Anda di halaman 1dari 31

KATA SAMBUTAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa salah satu
pembangunan sumber daya manusia Indonesia adalah melalui pengendalian jumlah
penduduk.

Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6
juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan
lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia
di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini
karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di
Indonesia.

Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau
tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak
diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduduk yang dianggap beban
pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya
pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk
lansia di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk lansia potensial dan
penduduk lansia tidak potensial.

BKKBN yang merupakan instansi pemerintah yang berwenang menyelenggerakan Program


Kependudukan dan Keluarga Berencana memiliki Program Pembangunan Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga (PK3). Khusus untuk keluarga lansia, BKKBN melalui Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan membina dan memberdayakan kelompok-kelompok
kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di seluruh kelurahan dan desa yang ada di
Indonesia.

Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang
memiliki lansia yang berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam
memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia
tidak potensial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan
pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia.

Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga
lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Dengan demikian, kelompok BKL menjadi sangat penting dan strategis
keberadannya. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia semakin optimal, maka diperlukan Pedoman Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia.

i
Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk
penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini,
yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2.
Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia; 4.
Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6.
Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi
Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE.
Diharapkan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia di setiap
tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik.

Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari
10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina
pelaksana program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan demikian, akan
terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Jakarta, Mei 2012

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera

dan Pemberdayaan Keluarga,

Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan.

Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan)
yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Pembinaan
Ketahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanan
dan Kesejahteraan Keluarga (PK3).

Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media Pembelajaran
Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL dan
mengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSP
keluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalam
kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkan
seri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan.

Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri,
dan pada seri ketiga akan dibahas mengenai Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia.

Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susun
memiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap saran
dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan Media
Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya

Jakarta, Mei 2011


Direktorat Bina Ketahanan Keluarga
Lansia dan Rentan
Direktur,

Drs. Furqan Ia Faried,MA

iii
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ................................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1


A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
B. Sasaran ................................................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................................... 3
D. Batasan Pengertian ............................................................................................... 3

BAB II FASE KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA


PERMASALAHAN TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA .............................................. 5
A. Klimakterium........................................................................................................... 5
B. Menopause ............................................................................................................ 6
C. Senium .................................................................................................................... 10
D. Andropause ............................................................................................................ 10
E. Menghadapi Proses Alamiah ................................................................................ 11

BAB III SEKSUALITAS DAN LANSIA............................................................................... 14


A. Seksualitas Di Era Lansia ....................................................................................... 14
B. Seksualitas Pada Lansia Wanita ............................................................................ 14
C. Seksualitas Pada Lansia Laki-Laki .......................................................................... 15
D. Beberapa Deskripsi Seksualitas Pada Lansia ....................................................... 16

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 19


LAMPIRAN ..................................................................................................................... 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) merupakan salah satu bentuk kesepakatan
International Conference on Population and Development (ICPD) Cairo 1994, dimana
dalam komitmen Internasional ini telah disepakati satu konsensus bahwa hak-hak
kesehatan reproduksi di segala usia harus dijamin antara lain dengan memberikan
informasi dan konseling mengenai kesehatan dan pelayanan reproduksi yang benar.

Berkaitan dengan hal tersebut, berdasar realita dilapangan menggambarkan bahwa di


Indonesia akses informasi dan konseling kesehatan reproduksi maupun kesehatan
seksualitas bagi penduduk yang sekarang berusia lanjut masih sangat kurang. Akibat
dari hal tersebut sangat kompleks antara lain maraknya penyelewengan dengan wanita
lain dan wanita penjaja seks serta terjadinya sejumlah kasus pelecehan, penyimpangan
dan kejahatan seksual (perkosaan) terhadap perempuan, termasuk terhadap anak-anak
dan remaja, oleh laki-Iaki lansia. Kondisi ini secara tidak langsung terdukung oleh latar
belakang budaya yang cenderung menempatkan perempuan/isteri hanya sebatas
sebagai media pemuas seksual suaminya, sehingga lansia perempuan yang sudah
menopause kurang peduli atau membiarkan suaminya untuk mencari perempuan lain
atau wanita penjaja seks.
Realitas ini ditemukan pada Penelitian Latar Belakang Budaya Lansia di Yogyakarta oleh
United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999, dengan responden wanita berusia 57 tahun,
dari latar belakang yang berbeda, menyatakan sudah tidak mau lagi melayani
kebutuhan biologis suaminya, dan secara suka rela menyilahkan suaminya untuk "jajan"
di luar. Bila kondisi semacam ini dibiarkan akan merugikan kesehatan reproduksi kaum
lansia seperti tertular Infeksi Menular Seksual (IMS), mati mendadak karena serangan
jantung akibat dari overdosis obat atau minuman supplemen tertentu, serta merusak
moralitas keluarga lansia tersebut, serta moralitas masyarakat dan bangsa pada
umumnya
Keadaan ini mencerminkan bahwa sampai saat ini para lansia tidak/belum memperoleh
akses pelayanan konseling kesehatan reproduksi yang memadai dari pemerintah.
Namun saat ini pemerintah telah melangkah maju dengan memberikan dan
menyediakan informasi, konseling dan pelayanan yang cukup bagi remaja dan
dewasa/pralansia perihal kesehatan reproduksi, terutama melalui Kementerian
Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta sektor
terkait.

1
Untuk ini Pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia dilaksanakan sebagai bagian dari
jenjang perawatan kesehatan primer yang antara lain juga mencakup:
1. KIE dan konseling tentang kesehatan seksualitas dan reproduksi sesuai umur;

2. Pengobatan infeksi organ reproduksi, yakni penyakit yang ditularkan secara


seksual, termasuk penyakit HIV/AIDS dan kanker alat reproduksi.

Berdasar latar belakang di atas maka dipandang penting untuk diterapkannya program
Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) yang antara lain dapat diaplikasikan menjadi bagian
integral dari Program Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Posyandu Lansia yang telah
berjalan di masyarakat.

B. SASARAN

1. Para Lanjut Usia

Lansia perlu memahami kesehatan seksual dan reproduksi khususnya kesehatan


reproduksi lansia, agar memiliki informasi yang benar mengenai kondisi kehidupan
dan kesehatan reproduksi lansia dan berbagai faktor disekitarnya. Dengan
memahami informasi secara benar, diharapkan lansia mempunyai sikap dan
tingkah laku yang benar dan bertanggung jawab mengenai kehidupan dan
kesehatan reproduksi di era lansia.

