- Mirip rumput gajah hanya daunnya lebih lemas, tidak gatal karena bulu daun halus,
pertumbuhan lebih cepat
- Tinggi rumput mencapai 1 m
36
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 37
- Kultivar tipe Dwarf (kerdil),
- kultivar ini memiliki karakteristik perbandingan rasio daun yang tinggi dibandingkan batang.
- Berkualitas nutrisi tinggi pada berbagai tingkat usia dibandingkan jenis rumput tropis
lainnya.
- Tahan kekeringan, dan
- hanya bisa di propagasi melalui metoda vegetatif.
Persyaratan tumbuh
- Dari pengalaman di lapangan, pertumbuhan rumput ini sangat cepat.
- Jarak penanaman di upayakan 0,5 hingga 1 meter, karena 1 bibit rumput odot dapat
beranak menjadi lebih dari 60 batang lebih. sehingga dalam jarak waktu 36 hari (apabila
asupan kandungan humus tinggi) sudah dapat dipanen
- membutuhkan sinar matahari penuh atau minimal 40%.
- Rumput ini dapat tumbuh pada sinar matahari dengan intensitas kecil 30-40 % namun dari
jumlah anakan dan umur panen lebih lama.
- Rumput ini dapat beradaptasi di berbagai macam tanah meskipun hasil panennya berbeda
Pola tanam
- Monokultur; artinya pada lahan hanya ditanami rumput gajah odot saja
- Tanaman sela; karena ukuran rumput gajah ini pendek rumput ini bisa ditanam sebagai
tanaman sela dikombinasikan dengan hijauan pakan lain, di pinggir pematang sawah,
atau disela-sela tanaman perkebunan dengan memberhatikan intensitas sinar matahari.
- Rumput ini juga bisa digunakan untuk menahan erosi lahan dengan penanaman pada
tanah yang berkontur miring
Gambaran umum
- Tumbuh tegak membentuk rumput
- Tinggi tanaman dapat mencapai 2 m
- Daun lunak, lebar agak berbulu pada permukaan atasnya terutama dekat batang
- Pangkal batang berwarna kemerah-merahan
- Bunga bersusun dalam tandan warna coklat keemasan
- Sangat disukai ternak
- Sangat rsnponsif terhadap pemupukan nitrogen
- Tanah kering
- Baik tumbuh di dataran tinggi (0-2.000 m atau lebih)
Persyaratan tumbuh
- Tinggi tempat 200-300 m dari permukaan laut
- Struktur tanah sedang sampai berat
- Curah hujan tahunan tidak kurang dari 760 mm
Pengelolaan
- dapat ditanam dalam barisan berjarak 90-120 cm
- Dapat ditanam bersama dengan leguminsoa Desmodium intortum, Desmodium uncinatum
dan lamtoro
Perbanyakan
- biji (4-10 kg/ha)
- Sobekan rumput
Produksi
- Benih 112 kg/ha biji
- 60-100 ton hijauan/ha/tahun
38
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 39
III. Kacang-Kacangan (Leguminosa)
1. Arachis pintoi
Fungsi tanaman
- Penutup tanah,
- pasture dibawah tanam m peukebunan
- Padang penggembalaan campuran
Gambaran umum
- Tanaman tahunan, mirip kacang tanah
- Perakaran dalam kuati akarnya bieraembang dengan banyak cabang, lunak dan membentuk
laaik tebal sampal kirerkira 2a cm, tinggi batang 50 cm
- maun teruiri atas 4 lemba, bila ditanam pada gaerah yang disinari cahaya matahari penult,
berwarna hiijau pucat, bila ditanard dibawah naunsan berwarna miij^u gelape warna bunga
kuning.
Persyaratan tumbuh
Napat tu mbuh pada tanah liat berpasir dengan pH rendahh, ke3suburan rendh Nan m
eumandu ng alu minium tinggi
- Toleransi sedang terhdapa a lumini um
- Toleransi tindgn terhadap Ma
- Kurang Tctleran^e terhad^ p ta nah bergaram
Pengelolaan
Be yang masih segar mempunyai tingkat dormancy yang tinggi dan dapat Kikurangi dengan
mengeringkan antara 35-45 derajat C selama 10 hari.
