Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Khusus Kepaniteraan Klinik

FAKULTAS KEDOKTERAN JIWA Selasa, 22 Maret 2016


UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI .

NAMA DOKTER MUDA : Nur Haerat R. Jahuddin, S.ked

NAMA PASIEN : Nn. Nurkhoiriah


(Nama ayah) : (Tn. Laode Patompo)

1|Laporan Kasus Kecil


No. Status : 05.28.59
Masuk RS : 22 Maret 2016

Nama : N. Nurkhoiriah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal lahir : Raha, 28 Maret 2003 (13 Tahun)
Status Perkawinan : Belum Menikah
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Suku Bangsa : Muna
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Orinunggu, Kec. Kambu, Kel. Padalea, Kota
Kendari
Dikirim Oleh : Ayah Pasien (Tn. Laode Patompo)
Dokter yang menangani : dr. Junuda RAF, M.Kes., Sp.KJ

Diagnosa Sementara :F43.1 Gangguan stress pasca trauma


Gejala Utama : Nyeri dada

2|Laporan Kasus Kecil


LAPORAN PSIKIATRIK
I. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama dan alasan MRSJ :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan nyeri dada.

2. Riwayat gangguan sekarang


Keluhan dan Gejala:
Pasien diantar oleh ayahnya ke IGD RS Jiwa dengan keluhan
nyeri dada sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dada dirasakan tiba-tiba dan
tidak tentu waktunya, nyeri biasanya timbul saat pasien sedang sendiri
di rumah dan akan berkurang saat ayah pasien mengusap-usap dada
pasien. Sebelumnya, pasien sempat di bawa ke IGD RS Abunawas
namun oleh dokter jaga disarankan untuk konsultasi ke dokter jiwa dan
pada saat itu pasien hanya diberikan obat penenang yaitu alprazolam.
Setelah pasien pulang dari IGD, pasien tidak langsung pergi konsultasi
di dokter jiwa melainkan pula ke rumahnya terlebih dahulu. Namun
karena nyeri dada pasien semakin berat maka ayah pasien membawa
pasien ke IGD RS jiwa. Sebelum nyeri dada muncul, ayah pasien
merasa kalau tingkah laku anaknya berubah sejak 1 bulan yang lalu.
Pada malam 1 bulan yang lalu, sepupu pasien yang tinggal di rumah
pasien, pulang dalam keadaan mabuk setelah pesta miras bersama
teman-temannya sekitar jam 3 pagi. Sepupu pasien kemudian masuk
ke dalam kamar pasien. Pasien yang dalam keadaan tidur tiba-tiba
terbangun saat merasa ada orang yang meraba-raba kakinya. Saat
pasien sadar kalau sepupunya sedang meraba-raba kakinya, sontak
pasien menangis, akibat tangisan pasien, ayah dan ibu pasien yang
tengah tidur di kamar sebelah ikut terbangun dan bergegas ke kamar
pasien. Orang tua pasien melihat sepupu pasien keluar dari kamar
pasien tanpa mengenakan baju dan beralasan kepada mereka bahwa ia
masuk ke kamar untuk mengambil bantal karena ia ingin tidur di depan
televisi. Orang tua pasien masuk ke dalam kamar pasien dan

