PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga umbai
cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat
kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai
saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun
demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit.
Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks
menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran
tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam
apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung
efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang
banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya
pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini
dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila
dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.
Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.
Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Mampu mengetahui asuhan keperawatan yang baik terhadap pasien dalam menangani
masalah dengan Appendictomy.
Tujuan Khusus:
- Mampu menjelaskan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi dan
penatalaksanaan terhadap pasien dengan Appendicitis Post Operasi
Appendictomy.
- Mampu memberikan asuhan keperawatan dari proses pengkajian sampai evaluasi
pada pasien dengan Appendicitis Post Operasi Appendictomy.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada
sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ). Apendistis adalah
peradangan dari apendik periformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering. ( dermawan,Deden.2010 )
Jadi dapat disimpulkan bahwa appendicitis merupakan peradangan akibat
infeksi pada usus buntu atau umbaicacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan
pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu
merupakan saluranusus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar
atausekum (cecum).
2. Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini, antara lan:
a. Menurut Syamsu Hidayat (2004)
1) Fekalit
2) Tumor Appendik
3) Cacing Askaris
4) Erosi Mukosa Appendiks
5) Hiperplaso jaringan limfe
b. Menurut Mansjoer (2000)
1) Hiperplasi Folikel Limfoit
2) Fekalit
3) Benda Asing
4) Neoplasma
5) Striktur karena fibrosis
3. Patofisiologi
Vasokongesti
2
Penurunan supply darah pada appendix
Nyeri akut
Interleukin-1
Inflamasi appendix
Peningkatan sel
(appendicitis)
darah putih
Kurang
appendoctomy
pengetahuan
Trauma jaringan
Pelepasan
prostaglandin/ Nyeri pada lokasi
bradikinin pembedahan
Intoleran aktifitas
4
4. Manifestasi klinik
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah:
a. Nyeri tekan local pada titik Mc Burney. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri
viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
b. Muntah oleh karena nyeri viseral.
c. Panas karena kuman yang menetap di dinding usus.
d. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus
appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada appendicular
infiltrat, LED akan meningkat.
2) Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam
urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis
yang hampir sama dengan appendicitis.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis.
Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.
2) USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
3) Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui
anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari
appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
4) CT Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
5) Laparoscopi
5
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan
dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan
tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat
langsung dilakukan pengangkatan appendix.
6) Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b. Keluhan utama :
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.
Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan
muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan masa lalu:
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik
Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga terutama penyakit menular
atau keturunan.
e. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana perilaku klien terhadap tindakan
yang dilakukan pada dirinya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Pengkajian terhadap terjadinya
takipnoe, pernapasan dangkal.
2) B2 (Blood)
Pengkajian terhadap sirkulasi klien seperti terjadinya takikardia dan kelainan
fungsi jantung.
3) B3 (Brain)
Mengkaji tingkat kesadaran pasien, setelah sebelumnya diperlukan pemeriksaan
GCS untuk menentukan apakah klien berada dalam keadaan compos mentis,
6
somnolen atau koma. Selain itu fungsi sensorik juga perlu dikaji seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungannya dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya ketegangan
kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.
5) B5 (Bowel)
Mengkaji distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus. Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai
indikator untuk menentukan pemberian obat.
6) B6 (Bone)
Hal yang perlu diperhatikan adalahada tidaknya kesulitan dalam bergerak, sakit
pada tulang / sendi, feel pada kedua ekstremitas untuk mengetahui tingkat
perfusi perifer, serta dengan pemeriksaan Capillary Refill Time.
2. Diagnosa keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri Akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi atau
adanya insisi bedah.
2) Hipertermi
3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4) Intoleransi aktivitas
5) Ansietas
6) Defisiensi pengetahuan
7) Risiko cedera
8) Konstipasi
9) Diare
10) Resiko syok
11) Resiko kekurangan volum cairan
12) Mual, muntah
13) Disfungsi motilitas gastrointestinal
b. Post op
1) Resiko Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama;
perforasi/ rupture pada appendiks; peritonitis; pembentukan abses, Prosedur
infasif, insist bedah.
2) Kekurangan tidur
7
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan
terbatasnya informasi yang didapat.