- Kiji altagam dengan kedalaman 2-6 am
Perbanyakan
Napat ditanam dengan biji atau polong (10 -15 kg)
- Nanaad stea batang
2. Calliandra calotyrsus
40
Fungsi tanaman
- sebagai hijauan potongan
- kayunya sebagai kayu bakar, dan dapat digunakan untuk pulp (pembuatan kertas)
- sebagai penahan erosi dan meningkatkan kesuburan tanah
Gambaran umum
- berbentuk pohon/semak kecil, tinggi antara 4- 6 m
- diameter batang mencapai 30 cm
- kulit pohonnya hitam kecoklatan
3. Centrosema pubescens
Fungsi tanaman
Gambaran umum
- tumbuhan menjalar, memanjat dan melilit
- batang agak berbulu, tidak berkayu
- berdaun tiga pada setiap tangkai daun
- bentuk helai daun oval/agak elips
- bunga relatif besar tersusun dalam tandan, warna bunga ungu terang sampai ungu muda
atau putih
40
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 41
Persyaratan tumbuh
- Sapbt hitanam bersama rumput benggala,molasses San kolonjono
- tumbuh baik paSa iklim tropis lembab Sengan curah hujan > 2.000 mm / tahun.
Perbanyakan tanaman
- Dengan biji 3-5 kg/ha
- Sebelum Sitanam, biji sebaiknya SirenSam air hangat 30 menit
Produkmi benih
- diji mencapai 300kg/ha
4. Desmanthus virgatus
Gambaran umum
- tanamansemak Sengan tinggi 0,5 - 3 m
- tambua tegak, berenar dalam
Persyaratan tumbuh
- dapat herad aptasi 2i daerah tropis maupun sudtropis
- darah hujan 250 - 2.000 mra
- tiaggi tempat 0 - 2.000 m dari permu baan laua
Pengelolaan
harus dipotong/digembala secepatnya
Perbanyaban
- dengan eiji 2 - 6 bg/ha
- aijin^a beras, sehingga harus disbarifibasi secara mebnnib, digosob dengan bertas amplas
atau direndam dengan air panas sebelum disemaiban
Produbsi rata - rata 7,6 ton bahan bering, tetapi dilaporban dapat mencapai 23 ton/ha (hawai)
dan 70 ton/ha (Australia)
5. Gliricidia sepium
Fungsi tanaman
- Seba^ai tanaman naungan/pelindung, pagar hisup
- Senanjan^ tanaman lain (vanili dan merica)
- Tanaman batas pemiliban tanah (fjagar) yang tidab mengganggu tanaman pertaman
Gambaran Umum
- be^entub puhion dengan uburan sedang
- pumtanh tegab, abar dapat rm^n^mt3us> tanah cubup dalam
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 43
42
- Ciri khas tanaman ini adalah warna hijau daun yang terang pada bagian permukaan dan agak
pucat pada bagian belakang
- Bunganya keungungan
- Pertumbuhan vegetatif gamal cukup baik karena pertumbuhan tunas setelah pemangkasan
setiap pohon rata-rata 20 tunas
- Tahan terhadap musim kemarau panjang (4-6 bulan)
Persyaratan tumbuh
- dapat tumbuh pada beberapa jenis tanah, termasuk tanah yang kurang subur Ketinggian tempat
mencapai 0 - 1300 m dari permukaan laut
- Curah hujan 650 - 3500 mm
- Dapat tumbuh pada tanah yang masam
Pengelolaan tanaman
- sebagai pagar ditanam dengan jarak tanam 25 cm
- sebagai hijauan potongan, tanaman dipangkas dengan tinggi pangkas 1 m
- tidak seperti leguminosa yang lain, biji gamal tidak membutuhkan perlakuan skarifikasi, ditanam
sedalam 2 - 3cm dalam kantong plastic (polybag, yang sudah diisi campuran tanah dan pupuk
kandang
- Batang/stek yang akan digunakan sebaiknya bagian bawah setiap cabang yang cukup tua
- panjang stek yang dipergunakan antara 30 - 100 m penampang/garis tengah batang antar 2 - 6
cm
- cara tanam tegak dan kedalaman tanam 20 cm kulit batang jangan tergores
- umur pangkas pertama 12 bulan dan pangkas berikutnya setiap 6 - 12 minggu
Perbanyakan tanaman
- tanaman ini dapat dikembangkan melalui 2 cara yaitu dengan menggunakan biji dan batang
(stek)
- Bila dikembang biakkan dengan biji hasilnya lebih memuaskan, tetapi membutuhkan persiapan
yang lama
- Tingkat pertumbuhan penanaman stek 55%
6. Indigofera sp
44
Persyaratan tumbuh
- Tumbuh di tanah berpasir dan lahan kritis (marginal).
- Syarat yang diperlukan adalah terkena sinar matahari langsung dan air yang cukup.