3|Laporan Kasus Kecil


menanyakan kepada pasien perihal mengapa ia menangis tengah
malam, namun pasien tidak mengucapkan apa-apa, hanya terdiam
sambil terus menangis. Keesokan harinya, pasien tidak berangkat ke
sekolah dan hanya mengurung diri di kamar. Oleh karena ibu pasien
yang merasa prihatin terhadap kondisi pasien, ibunya mulai
memberanikan diri membujuk pasien untuk bercerita mengenai
masalah yang ia alami. Setalah dibujuk sekian lama, pasien akhirnya
menceritakan apa yang terjadi pada malam itu sambil menangis. Dan
setelah iya menceritakan kronologis kejadian malam itu, pasien
berpesan kepada ibunya agar hanya keluarga inti mereka saja yang
tinggal di dalam rumah, jangan sampai ada orang lain khususnya laki-
laki yang tinggal di rumah mereka. Ibu pasien yang kaget mendengar
penuturan anaknya segera menghubungi ayah pasien dan menceritakan
apa yang ia dengar dari anaknya. Setelah mendengar cerita tersebut,
ayah pasien yang saat itu sedang berada di bengkel segera pergi
mencari sepupu pasien yang tidak lain merupakan keponakannya juga.
Saatayah pasien tidak menemukan keponakannya di tempat ia bekerja,
ayah pasien menitip pesan kepada teman kerja keponakannya bahwa ia
sedang mencarinya. Tidak lama setelah ayah pasien pulang, sepupu
pasien datang. Ayah pasien berusaha menahan emosinya dan bertanya
kepada keponakannya tentang apa yang telah ia lakukan terhadap
pasien. Keponakannya tersebut tidak mengaku, hal inilah yang
menyulut emosi ayah pasien sehingga memukul keponakannya hingga
babak belur dan akhirnya mengusir keponakannya tersebut dari rumah.
Semenjak hari itu, pasien yang awalnya periang, sering membantu
orang tuanya menjaga adiknya, dan pandai bergaul berubah menjadi
pendiam, sering marah apabila disuruh menjaga adiknya dan selalu lari
bersembunyi ke dalam kamarnya ketika melihat tamu datang ke
rumahnya apalagi jika tamu itu seorang laki-laki. Namun dengan
seiring berjalannya waktu kondisi pasien mulai agak membaik
meskipun masih terlihat waspada pada laki-laki. Pada 1 minggu yang

4|Laporan Kasus Kecil


lalu, ada keluarga pasien yang mengalami kecelakaan, dan setelah
keluar dari rumah sakit, keluarganya tersebut sempat beristirahat di
rumah pasien selama beberapa hari. Perilaku pasien kembali berubah
saat melihat sepupunya yang melakukan tindakan percobaan asusila
terhadapnya datang menjenguk keluarganya yang habis kecelakaan itu.
Hendaya/disfungsi
- Hendaya sosial :Ada, pasien menjadi pendiam,
sering melamun, dan pemurung serta lebih sering menyendiri.
- Hendaya pekerjaan :Ada, pasien menjadi pemarah saat
disuruh menjaga adiknya yang masih kecil.
- Hendaya waktu senggang :Ada, pasien menjadi pemurung dan
lebih sering mengurung diri di kamarnya.
Faktor stresor psikososial :Ada, pasien merasa trauma dengan
laki-laki akibat perbuatan sepupunya tersebut. Oleh karena itu pasien
sering bersembunyi di kamar apabila ada tamu laki-laki ke rumahnya
dan pasien juga sangat takut dengan sepupunya tersebut.
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya: Ada, gangguan sekarang merupakan pengulangan dari
riwayat penyakit psikis sebelumnya dan diperparah dengan adanya
nyeri dada yang timbul..
3. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat penyakit fisik : Tidak ada
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif : Tidak ada
3. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya : Tidak ada
4. Riwayat kehidupan pribadi:
1. Riwayat prenatal dan perinatal :
Pasien dikandung oleh ibunya selama 9 bulan, lahir normal ditolong
oleh bidan dan lahir di rumah. Pasien lahir dengan berat badan normal
dan tidak ada riwayat kejang demam saat bayi.
2. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun) :

5|Laporan Kasus Kecil


Pasien berkembang layaknya anak-anak lain seusianya, pasien tidak
mengalami keterlambatan dalam perkembangan dan pertumbuhannya,
dan pasien sesekali sakit namun menurut orang tua pasien berupa sakit
ringan seperti flu dan demam.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien tidak melalui Taman kanak-kanak (TK), pasien masuk ke
sekolah dasar (SD) pada usia 6 tahun dan tamat pada usia 12 tahun.
Selama sekolah, pasien terkenal sebagai siswa dengan prestasi yang
baik, masuk peringkat 3 besar di kelasnya, dan pasien juga memiliki
banyak teman.
4. Riwayat masa kanak akhir remaja (usia 12-18 tahun)
Setelah tamat SD, pasien melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP
yang sementara menduduki kelas 2.
5. Riwayat masa dewasa:
a. Riwayat pendidikan : Pasien masih melanjutkan pendidikannya
di kelas 2 SMP.
b. Riwayat pekerjaan : Pasien masih melanjutkan pendidikannya
di kelas 2 SMP.
c. Riwayat pernikahan :Pasien belum menikah.
d. Riwayat kehidupan sosial : Meskipun pasien merupakan sosok
pribadi yang periang dan pasien pandai bersosialisasi dengan
orang-orang di sekitarnya sehingga memiliki banyak teman.
e. Riwayat kehidupan spiritual : Pasien merupakan orang yang suka
melaksanakan sholat 5 waktu
f. Riwayat forensik : Pasien tidak pernah terlibat proses
hukum maupun dengan polisi.
6. Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Anak kedua
seorang laki-laki berusia 11 tahun, anak ketiga laki-laki 4 tahun dan
anak keempat perempuan 1 tahun. Hubungan dengan kedua orang tua
baik, pasien rajin membantu orangtuanya dalam menjaga adiknya yang