2. Anak/anggota keluarga lansia.

Anak-anak dari pasangan lansia yang umumnya sudah berkeluarga, perlu mendapat
informasi tentang Kesehatan Reproduksi Lansia, karena mereka mempunyai
hubungan moral, emosional dan sosial yang erat dengan orang tuanya. Untuk itu
diharapkan mereka dapat membantu menyampaikan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi tersebut kepada orang tuanya, agar terhindar dari perilaku
seks dan reproduksi yang salah baik dari segi fisik maupun moralitas.
Bagaimanapun anak yang sudah berkeluarga merupakan komponen penting dalam
memelihara ketahanan keluarga secara keseluruhan. Lebih dari itu, secara tidak
langsung mereka ikut memahami bagaimana mempersiapkan diri menjadi calon
pasangan lansia dalam menjaga aktifitas seksualnya maupun dalam membina KRL
nya dikemudian hari.

3. Sasaran Pembinaan KRL lainnya

Sasaran tidak langsung program ini antara lain adalah tokoh masyarakat, lembaga/
organisasi kemasyarakatan seperti PKK, Paguyuban lansia, Perkumpulan Pensiunan,
kelompok masyarakat yang memasuki era pra lansia, pre menopause dan sasaran
strategis sejenis lainnya. Dengan berpengetahuan tentang KRL, mereka diharapkan
dapat menjadi sumber informasi tentang KRL baik bagi keluarganya maupun bagi
masyarakat pada umumnya.

2
C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai Kesehatan Reproduksi


Lansia (KRL).
2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya pengetahuan dan perilaku positif lansia tentang KRL

b. Meningkatnya pengetahuan dan perlakuan positif keluarga lansia dan


masyarakat tentang KRL lansia.

c. Terbinanya kehidupan harmoni suami-isteri sampai lansia/mati.

d. Terbinanya keharmonisan 3 generasi dalam kehidupan keluarga lansia .

D. BATASAN PENGERTIAN

1. KELUARGA
Adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anak, ayah dan anak, atau ibu dan anak.

2. KETAHANAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


Adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisikmaterial guna hidup mandiri dan mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan
serta kebahagiaan lahir dan batin.

3. LANSIA (LANJUT USIA)


Adalah orang yang telah berusia 60 tahun keatas.

4. KELUARGA LANSIA
Adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya telah berusia 60
tahun keatas atau keluarga yang terdiri dari suami istri, yang berusia diatas 60
tahun keatas

3
5. BINA KELUARGA LANSIA (BKL)
Adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai Lansia yang
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki
lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber- KB bagi PUS anggota
kelompok kegiatan.

6. PEMBINAAN KETAHANAN KELUARGA LANSIA


Adalah program peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga bagi keluarga
lansia.

7. KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA


Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) adalah kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh lansia. Pengertian sehat disini
bukan semata-mata berarti secara fisik bebas dari penyakit atau kecacatan, namun
juga sehat secara mental dan sosio kultural berkait dengan kehidupan
reproduksinya.

8. PEMBINAAN KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA


Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia adalah rangkaian dan/atau kelompok
kegiatan yang berkaitan dengan upaya menjaga KRL.

9. PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PENDIDIKAN SEKS


Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi. Lingkup
bahasan Pendidikan kesehatan reproduksi lansia mencakup seluruh proses yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya,
mulai dari aspek proses menuju era menopause sampai dengan hak-hak reproduksi.
Adapun pendidikan seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan/perilaku seksualitas.

4
BAB II
FASE KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA

PERMASALAHAN TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA

Kondisi fisik, mental dan sosial setiap orang mengalami perubahan yang terjadi secara
pelan, teratur dan pasti. Diawali dari keadaan/fase yang serba lemah, meningkat sampai
puncaknya kemudian menurun sampai kondisi yang lemah pula. Pada saat mengalami
penurunan inilah biasanya terjadi kegelisahan, kegoncangan bahkan bisa terjadi hal-hal yang
sangat merugikan apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar. Fase
ini biasanya dikelompokkan kedalam fase Klimakterium, Menopause, Senium dan
Andropause.

A. KLIMAKTERIUM

Klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seorang wanita, dimana
terjadi perubahan fisik maupun mental yang disebabkan terutama karena terjadinya
penurunan hormonal secra pelan dan pasti pada wanita tersebut. Pada fase ini seorang
wanita akan mengalami "kekacauan" pola menstruasi, serta terjadi perubahan
psikologis dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun
sebelum dan sesudah menopause, dengan variasi ada yang sampai 10 tahun atau tanpa
kekacauan yang significan, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia
40 tahun s/d 55 tahun.

1. Kondisi Fisiologis

Pada fase klimakterium terjadi penurunan hormon kewanitaan secara perlahan dan
pasti, diikuti dengan perubahan fisiologis antara lain menurunya sampai
berhentinya fungsi ovarium (indung telur) dan tidak memproduksi telur dan kadar
hormon estrogen menurun. Hal tersebut berakibat haid tidak teratur, rahim
mengecil, kulit mulai keriput, dan mengalami dispareunia (sakit saat bersenggama)
karena produksi getah vagina berkurang.

2. Kondisi Psikologis

Pada fase klimakterium, secara patologis gejala psikosomatik mengalami


peningkatan dalam berbagai bentuk, antara lain cemas, gelisah, mudah
tersinggung, kesepian, merasa terasing, takut tanpa sebab, susah tidur, gampang
lelah, berdebar-debar, cemburu, dan curiga pada suami.

5
B. MENOPAUSE

Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara alamiah.
Setiap wanita pasti mengalami masa menopause (Fitria, 2007). Dalam perjalanan
hidupnya seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun, mengalami penuaan
indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan hormon estrogen. Sistem
hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam memproduksi hormon, antara
lain kemunduran kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin untuk
metabolisme umum dan kemunduran kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme
kalsium. Penurunan produksi hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan
psikis.

1. Proses Menopause

Menopause adalah waktu berhentinya siklus haid seorang wanita secara alamiah
yang biasanya terjadi pada periode dimana wanita berusia antara 45 - 50 tahun
(Kasdu, 2002). Menopause dapat didahului dengan proses yang berlangsung lama,
bahkan dapat berlangsung seIama sepuluh tahun. Artinya seorang perempuan
kemungkinan sudah mengalami perubahan pada siklus dan kualitas haidnya, serta
perubahan-perubahan fisik maupun psikis lainnya pada saat ia berusia 40 tahun.
Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada wanita rata-rata setelah mencapai
usia 50 tahun (dengan rentang usia antara 48 - 52 tahun).

Dapat ditambahkan, bahwa saat datangnya menopause berbeda-beda setiap


orang, karena dipengaruhi oleh usia pertama kali perempuan memperoleh haid
(menarche). Variasi ini terjadi pula akibat adanya perbedaan status, gizi,
kultur/budaya, Iingkungan sosial. Sebagai contoh wanita berpendidikan dan
berpenghasilan tinggi biasanya mendapatkan menopause pada usia lebih tua
dibanding dengan wanita dari strata dibawahnya.