7. Leucaena leucocephala
Fungsi tanaman
- Padang penggembalaan dan hijauan potongan
- Dapat digunakan untuk reboisasi, reklamasi tanah tandus/kritis
Gambaran umum
- Berbent uk pohon, dapat mencapai tinggi lebih dari 10 m, dengan diameter batang 120 cm
- ada musim kemarau daun-daun akan gugur dan apabila air cukup tersedia akan tumbuh
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 45
44
kembali
- Berakar dalam dan pada akar serabut kecil dekat permukaan tanah terdapat bintil
p
- bintil akar yang berisi balkteri (rizobikm) yang mampu me ngikat nitra an dan bdara sebagai zat
makabak yang sse;l<:iligDs dapat menyubmrkag tanah
b B b
- Berbu ncjai dan bertiuah sep anjang taliun dengan werna unga pautih kekuningan er entuk bota
- Sangat tahan terhadap pemotongan teratur atau penggembalaan ketika tanaman telah tu mbuh
baik.
Persyaratan
Persyaratan tumbuh tumbuh
-- Tumbuh
Tumbuh baik baik pada
f3adaketinggian
ketinggian00- 700
700 mm diatas
diatas permukaan
permukaan laut
laut
- Menghendaki
Menghienda i drainase
k
yangbaik
drawee yang baik
p
- Pertumbuhan
ertumbuhan waktus^ waktunyalambat,
lambat,sampai
sampaiumur
umur6 6minggu
minggutingginya
tingginyahanya
hanya 3030 cm,
cm, etelah
setelah itu
itu
pertumbuhannya
pertumbuhannyacepat cepatdandanpada
padasaat
saatumur
umur6 6bulan
bulantingginya
tingginyamencapai
mencapai2 2mm
- Dapat
IDapattumbuh
tumbuhpada padatanah
tanahyang
yang kurang
kurang subur
subur
Karang tBhan
- Kurang terhadap tanah asam
tahan terhadap
- Dapat tumbuh pada struldur struktur tanah sedang sampai berat
o n
- Memerlukan suhu 25-30oC 25-30 C untuk
untuk pertumbuhan
pertumbuhan terbaik.
terbaik. Pertumbuhan
Pertumbuhan terhenti
terhenti pada
pada suhu ibawah
suhu dibawah
5 C
1 -16
15-16 C. o .
Perb anyakan
- Dengan menggunakan biji (1-2kg/ha)
- Darena biji lamtoro masih cukup keras, maka untuk mempercepat perkecambahan, pterlu
perlahuan khusuk (baik direndam air panas, dikikir atakeun dengan cara kimia yaitu
menggunakan akam su^at pekat)
- Biji ditanam sedalam 2- 3 amp lrerBudiag ditutan denman tanah
- vJikj;;^ yayBnaman d ilakukan yBngan persemaian, maka semaikan dengan menggunakan
kantong-kantong plastic yang emaa nampuran tanah dan pupuk
Produksi
- Benih : 300 kg biji/ha
- Beodu ksi hij auan 1-1, 5 kg/pohon (setiap 4 bulan)
8. Macroptilium Atropurpureum
Nama umum : Siratro
Daerah asal : Amerika Tengah dan Selatan
46
Gambaran
Gamtjaran umum
umum
- Tanaman tahunan
- Tanaman tahunandengan
denganakarakartunggang
tunggang besar
besaryang dalam
yang dan dan
dalam batang memtnelit,
batang Gambaran me
njalar dan memanjat.
umummembelit, menjalar dan memanjat.
- - Batang
Batang pada dasartanaman
fnada dasar tanamanlebih
lebihtua
tuaberse rat, diameter
berserat, diameter>5>5mm,
mm,bata ng yang
batang yanglebih lebihmud
muda a
B
berdiametar
berdiametersekitar
sekitar 1-2 mm, kadang-kadang
1-2 mm, kadang-kadangmembentuk
membentuknodulnodulakar
akarpadaadakondisi
(copdisi yangyang id
ideal.
eal.
- Daun berdaun tiga (trifoliate), helai daun memanjang 2-7 x 1,5-5 cm, hijau tua pada kondisi
- Daun berdaun tiga (trifoliate), helai daun memanjang 2-7 x 1,5-5 cm, hijau tua dan berbulu
yang ideal.
halus pada permukaan atas, berwarna hijau abu.
- Bunga berbentuk tabung, panjang 8-9 mm dan lebar 3 mm, berwarna ungu tua dengan t merah
- IBauga berbent uk tabung, panj ang 8-9 mm dan lebar 3 mm, berwarna hngu ua dengan
didekat dasar bunga.
merah didekat dasar bunga.
