Anda di halaman 1dari 14

BAB III

STUDI KASUS

III.1 Profil Pasien


Nama : Angga Nugrah
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Komp. Unhas Jalan Pertanian
Ruang inap : Tulip 3B
No. RM : 230831
Cara bayar : Pelayanan Kesehatan Grats (YANKES Gratis)
Berat Badan : 35 kg

III.2 Profil Penyakit


Pasien masuk ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Makassar dengan keluhan utama batuk selama 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, nyeri hebat pada perut dan muntah-muntah. Dari wawancara pasien
diketahui tidak memiliki riwayat penyakit kronik. Diagnosis saat masuk adalah
abdominal pain (nyeri abdomen) dan diagnosis akhir adalah sugestis ileus
obstruksi.

19
III.3 Data klinik
Berdasarkan pemeriksaan dokter terhadap pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar, maka diperoleh hasil
perubahan klinik pasien yang dapat dilihat pada tabel III.1.

Tabel III.1 Data Hasil Pemeriksaan Klinis Pasien Angga Mulai Tanggal 13 Juli - 22 Juli 2017

Nilai Tanggal Pengamatan


Pemeriksaan
Normal 13/07/2017 14/07/2017 15/07/2017 16/07/2017 17/07/2017 18/07/2017 19/07/2017 20/07/2017 21/07/2017 22/07/2017
Tekanan 120/80
100/80
Darah mmHg
70-80
Denyut Nadi 78 80 100 80 80 110 100 88 88
kali/menit
< 20
Pernapasan 20 23 25 20 20 26 26 24 25
kali/menit
Suhu Badan 36,5oC 37,4 37,4 36,3 37,1 37,3 37,3 37 36,6 36,7
Defekasi Lancar () Berlendir Berlendir Berlendir Berlendir Berlendir
Berkemih Lancar ()
Batuk Tidak (-) - - - - - - - -
Sesak Tidak (-) - - - - - - - - - -
Flu Tidak (-) - - - - - - - - - -
Muntah Tidak (-) - - - - - - - -
Lemah Tidak (-) -
Nyeri Perut Tidak (-) Kadang Kadang

Keterangan: = lancar/ya
- = tidak

20
21

III.4 Data Laboratorium


Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pasien, maka diperoleh hasil
pemeriksaan yang dapat dilihat pada tabel III.2.

Tabel III.2 Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien Angga pada 13 Juli 2017
Hasil
No. Pemeriksaan Satuan Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
Sel Darah
1. 103/l 4-10 4,8 Normal
Putih
Sel Darah
2. 106/l 4,50-6,20 5,56 Normal
Merah
3. Hemoglobin g/dl 13-17,0 15,0 Normal
4. Hemotokrit % 40,1-51,0 42,5 Normal
Mean
5. Korpuskular fl 79,0-92,2 75,2 Normal
Volume
Mean
6. Korpuskular pg 25,6-32,2 26,5 Normal
Hematokrit
Mean
Korpuskular
7. g/dl 32,2-36,5 35,3 Normal
Konsentrasi
Hemoglobin
Di Bawah
8. P-LCR % 13,0-43,0 9,4
Nilai Normal
Di Atas Nilai
9. PCT % 0,2-0,4 3,00
Normal
Di Bawah
10. % Limfosit % 20-40
Nilai Normal
Di Atas Nilai
11. % Neutrofil % 50-76
Normal
III.5 Profil pengobatan
Berdasarkan gejala klinik penyakit dan kondisi pasien selama dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, pasien
kemudian diberikan pengobatan yang dapat dilihat pada tabel III.3.

Tabel III.3 Data Profil Pengobatan Pasien Ny. D Mulai Tanggal 4 Februari 12 Februari 2017

Kemasan/
bentuk Dosis/ aturan 4/3/ 5/3/ 6/3/ 7/3/ 8/3/ 9/3/ 10/3/ 11/3/ 12/3/
No Nama obat
sediaan/ pakai 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
kekuatan