2. Perubahan-perubahan saat menopause


a. Perubahan organ reproduksi :

Rahim mengalami atrofi (pengecilan ukuran), panjang menyusut, dinding


rahim menipis. Jaringan otot rahim menjadi menyusut, dan mengandung
lebih banyak jaringan serabut (fibrotik). Leher rahim (serviks) mengecil, tidak
menonjol ke dalam, lama kelamaan akan "merata" dengan dinding vagina.

lipatan-Iipatan saluran indung telur menjadi lebih pendek, menipis dan


mengerut, rambut getar pada ujung saluran telur (fimbrae) menghilang;

Volume indung telur mengecil dan permukaan mengeriput;

Otot jaringan vagina (liang senggama) melemah dan Iebar vagina


menyempit;

Jaringan vulva (mulut kemaluan) menipis karena berkurang/hilangnya


jaringan lemak dan elastisitas sehingga nyeri saat bersenggama
(dispareunia).

6
b. Perubahan fungsi reproduksi

Pada menopause, menurunnya kondisi fisiologis disertai dengan Indung telur


mengecil sehingga tidak menghasilkan telor lagi, siklus menstruasi normal
berhenti, dan berarti kesuburan pada wanita tersebut telah berhenti pula.

c. Perubahan kejiwaan

Perubahan kejiwaan yang dialami seorang wanita menjelang menopause.


Antara lain: merasa tua, karena takut menjadi tua, tidak menarik lagi, mudah
tersinggung, gampang kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan seksual suaminya, khawatir suami akan menyeleweng.
Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan seksual (orgasme).
Mereka juga merasa sudah tidak berguna, secara ekonomi tidak produktif,
merasa hanya menjadi beban keluarga.

3. Gejala menopause

Beberapa gejala menopause adalah timbul hot flushes atau hawa panas, lazimnya
terjadi pada wajah atau kulit leher tetapi dapat pula terasa pada seluruh tubuh.
Gejala lain dapat berupa sulit tidur (insomnia), merasa pusing-pusing, emosi
berubah-ubah, gampang tersinggung, dan minat melakukan hubungan seksual
mulai menurun. (Pratiwi, 2005).

Tanda-tanda lain menopause adalah lazim dialami perempuan usia di atas 50/55
tahun. Diikuti dengan keluhan psikis : malu bertemu orang lain dan kemudian
cenderung mengurung diri. Kulit keriput, payudara kendor, menggantung. Tulang
mengalami keropos (osteoporosis, mudah patah), kelainan pembuluh darah
meningkat. Implikasi yang kemudian muncul adalah aktivitas senggama : menurun,
karena vagina kering dan sakit. Namun perlu diperhatikan bahwa menstruasi yang
terjadi saat menopause, harus dicurigai adanya kanker (Risanto, 2005).

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa saat menopause, volume hormon estrogen


berkurang secara signifikan. Kondisi ini mengakibatkan beberapa kumpulan gejala
yang disebut dengan sindroma kekurangan estrogen, yaitu :

a. Gangguan neurovegetatif (gejolak panas);

b. Gangguan psikis, gampang tersinggung, depresi (tertekan), insomnia (sulit


tidur);

c. Gangguan organik seperti infark jantung, osteoporosis, peradangan, infeksi


atau penyusutan organ seks.

Gejala-gejala tersebut sangat nyata, menyebabkan penurunan kualitas dan


produktivitas hidup kaum wanita.

7
4. Menyikapi perubahan dan gejala yang timbul saat menopause

Untuk menghadapi/mengatasi perubahan dan gejolak jiwa saat datangnya masa


klimakterium, menopause sampai dengan senium, yang terutama adalah adanya
pengetahuan dan kesadaran tentang kehadiran menopause maupun penetahuan
tentang KRL pada umumnya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang KRL maka
secara dini dapat diantisipasi secara benar.

Potensi penting lainnya adalah keharmonisan dan adanya saling pengertian dalam
keluarga. Dalam keluarga yang rukun, damai dan harmonis, kesiapan menerima
proses penuaan semakin besar tanpa terganggu gejala klinis yang berarti.
Keharmonisan sangat penting, karena pasangan ini akan ditinggalkan anak anaknya
kuliah, bekerja maupun berkeluarga, dan bertempat tinggal di lain daerah. Maka
saling pengertian harus selalu dibina agar tetap bahagia hidup serumah dengan
pasangan yang sama-sama sudah lansia. Karena pada dasarnya sebagian lansia
wanita tidak sanggup untuk hidup bersama dengan keluarga anaknya. Kebahagiaan
hidup pasangan lansia ini akan berimplikasi positif saat isterinya memasuki masa
klimakterium tanpa ketakutan ditinggal berselingkuh oleh suaminya. Untuk itu
maka pengetahuan tentang KRL harus dikuasai dua pihak serta keluarganya.

5. Menghindari penuaan kulit terlalu cepat

Wanita menopause dianjurkan untuk tetap menjaga kesegaran tubuh, agar tetap
menarik dan membuat tampil lebih percaya diri. Hal itu dimaksudkan untuk
merespon usia yang semakin bertambah, diikuti dengan kulit semakin tipis, makin
sensitive terhadap sinar matahari, lapisan lemak bawah kulit menjadi longgar,
sehingga keriput dan kering akan muncul di wajah, dagu dan leher.

Beberapa tips untuk menghambat proses penuaan kulit adalah sebagai berikut :

a. Usahakan tubuh jangan terlalu gemuk, sehingga saat lemak bawah kulit
berkurang atau menghilang tidak terlalu nyata;

b. Hindari sebanyak mungkin sinar matahari, karena sinar ultraviolet dapat


merusak kulit dan kemungkinan menimbulkan kanker kulit;

c. Meningkatkan aktivitas olah raga paling tidak seminggu tiga kali masing-masing
sekitar 30 menit, melakukan massage (di salon kecantikan) dengan maksud
memperlancar peredaran darah kulit sehingga keriput kulit tertahan;

d. Massage dapat dilakukan sendiri termasuk memberikan pelembab kulit.


(Manuaba, 1999).