- - Buah
Buahpotang
polonglurus,
lurus,panjancj
panjang 5-10
5-10 ccm,
m, diameter
diameter 3-5
3-5 mm,
mm, mengandung
mengandungsampai
sampa 12 i 12(-15)
(-1^ biji.
biji.
- - Rentap
Rentanterhadap
terhadappep^kit
penyakitr daun
( aun
- - Disukai
Disukaiternak,
ternak,meskipun
meskipunternak
ternaklebih
lebihmenyukai
menyukairumput
rumputsegar
segaryang
yangmuda
mudapada
padaawal awalmusim
musim
tumbuh.
tumbuh.
Persyaratan
Persyaratantumbuh
tumbuh
- - Dapat
Dapattumbuh
tumbuhpada padaberbagai
berbagaijenis
jenistanah
tanahmulai
mulaidari
daritanah
tanahliat
liathitam,
hitam,sampai
sampaitanah
tanah liatliat kuning
kuning
dan merah, pada bukit pasir, tanah merah pasir
dan merah, pada bukit pasir, tanah merah pasir dan berkerikil. dan berkerikil.
- - Tanaman
Tanamanini ini tumbuh subur
suburpadapadatanah
tanahfriable, tetapi
friable, akan
tetapi menurun
akan dengan
menurun cepatcepat
dengan pada tanah
pada
tanah
yangyang
keraskeras
- - Tahan ^da
pada tanah
tanahdengan
denganl evdl
levelAl
Alnian
dan Ma
Mn sedang
- - DayaDayatahan
tahanlebih
lebihteaik
baik pada
pada salinitas
salinitas dibandingkan
dibandingkan dengandengan hampir semua jenis
hampir semua jenis legum
legum tropis
tro^s
lainnya
lainnya ti
- Penyakit daun dapat menjadi masalah pada lingkungan dengan curah hujan tedalu nc)C)i
- Ditanam pada p
daerah dengan curah hujan antara 700 mm dan
i ik
1500 t
mm.
gg gd
- Papat baimde tasi d engan tn^ik terhadap Ikekeringan, mem l i al<ar un ang yan alam.
- Penyakit daun dapat menjadi
id c masalah pada i lingkungan dengan curah hujan terlalu tinggi
- T <al< ^ahi^n 1: e^r^^^c ^^|n cjenaneng a r atau "tanjir
- Dapat beradaptasi dengan baik terhadap kekeringan, d h memiliki akar tunggang g 3yang
o dalam.
- Tanaman ini tamtishi nding baiu fnEad^ aera sudropis ^ssamfD^i lintan 0 ) bah pada
- Tidak
n tahan terhadapti g i dgenangan
g air atau banjir
daera iti-ckfDi;^ n g en an mug^ pertumbuhan yang han^t mencau prociuksi tepbailn
- Tanaman ini tumbuh paling baik pada daerah subtropis (sampai lintang 30o) dan pada daerah
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 47
46
tropis tinggi dengan musim pertumbuhan yang hangat, mencapai t h
produksi terbaik p
dengan
d^ng^n suhu sian^mahm ss^l-ki t: a I" 27-30/22-25C; umbu keradg daia aha aunc
suhu siang/malam b n sekitar
S o 27-30/22-25oC; tumbuh kurang baik pada suhu siang/malam
^an^malam di awa SU/ 3 C.
k dibawah 18/13oC.
1 b h h i tid k t | bi
- f ^Nncj ICCESJI : ditanam di awa smar mata n pe nuPi. Bij ak a an umbu n la bsei'acia
- Paling baik ditanam p dibawah
ht sinar matahri
pi penuh. Biji tidak akan tumbuh bila berada dibawah
c^awah naun gan enu ertutup kano
naungan penuh tertutup kanopi
Pengebtean tanaman
Pengelolaan
Pengelolaan
B tanaman
tanaman c n
- umlah ttiji tbrman ^<^ring :^li tiringi dan ttiji hams is^kc^i'i'filkasai sebelum ditanam.
-
- Jumlah biji
Jumlah biji dorman
dorman seringkali
seringkalitinggi
tinggidandanbijibijiharus
harusdiskarifikasi
diskarifikasisebelum
sebelumditanam.
ditanam.
- Biji paling ba i k ditanam dengan jumlah i-2 kg/ha pada bedengan yang telah Bipersiapkan.