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Pre-operatif
11
BAB III
KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2017
Jam : 15.30
Pengkajian diperoleh dari : Pasien
1. Indentitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tirto Pekalongan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SLTA
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn . E
Umur : 46 Tahun
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Tirto Pekalongan
Pekerjaan : Karyawan Swasta
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Nyeri
12
Ku lemah, kesadaran composmentis TD : 110/70 mmHg; S: 37C ; N : 82
x/menit ; RR : 18 x/menit ; SPO2 : 98% terpasang infuse RL : 30 Hs/menit di
tangan kiri
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan 1 tahun lalu menderita sakit Tyiphoid dan opname di RSU
Budi Rahayu dirawat dokter internis
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular dan kronis seperti hipertensi dan DM
e. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Pasien
: Tinggal serumah
Selama sakit
Pasien mengatakan bak 5-6 x/hari dengan warna kuning jernih, bab 2 hari
sekali dengan konsistensi lembek warna kuning
d. Pola aktifitas latihan
Sebelum sakit
Pasien mengatakan aktivitas di lakukan oleh diri sendiri
Selama sakit
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu dengan orang lain
3 : dibantu dengan orang lain dan alat
4 : tergantung total
14
Kesimpulan : seluruh aktifitas dibantu orang lain, pasien masih puasa
e. Pola tidur istirahat
Sebelum sakit
Psien mengatakan tidur malam : 6-7 jam/hari
Selama sakit
Pasien mengatakan tidur malam 5 jam/hari
f. Pola persepsi kognitif
Penglihatan : pasien mengatakan kedua mata mampu melihat dengan jelas
tanpa alat bantu
Pendengaran : pasien mengatakan pendengarannya masih cukup baik
Penghidung : pasien mengatakan dapat menghirup bau
Peraba : pasien mengatakan tangan anaknya lembut
Pengetahuan pasien tentang panyakit yang dialami sekarang
Pasien merasa kalau dirinya sakit typhoid karena pernah menderita sakit
typhoid
g. Pola persepsi diri
1. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari sakitnya
2. Peran diri
Pasien adalah seorang istri dan ibu rumah tangga, selama sakit pasien
tidak bisa menjalankan perannya
3. Identitas diri
Pasien mengatakan seorang perempuan dan punya 3 orang anak yang
masih sekolah
4. Harga diri
Pasien tidak menutupi sakitnya
5. Citra diri
Pasien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya
h. Pola hubungan peran
Pasien mengatakan hubungannyadengan keluarga dan tetangga baik
i. Pola fungsional seksual
Pasien mengatakan berjenis kelamin perempuan anak ke 1 dari 2
bersaudara, memiliki 3 orang anak yang masih sekolah
j. Pola manajemen stress koping
Passion mengatakan tidak bekerja hanya ibu rumah tangga dan semua
kebutuhannnya bergantung pada penghasilan suami
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah; kesadaran : composmentis E4V5M6
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 37C
Nadi : 82x/menit
RR : 18x/menit SPO2: 98%
c. Head to toe
1) Kepala dan keadaan rambut
15
I : rambut warna hitam, tidak ada luka, bentuk mesosephal
P : mudah rontok, kulit kepala agak kotor
2) Mata dan telinga
I : konjungtiva warna merah muda, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
telinga simetris pendengaran baik
P : tidak ada nyeri tekan pada mata dan telinga, tidak ada benjolan
pada mata dan telinga
3) Hidung
I : lubang hidung simetris, tidak Nampak benjolan
P : tidak ada massa atau polip
4) Mulut dan tenggorokan