8
6. Mempersiapkan Diri Menghadapi Menopause

Ketika wanita akan memasuki masa menopause perlu mempersiapkan diri dengan
baik antara lain:

a. Memenuhi makanan bergizi dengan maksud membantu dalam menghambat


implikasi negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit mengering.
Gizi harus terpenuhi secara seimbang yakni memenuhi zat gizi per hari dengan
asupan zat-zat gizi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, roti), protein
(telur, bayam), lemak omega 3 atau 6 (ikan), vitamin (A, B, C dan seterusnya),
mineral, dan air. Dengan pemenuhan gizi sesuai dengan kondisi kesehatannya
masing-masing.

b. Jenis makanan tersebut diantaranya dianjurkan mengandung phytohormon


estrogen (sebagai terapi pengganti hormon estrogen alamiah), seperti kacang
kedelai, papaya, tiap hari. Segelas susu kedelai setiap hari cukup bermanfaat
mengurangi keluhan menopause. Demikian pula bermanfaat untuk mencegah
"hot flushes" pada saat menopause dan mengurangi risiko peningkatan
kolesterol. Oleh karena peningkatan kolesterol dapat mengakibatkan hipertensi,
penyakit jantung koroner dan stroke. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D, seperti ikan tuna, ikan salmon, minyak ikan, telor dan
susu akan memperkuat tulang dan mengurangi osteoporosis.

c. Mengurangi Stress. Sebaiknya wanita yang memasuki era menopause


mempunyai kegiatan/beraktivitas secara rutin dan membiasakan diri dengan
hidup yang rileks, menghindari tekanan, pikiran yang membebani. Kebiasaan ini
adalah dalam rangka mengatasi gangguan psikologis, dimana wanita merasa
tidak sempurna lagi. Bila gangguan stress tidak secara dini diatasi kemungkinan
lebih buruk bisa saja terjadi yang dapat memicu munculnya berbagai jenis
penyakit degeneratif (penuaan).

d. Menghentikan merokok dan minuman beralkohol. Bagi wanita yang


berkebiasaan merokok maka wajib segera diakhiri. Oleh karena asap rokok dapat
meningkatkan risiko kanker paru , menyebabkan kulit wajah mengering, warna
kuku kusam karena kandungan nikotin yang melekat di jari jemari. Berhenti
merokok akan mengurangi gejala-gejala menopause.

e. Berolah raga secara terukur dan teratur, murah, sesuai usia seperti jalan kaki,
jogging, bersepeda, berenang, naik tangga (bukan lewat lift) minimal 3 kali dalam
seminggu. Olah raga berefek pada terpeliharanya hidup aktif yang mampu
menekan gejala insomnia, memperlambat osteoporosis, gangguan jantung,
mengeliminasi "hot flushess", dan mengurangi berat badan

f. Proses memasuki era menopause akan berjalan lancar manakala memperoleh


dukungan moral dari keluarga khususnya suami. Seorang suami harus paham dan
menyadari bahwa isterinya telah memasuki masa menopause untuk tanggap
antara lain dengan memberikan perhatian yang lebih intens. Tidak membiarkan
isterinya merana kesepian merasa tak berguna. Romantisme saat masih usia
muda mestinya terus dipelihara sehingga akan mengurangi perasaan perasaan
murung tadi. Demikian pula anak-anaknya hendaknya memahami kondisi
9
perasaan dan emosi ibunya yang tidak stabil. Kemesraan yang terbina dengan
baik diharapkan akan menyebabkan wanita merasa bahagia, efeknya keriput
wajah dan tubuh tidak terlalu cepat berkembang biak.

g. Melakukan kunjungan rutin ke petugas kesehatan untuk secara berkala diperiksa


kondisi kesehatannya, termasuk skrining dini kemungkinan adanya kanker mulut
rahim. Secara statistik kanker mulut rahim merupakan pembunuh pertama dan
utama wanita Indonesia yang jika dapat dideteksi lebih awal dapat diobati hingga
sembuh.

C. SENIUM

Fase Senium dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi mampu
beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik menonjol. Secara
patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang terutama tulang paha
sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu juga terjadi
gejala kemunduran Intelectual Quotient (lQ) yang ditandai dengan cepat lupa, ingatan
berkurang, tidak terasa bila berkemih dan buang air besar, serta sulit melakukan
aktivitas di tempat tidur.

D. ANDROPAUSE

Andropause merupakan istilah kenyamanan/kemudahan penyebutan bagi laki-laki yang


mengalami penuaan dengan segala konsekuensi dan gejala-gejala yang ditimbulkannya
dibidang fisik, sosial dan mentalnya. Ada pula yang memakai istilah menopause pria.
Istilah tersebut tidak tepat, terutama karena kalau pause pada wanita kesuburannya
berhenti pada laki-laki tidak berhenti tetapi hanya mengalami kemunduran secara
bertahap dan pasti. Disamping itu perubahan fisiologis reproduksi pada lansia tidak
terlihat atau terasa dibandingkan perubahan pada wanita yang terlihat atau berakibat
nyata. Sedangkan perubahan mental maupun sosial relatif sama dengan pada wanita,
walaupun umumnya pada kadar yang lebih ringan.

1. Gejala Andropause

Gejala Andropause meliputi:

a. Potensi seksual mulai menurun;

b. Kurang bergairah;

c. Mudah tersinggung;

d. Daya konsentrasi terganggu;

e. Mudah letih, lesu, lemah;

f. Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang;

g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang);

10
h. Rambut rontok ;

i. Kulit kering ;

j. Organ reproduksi laki-Iaki mengecil;

k. Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi darah tidak lancar
termasuk yang beredar di daerah organ reproduksi;

Meski begitu perlu dicatat bahwa tidak semua laki-Iaki mengalami andropause
pada usia yang sama.

2. Dampak Andropause bagi keluarga

Suami yang mengalami andropause biasanya mudah tersinggung, menjadi pemarah


karena kecewa tak puas dengan kondisi yang dialaminya. Situasi ini sangat tidak
menggembirakan bagi isteri dan anak-anaknya, karena bila berkelanjutan
diperkirakan mereka tidak menghormati ayahnya lagi.

3. Dampak paling buruk ketika suami mengalami andropause

Kemungkinan dampak buruk yang muncul adalah laki-Iaki pada masa andropause
ter-obsesi pikiran untuk mengetes daya seksualnya kepada lawan jenisnya atau
terobsesi oleh fantasi seksual yang melibatkan dan mencari pasangan yang lebih
muda usianya, pasangan lain/ berselingkuh, atau menjadi pelanggan wanita penjaja
seks.

Akibat perilaku tersebut bagi dirinya adanya kemungkinan terkena penyakit menular
seksual, yang kemudian menular pada isteri/ keluarga. Secara psikologis pasangan
akan merasa dikhianati yang dapat menjurus luntur dan hilangnya kebahagiaan
keluarga. Akibatnya dapat muncul ketegangan, tekanan, dan stress seluruh anggota
keluarga.