-
- - Biji Biji paling
Bijidapat baik
palingdipanen ditanam
baik ditanam dengan
dengan jumlah
jumlah 1-2 kg/ha
1-2 kg/ha pada
pada bedengan
bedengan yang telah
telahdipersiapkan.
dipetik yang (dipersiapkan.
p
demgan tangan. Biji yang masak hams lebh awal PI.I) arena bila
-
- hari Biji dapat
Bijisemakin dipanen
dapat dipanen dengan
dengan tangan.
tangan. Biji yang
Bijimasak masak
yang masak harus dipetik
harus dipetik lebih awal (pagi) karena bila
bila
siang, buah polong yang akan mengering danlebih
pecah awal (pagi) karena
menyedan
hari semakin siang, buah polong yang masak akan mengering dan pecah menyebar.
hari semakin
- EaitDit tumbdnsiang, denganbuah polong
tD^ikk danyangsubur masak
dan akan
j ugamengering
dapat (ditanam dan pecah
dengan menyebar.
persiapan tnah
- Bibit tumbuhd dengan baik dan subur dan juga dapat ditanam dengan persiapan tanah minimal
- minimal
Bibit tumbuhatau itanam
dengansacjara
baik dan setelah
subur pembakaran.
dan juga dapat ditanam dengan persiapan tanah minimal
atau ditanam segera setelah pembakaran.
- M. atauatnopugpurnum
ditanam segera dagat ditanam
setelah tanpa rizobia karena tanaman ini dapat membentuk nodul
pembakaran.
- M. atropurpureum dapat ditanam tanpa rizobia p karena tanaman ini dapat membentuk nodul
- dengan efektifdengan rizobia
M. atropurpureum dapat ditanam tanpa alami pada tanarizobia karena tanaman ini dapat membentuk nodul
p dengan efektif dengan rizobia alami i pada tanah
- embubgaan
dengan efektif mulai padarizobia
dengan awa l mus alami m kering dan pada ha ri yang pendek.
- - Bertumbunan
Pembungaan mulai
vegetatif pada
tertadi musimpada
awaldengan tanah
kering
kembalinyadan pada haribasah
kondisi yang (cukup
pendek.air)
-
- - Bua Pembungaan
Pertumbuhan
d mulai pada
vegetatif awaldengan
terjadi musimkembalinya
kering dan kondisi
pada hari yang(cukup
basah pendek. air)
polong akan menyebar ketika masak
- Pertumbuhan
- - Kondisi
Buah polong vegetatif
akan terjadi
menyebar dengan kembalinya kondisi basah
ketika masak tidak tahan pada penggembalaan (cukup air)
menurun dibawah penggembalaan,
-
- b eBuah
r a
b Kondisi
er at
t polong
menurun akandibawah
menyebar ketika masak tidak tahan pada penggembalaan berat
penggembalaan,
-
Produksi
Produksi Kondisi menurun dibawah penggembalaan, tidak tahan pada penggembalaan berat
- - Produksi
Produksibiji bijibervariasi
bervariasibesar
besar daridari (40-)
(40-) 100-300 (-1000) (-1000) kg/ha.