1 Infus Ringer Laktat Botol 500 ml 28 tpm - - - - -

2 Infus Asam Amino Botol 500 ml 28 tpm

3 Infus Dekstrosa Botol 500 ml 28 tpm - - - -

Ampul 2 ml 1 ampul
4 Injeksi Ranitidin - -
(25 mg/ml) tiap 12 jam

Vial/Serbuk
1 vial
5 Injeksi Omeprazol rekonstitusi - - - -
tiap 24 jam
40 mg/10 ml
Ampul 2 ml 1 ampul
6 Injeksi Bisolvon - - - -
(2 mg/ml) tiap 8 jam
7 Botol 500 ml 1 botol infus
Infus Cetapain - - - - -
(10 mg/ml) Tiap 8 jam
1 ampul
Ampul 10 ml
8 Injeksi Alinamin F tiap 24 jam - - - - - - - -
(2,5 mg/ml)
(i.v. lambat)

Vial/Serbuk
1 vial
9 Injeksi Cefoperazon rekonstitusi - - - - - - -
tiap 12 jam
1 g/5 ml

Keterangan: () = diberikan , (-) = tidak diberikan

22
23

III.6 Analisis Rasionalitas


Berdasarkan profil pengobatan yang diberikan kepada pasien, maka
didapatkan analisis rasionalitas yang dapat dilihat pada tabel III.4.

Tabel III.4 Analisis Rasionalitas Pengobatan Pasien Ny. D Tanggal 4 12 April 2017
Rasionalitas
No Nama obat Aturan Cara Lama
Indikasi Obat Dosis Penderita
Pakai Pemberian Pemberian
Infus Ringer
1 Laktat R R R R R R R
500 ml
Infus Asam
2 R R R R R R R
Amino 500 ml
Infus Dekstrosa
3 R R R R R R R
500 ml
Injeksi
4 Omeprazol IR R R R R R R
(40 mg/10 ml)
Injeksi
5 Ranitidin R R R R R R R
(25 mg/ml)
Injeksi
6 Bisolvon R R R R R R R
(2 mg/ml)
Infus Cetapain
7 R R R R R R IR
(10 mg/ml)
Injeksi
8 Alinamin F R R R R R R IR
(2,5 mg/ml)
Injeksi
9 Cefoperazon R R R R R R IR
(1 g/5 ml)
Keterangan : IR : irrasional, R : rasional

III.7 Assesment dan Plan


Berdasarkan analisis rasional pengobatan pasien selama dirawat di Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji, maka dilakukan assessment dan plan yang
dapat dilihat pada tabel tabel III.5.
24

Tabel III.5 Data Assessment dan Plan dari Pengobatan Pasien Ny. D
Problem
Terapi DRPs Rekomendasi Monitoring
Medik
Sebaiknya diberikan
Terapi Anti- Tidak ada
Tidak Ada obat analgesik seperti Kondisi pasien
Nyeri pengobatan
ketorolak.

Ranitidin
Terapi Anti- Indikasi yang Sebaiknya dipilih
Kondisi pasien
hiperasilitas sama salah satu.
Omeprazol

Sebaiknya dihentikan
Terapi Anti- Infus Lama ketika suhu tubuh Suhu tubuh
Piretik Cetapain pengobatan pasien kembali pasien
normal.
Sebaiknya diberikan
ketika sejak
Terapi Injeksi Lama didapatkan hasil
Kondisi pasien
Antibiotik Cefoperazon pengobatan white blood cell
pasien yang melebihi
nilai normal.
Sebaiknya diberikan
sejak didapatkan
Terapi Injeksi Waktu
pasien dalam kondisi Kondisi pasien
Vitamin Alinamin Pengobatan
lemah hingga pasien
pulih.

III.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

INSTALASI FARMASI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR


PELAYANAN FARMASI KLINIK, PIO DAN MUTU
25

FORM PEMBERIAN KONSELING OBAT

Nama : Ny. D
Umur : 76 Tahun 4 bulan 3 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Kemauan
Ruang inap : Baji Kamase 1
No. RM : 3498xx
Cara bayar : BPJS
Berat Badan : 49 kg
Tinggi Badan : 145 cm
IMT : 22,7 kg/cm

Tabel III.6 Data Konseling Pasien


Tanggal
No Masalah / Keluhan Konseling yang Diberikan
Konseling
Pasien dianjurkan memperbaiki
Pasien mengeluhkan bengkak pola tidur dan istirahat yang
1 9 April 2017 pada perut, sakit menelan dan cukup dan keluarga pasien
merasa lemah disarankan memperhatikan waktu
pemberian obat pasien.

Pasien diberikan motivasi,


Pasien masih mengeluhkan
menjaga pola istirahat dan
2. 11 April 2017 bengkak pada perut, sakit
keluarga pasien tetap
menelan dan merasa lemah
memperhatikan waktu pemberian
obat pasien.