6|Laporan Kasus Kecil


amsih kecil. Hubungan pasien dengan ketiga adiknya juga baik. Pasien
merupakan sosok yang menyanyangi seluruh anggota keluarganya.
7. Riwayat kehidupan sekarang :
Saat ini pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan ketiga
adiknya. Sikap pasien yang awalnya periang dan mudah bergaul
dengan orang lain berubah semenjak kejadian itu dan menjadi sosok
pribadi yang takut dengan laki-laki sehingga sering bersembunyi di
kamar apabila ada tamu yang datang ke rumahnya.
8. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien mengatakan bahwa menyadari dirinya sakit dan membutuhkan
pengobatan.

II. Pemeriksaan status mental (Selasa, 22-3-2016)


A. Deskripsi umum:
1. Penampilan umum:
Pasien datang ke poli RSJ dengan menggunakan baju kaos berwarna
merah muda lengan pendek, celana jeans panjang berwarna biru, sandal
berwarna putih.
2. Kesadaran : Composmentis berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Gelisah
4. Pembicaraan : Terganggu, pasien tidak mau kontak mata dengan
pemeriksa.
5. Sikap terhadap pemeriksa: Kurang kooperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan dan empati:
1. Mood : Anhedonia
2. Ekspresi afektif : Sempit
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat diraba dan dirasakan
C. Fungsi intelektual (kognitif):
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : baik
2. Orientasi

7|Laporan Kasus Kecil


a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
3. Daya ingat
a. Panjang : Baik
b. Sedang : Baik
c. Pendek : Baik
d. Segera : Baik
4. Daya konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran abstrak : baik
6. Bakat kreatif : Karate
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berfikir:
1. Arus berfikir
a. Produktivitas : Menurun
b. Kontinuitas : Menurun
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : tidak ada
F. Pengendalian impuls : terganggu
G. Daya nilai dan tilikan
1. Norma sosial : baik
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian realitas : baik

8|Laporan Kasus Kecil


4. Tilikan : Derajat 6, sadar kalau sakit dan butuh
pengobatan
H. Taraf yang dapat dipercaya : kurang dapat dipercaya

III. Pemeriksaan fisik neurologi


A. Satuan internus
o TD : 110/70 mm
o N : 80 x/menit
o P : 16 x/menit
o S : 36,5 0C
B. Satuan neurologis
- GCS : E4M6V5
- Kaku kuduk: Negatif
- Pupil : Bulat isokor
- Refleks fisiologis: Normal
- Refleks patologis: Tidak ditemukan

IV. Ikhtisar penemuan bermakna:


Nn. N, 13 tahu, pelajar, suku Muna, agama Islam, diantar oleh ayahnya ke
IGD RS Jiwa dengan keluhan nyeri dada sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dada
dirasakan tiba-tiba dan tidak tentu waktunya, nyeri biasanya timbul saat
pasien sedang sendiri di rumah dan akan berkurang saat ayah pasien
mengusap-usap dada pasien. Sebelumnya, pasien sempat di bawa ke IGD RS
Abunawas namun oleh dokter jaga disarankan untuk konsultasi ke dokter
jiwa dan pada saat itu pasien hanya diberikan obat penenang yaitu
alprazolam. Setelah pasien pulang dari IGD, pasien tidak langsung pergi
konsultasi di dokter jiwa melainkan pula ke rumahnya terlebih dahulu.
Namun karena nyeri dada pasien semakin berat maka ayah pasien membawa
pasien ke IGD RS jiwa. Sebelum nyeri dada muncul, ayah pasien merasa
kalau tingkah laku anaknya berubah sejak 1 bulan yang lalu. Pada malam 1
bulan yang lalu, sepupu pasien yang tinggal di rumah pasien, pulang dalam