kg/'^
g
- - Produksi
ProduksiBK BK biasanya
biasanya sekitar
sakiter 5-105-Saton/ha/yahun,
to n/ha /yahun, meskipun
meskiproduksi
un produksi akan akan
lebih rendah dalam
lebih rendah
kondisi penggembalaan dan pemotongan
dalamkondisi nenggembalaan dan pemotongan yang lebih ssei'ing yang lebih sering
9. Medicdgo Sdtivd L.
dd
Nema umum : lfalfa
Gambaran umum
- Alfalfa sangat prima ditinjau dari kandungan protein, lemak maupun serat kasarnya
- Akar memiliki bintil-bintil nitrogen
- Mengandung vitamin A, D, E, K, C, B1, B2, B12, Niacin, Panthothacid acid, Inocite, Biotin,
Folid acid, selain itu mengandung mineral phosphor, calcium, photasium, sodium, chlorine,
sulfhur, magnesium, copper, mangane, Fe, Cobalt, Boron, Molybdenum, sera trace element
seperti nickel, Lead, Strontium, dan Palladium
- Kadar protein sekitar 18 - 22%
Persyaratan tumbuh
- Tumbuh pada tanah yang sangat subur dengan kandungan phosphor tinggi, drainase yang
baik dan Ph 6,0 - 6,5
- Diperlukan pemupukan berkala setiap tahun dengan menggunakan pupuk kandang,
48 disamping phosphor, potas dan kapur
tanaman
- Daun dan bunganya dapat digunakan untuk pakan ternak
- Bunga dan buahnya dapat dikonsumsi manusia
- Tanaman peneduh dan penunjang tanaman lain (panili dan lada)
- Bunga dan buahnya dapat dikonsumsi manusia
- Kayunya untuk bahan bakar dan dapat digunakan untuk pulp (pembuatan kertas)
- Extrak dari daun, bunga, kulit dan akar dapat untuk obat tradisional penyakit malaria
- Tumbuh tegak dapat mencapai tinggi sampai 15 m dengan diameter batang bawah 30 cm
- Cabangnya sedikit, bentuk buah panjang seperti kacang panjang dengan warna hijau pada
waktu masih muda, dan coklat kekuningan pada saat sudah masak
Persyaratan tumbuh
- Tumbuh baik pada dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 m dari permukaan laut,
peka terhadap suhu dingin
- Curah hujan antara 2.000-4.000mm/tahun
- Tidak tumbuh dengan baik pada tanah kritis, toleran terhadap tanah basa dan agak asam,
tumbuh di daerah tropis yang lembab
- Dapat ditanam pada areal khusus di Australia dan india perhektar luasan mencapai 3.000
pohon
Pengelolaan tanaman :
- Biji tidak perlu perlakuan khusus,
- Pertumbuhan vegetative kurang,
- Biasanya ditanam pada daerah batas saluran irigasi, jalan dan pematang sawah
- Jarak tanam 2 m
- Jarak tanam 2 m
- Perbanyakan
Pedoman tanaman
Pelaksanaan Kegiatan denganHijauan
Pemenuhan menggunakan bijidan
Pakan Ternak Produksi
Pakan Konsentrat Tahun 2017 49
-- hijauan
Perbanyakan tanaman
27 kg/pohon/th dengan menggunakan biji Produksi
- hijauan
kayu 2027 kg/pohon/th
- 25
- kayu 20 - 25
11. Stylosanthes guinensis
48
11. Stylosanthes guinensis
Nama umum : Stylo
Nama
Daerahumum
asal : :Amerika
Stylo Tengah dan Selatan
- Perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji Produksi
- hijauan 27 kg/pohon/th
- kayu 20 - 25
Fungsi tanaman
- penutup tanaman,
- sebagai hijauan potongan
- tanaman untuk padang penggembalaan, bisa tumpangsari dengan palawija
- kecil - kecil berbentuk kupu-kupu
Gambaran umum
- Tumbuh tegak atau agak rebah
- Membentuk rumpun yang berdaun lebat
- Batang dapat mencapai tinggi 1,5 m,
- daun relative kecil berbentuk ellips, sempit agak panjang, sedikit berbuku
- Bunga berwarna kuning
Persyaratan tumbuh
- Tinggi tempat 0 - 1.000 m dpi
- Tumbuh pada struktur tanah ringan sampai berat
- Dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan curah hujan tahunan 890 - 4065 mm
- Tanah kering, terhadap tanah asam, berdrainase buruk, tapi kurang tahan iindungan
Pengelolaan tanaman
- Dapat ditanam bersama rumput molasse, benggala, bede, pangola dan rumput para
- Pemotongan pertama pada saat tanaman setinggi 60 - 90 cm
- Pemotongan tiap 1,5 - 2 bulan
Perbanyakan
50 - dengan biji 2 -5 kg/ha, dengan stek
- penanaman dengan stek 3 - 5 stek tiap lubang
Produksi
- biji mencapai 300 kg/ha/th
- hijauan sekitar 40 ton/ha/tahun
Lampiran 6
Buku V Pemenuhan Hujauan Pakan TErnak Dan Pakan Konsentrat 49
Produksi
- biji mencapai 300 kg/ha/th
- hijauan sekitar 40 ton/ha/tahun
Lampiran 6
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 51
50
Lamoiran 7
FORMAT PENCATATAN
PENINGKATAN INDIKATOR BCS
I. IDENTITAS PETERNAK
1. Nama Peternak
2. Nama Kelompok Ternak
3. Alamat Kelompok
4. Nomor HP Peternak
1. Jenis Ternak
2. Nama Ternak
3. Umur Ternak (Tahun)
4. Nomor Ternak/SKSR
5. Tanggal Beli/Tanggal Masuk
6. Harga Beli (Rp)
1. BCS Awal
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 52
TRIWULAN : I / II / III / IV
Provinsi :
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 53
52
Lampiran 8
54
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat Tahun 2017 53
ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah menurunkan angka pemotongan sapi betina
produktif sebesar 20%.
DEFINISI
1. Pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner yang selanjutnya disebut sebagai
Pengawas Kesmavet adalah Pegawai Negeri Sipil berpendidikan dokter
hewan yang telah mengikuti pelatihan sebagai pengawas kesehatan
masyarakat veteriner yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan pengawas
kesmavet. Pengawas Kesmavet dalam hal ini merupakan pelaksana dalam
kegiatan pemantauan (monitoring) dan pengawasan pemenuhan persyaratan
teknis terakit dengan penyelamatan betina produksi di sepanjang rantai
distribusi ternak dari hulu sampai dengan hilir (di RPH).