III.9 Uraian Obat


1. Infus Ringer Laktat (11)
a. Komposisi
Setiap 500 ml larutan mengandung:
Kalsium klorida 0,10 g
Kalium 0,15 g
Natrium klorida 3,00 g
26

Natrium Asetat 1,90 g


Air untuk injeksi ad 500 ml
b. Indikasi
Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
c. Mekanisme Kerja
Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan
tekanan osmotik, klorida merupakan anion utama dalam darah, kalium
merupakan kation terpenting di intraseluler berfungsi untuk saraf dan otot.
Dengan adanya bikarbonat, ringer laktat sangat baik digunakan untuk diare,
demam dengue syok, dan syok perdarahan.
d. Dosis
Dosis: 500 ml - 1000 ml dengan kecepatan 300 - 500 ml per jam (kira - kira
75 - 125 tetes/menit). Dosis tergantung umur, berat badan, dan kondisi klinis
pasien serta hasil lab. Pemberian cairan harus berdasarkan kebutuhan cairan
pemeliharaan yang dihitung atau kebutuhan cairan pengganti untuk setiap
pasien.
e. Efek samping
Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan.
f. Kontraindikasi
Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

g. Interaksi
Ringer laktat mengandung ion kalsium, sehingga jangan diberikan dengan
menggunakan infus set yang sama dengan darah karena kemungkinan
terjadi koagulasi.
h. Perhatian
Hati-hati pada penderita kerusakan hati.
i. Bentuk Sediaan
Infus IV 500 ml dan 1000 ml.
2. Aminofluid (12)
a. Komposisi
Setiap 500 ml larutan mengandung :
Natrium 17,5 mEq
Kalium 10 mEq
Magnesium 2,5 mEq
Florida 17,5 mEq
Sulfat 2.5 mEq
Asetat 6,5 mEq
27

Glukonat 2,5 mEq


Laktat 10 mEq
Sitrat 3 mEq
Fosfor 5 mmol
Zinc 2,5 mol
Glukosa 37,5 g
Total Asam Amino Bebas 15 g
Total nitrogen 2,35 g
Asam amino
esensial/nonesensial 1,44 g
BCAA 30%
Total kalori 150 kkal

b. Indikasi
Suplai asam amino, elektrolit dan air sebelum dan sesudah operasi, pada
individu dengan hipoproteinemia atau malnutrisi ringan karena kuragnya
asupan oral.
c. Dosis dan Aturan pakai
Dewasa: 500 ml yang dimasukkan melalui pembuluh darah perifer.
Maksimal: 2500 ml per hari.
d. Efek samping
Ruam, ketidaknyamanan dada, palpitasi, otak, paru dan edema perifer,
hiperpotassemia, asidosis, intoksikasi air, nyeri vaskuler, flebitis,
menggigil, demam, rasa hangat, sakit kepala.
e. Kontraindikasi
Koma hepatik atau risiko koma hati, gangguan ginjal berat atau azotemia,
gagal jantung kongestif, asidosis berat, metabolisme normal elektrolit,
hiperpotassemia, hiperfosfatemia, hipermagnesemia, hiperkalsemia,
mengurangi output urin dan metabolisme asam amino yang abnormal.
f. Perhatian
Pada pasien gangguan hati dan gangguan ginjal, asidosis, diabetes
mellitus, pasien hamil, menyusui, lansia dan anak.
g. Bentuk sediaan
Infus 500 ml x 1
3. Infus Dektrosa (11)
a. Komposisi
28

Setiap 500 ml larutan mengandung :


Glukosa 25 g
Air untuk injeksi ad 500 ml
b. Indikasi
Mengembalikan keseimbangan cairan pada terapi intravena serta untuk
keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan
oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).