E. MENGHADAPI PROSES ALAMIAH

Klimakterium, menopause, senium, dan andropause merupakan proses alami (natural


process), semestinya tidak terjadi penyulit yang tidak perlu. Mereka yang kurang
berpendidikan kemungkinan kurang mengetahui berbagai masalah yang dapat terjadi
atau dianggap kodrat alami. Untuk itu maka peristiwa tersebut menjadi tugas keluarga,
terutama suami untuk memberikan perhatian penuh agar isteri tetap bahagia menjalani
masa-masa tersebut di atas, dengan didasari atas pengetahuan yang cukup tentang KRL.

11
1. Proses penuaan memperbesar terjadinya beberapa gangguan

Akibat dari proses penuaan dapat terjadi beberapa gangguan pada tubuh yang
meliputi :

a. Infeksi karena menurunnya daya tahan tubuh antara lain; infeksi alat kelamin,
infeksi paru, dan berbagai infeksi lainnya.

b. Proses degenerasi dapat terjadi pada :

sistem jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner,


tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, penyakit hati, gangguan pembekuan
darah, gagal ginjal, penyakit hati (liver) wajah tampak pucat

Sistem organ reproduksi antara lain pertumbuhan tumor jinak rahim,


pertumbuhan kista indung telur, perlukaan mulut rahim

Sistem pencernaan makanan seperti gangguan buang air besar, kencing


manis.

Keganasan dapat terjadi pada payudara, indung telur, keganasan mulut rahim
atau bagian dalam rahim.

2. Upaya menyikapi krisis menopause dan andropause

Yang harus diingat adalah menopause dan andropause bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan bagian dari siklus hidup yang semestinya wajar dijalani. Upaya
untuk menyikapinya adalah sebagai berikut:

a. Menikmati kegiatan yang selama ini tidak dilakukan karena kesibukan tugas,
pekerjaan rutin di kantor;

b. Mengikuti kursus-kursus atau meneruskan kuliah lagi;

c. Melakukan kegiatan sosial dan seni budaya;

d. Menjalani karier baru yang dulu sama sekali tak pernah terpikirkan misalnya
berbisnis tanaman hias, beternak, mengembangkan minat menulis atau
membangun perpustakaan pribadi dan yang sejenis;

e. Saling memahami, memberi dan menerima dukungan dalam keluarga;

f. Meningkatkan kekhusyukan dalam kehidupan spiritual.

3. Upaya menyikapi krisis penuaan pada lansia

a. Mengetahui tentang pola makan yang salah dan akibatnya

Makanan yang diperlukan tidak terlalu banyak, sekedar dapat mempertahankan


proses pergantian jaringan yang rusak. Mengkonsumsi makanan berlebih akan
berakibat terbentuknya lemak di bokong, payudara dan perut, berat badan

12
bertambah, akibatnya keindahan tubuh berkurang. Implikasi lain adalah tubuh
yang terlalu gemuk mengganggu metabolisme tubuh yang dapat menimbulkan
penyakit jantung koroner, kencing manis, kolesterol tinggi, dan menambah
beban berat pada sendi dan tulang yang sudah terganggu.

Demikian juga harus diusahakan agar makan tidak terlalu sedikit, takut ini takut
itu, sehingga asupan gizi tidak mencukupi untuk mengganti sel-sel rusak, kurus,
tanpa tenaga

b. Mengetahui tentang pola makan yang benar bagi lansia

Pola makan yang benar bagi lansia dianjurkan lebih banyak mengkonsumsi buah
dan sayuran, agar bahan serat lebih banyak. Makanan jenis serat ini akan
membantu penurunan lemak tubuh dan kolesterol yang dapat mengurangi
berbagai penyakit seperti kanker, tekanan darah tinggi, penyakit jantung
koroner dan membantu proses pencernaan.

c. Mengkonsumsi vitamin dan zat penting lainnya

Vitamin yang dianjurkan bagi lansia adalah vitamin B kompleks, yang bersumber
dari kacang-kacangan, sayuran segar. Vitamin A banyak terkandung pada buah-
buahan berwarna. Melalui bantuan sinar matahari, vitamin D dapat menjadi
provitamin D dibawah kulit.

Disamping itu, mineral yang sangat dibutuhkan bagi tubuh adalah kalsium untuk
memperpadat massa tulang dan memperlambat proses osteoporosis. Zat besi
(tambah darah) untuk mencegah anemia dab suplemen lainnya sesuai
kebutuhan.

d. Mempertahankan aktivitas fisik

Untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan dan kebugaran, lansia


dianjurkan secara teratur berolah-raga disesuaikan dengan usia dan kemampuan
dengan frekuensi minimal dua kali dalam seminggu dengan durasi sekitar 30
menit. Jenis olah raga yang dapat dilakukan adalah yang bersifat santai dan
bukan bertanding (kompetisi), senam lansia, jalan santai, bersepeda, berenang,
jogging.

Bagi yang mampu kegiatan olah raga dapat dilakukan setiap hari dalam durasi
yang lebih pendek 20 - 30 menit, namun tidak boleh dipaksakan

e. Meningkatkan ketahanan mental spiritual lansia

Ketahanan mental spiritual perlu dipupuk, khususnya mental spiritual laki-laki.


Hal ini sangat diperlukan mengingat ada ketimpangan dalam kehidupan seksual
antara laki-laki dan perempuan.

13
BAB III
SEKSUALITAS DAN LANSIA

A. SEKSUALITAS DI ERA LANSIA

Seiring dengan bertambahnya usia dan menjadi lansia, maka terjadilah kemunduran
fisiologis, mental dan sosial secara menyeluruh, termasuk minat melakukan hubungan
seksual mengalami penurunan. Namun demikian sebenarnya mengalami menopause
bukan berarti menghentikan aktivitas seksual, hanya saja keinginan untuk melakukan
hubungan seksual mulai menurun (Pratiwi, 2005). Kondisi menopause ini berbeda
dengan pria dimana umumnya pria lansia (yang masih sehat) tetap aktif ingin
melakukannya. Apabila tanpa pengendalian, maka hal ini sejalan dengan tahapan jiwa
manusia yang terendah yang terletak di bawah kesadaran manusia dan merupakan
tempat dari naluri yang mempertahankan kehidupan. Keadaan ini bahkan ada yang
menyamakannya dengan Naluri/instink hewani yang berprinsip untuk cepat
memperoleh gratifikasi/pemuasan dan belum disentuh nilai budaya. Sebagai contoh
kondisi lapar, haus, keinginan berkumpul, agresi, keinginan seksual dikelompokkan
dalam naluri hewani yang praktis muncul dalam kehidupan seseorang dan ingin
dipenuhi segera (pleasure principle).