2. Surat Keterangan Status Reproduksi (SKSR) adalah Surat Keterangan Status
Reproduksi yang diterbitkan oleh dokter hewan berwenang setelah dilakukan
rangkaian pemeriksaan reproduksi
3. Status reproduksi adalah kondisi reproduksi sapi/kerbau pada saat dilakukan
pemeriksaan.
4. Hulu meliputi peternakan, pasar hewan, pos pengawasan (check point).
5. Hilir yang dimaksud adalah Rumah Potong Hewan.
6. Betina Produktif adalah ternak betina yang memiliki saluran reproduksi
normal, dapat memperlihatkan gejala estrus, bunting, melahirkan dan
membesarkan anak umur < 8 tahun dan/atau <5 kali beranak.
PETER PASAR
NAK HEWAN
Pengawas
Kesmavet RPH
CHECK Melakukan
POINT Pembinaan dan
Verifikasi SKSR
di Hulu (Jagal)
A. Persiapan
4
Target peserta adalah petugas di Dinas Kabupaten/Kota, Kepala RPH-
R, dan Kepolisian, Satpol PP, Jagal, dan tokoh masyarakat.
6
B. Pelaksanaan
1. Pengawasan di Hulu
Pengawasan dihulu dilakukan oleh Pengawas Kesmavet.
Operasional pelaksanaan pengawasan secara berkala di tingkat
pejagal/pengumpul ternak)
Pengawas Kesmavet melakukan pembinaan dan verifikasi SKSR pada
para Pejagal/pengumpul ternak serta memasilitasi pembuatan SKSR
dengan Dinas atau Puskeswan setempat.
Output kegiatan adalah data jumlah dokumen SKSR yang di verifikasi di
hulu (Jagal) sebagai salah satu prediksi sumber data pemotongan.
Kegiatan dilaksanakan di 134 Kabupaten/Kota di 17 Provinsi.
2. Pengawasan di Hilir
Pengawasan dalam rangka pengawalan pencegahan pemotongan
betina produktif oleh tim terpadu (Pengawas Kesmavet dan Kepolisian)
secara reguler di RPH. Pengawasan juga dilakukan terhadap Tempat
Pemotongan Hewan (TPH) yang pemotongan betina produktifnya
tinggi.
Kegiatan berupa verifikasi SKSR di RPH, pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan, dan Pengawasan pemotongan di RPH dengan
melibatkan Kepolisian.
Output kegiatan adalah data pemeriksaan status reproduksi ternak
melalui verifikasi dokumen SKSR di RPH, dan data pemotongan betina
produktif.
Kegiatan dilaksanakan di 40 Kabupaten/Kota di 17 Provinsi.
No Provinsi No Provinsi
1 Jawa Timur 10 Sulawesi Selatan
2 Jawa Tengah 11 Sumatera Barat
3 Jawa Barat 12 Sumatera Selatan
4 Bali 13 Riau
5 DI Yogyakarta 14 Kalimantan Barat
6 Jambi 15 Nusa Tenggara Barat
8
BAB III
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Rencana Kegiatan
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penetapan dan
X
Sosialisasi Pedum
2 Persiapan X X X
3 Pelaksanaan Kegiatan X X X X X X X X
X X
4 Monitoring, Evaluasi
dan Pelaporan X X X
X X X X X X X
B. PELAPORAN
Pelaporan secara berkala sangat penting dilakukan untuk mengetahui dan
memonitor pelaksanaan program pengendalian betina produktif. Laporan
dilakukan melalui iSIKHNAS dan laporan tertulis. Pelaksanaan pelaporan tertulis
dilakukan secara berjenjang dimulai dari RPH kepada pihak Dinas
Kabupaten/Kota yang kemudian melaporkan kepada Dinas Provinsi. Hasil
laporan dari Dinas Kabupaten/Kota kemudian dilaporkan oleh Dinas Provinsi ke
Pusat.
10
11
12
SISTEM MONEV DAN PELAPORAN
UPSUS SIWAB 2017
ii
-2-
I. PENDAHULUAN
2. Sasaran
Sasaran pengguna pedoman teknis ini adalah Pemerintah, UPT Pusat dan
pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan
hewan di provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia.