c. Efek samping
Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi
pada pembuluh darah dan tromboflebitis.
d. Kontraindikasi
Hiperglikemia
e. Bentuk Sediaan
Infus IV, 100, 250, dan 500 ml.
4. Ranitidin (11,13,14)
a. Komposisi
Setiap ml mengandung 27,9 mg Ranitidin HCl yang setara dengan ranitidin
25 mg.
b. Indikasi
Mencegah ulkus pada penggunaan ketorolak pada pasien, pengobatan jangka
pendek untuk tukak lambung dan duodenum.
c. Mekanisme Kerja
Merupakan obat golongan antagonis selektif dan reversibel terhadap
reseptor histamin-2 (H2) yang bekerja menghambat sekresi asam lambung.
d. Farmakokinetik
Absorpsi oral 50%, volume distribusi normal pada ginjal 1,4 l/kg, ikatan
protein plasma 15%, dimetabolisme di hati menjadi N-oksida atau S-oksida,
biovalabilitas IM 90%, waktu paruh eliminasi 2,5-3 jam, 2-2,5 jam pada
intravena, waktu puncak plasma 2-3 jam, diekskresi melalui urin yaitu 30%
untuk sediaan oral dan 70% sediaan IV (dalam bentuk tidak berubah), atau
dalam bentuk metabolit melalui feses.
e. Dosis dan Aturan Pakai
Injeksi IV 50 mg tiap 8 jam
f. Efek Samping
Sakit kepala, konstipasi, ruam kulit
g. Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap ranitidin

h. Perhatian
29

Gangguan lambung, gangguan fungsi ginjal, disfungsi hati, kehamilan,


Laktasi.
5. Omeprazol (11,12,13)
a. Komposisi
b. Setiap ml mengandung natrium omeprazol 42,6 mg yang setara dengan
omeprazol 40 mg.
c. Indikasi
Merupakan terapi pilihan untuk kondisi-kondisi berikut yang tidak dapat
menerima pengobatan peroral: ulkus duodenum, ulkus gaster, esofagitis
ulseratif dan sindrom Zolinger Ellison.
d. Mekanisme Kerja
Omeprazole secara reversibel mengurangi sekresi asam lambung dengan
menghambat secara spesifik enzim lambung pompa proton H +/ K+ ATPase
dalam sel parietal lambung.
e. Farmakokinetik
Natrium omeprazol diabsorpsi dengan cepat, 95% natrium omeprazol terikat
pada protein plasma. Omeprazol dimetabolisme secara sempurna terutama
di hati, sekitar 80% metabolit diekskresi melalui urin dan sisanya melalui
feses.
f. Dosis
Omeprazol intravena hanya boleh digunakan jika pemberian secara peroral
tidak memungkinkan, contohnya pada pasien yang sakit parah. Dosisnya 40
mg, sehari sekali. Larutkan omeprazol injeksi dengan 10 ml pelarut (10
ml/ampul), dan tidak boleh digunakan cairan infus lainnya. Berikan dalam
waktu tidak kurang dari 2,5 menit. Berikan dengan kecepatan tidak lebih
dari 4 ml/menit.
g. Efek samping
Omeprazol pada umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping berikut
dilaporkan terjadi pada individu yang mendapat terapi omeprazol pada
situasi klinik terkontrol seperti sakit kepala, diare, nyeri abdomen, mual,
muntah, infeksi saluran nafas atas, vertigo, ruam, konstipasi, batuk, astenia,
nyeri tulang belakang, dan lain-lain. Kebanyakan efek samping bersifat
ringan dan sementara dan tidak ada hubungan yang konsisten dengan
pengobatan.
h. Kontraindikasi
30

Omeprazol dikontraindikasikan untuk pasien yang diketahui


hipersensitivitas terhadap obat ini atau bahan lain yang terdapat dalam
formulasi.
i. Perhatian
Gangguan fungsi hati, dan pada wanita hamil.
j. Bentuk Sediaan
1 vial 40 mg serbuk injeksi dan 1 ampul @ 10 ml pelarut injeksi.
6. Bisolvon (11,12)
a. Komposisi
Setiap ml mengandung bromheksin 2 mg.
b. Indikasi
Agen mukolitik, yaitu obat yang berfungsi mengencerkan dahak.
c. Mekanisme Kerja
Meningkatkan produksi lendir di saluran pernafasan dan menyebabkan
dahak menjadi lebih tipis/lebih cair dengan cara menghilangkan serat asam
mukopolisakarida dan mengurangi adesi lendir pada dinding tenggorokan
sehingga mempermudah pengeluaran lendir pada saat batuk.
d. Dosis
Pada kasus parah dan pemberian obat pra dan pasca operasi, obat diberikan
2-3x sehari 1 ampul secara intravena (2-3 menit). Obat diberikan secara
infus intravena dengan glukosa, levulosa, garam fisiologis, atau larutan
ringer.
e. Efek samping
Efek samping yang relatif ringan yaitu gangguan pada saluran pencernaan
misalnya mual, muntah, diare, rasa penuh di perut, dan nyeri pada ulu hati.
Efek samping lain bisa berupa sakit kepala, vertigo, keringat berlebihan dan
kenaikan enzim transaminase. Efek samping yang lebih serius tetapi
kejadiannya jarang misalnya reaksi alergi seperti kulit kemerahan, bengkak
pada wajah, sesak nafas dan kadang-kadang demam.
f. Perhatian
Ibu hamil dan menyusui, serta penderita tukak lambung.
7. Cetapain (12,13,14)
a. Komposisi
Setiap ml mengandung 10 mg parasetamol.
b. Indikasi
Sebagai penurun demam, mengurangi nyeri ringan hingga sedang setelah
proses operasi, di mana pemberian dengan cara lain seperti secara oral atau
31