I : mukosa bibir kerig, tidak ada stomatitis, gigi geligi bersih
P : Tonsil T
5) Leher
I : tidak ada luka dan pembesaran
P : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid , nadi karotis teraba kuat
6) Kulit
I : warna kulit sawo matang
P : turgor kulit elastis
7) Dada dan thorax
I : bentuk dada simetris, pernapasan dengan hidung
P : pengembangan dada sama, vocal fremitus paru kanan dan kiri
sama
P : sonor
A : bunyi nafas bersih
8) Jantung
I : tidak Nampak iktus cordis
P : tidak terkaji
P : pekak (tidak ada pembesaran jantung
A : regulair HR : 82 x/menit
9) Abdomen
I : perut datar, nampak striae, nampak luka post apendistomy
sepanjang 8 cm horizontal masih dibalut kasa
A : bising usus belum terdengar
P : tidak ada pembesaran hepar, nyeri pada luka post apendistomy
kuadran kanan bawah skala 6
P : tidak ada ascites
10) Genetalia dan anus
I : tampak bersih, tidak ada haemoroid
P : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
16
P : akral teraba hangat, nadi 82x/menit, CRT < 2 detik, tidak ada
oedema pada kedua extremitas
12) Persyaratan
Tidak ada masalah dari hervus 1 sampai 12, kesadaran
composmentis E4V5M6
POST OPERASI
1. Survey Sekunder
Normal
Keterangan
Ya Tidak
Kepala
Leher
Dada
Abdomen Bising usus belum terdengar
Genitalia
Integumen Ada luka post op apendictomy
Ekstremitas
17
No Faktor Risiko Skala Nilai
yang dimiliki
Sadar akan kemampuan diri 0 0
sendiri
Keterangan :
Skor > 45 : risiko tinggi
Skor 25-44 : risiko sedang
Skor 0-24 : risiko rendah
5. Terapi
Infus RL : 30 Hs/menit
Injeksi Anbacim 3x1gram / IV
Injeksi Ranitidin 3x1 ampul / IV
Injeksi Ketorolac 3x30 mg / IV
Ondancentron 4 mg 3x1
6. Analisa Data
No Tanggal/Jam Data Problem Etiologi
1 15 /05/2017 DS : Pasien mengatakan Nyeri akut Agen cedera fisik
14.30
nyeri ( luka post op
P : post op apendictomy
Apendictomy)
Q : seperti tersayat
R : abdomen kuadran kanan
bawah
S : skala 6
T : terus menerus
DO : Ku lemah, kesadaran
composmentris
18
No Tanggal/Jam Data Problem Etiologi
TD : 110/70 mmHg ; S : 37
C
N : 82x/menit ; RR :
18x/menit
SPO2 : 98 %
- Terdapat luka post op
apendictomy hari 1
masih balut luka
- Ekspresi wajah nampak
meringis dan memegang
perutnya
2 15 /05/2017 DS : pasien mengatakan Resiko Intake nutrisi tidak
14.30
mual, tidak muntah, ketidakseimbangan adekuat
masih puasa, bibir nutrisi kurang dari
terasa kering kebutuhan tubuh
DO :
A : BB : 48 kg
TB : 155 cm
B : Hb : 12,2
SGOT : 18 m/ml
SGPT : 17 m/ml
Widal : O + 1/160
C : Ku lemah, kesadaran
composmentris
mukosa bibir kering,
turgor kulit elastic,
konjungtiva warna
merah muda
D : pasien masih puasa
3 15 /05/2017 DS : pasien mengatakan Defisit perawatan Nyeri
14.30
mandi, sikat gigi, ganti diri
baju, bak di bantu
perawat dan keluarga
DO :
- Pemenuhan aktifitas di
bantu oleh perawat dan
keluarga. Pasien belum
bisa duduk
- Nampak luka post
19
No Tanggal/Jam Data Problem Etiologi
apendictomy hari 1
masih di balut kasa
4 15 /05/2017 DS : - Kerusakan Tindakan
14.30 DO : Tampak luka post
integritas jaringan pembedahan
apendictomy hari 1
sepanjang 8 cm
horizontal masih
dibalut kasa
7. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan tindakan pembedahan
8. Intervensi Keperawatan
No
Tgl/Jam Tujuan Intervensi
Dx
15 /05/2017 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala dan intensitas nyeri
14.30 2. Ukur tanda-tanda vital
keperawatan selama 3x24 jam
3. Ajarkan relaksasi dengan nafas
masalah nyeri teratasi dengan
dalam
kriteria hasil :
4. Ajarkan pasien cara batuk dengan
- Pasien mengungkapkan
nyeri luka operasi berkurang menekan perut dengan bantal