9|Laporan Kasus Kecil


keadaan mabuk setelah pesta miras bersama teman-temannya sekitar jam 3
pagi. Sepupu pasien kemudian masuk ke dalam kamar pasien. Pasien yang
dalam keadaan tidur tiba-tiba terbangun saat merasa ada orang yang meraba-
raba kakinya. Saat pasien sadar kalau sepupunya sedang meraba-raba
kakinya, sontak pasien menangis, akibat tangisan pasien, ayah dan ibu pasien
yang tengah tidur di kamar sebelah ikut terbangun dan bergegas ke kamar
pasien. Orang tua pasien melihat sepupu pasien keluar dari kamar pasien
tanpa mengenakan baju dan beralasan kepada mereka bahwa ia masuk ke
kamar untuk mengambil bantal karena ia ingin tidur di depan televisi. Orang
tua pasien masuk ke dalam kamar pasien dan menanyakan kepada pasien
perihal mengapa ia menangis tengah malam, namun pasien tidak
mengucapkan apa-apa, hanya terdiam sambil terus menangis. Keesokan
harinya, pasien tidak berangkat ke sekolah dan hanya mengurung diri di
kamar. Oleh karena ibu pasien yang merasa prihatin terhadap kondisi pasien,
ibunya mulai memberanikan diri membujuk pasien untuk bercerita mengenai
masalah yang ia alami. Setalah dibujuk sekian lama, pasien akhirnya
menceritakan apa yang terjadi pada malam itu sambil menangis. Dan setelah
iya menceritakan kronologis kejadian malam itu, pasien berpesan kepada
ibunya agar hanya keluarga inti mereka saja yang tinggal di dalam rumah,
jangan sampai ada orang lain khususnya laki-laki yang tinggal di rumah
mereka. Ibu pasien yang kaget mendengar penuturan anaknya segera
menghubungi ayah pasien dan menceritakan apa yang ia dengar dari anaknya.
Setelah mendengar cerita tersebut, ayah pasien yang saat itu sedang berada di
bengkel segera pergi mencari sepupu pasien yang tidak lain merupakan
keponakannya juga. Saat ayah pasien tidak menemukan keponakannya di
tempat ia bekerja, ayah pasien menitip pesan kepada teman kerja
keponakannya bahwa ia sedang mencarinya. Tidak lama setelah ayah pasien
pulang, sepupu pasien datang. Ayah pasien berusaha menahan emosinya dan
bertanya kepada keponakannya tentang apa yang telah ia lakukan terhadap
pasien. Keponakannya tersebut tidak mengaku, hal inilah yang menyulut
emosi ayah pasien sehingga memukul keponakannya hingga babak belur dan

10 | L a p o r a n K a s u s K e c i l
akhirnya mengusir keponakannya tersebut dari rumah. Namun dengan seiring
berjalannya waktu kondisi pasien mulai agak membaik meskipun masih
terlihat waspada pada laki-laki. Pada 1 minggu yang lalu, ada keluarga pasien
yang mengalami kecelakaan, dan setelah keluar dari rumah sakit, keluarganya
tersebut sempat beristirahat di rumah pasien selama beberapa hari. Perilaku
pasien kembali berubah saat melihat sepupunya yang melakukan tindakan
percobaan asusila terhadapnya datang menjenguk keluarganya yang habis
kecelakaan itu. Terdapat hendaya social, hendaya pekerjaan, dan hendaya
waktu senggang. Terdapat faktor stressor psikososial. Pada pemeriksaan
status mental didapatkan kesadaran composmentis berubah, mood anhedonia,
afek sempit, serasi, empati dapat diraba dirasakan, fungsi kognitif baik, tidak
ditemukan adanya gangguan persepsi, proses berfikir baik, pengendalian
impuls terganggu, daya nilai dan tilikan baik pasien sadar kalau sakit dan
butuh pengobatan, kurang dapat dipercaya. Pemeriksaan fisik dan neurologi
dalam batas normal.

V. Evaluasi multiaksial
Aksis I
Berdasarkan hasil dari anamnesis ditemukan adanya pola perilaku yang
secara klinis bermakna seperti nyeri dada yang berkurang ketika dusap
oleh ayahnya, gelisah. Ditemukan adanya hendaya sosial, hendaya
pekerjaan, hendaya waku senggang, sehingga kasus ini telah memenuhi
kriteria pedoman diagnostik dan digolongkan dalam Gangguan Jiwa
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan
penyakit/gangguan sistemik otak atau lainnya yang dapat menyebabkan
disfungsi otak sehingga dapat digolongkan dalam gangguan jiwa non
organik.
Dari hasil anamnesis tidak ditemukan adanya gangguan persepsi berupa
halusinasi dan gangguan isi pikir berupa waham sehingga kasus ini
digolongkan dalam Gangguan Jiwa non Psikotik.