B. SEKSUALITAS PADA LANSIA WANITA

1. Gambaran Umum

Minat hubungan seksual pada wanita lansia menurun oleh karena indung telur tak
lagi mengeluarkan telur dan hormon. Produksi hormon berhenti, dalam arti secara
biologis telah terjadi mati haid, yang ditandai dengan tidak terbentuknya dan
dikeluarkannya selaput dalam secara periodik dari rahim. Kekurangan hormon
menyebabkan terjadinya atrofi (pengecilan ukuran) vagina, terjadi penyempitan,
kering, aliran darah menurun yang berakibat dispareunia yakni perasaan nyeri saat
bersenggama, serta mengalami penurunan sensasi (Anisah, 2002). Lebih dari itu,
implikasi yang kemudian muncul adalah ; kulit keriput, payudara yang melembek.

2. Keinginan dan tantangan seksual lansia wanita

a. Pada azasnya wanita pasca menopause tetap ingin melakukan hubungan seksual

b. Sebagian pasangan lansia, merasa tidak nyaman berhubungan seksual

c. Tidak ada kemunduran kemampuan seks pada wanita menopause

d. Secara naluriah, keinginan bersenggama mengalami peningkatan, karena tidak


khawatir hamil lagi. (Kinsey&Johnson, dim Suparto,2001).

14
e. Karena ketidakmampuan melakukan hubungan seks menjadi salah satu faktor
serius penyebab depresi psikosis akibat ikutannya, wanita bisa menderita pruritus
yakni gatal di kemaluan atau mimpi erotik. Sebenarnya, keinginan wanita untuk
bersenggama berlangsung seumur hidup meski tidak beraturan. Bahkan sebagian
wanita berstatus tidak menikah diketahui melakukan masturbasi untuk memenuhi
kebutuhan seksualnya.

3. Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Perempuan Di Era Menopause

a. Menerima dengan ikhlas periode menopause sebagai bagian dari proses


kehidupan

b. Melakukan olah raga secara teratur, minimal tiga kali dalam seminggu selama
minimal 30 - 60 menit. Jenis olah raga yang dianjurkan yang ringan-ringan saja
seperti : jalan pagi, senam lansia, bersepeda, berenang atau mengerjakan
pekerjaan rumah yang membutuhkan kekuatan fisik seperti mengepel lantai,
membersihkan halaman pekarangan

c. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan kondom yang umumnya memiliki


lubrikan (pelicin), atau mengolesi organ reproduksi dengan cairan jelly

d. Memberikan hormon estrogen pengganti atau mengkonsumsi makanan yang kaya


estrogen.

C. SEKSUALITAS PADA LANSIA LAKI-LAKI

1. Gambaran Umum

Naluri seks pria meski sudah lanjut usia masih lebih nyata dan lebih kuat dibanding
wanita lansia. Pria lansia dapat mengalami "ereksi" setiap saat tanpa disadari. Maka
tak heran banyak kejadian seorang kakek melakukan perbuatan yang tak pantas
ditiru seperti pencabulan pada anak-anak perempuan, perselingkuhan dengan
wanita idaman lain, sampai dengan tindak perkosaan.

Atas perbuatannya, banyak diantara para lansia itu ditangkap polisi dan diadili. Tentu
peristiwa ini memalukan bagi keluarga, sanak saudara, besan dan kerabatnya. Dia
berbuat dengan alasan kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi lagi di rumah karena
isteri sudah menopause.

2. Hal-hal yang perlu dilakukann tentang seksual pada laki-laki lansia.

a. Mengelola keinginan/nafsu seksual dengan benar

b. Hubungan seksual merupakan ungkapan keintiman yang tidak selalu berakhir


dengan hubungan intim (seksual);

c. Saling merangsang, menyentuh, mencium bisa tetap dilakukan sampai usia


kapanpun;

15
d. Seks itu menyehatkan seperti halnya olah raga, oleh karena setelah itu kemudian
badan berkeringat. (Boyke Dian Nugraha, Intisari, 2004).

D. BEBERAPA DESKRIPSI SEKSUALITAS PADA LANSIA

1. Temuan penelitian Kinsey di Amerika Serikat (1976) menyatakan :

a. 97 persen laki-Iaki dan 93 persen perempuan usia di atas 50 tahun menyatakan,


secara seksual mereka masih aktif;

b. 94 persen laki-Iaki dan 84 persen perempuan usia 60 tahun ke atas menyatakan


masih aktif berhubungan seksual;

c. Masalah muncul, mana kala kebutuhan pasangannya berbeda:

73 persen laki-Iaki usia 65 - 69 tahun masih mampu bersenggama

60 persen laki-Iaki usia 70 - 74 tahun menyatakan masih mampu

48 persen laki-Iaki usia 75 - 92 tahun masih punya kemauan bersenggama

Sementara di pihak perempuan secara gradual lebih rendah dibanding laki-Iaki


dalam hal keinginan berhubungan seksualnya. Hal inilah yang menyebabkan
sering terjadi seorang kakek menjadi pelanggan tetap penjaja seks. Tak jarang
sering terjadi sebagian diantara mereka meninggal mendadak karena
mengkonsumsi terlalu banyak obat kuat (supplement). Bahkan beberapa orang
diantaranya tertangkap saat dilakukan razia di tempat-tempat mesum.

Perkosaan oleh lansia yang menjadi berita di surat kabar umumnya dilakukan
oleh mereka yang berasal dari kalangan ekonomi rendah (miskin). Hal ini
membuktikan teori Konsey & Johnson (dalam Suparto, 2001) bahwa laki-Iaki
dari kalangan "bawah" ditinjau dari segi latar belakang pendidikan, pekerjaan
terbukti lebih mudah terstimulasi (terangsang) dibanding dengan laki-Iaki
lansia dari kalangan yang secara ekonomi lebih baik. Dalam konteks ini pada
dasarnya masyarakat kalangan bawah lebih cenderung mengaplikasikan emosi
(nafsu) ketimbang rasio (nalar). Maka tidak heran bila perkosaan dan tindak
asusila lainnya lebih banyak dilakukan oleh mereka dari kalangan miskin.

2. Faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia :

a. Keeratan hubungan (relasi) keseharian antara suami dan istri;

b. Kondisi fisik pasangan. Pasangan yang kondisinya kurang bugar menyebabkan


malas melakukan hubungan seksual;

c. Pola menstruasi yang tidak teratur, berlebihan, berkepanjangan, serta


kemungkinan hamil takkan terjadi lagi sebenarnya "menguntungkan" lansia
menikmati naluri seksualnya;

d. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas seksual sebenarnya lebih stabil


saat usia beranjak tua disbanding masa sebelumnya, karena tidak takut hamil.

