OLEH:
MULHIYAH
040120140181
C3
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
1
KODE ETIK PROFESI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PEMBUKAAN
2
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia mengikat secara
moral, sikap dan perilaku setiap anggota Polri. Pelanggaran terhadap Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia harus dipertanggung-jawabkan di
hadapan Sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolsiian Negara Republik Indonesia
guna pemuliaan profesi kepolisian. Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia dapat berlaku juga pada semua organisasi yang menjalankan fungsi
Kepolisian di Indonesia.
BAB I
ETIKA PENGABDIAN
Pasal 1
a. Menjunjung tinggi sumpah sebagai anggota Polri dari dalam hati nuraninya
kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Menjalankan tugas keNegaraan dan kemasyarakatan dengan niat murni karena
kehendak Yang Maha Kuasa sebagai wujud nyata amal ibadahnya;
c. Menghormati acara keagamaan dan bentuk-bentuk ibadah yang
diselenggarakan masyarakat dengan menjaga keamanan dan kekhidmatan
pelaksanaannya.
Pasal 2
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia berbakti kepada nusa dan bangsa
sebagai wujud pengabdian tertinggi dengan :
3
Pasal 3
Pasal 4
a. Menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah;
b. Tidak memihak;
c. Tidak melakukan pertemuan di luar ruang pemeriksaan dengan pihak-pihak
yang terkait dengan perkara;
d. Tidak mempublikasikan nama terang tersangka dan saksi;
e. Tidak mempublikasikan tatacara, taktik dan teknik penyidikan;
f. Tidak menimbulkan penderitaan akibat penyalahgunaan wewenang dan
sengaja menimbulkan rasa kecemasan, kebimbangan dan ketergantungan pada
pihak-pihak yang terkait dengan perkara;
g. Menunjukkan penghargaan terhadap semua benda-benda yang berada dalam
penguasaannya karena terkait dengan penyelesaian perkara;
h. Menunjukkan penghargaan dan kerja sama dengan sesama pejabat Negara
dalam sistem peradilan pidana;
4
i. Dengan sikap ikhlas dan ramah menjawab pertanyaan tentang perkembangan
penanganan perkara yang ditanganinya kepada semua pihak yang terkait
dengan perkara pidana yang dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan tentang
penyelesaiannya.
Pasal 5
Pasal 6
5
Pasal 7
BAB II
ETIKA KELEMBAGAAN
Pasal 8
Pasal 9
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memegang teguh garis
komando, mematuhi jenjang kewenangan, dan bertindak disiplin berdasarkan
aturan dan tata cara yang berlaku.
(2) Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan perintah yang bertentangan
dengan norma hukum yang berlaku dan wajib bertanggung jawab atas
pelaksanaan perintah yang diberikan kepada anggota bawahannya.
6
(3) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dibenarkan menolak
perintah atasan yang melanggar norma hukum dan untuk itu anggota tersebut
mendapatkan perlinungan hukum.
(4) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan
perintah kedinasan tidak dibenarkan melampaui batas kewenangannya dan
wajib menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya kepada atasan
langsunnya.
(5) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya tidak boleh terpengaruh oleh istri, anak dan orang-
orang lain yang masih terkait hubungan keluarga atau pihak lain yang tidak
ada hubungannya dengan kedinasan.
Pasal 10
Pasal 11
7
Pasal 12
8
BAB III
ETIKA KENEGARAAN
Pasal 13
Pasal 14
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga jarak yang sama
dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik taktis,
serta tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik golongan tertentu.
Pasal 15
Pasal 16
BAB IV
PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI
Pasal 17
9
a. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;
b. Kewajiban pelanggar untuk menyatakan penyesalan atau meminta maaf secara
terbatas ataupun secara terbuka;
c. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi;
d. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi Kepolisian.
Pasal 18
Pasal 19
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan 18, diatur lebih lanjut
dengan Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
BAB V
PENUTUP
Pasal 20
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Juli 2003
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
10
Analisis Terhadap Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia
Kode etik merupakan produk asli yang dirancang dan dibuat oleh orang-
orang yang sudah profesional dibidangnya, karena dengan pengalamannya selama
ini mereka dapat mengkritisi apa yang semestinya menjadi pedoman berperilku
yang baik untuk profesi mereka secara menyeluruh.
Kode etik profesi ini menurut saya kurang lebih tampak seperti sebuah
harapan untuk mewujudkan kepolisian yang bermoralitas yang baik seperti yang
didambakan oleh semua pihak. Dalam sebuah reality show yang berjudul 86 di
NET TV menurut saya itulah contoh-contoh polisi terbaik yang didmbakan oleh
bangsa ini, namun itu hanyalah sebuah penayangan pencitraan untuk kepolisian.
Dalam realitanya kita jarang menjumpai polisi yang semacm itu.
Berikut analisa saya terkait dengan kode etik profesi polisi dan realita di
lapangan:
1. Sisi positif
Semua aturan dalam kode etik ini adalah harapan untuk menjadikan
kepolisian Negara Republik indonesia menjadi baik. Seperti halnya dalam
pembukaan dikatakn tugas utama kepolisian adalah memelihara keadaan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan melindungi, mengayomi serta
melayani masyaraka. Dengan adanya kode etik ini diharapk dapat mencerminkan
jati diri setiap anggota kepolisian.
Ada beberapa aturan yang menurut saya sudah sangat baik dan patut untuk
diaplikasikan, yaitu pasal 10 di mana dalam pasal tersebut jelas mencerminkan
sila ke 4 pancasila. Kemudian dalam pasal 12 mencerminkan sifat toleransi yang
tinggi dan menjunjung kesetiakawanan dalam keadaan apapun. Saya percaya
bahwa pelaksanaan dalam kedua pasal tersebut benar terelisasikan di lapangan
dan ini dapat dijadikan panutan bagi institusi lainnya.
2. Sisi negatif
11
Adapun sisi negtif dalam kode etik kepolisian ini menurut saya apa yang
tertuang dalam kode etik ini tidak dijalankan dengan benar oleh sebagian polisi.
Seperti dalam pasal 2 poin c dan d, pasal 3 poin a dan b, pasal 4 poin a, b, c, f, i,
pasal 5 poin c, d, e, g, pasal 6 ayat 1 dan pasal 7.
3. Solusi
Sisi positif dan negatif sama halnya dengan pro dan kontra. Akan tetapi
fokus kita tidak berguna jika hanya di pihak kontra. Kita sebagai warga negara
Indonesia haruslah menjadi warga yang aktif untuk senatiasa menjadi kontrol
sosial. Jangan sampai kita yang memberikan mereka peluang untuk bertindak
sewenang-wenangnya diluar daripada hak dan kewjibannya.
Selain itu perlunya aparat kita untuk memperkokoh benteng iman dan
ahlaknya, karena sesungguhnya orang yang beragama taat akan tahu mana baik
dan buruk, dan meskipun mereka berbuat buruk kuantitasnya hanya sedkit.
Sumber: https://mardalli.wordpress.com/2009/06/03/11/
12