11 | L a p o r a n K a s u s K e c i l
Berdasarkan uraian anamnesis ditemukan adanya gejala stress akibat
tindakan percobaan pelecehan seksual yang pernah dialaminya, tidak
berani tidur sendiri, takut bertemu dengan semua sepupu laki-lakinya,
terdapat gejala otonom berupa nyeri dada, terdapat hendaya social,
hendaya pekerjaan, dan hendaya waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien memenuhi kriteria diagnosis Gangguan
stress pasca trauma (F43.1)
Aksis II
Dari uraian kehidupan yang dialami pasien didapatkan informasi bahwa
pasien kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan,
atau kemarahan terhadap orang lain dan pasien memiliki sedikit aktivitas
yang memberikan aktivitas kesenangan sehingga dapat digolongkan dalam
Gangguan kepribadian schizoid (F60.1).
Aksis III
Kondisi medik baik dan status gizi baik.
Aksis IV
Pasien merasa trauma dengan laki-laki akibat perbuatan sepupunya tersebut.
Aksis V
60 51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VI. Daftar problem


Organobiologik :
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga membutuhkan
psikofarmaka.
Psikologik :
Terdapat gangguan dengan suasana perasaan sehingga membutuhkan
psikofarmaka dan sosioterapi
Sosiologik :
Terdapat hendaya sosial, hendaya pekerjaan, dan hendaya waktu senggang
sehingga membutuhkan sosioterapi

12 | L a p o r a n K a s u s K e c i l
VII.Prognosis : Dubia Ad Bonam
Faktor pendukung :
Adanya dukungan dari keluarga pasien khususnya ayah pasien yang peduli
terhadap penyakit pasien.
Faktor penghambat :
Pelaku pelecehan yang merupakan sepupu pasien sehingga bias sja
bertemu dengan pasien sewaktu-waktu karena masih sering berkunjung.

VIII. Rencana terapi


a. Psikofarmaka :
Haloperidol 1,5 mg 3x1
Amitriptyline 25 mg 3x1
Alprazolam 0,5 mg 2x1
b. Psikoterapi :
Memberikan penjelasan kepada pasien supaya rajin meminum
obatnya dan selalu berpkiran positif mengenai kondisinya sekarang, dan
memberikan penjelasan kalau tidak semua sepupunya dan laki-laki
seperti sepupunya yang melakukan pelecehan secara perlahan-lahan.
c. Sosioterapi :
Memberi penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat
pasien tentang keadaan pasien dan menciptakan lingkungan yang
kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan pasien.

IX. Pemeriksaan penunjang


a. Fisik-biologis : Tidak ada
b. Psikometri : Tidak ada

13 | L a p o r a n K a s u s K e c i l
X. Diskusi Pembahasan (PPDGJ-III)
Pedoman diagnostic
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun
waktu 6 bulan setelah kejadian traumatic berat (masa laten yang berkisar
antara beberapa minggu samapai beberapa bulan)
Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya
waktu mulai saat kejadian dan onset ganggua melebihi waktu 6 bulan,
asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternative
kategori gangguan lainnya.
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan baying-bayang
atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatic tersebut secara berulang-ulang
kembali.
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar
biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi
dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama
setelah mengalami katastrofa)