- Dapat melakukan teknik 5. Beri therapy ketorolac 3x30 mg/IV
relaksasi mandiri
- Mempertahankan tingkat
nyeri pada skala 3 atau
kurang (dari skala 0-10)
- Ekspresi wajah tenang tidak
kesakitan
15 /05/2017 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bising usus pasien
14.30 2. Kaji intake makanan
keperawatan selama 3x24 jam
3. Sajikan makanan dalam kondisi
pasien menunjukkan status gizi
hangat
yang adekuat dengan kriteria 4. Anjurkan makan porsi sedikit tapi
evaluasi : sering
- Bising usus dalam batas 5. Monitor adanya mual, muntah
20
No
Tgl/Jam Tujuan Intervensi
Dx
normal (5-30 x/menit) 6. Diberi therapy : infus RL : 30
- Pasien mengatakan mual
Hs/menit
kurang 7. injeksi ondancentron 4 mg 3x1/IV
- Pasien memperlihatkan
asupan makanan yang
cukup secara bertahap
15 /05/2017 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien untuk
14.30
keperawatan selama 3x24 jam, perawatan diri secara mandiri
2. Monitor kebutuhan pasien untuk
pasien dapat melakukan
alat bantu kebersihan diri,
perawatan diri, ditandai dengan
berpakaian, berhias, toileting dan
kriteria evaluasi :
- Pasien menyatakan makan
3. Bantu pasien dalam pemenuhan
kenyamanan terhadap
ADLS
kemampuan untuk
4. Letakkan alat-alat yang diperlukan
melakukan ADLS
untuk perawatan diri dekat dengan
- Pasien dapat melakukan
tempat tidur pasien
pemenuhan kebutuhan
5. Ajarkan pasien untuk mendorong
ADLS dengan bantuan
kemandirian: memberi bantuan
- Pasien terbebas dari bau
hanya jika pasien tidak mampu
badan
melakukan
15 /05/2017 4 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan luka
14.30 2. Observasi tanda-tanda infeksi
keperawatan selama 3x24 jam
3. Ajarkan pasien dan keluarga untuk
kerusakan integritas jaringan
menjaga kebersihan dan
teratasi dengan kriteria
evaluasi : kelembaban kulit sekitar luka
- Tidak ada tanda-tanda 4. Berikan terapi injeksi Anbacim 3x1
infeksi
gram/IV
- Menunjukkan terjadinya
proses penyembuhan luka
9. Implementasi Keperawatan
Tgl/Jam No Dx Implementasi Respon Paraf
15 Mei 1 Mengajarkan teknik S : pasien mengatakan nyeri post
2017 15.30 relaksasi dengan nafas op apendictomy dan pasien
Endang
dalam mau melakukan yang diajarkan
21
Tgl/Jam No Dx Implementasi Respon Paraf
perawat
O :pasien nampak bisa melakukan
relaksasi secara mandiri
16.00 1,4 Memberikan injeksi S : pasien mengatakan mau
Ambacim 1 gram. disuntik
Endang
O : injeksi masuk, kesakitan tidak
Ketorolac 30 mg,
phlebitis tidak, infuse tetesan
Ranitidin 1 ampul/IV
lancar
16.30 3 Membantu pasien S:-
O : pasien nampak lebih nyaman Endang
bak/pampers dan
mengganti pampers
17.00 4 Mengkaji keadaan luka S : pasien mengatakan nyeri luka
dan mengobservasi post op apendictomy hari 1
Endang
O : nampak luka sepanjang 8
tanda-tanda infeksi
cm masih terbalut kasa rembes
tidak warna kulit normal, kulit
sekitar luka tidak kemerahan,
bengkak tidak
17.30 1,3 - Membantu pasien S : pasien mengatakan mau
miring kanan kiri melakukan yang dikatakan
Endang
- Mengajarkan pasien
perawat
cara batuk dengan O : pasien nampak melakukan
menekan perut yang diajarkan perawat, pasien
dengan bantal nampak menahan nyeri saat
- Mendekatkan alat-
bergerak
alat perawatan diri di
samping tempat tidur
pasien
18.00 1,2,3,4 - Mengukur tekanan S : pasien mengatakan nyeri
P : post op apendictomy
darah, suhu, nadi,
Q : seperti tersayat Endang
respirasi R : abdomen kuadran kanan
- Mengkaji skala dan
bawah
intensitas nyeri S : skala ^
T : terus menerus
DO : ku lemah, kesadaran
composmentis
TD : 110/70 mmHg
S : 37 C
22