16
3. Penyebab menurunnya gairah seksual

a. Khawatir kemungkinan hamil (pada perempuan pramenopause);

b. Gangguan saat bersenggama;

c. Menderita penyakit kronis antara lain jantung, paru- paru, hipertensi, TBC dan
sebagainya;

d. Melakukan kewajiban pengobatan berjangka panjang;

e. Secara psikologis sedang mengalami depresi, stress;

f. Keletihan fisik dan psikis;

g. Problem relasi hubungan personal suami istri;

h. Problem seksual pasangannya seperti ejakulasi dini, kemunduran kualitas ereksi,


impotensi (Anisah, KR, 22-12-2002);

i. Bagi pasangan lansia yang saat usia muda kurang aktif dan tidak teratur
melakukan hubungan seksual, akan merasa menderita, karena bisa menyebabkan
lecet dan bahkan perdarahan (bleeding).

4. Hubungan seks pada masa menopause

Aktivitas seksual lansia sebaiknya terus dipertahankan meski mengalami penurunan


frekuensi. Perubahan lain yang terjadi antara lain rangsangan lebih lama, fore play
harus diperlama. Kebersihan bersenggama pada lansia banyak dipengaruhi oleh :
keinginan, kesiapan, dan kondisi psikologis. Untuk mengatasi vagina kering dapat
digunakan "pelumas" semacam zat yang larut di air misalnya sejenis gel. Agar tidak
membosankan dalam bersenggama maka perlu dilakukan variasi gaya yang inovatif
agar masing-masing merasa menikmati (Riswanto, 2004, Suparjo, 2005).
5. Kenikmatan seksual pada isteri menopause

Kehidupan seksual pada masa menopause ditentukan oleh kehidupan seksual dimasa
sebelumnya (saat masih muda). Bila kehidupan seksual sebelum menopause tidak
menyenangkan, diperkirakan setelah mengalami menopause hubungan "intim"
tersebut terasa sebagai beban yang menyengsarakan.

6. Pasangan lansia yang merasa nyaman berhubungan seksual

Bagi pasangan lansia yang saat usia muda aktif dan teratur melakukan hubungan
seksual, maka meski sudah lanjut usia, mereka akan menikmati seks lebih lama. Hal
ini dimungkinkan, oleh karena organ kelamin menjadi tahan lama karena saat di usia
mudanya aktivitas hubungan seksual teratur dilakukan dan banyak frekuensinya.
Kebiasaan ini berdampak positif karena daerah sensitifnya tidak cepat mengkerut
(kisut).

17
7. Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitas hubungan seksualnya

a. Berikan konseling : Bahwa menopause bukanlah penyakit, tetapi semata-mata


proses alami. Menopouse- tidak mengganggu aktivitas dan produktivitas
seseorang. Namun bila gejala psikisnya signifikan maka bisa merujuk ke dokter
atau rumah sakit yang biasanya akan diberikan resep berupa obat simptomatik
(obat untuk mengurangi gejala yang dikeluhkan).

b. Penanganan lainnya dapat dilakukan dengan melakukan diet seimbang terutama


mengurangi asupan karbohidrat yang mengandung gula, mengkonsumsi susu
tinggi kalsium, tempe, kedelai (estrogen alami)

c. Tindakan lanjutan yaitu terapi hormonal jika diperlukan.

18
BAB IV
PENUTUP

Pertumbuhan penduduk lanjut usia yang pesat selama beberapa dekade terakhir
merupakan implikasi dari semakin baiknya kualitas hidup manusia sehingga usia harapan
hidup meningkat. Penanganan kesehatan umum lansia sudah dilakukan pemerintah lewat
berbagai program antara lain Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Lansia dan lainnya. Maka
secara eksplisit mulai saat sekarang, pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) harus
ditangam secara serius.

Diharapkan, dengan diterbitkannya buku panduan ini secara moral dan kesehatan dapat
mengarahkan perilaku kesehatan reproduksi lansia yang sehat.

Untuk itu marilah kita bersama mensosialisasikan di seluruh lapisan masyarakat program
Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) untuk masa depan yang lebih baik, sehat dan sejahtera.

19
LAMPIRAN : 1

Pertemuan ke - 5

Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia (Bagian 1)

Langkah-langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL

A. Pembukaan (Wajib)

1. Pemeriksaan Kesehatan,
2. Senam bersama/Olah raga bersama,
3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini.

B. Materi Penyuluhan

Kesehatan Reproduksi bagi Lanjut Usia

C. Waktu Pertemuan

120 Menit atau sesuai kesepakatan

GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN

No MATERI KEGIATAN PERAN KELUARGA


PENYULUHAN UNTUK LANSIA
I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN DAN BATASAN
1. Pengertian Lansia
Mendengarkan & Mendiskusikan dengan
memahami tentang Lansia tentang pengertian
pengertian Lansia dan Lansia dan Reproduksi.
Reproduksi.
2. Kesehatan Reproduksi
Lansia
Mendengarkan & Mendiskusikan dengan
memahami tentang Lansia tentang pengertian
pengertian Kesehatan Kesehatan Reproduksi Lansia
Reproduksi Lansia. (KRL)
3. Pembinaan KRL
Mendapatkan informasi Membantu mencarikan
yang benar mengenai informasi program yang
pembinaan KRL.
benar mengenai KRL.

20
4. Perbedaan Pendidikan
Kesehatan Reproduksi
dengan Pendidikan seks.
Mendapatkan informasi Mendiskusikan dengan
yang benar mengenai Lansia tentang perbedaan
perbedaan KRL dan Pendidikan Kesehatan
pendidikan seks., Reproduksi dan Pendidikan
Seks.
B. TUJUAN
Peserta memahami tujuan umum Membantu menjelaskan
dan khusus dari PKRL tentang tujuan KRL

C. SASARAN
Peserta memahami sasaran KRL Membantu menjelaskan
tentang sasaran KRL

Anak-anak dari pasangan


lansia yang umumnya
sudah berkeluarga, perlu
mendapat informasi
tentang Kesehatan
Reproduksi Lansia.

Memahami kebutuhan para


Lansia bagi yang memiliki
Lansia.

II FASE KRL, A. KLIMAKTERIUM


PERMASALAHAN, Memahami : Mendiskusikan dengan
TANTANGAN DAN 1. Kondisi Fisiologis lansia tentang Kondisi
ANTISIPASINYA 2. Kondisi Psikologis Fisiologis dan Psikologis
yang akan muncul pada fase
Klimakterium.
B. MENOPAUSE
Memahami : Menjelaskan tentang fase
1. Proses Menopause menopause secara
2. Perubahan-perubahan Saat menyeluruh mulai dari;
Menopause proses, perubahan yang
a. Perubahan organ terjadi, gejala, menyikapi
reproduksi perubahan dan gejala yang
b. Perubahan fungsi timbul saat menopause,
reproduksi menghindari penuaan kulit
c. Perubahan kejiwaan terlalu cepat,
3. Gejala Menopause mempersiapkan diri
4. Menyikapi perubahan dan menghadapi menopause.
gejala yang timbul saat
menopause

21
5. Menghindari penuaan kulit
terlalu cepat
6. Mempersiapkan Diri
Menghadapi Menopause

C. SENIUM
Memahami : Menjelaskan tentang Fase
Fase senium yang yang terjadi Senium yang terjadi pada
pada lansia wanita berumur lansia wanita berumur
diatas 60 tahun. diatas 60 tahun.