14 | L a p o r a n K a s u s K e c i l
Dialog
Selasa, 22 Maret 2016

DM : Assalamualaikum .
AP : Walaikumsalam dok
DM : Perkenalkan pak, saya dokter muda (sambil menjabat tangan ayah
pasien).
AP : iye (menjabat tangan dokter muda)
DM : Apa keluhannya sampai pak membawa pasien ke poli?
AP : Ini dok adik saya sejak 3 hari yang lalu dia rasa sakit di dadanya.
DM : oh iye pak, bias saya ukur dulu TD ya, pak?
AP : Silahkan dok.
AP : Bagaimana mi TD nya anak saya, dok?
DM : 120/90 mmhg pak, kenapa adiknya? Ada keluhan apa tadi adiknya?
(sambil melihat ke ayahnya pasien)
AP : Ini dok, adik saya ini sejak 3 hari yang lalu mengeluh sakit di dada
DM : Oh iye, sebelumnya adik ta begini apa yang terjadi sama dia? Adakah
masalahnya?
AP : Iye, Pada malam 1 bulan yang lalu, sepupu anak ini yang tinggal di
rumah anak ini, pulang dalam keadaan mabuk setelah pesta miras bersama
teman-temannya sekitar jam 3 pagi. Sepupu anak ini kemudian masuk ke
dalam kamar anak ini. Anak ini yang dalam keadaan tidur tiba-tiba
terbangun saat merasa ada orang yang meraba-raba kakinya. Saat anak ini
sadar kalau sepupunya sedang meraba-raba kakinya, sontak anak ini
menangis, akibat tangisan anak ini, ayah dan ibu anak ini yang tengah
tidur di kamar sebelah ikut terbangun dan bergegas ke kamar anak ini.
Orang tua anak ini melihat sepupu anak ini keluar dari kamar anak ini
tanpa mengenakan baju dan beralasan kepada mereka bahwa ia masuk ke
kamar untuk mengambil bantal karena ia ingin tidur di depan televisi.
DM : Pas kita masuk ke kamarnya anak ta apa reaksinya?

15 | L a p o r a n K a s u s K e c i l
AP : Orang tua anak ini masuk ke dalam kamar anak ini dan menanyakan
kepada anak ini perihal mengapa ia menangis tengah malam, namun anak
ini tidak mengucapkan apa-apa, hanya terdiam sambil terus menangis.
Keesokan harinya, anak ini tidak berangkat ke sekolah dan hanya
mengurung diri di kamar. Oleh karena ibu anak ini yang merasa prihatin
terhadap kondisi anak ini, ibunya mulai memberanikan diri membujuk
anak ini untuk bercerita mengenai masalah yang ia alami. Setalah dibujuk
sekian lama, anak ini akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada malam
itu sambil menangis. Dan setelah iya menceritakan kronologis kejadian
malam itu, anak ini berpesan kepada ibunya agar hanya keluarga inti
mereka saja yang tinggal di dalam rumah, jangan sampai ada orang lain
khususnya laki-laki yang tinggal di rumah mereka. Ibu anak ini yang kaget
mendengar penuturan anaknya segera menghubungi ayah anak ini dan
menceritakan apa yang ia dengar dari anaknya.
DM : Setelah itu apa tindakan yang kita ambil?
AP : Setelah mendengar cerita tersebut, ayah anak ini yang saat itu sedang
berada di bengkel segera pergi mencari sepupu anak ini yang tidak lain
merupakan keponakannya juga. Saat ayah anak ini tidak menemukan
keponakannya di tempat ia bekerja, ayah anak ini menitip pesan kepada
teman kerja keponakannya bahwa ia sedang mencarinya. Tidak lama
setelah ayah anak ini pulang, sepupu anak ini datang. Ayah anak ini
berusaha menahan emosinya dan bertanya kepada keponakannya tentang
apa yang telah ia lakukan terhadap anak ini. Keponakannya tersebut tidak
mengaku, hal inilah yang menyulut emosi ayah anak ini sehingga
memukul keponakannya hingga babak belur dan akhirnya mengusir
keponakannya tersebut dari rumah.
DM : Setelah diusir sepupunya dari rumah bagaiman sikap anak ta?
AP : Namun dengan seiring berjalannya waktu kondisi anak ini mulai agak
membaik meskipun masih terlihat waspada pada laki-laki. Pada 1 minggu
yang lalu, ada keluarga anak ini yang mengalami kecelakaan, dan setelah
keluar dari rumah sakit, keluarganya tersebut sempat beristirahat di rumah

16 | L a p o r a n K a s u s K e c i l
anak ini selama beberapa hari. Perilaku anak ini kembali berubah saat
melihat sepupunya yang melakukan tindakan percobaan asusila
terhadapnya datang menjenguk keluarganya yang habis kecelakaan itu.
DM : selain itu masih ada lagi yang lain? Seperti bagaimana makannya dan
tidurnya? Masih bagus ji atau berkurang ki?
AP : Oh iye, itu juga, jadi malas ki makan baru susah sekali kalau tidur, biasa
jam 2 pi atau jam 3 baru dia tidur.
DM : Oh iye pak, saya sudah tanya-tanya mi ki ini, nanti kalau datang mi
dokter spesialisnya kita dipanggil lagi di.
AP : Oh iye dok, terima kasih dok

17 | L a p o r a n K a s u s K e c i l

Anda mungkin juga menyukai