Tgl/Jam No Dx Implementasi Respon Paraf
N : 88 x/menit
RR : 18 x/menit
SPO2: 98 %
16 Mei 3 Memandikan pasien dan S:-
O : pasien nampak lebih nyaman Endang
2017 15.00 membantu pasien sikat
dan bersih
gigi, ganti baju
15.30 1 Mengukur tekanan S : pasien menyatakan sudah
darah, suhu, nadi, flatus lebih dari 10x
Endang
O : Ku sedang, kesadaran
respirasi
composmentis
Mengkaji bising usus
TD : 110/70 mmHg
S : 36 8C
N : 84 x/ menit
RR : 18 x/menit
Bising usus 5x/menit
16.00 1,4 Memberikan injeksi S : pasien mengatakan mau
Anbacim 1gr, Ranitidin 1 disuntik
Endang
O : injeksi masuk, kesakitan tidak,
ampul, ketorolac 30mg
phlebitis tidak, infus tetesan
IV
lancar
16.30 3 Membantu pasien duduk S : pasien mengatakan nyeri luka
post op, terutama untuk gerak
Endang
O : pasien nampak bisa duduk
dengan bantuan, ekspresi wajah
nampak menahan sakit
17.00 2 Menyajikan makanan S : pasien mengatakan masih
dalam kondisi hangat mual
Endang
O : porsi makanan yang disajikan
Menganjurkan makanan
habis porsi dari bubur dan lauk
porsi sedikit tapi sering
dan minum 200ml muntah tidak
Mengkaji intake
makanan
17.30 4 Mengajarkan pasien dan S:-
O : pasien dan keluarga
keluarga untuk menjaga
Endang
memahami yang di ajarkan
kebersihan dan
perawat
kelembaban kulit sekitar
luka
18.00 1 Mengkaji skala dan S : pasien mengatakan nyeri
P : post op apendictomy
intensitas nyeri
Q : seperti tersayat Endang
23
Tgl/Jam No Dx Implementasi Respon Paraf
R : kuadran kanan bawah
S : skala 5
T : Hilang timbul
17 Mei 3 Memandikan pasien dan S : pasien mengatakan lebih
2017 15.00 membantu ganti baju nyaman
Endang
O : pasien nampak lebih bersih
15.30 3 Mengkaji kemampuan S: pasien mengatakan makan,
pasien untuk perawatan toileting, sikat gigi bisa dilakukan
Endang
diri secara mandiri sendiri, bisa jalan dengan mandiri
O : kebutuhan mandi dang anti
baju masih dibantu perawat
16.00 1,4 Memberikan injeksi S : Pasien mengatakan mau
Ambacim 1gram, disuntik
Endang
O : injeksi masuk, kesakitan tidak
Ranitidin 1 ampul,
phlebitis tidak, infuse tetesan
ketorolac 30 mg IV
lancar
16.30 4 Mengkaji keadaan luka S:-
O : nampak luka post op
mengobservasi tanda-
Endang
apendictomy hari 3 di
tanda infeksi
kuadran kanan bawah
terbalut kassa rembes tidak,
sekitar luka bengkak tidak,
kemerahan tidak, panas tidak,
luka nyeri masih
17.00 2 Memberikan injeksi S : masih mengatakan mau
Ondancentron 4 mg IV disuntik
Endang
O : injeksi masuk, kesakitan tidak
phlebitis tidak,terpasang
infuse RL : 30Hs/menit
tetesan lancar
17.30 2 Menyajikan makan S : pasien mengatakan mual
dalam kondisi hangat kurang
Endang
O : makan habis porsi dari
Mengkaji intake
bubur, lauk, sayur, muntah
makanan
tidak, mukosa bibir nampak
lembab
18.00 1,2 Mengukur tekanan S : pasien mengatakan mual
P : post op apendictomy
darah, suhu, nadi,
24
Tgl/Jam No Dx Implementasi Respon Paraf
respirasi Q : seperti tersayat Endang
R : kuadran kanan bawah
Mengkaji bising usus
S : skala 4
Mengkaji skala dan T : hilang timbul
O : Ku sedang, kesadaran CM TD
intensitas nyeri
: 110/70 S : 368C
N : 88 x/menit
Bising usus 8 x/menit
RR : 18x/menit
26
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansyoer dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2, Media Aescularis FKUI :
Jakarta.
Brunner dan Suddath edisi 8, 2004. Keperawatan medikal Bedah, ECG : Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta.
EGC
Doenges, M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi III. Jakarta. EGC
Rothrock, Jane C (2000). Perencanaaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta. EGC
27