D. ANDROPAUSE Menjelaskan tentang fase


Memahami : Andropause yang
1. Gejala Andropause merupakan kumpulan
2. Dampak Andropause bagi gejaia yang meliputi
keluarga menurunnya kemampuan
3. Dampak paling buruk ketika fisik, psikis dan seksual
suami mengalami pada laki-Iaki.
andropause
E. MENGHADAPI PROSES
ALAMIAH Mendampingi para lansia
Memahami : dalam menghadapi proses
1. Proses penuaan alamiah, sehingga proses
memperbesar terjadinya alamiah bisa berjalan
beberapa gangguan sebagaimana mestinya.
2. Upaya menyikapi krisis
menopause dan andropause Menjelaskan bahwa
3. Upaya menyikapi krisis mengalami menopause
penuaan pada lansia bukan berarti
a. Mengetahui tentang menghentikan aktivitas
pola makan yang salah seksual, hanya saja
dan akibatnya keinginan untuk melakukan
b. Mengetahui tentang hubungan seksual mulai
pola makan yang benar menurun.
bagi lansia
c. Mengkonsumsi vitamin
dan zat penting lainnya
d. Mempertahankan
aktivitas fisik

22
LAMPIRAN : 2

Pertemuan ke - 6

Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia (Bagian II)

Langkah-langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL

A. Pembukaan (Wajib)

1. Pemeriksaan Kesehatan,
2. Senam bersama/Olah raga bersama,
3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini.

B. Materi Penyuluhan

Kesehatan Reproduksi bagi Lanjut Usia

C. Waktu Pertemuan

120 Menit atau sesuai kesepakatan

GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN

III SEKSUALITAS DAN A. SEKSUALITAS DI ERA LANSIA Membantu menjelaskan


LANSIA Memahami seksualitas di era seksualitas di era lansia
lansia secara garis besar secara garis besar
B. SEKSUALITAS PADA LANSIA
WANITA Membantu menjelaskan
Memahami : tentang seksualitas pada
1. Apakah hubungan seks tabu lansia wanita.
dilakukan oleh lansia ?
2. Bagaimana sebenarnya
keinginan seksual wanita
lansia ?
C. UPAYA YANG DAPAT
DILAKUKAN OLEH PEREMPUAN Mendiskusikan dengan
DI ERA MENOPAUSE lansia tentang upaya apa
Memahami upaya yang dapat yang dapat dilakukan oleh
dilakukan di era menopause perempuan di era
menopause.

23
D. SEKSUALITAS PADA LANSIA Membantu menjelaskan
LAKI-LAKI tentang seksualitas pada
lansia laki-laki
1. Hal-hal yang perlu dilakukan Mengingatkan lansia
mengenai hal yang perlu
dilakukan, antara lain :
a. Hubungan seksual
dapat tetap dilakukan
sampai lanjut usia;
b. Hubungan seksual
merupakan ungkapan
keintiman yang tidak
selalu berakhir dengan
hubungan intim
(seksual);
c. Saling merangsang,
menyentuh, mencium
bisa tetap dilakukan
sampai usia kapanpun;
d. Seks itu menyehatkan
seperti halnya olah
raga, oleh karena
setelah itu kemudian
badan berkeringat.
2. Deskripsi seksualitas pada Mendiskusikan dengan
lansia lansia tentang deskripsi
seksualitas pada lansia.

3. Faktor penting yang Mendiskusikan dengan


mempengaruhi interaksi lansia tentang faktor
seksual lansia penting yang
mempengaruhi interaksi
seksual lansia yang antara
lain;
a. Keeratan hubungan
(relasi) keseharian
antara suami dan istri;
b. Kondisi fisik pasangan.
Pasangan yang
kondisinya kurang bugar
menyebabkan malas
melakukan hubungan
seksual;
c. Pola menstruasi yang
tidak teratur,
berlebihan,
berkepanjangan, serta

24
kemungkinan hamil
takkan terjadi lagi
sebenarnya
"menguntungkan"
lansia menikmati naluri
seksualnya;
d. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa
aktivitas seksual
sebenarnya lebih stabil
saat usia beranjak tua di
banding masa
sebelumnya, karena
tidak takut hamil.
4. Penyebab menurunnya Mendiskusikan dengan
gairah seksual lansia tentang penyebab
menurunnya gairah seksual.

5. Hubungan seks pada masa Mendiskusikan dengan


menopause lansia tentang hubungan
seks pada masa
menopause.
6. Kenikmatan seksual pada Mendorong lansia untuk
isteri menopause tetap percaya diri.
7. Pasangan lansia yang Mendorong lansia untuk
merasa nyaman menciptakan rasa nyaman.
berhubungan seksual
8. Penanganan pada pasangan Membantu lansia dalam
yang terganggu aktivitas penanganan dengan;
hubungan seksualnya. a. Berikan konseling :
Bahwa menopause
bukanlah penyakit,
tetapi semata-mata
prose alami.
Menopouse- tidak
mengganggu aktivitas
dan produktivitas
seseorang. Namun bila
gejala psikisnya
signifikan maka bisa
merujuk ke dokter atau
rumah sakit yang
biasanya akan diberikan
resep berupa obat
penenang, anti
depressant, obat
simptomatik (obat

25
untuk mengurangi
gejala yang dikeluhkan).
b. Penanganan lainnya
dapat dilakukan dengan
melakukan diet
seimbang terutama
mengurangi asupan
karbohidrat yang
mengandung gula,
mengkonsumsi susu
tinggi kalsium, tempe,
kedelai (estrogen alami)
c. Tindakan lanjutan yaitu
terapi hormon.
IV EVALUASI Substansi
SEDERHANA -Kecukupan waktu
-Penyampaian

V PENUTUP

D. Penutup

1. Demikian Bapak-bapak dan ibu-ibu hasil pertemuan kita pada hari ini, jangan lupa
pertemuan berikutnya harus hadir lagi.
2. Jangan lupa materi yang diberikan hari ini, harus dipelajari lagi di rumah dan
diskusikan bersama anggota keluarga
3. Mari pertemuan kita akhiri dengan berdoa.

26

Anda mungkin juga menyukai