rektal tidak memungkinkan dan secara klinis pemberian secara intravena


dapat dibenarkan.
c. Mekanisme Kerja
Menghambat kerja enzim siklooksiginase (COX). Enzim ini berperan pada
pembentukan prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan
dihambatnya kerja enzim COX, maka jumlah prostaglandin pada sistem
saraf pusat menjadi berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri
berkurang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan
titik acuan hipotalamus di pusat pengendali suhu tubuh di otak.
d. Farmakokinetik
Sebagian besar di absorpsi di usus halus, ikatan dengan protein plasma
sebesar 10-25%, dimetabolisme di hati dengan enzim CYP2E1 menjadi N-
asetil-p-benzoquinamin. Waktu paruh eliminasi 2-3 jam. Waktu puncak
plasma pada pemberian intravena 15 menit, diekskresikan melalui urin
dalam bentuk tak berubah 5%, 60-80% dalam bentuk metabolit sulfat.
e. Dosis
Dosis dewasa dan anak dengan berat badan lebih dari 50 kg: 1 gram
diberikan secara infus intravena selama 15 menit. Obat diberikan hingga 4
kali sehari. Dosis maksimal 4 gram. Dosis dewasa dan anak dengan berat
badan 30-50 kg: 15 mg/kg BB diberikan secara infus intravena selama 15
menit. Obat diberikan hingga 4 x sehari. Dosis maksimal 60 mg/kg BB/hari.
f. Efek samping
Bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya melebihi
dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini meningkat pada orang-
orang yang mengkonsumsi alkohol. Efek samping pada ginjal relatif jarang.
Namun pada penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan resiko
kerusakan ginjal termasuk gagal ginjal akut.
g. Perhatian
Hati-hati pada penderita kerusakan hati.
h. Bentuk Sediaan
Botol infus 100 ml.
8. Alinamin F (11,12)
a. Komposisi
Setiap ml mengandung 2,73 mg tiamin tetrahidrofurfuril disulfida
hidroklorida yang setara dengan 2,5 mg tiamin dan glukosa 200 mg.
b. Indikasi
32

Pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B1, seperti beri-beri dan


neuritis.
c. Dosis
Untuk injeksi sehari 1-2 x 10-20 ml secara intravena dan perlahan-lahan.
d. Efek samping
Hipersensitivitas, dan yang terberat syok anafilaksis.
e. Kemasan
Dus 5 ampul injeksi 10 ml.
9. Cefoperazon (11,12)
a. Komposisi
Tiap g serbuk untuk injeksi mengandung natrium cefoperazon 1,135 g yang
setara dengan cefoperazon 1 g.

b. Indikasi
Infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi intra abdominal
lain, kolesistitis, kolangitis, septikemia, dan gonore.
c. Mekanisme Kerja
Merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas
antibakteri. Aktivitas bakterisida didapatkan dengan penghambatan sintesis
dinding sel bakteri. In vitro cefoperazon memiliki aktivitas luas terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif. Obat diberikan secara infus intravena
dengan glukosa, levulosa, garam fisiologis, atau larutan ringer.
d. Dosis
Dewasa sehari 2-4 g intramuskular atau intravena dalam dosis terbagi dua
kali (setiap 12 jam).
e. Efek samping
Reaksi hipersensitivitas, hipotrombinemia, kenaikan sementara alanin
transaminase, aspartat transaminase dan alkali fosfotirase, diare, mual dan
muntah.
f. Perhatian
Hati-hati pada pasien dengan alergi penisilin.
g. Interaksi
Alkohol, aminoglikosida dan antibiotik golongan sefalosporin lain
meningkatkan resiko kerusakan pada sel ginjal.

Anda mungkin juga menyukai