2
-4-
1.3. Keluaran
1. Terpantau dan terlaporkannya 4 juta ekor akseptor sapi/kerbau nasional
untuk di IB
4
-6-
6
-8-
8
- 10 -
- 10 -
KETUA
DIREKTUR PERBIBITAN DAN PRODUKSI
TERNAK
WAKIL
KETUA
(SESDITJEN SEKRETARIS I
PKH) (Drh. Maidaswar, M.Si)
SEKRETARIS I)
(Ir. Wignyo Sadwoko,
MM)
10
- 12 -
b. Bidang Teknis
Sebagai focal point dan mewakili Unit Kerja masing-masing sesuai dengan
tugas dan fungsinya, serta mempunyai tugas:
1) Menyiapkan Pedoman Pelaksanaan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing unit kerja;
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan Upsus Siwab sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing unit kerja;
3) Melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja;
4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ketua, berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
unit kerja.
c. Bidang Pelaporan mempunyai tugas:
1) Menghimpun laporan pelaksanaan kegiatan Upsus Siwab;
2) Melakukan koordinasi dengan semua unit kerja berkaitan dengan
laporan pelaksanaan kegiatan Upsus Siwab;
3) Menyiapkan laporan perkembangan pelaksanaan Upsus Siwab;
4) Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan Upsus Siwab.
d. Bidang Administrasi, mempunyai tugas:
1) Melakukan penatausahaan persuratan pada Sekretariat Upsus Siwab;
2) Menyiapkan pertemuan koordinasi pelaksanaan Upsus Siwab;
3) Mengagendakan seluruh hasil pertemuan.
e. Bidang Keuangan, mempunyai tugas:
1) Mengkoordinasikan keperluan keuangan pada lingkup Sekretariat
Upsus Siwab dengan Bagian Keuangan Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
2) Melakukan penatausahaan keuangan pada lingkup Sekretariat Upsus
Siwab;
3) Menyelesaikan SPJ keuangan pada lingkup Sekretariat Upsus Siwab;
f. Tenaga ahli:
Memberikan saran dan pertimbangan teknis dan ilmiah kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui Ketua Sekretariat
Upsus Siwab sebagai bahan dalam perumusan kebijakan.
12
- 14 -
14
- 16 -
penilaian kinerja petugas. Alur pelaporan kinerja program Upsus Siwab disajikan
pada Gambar 8.
Mekanisme dan tata cara penggunaannya diuraikan pada Manual Sistem Monev
dan Pelaporan Upsus Siwab sebagai lampiran dari Pedoman Pelaksanaan ini.
Indikator untuk mengukur tingkat kinerja program Upsus Siwab disajikan pada
Lampiran 1.
KETUA DIREKTUR
PELAKSANA JENDERAL PKH
UPSUS SIWAB SEKRETARIA
T POKJA
UPSUS
SIWAB
PROVINSI
PETUGAS
KAB/KOTA
Tabel 4 Titik Kritis dan Pengendalian Sistem Monev dan Pelaporan Upsus Siwab
Proses Uraian Risiko Pengendalian
Bisnis
Sistem 1 Data IB, kebuntingan dan
Monev dan kelahiran harian tidak valid
Pelaporan dan tidak up to date:
(1) Updating data lambat Bimtek dan pendampingan petugas
IB/petugas reproduksi dalam
melaporkan jumlah sapi yang di IB,
yang bunting dan yang lahir melalui
sms harian berbasis iSIKHNAS
(2) Laporan tidak benar Re-check identitas pemilik ternak
dan individu ternak
(3) Petugas recorder Kontrol periodik oleh petugas
kabupaten kurang aktif recorder di provinsi untuk
dilaporkan kepada dinas
kabupaten/kota
2 Data teknis pendukung
keberhasilan Upsus Siwab
tidak valid:
(1) Disharmoni pelaksanaan Sharing data dan informasi antar
kegiatan fungsi fungsi di semua jenjang (lapangan,
teknis/manajemen di kab/kota, provinsi dan pusat)
lapangan Koordinasi terjadwal memantau
perkembangan kinerja
(2) Integritas petugas Membentuk forum komunikasi
melaporkan data fungsi antar fungsi (teknis dan
manajemen) di semua jenjang
(nasional, provinsi, kabupaten/kota)
20
-1-
PENUTUP
Demikian Pedoman Pelaksanaan Upaya Khusus SIWAB ini disusun untuk dijadikan
acuan oleh pelaksana kegiatan baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan di lapangan. Pedoman Pelaksanaan ini
bila dirasa perlu dapat di jabarkan lebih lanjut dalam bentuk petunjuk teknis oleh
Pelaksana Kegiatan.
I KETUT DIARMITA
NIP. 19621231 198903 1 006
21
Kementerian
238 Pertanian
! Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan