Seri 3 Kesehatan Reproduksi PDF
Seri 3 Kesehatan Reproduksi PDF
Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6
juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan
lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia
di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini
karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di
Indonesia.
Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau
tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak
diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduduk yang dianggap beban
pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya
pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk
lansia di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk lansia potensial dan
penduduk lansia tidak potensial.
Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang
memiliki lansia yang berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam
memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia
tidak potensial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan
pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia.
Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga
lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Dengan demikian, kelompok BKL menjadi sangat penting dan strategis
keberadannya. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia semakin optimal, maka diperlukan Pedoman Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia.
i
Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk
penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini,
yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2.
Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia; 4.
Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6.
Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi
Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE.
Diharapkan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia di setiap
tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik.
Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari
10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina
pelaksana program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan demikian, akan
terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan.
Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan)
yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Pembinaan
Ketahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanan
dan Kesejahteraan Keluarga (PK3).
Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media Pembelajaran
Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL dan
mengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSP
keluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalam
kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkan
seri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri,
dan pada seri ketiga akan dibahas mengenai Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia.
Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susun
memiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap saran
dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan Media
Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) merupakan salah satu bentuk kesepakatan
International Conference on Population and Development (ICPD) Cairo 1994, dimana
dalam komitmen Internasional ini telah disepakati satu konsensus bahwa hak-hak
kesehatan reproduksi di segala usia harus dijamin antara lain dengan memberikan
informasi dan konseling mengenai kesehatan dan pelayanan reproduksi yang benar.
1
Untuk ini Pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia dilaksanakan sebagai bagian dari
jenjang perawatan kesehatan primer yang antara lain juga mencakup:
1. KIE dan konseling tentang kesehatan seksualitas dan reproduksi sesuai umur;
Berdasar latar belakang di atas maka dipandang penting untuk diterapkannya program
Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) yang antara lain dapat diaplikasikan menjadi bagian
integral dari Program Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Posyandu Lansia yang telah
berjalan di masyarakat.
B. SASARAN
Anak-anak dari pasangan lansia yang umumnya sudah berkeluarga, perlu mendapat
informasi tentang Kesehatan Reproduksi Lansia, karena mereka mempunyai
hubungan moral, emosional dan sosial yang erat dengan orang tuanya. Untuk itu
diharapkan mereka dapat membantu menyampaikan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi tersebut kepada orang tuanya, agar terhindar dari perilaku
seks dan reproduksi yang salah baik dari segi fisik maupun moralitas.
Bagaimanapun anak yang sudah berkeluarga merupakan komponen penting dalam
memelihara ketahanan keluarga secara keseluruhan. Lebih dari itu, secara tidak
langsung mereka ikut memahami bagaimana mempersiapkan diri menjadi calon
pasangan lansia dalam menjaga aktifitas seksualnya maupun dalam membina KRL
nya dikemudian hari.
Sasaran tidak langsung program ini antara lain adalah tokoh masyarakat, lembaga/
organisasi kemasyarakatan seperti PKK, Paguyuban lansia, Perkumpulan Pensiunan,
kelompok masyarakat yang memasuki era pra lansia, pre menopause dan sasaran
strategis sejenis lainnya. Dengan berpengetahuan tentang KRL, mereka diharapkan
dapat menjadi sumber informasi tentang KRL baik bagi keluarganya maupun bagi
masyarakat pada umumnya.
2
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
D. BATASAN PENGERTIAN
1. KELUARGA
Adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anak, ayah dan anak, atau ibu dan anak.
4. KELUARGA LANSIA
Adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya telah berusia 60
tahun keatas atau keluarga yang terdiri dari suami istri, yang berusia diatas 60
tahun keatas
3
5. BINA KELUARGA LANSIA (BKL)
Adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai Lansia yang
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki
lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber- KB bagi PUS anggota
kelompok kegiatan.
4
BAB II
FASE KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA
Kondisi fisik, mental dan sosial setiap orang mengalami perubahan yang terjadi secara
pelan, teratur dan pasti. Diawali dari keadaan/fase yang serba lemah, meningkat sampai
puncaknya kemudian menurun sampai kondisi yang lemah pula. Pada saat mengalami
penurunan inilah biasanya terjadi kegelisahan, kegoncangan bahkan bisa terjadi hal-hal yang
sangat merugikan apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar. Fase
ini biasanya dikelompokkan kedalam fase Klimakterium, Menopause, Senium dan
Andropause.
A. KLIMAKTERIUM
Klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seorang wanita, dimana
terjadi perubahan fisik maupun mental yang disebabkan terutama karena terjadinya
penurunan hormonal secra pelan dan pasti pada wanita tersebut. Pada fase ini seorang
wanita akan mengalami "kekacauan" pola menstruasi, serta terjadi perubahan
psikologis dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun
sebelum dan sesudah menopause, dengan variasi ada yang sampai 10 tahun atau tanpa
kekacauan yang significan, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia
40 tahun s/d 55 tahun.
1. Kondisi Fisiologis
Pada fase klimakterium terjadi penurunan hormon kewanitaan secara perlahan dan
pasti, diikuti dengan perubahan fisiologis antara lain menurunya sampai
berhentinya fungsi ovarium (indung telur) dan tidak memproduksi telur dan kadar
hormon estrogen menurun. Hal tersebut berakibat haid tidak teratur, rahim
mengecil, kulit mulai keriput, dan mengalami dispareunia (sakit saat bersenggama)
karena produksi getah vagina berkurang.
2. Kondisi Psikologis
5
B. MENOPAUSE
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara alamiah.
Setiap wanita pasti mengalami masa menopause (Fitria, 2007). Dalam perjalanan
hidupnya seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun, mengalami penuaan
indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan hormon estrogen. Sistem
hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam memproduksi hormon, antara
lain kemunduran kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin untuk
metabolisme umum dan kemunduran kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme
kalsium. Penurunan produksi hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan
psikis.
1. Proses Menopause
Menopause adalah waktu berhentinya siklus haid seorang wanita secara alamiah
yang biasanya terjadi pada periode dimana wanita berusia antara 45 - 50 tahun
(Kasdu, 2002). Menopause dapat didahului dengan proses yang berlangsung lama,
bahkan dapat berlangsung seIama sepuluh tahun. Artinya seorang perempuan
kemungkinan sudah mengalami perubahan pada siklus dan kualitas haidnya, serta
perubahan-perubahan fisik maupun psikis lainnya pada saat ia berusia 40 tahun.
Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada wanita rata-rata setelah mencapai
usia 50 tahun (dengan rentang usia antara 48 - 52 tahun).
6
b. Perubahan fungsi reproduksi
c. Perubahan kejiwaan
3. Gejala menopause
Beberapa gejala menopause adalah timbul hot flushes atau hawa panas, lazimnya
terjadi pada wajah atau kulit leher tetapi dapat pula terasa pada seluruh tubuh.
Gejala lain dapat berupa sulit tidur (insomnia), merasa pusing-pusing, emosi
berubah-ubah, gampang tersinggung, dan minat melakukan hubungan seksual
mulai menurun. (Pratiwi, 2005).
Tanda-tanda lain menopause adalah lazim dialami perempuan usia di atas 50/55
tahun. Diikuti dengan keluhan psikis : malu bertemu orang lain dan kemudian
cenderung mengurung diri. Kulit keriput, payudara kendor, menggantung. Tulang
mengalami keropos (osteoporosis, mudah patah), kelainan pembuluh darah
meningkat. Implikasi yang kemudian muncul adalah aktivitas senggama : menurun,
karena vagina kering dan sakit. Namun perlu diperhatikan bahwa menstruasi yang
terjadi saat menopause, harus dicurigai adanya kanker (Risanto, 2005).
7
4. Menyikapi perubahan dan gejala yang timbul saat menopause
Potensi penting lainnya adalah keharmonisan dan adanya saling pengertian dalam
keluarga. Dalam keluarga yang rukun, damai dan harmonis, kesiapan menerima
proses penuaan semakin besar tanpa terganggu gejala klinis yang berarti.
Keharmonisan sangat penting, karena pasangan ini akan ditinggalkan anak anaknya
kuliah, bekerja maupun berkeluarga, dan bertempat tinggal di lain daerah. Maka
saling pengertian harus selalu dibina agar tetap bahagia hidup serumah dengan
pasangan yang sama-sama sudah lansia. Karena pada dasarnya sebagian lansia
wanita tidak sanggup untuk hidup bersama dengan keluarga anaknya. Kebahagiaan
hidup pasangan lansia ini akan berimplikasi positif saat isterinya memasuki masa
klimakterium tanpa ketakutan ditinggal berselingkuh oleh suaminya. Untuk itu
maka pengetahuan tentang KRL harus dikuasai dua pihak serta keluarganya.
Wanita menopause dianjurkan untuk tetap menjaga kesegaran tubuh, agar tetap
menarik dan membuat tampil lebih percaya diri. Hal itu dimaksudkan untuk
merespon usia yang semakin bertambah, diikuti dengan kulit semakin tipis, makin
sensitive terhadap sinar matahari, lapisan lemak bawah kulit menjadi longgar,
sehingga keriput dan kering akan muncul di wajah, dagu dan leher.
Beberapa tips untuk menghambat proses penuaan kulit adalah sebagai berikut :
a. Usahakan tubuh jangan terlalu gemuk, sehingga saat lemak bawah kulit
berkurang atau menghilang tidak terlalu nyata;
c. Meningkatkan aktivitas olah raga paling tidak seminggu tiga kali masing-masing
sekitar 30 menit, melakukan massage (di salon kecantikan) dengan maksud
memperlancar peredaran darah kulit sehingga keriput kulit tertahan;
8
6. Mempersiapkan Diri Menghadapi Menopause
Ketika wanita akan memasuki masa menopause perlu mempersiapkan diri dengan
baik antara lain:
e. Berolah raga secara terukur dan teratur, murah, sesuai usia seperti jalan kaki,
jogging, bersepeda, berenang, naik tangga (bukan lewat lift) minimal 3 kali dalam
seminggu. Olah raga berefek pada terpeliharanya hidup aktif yang mampu
menekan gejala insomnia, memperlambat osteoporosis, gangguan jantung,
mengeliminasi "hot flushess", dan mengurangi berat badan
C. SENIUM
Fase Senium dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi mampu
beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik menonjol. Secara
patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang terutama tulang paha
sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu juga terjadi
gejala kemunduran Intelectual Quotient (lQ) yang ditandai dengan cepat lupa, ingatan
berkurang, tidak terasa bila berkemih dan buang air besar, serta sulit melakukan
aktivitas di tempat tidur.
D. ANDROPAUSE
1. Gejala Andropause
b. Kurang bergairah;
c. Mudah tersinggung;
10
h. Rambut rontok ;
i. Kulit kering ;
k. Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi darah tidak lancar
termasuk yang beredar di daerah organ reproduksi;
Meski begitu perlu dicatat bahwa tidak semua laki-Iaki mengalami andropause
pada usia yang sama.
Kemungkinan dampak buruk yang muncul adalah laki-Iaki pada masa andropause
ter-obsesi pikiran untuk mengetes daya seksualnya kepada lawan jenisnya atau
terobsesi oleh fantasi seksual yang melibatkan dan mencari pasangan yang lebih
muda usianya, pasangan lain/ berselingkuh, atau menjadi pelanggan wanita penjaja
seks.
Akibat perilaku tersebut bagi dirinya adanya kemungkinan terkena penyakit menular
seksual, yang kemudian menular pada isteri/ keluarga. Secara psikologis pasangan
akan merasa dikhianati yang dapat menjurus luntur dan hilangnya kebahagiaan
keluarga. Akibatnya dapat muncul ketegangan, tekanan, dan stress seluruh anggota
keluarga.
11
1. Proses penuaan memperbesar terjadinya beberapa gangguan
Akibat dari proses penuaan dapat terjadi beberapa gangguan pada tubuh yang
meliputi :
a. Infeksi karena menurunnya daya tahan tubuh antara lain; infeksi alat kelamin,
infeksi paru, dan berbagai infeksi lainnya.
Keganasan dapat terjadi pada payudara, indung telur, keganasan mulut rahim
atau bagian dalam rahim.
Yang harus diingat adalah menopause dan andropause bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan bagian dari siklus hidup yang semestinya wajar dijalani. Upaya
untuk menyikapinya adalah sebagai berikut:
a. Menikmati kegiatan yang selama ini tidak dilakukan karena kesibukan tugas,
pekerjaan rutin di kantor;
d. Menjalani karier baru yang dulu sama sekali tak pernah terpikirkan misalnya
berbisnis tanaman hias, beternak, mengembangkan minat menulis atau
membangun perpustakaan pribadi dan yang sejenis;
12
bertambah, akibatnya keindahan tubuh berkurang. Implikasi lain adalah tubuh
yang terlalu gemuk mengganggu metabolisme tubuh yang dapat menimbulkan
penyakit jantung koroner, kencing manis, kolesterol tinggi, dan menambah
beban berat pada sendi dan tulang yang sudah terganggu.
Demikian juga harus diusahakan agar makan tidak terlalu sedikit, takut ini takut
itu, sehingga asupan gizi tidak mencukupi untuk mengganti sel-sel rusak, kurus,
tanpa tenaga
Pola makan yang benar bagi lansia dianjurkan lebih banyak mengkonsumsi buah
dan sayuran, agar bahan serat lebih banyak. Makanan jenis serat ini akan
membantu penurunan lemak tubuh dan kolesterol yang dapat mengurangi
berbagai penyakit seperti kanker, tekanan darah tinggi, penyakit jantung
koroner dan membantu proses pencernaan.
Vitamin yang dianjurkan bagi lansia adalah vitamin B kompleks, yang bersumber
dari kacang-kacangan, sayuran segar. Vitamin A banyak terkandung pada buah-
buahan berwarna. Melalui bantuan sinar matahari, vitamin D dapat menjadi
provitamin D dibawah kulit.
Disamping itu, mineral yang sangat dibutuhkan bagi tubuh adalah kalsium untuk
memperpadat massa tulang dan memperlambat proses osteoporosis. Zat besi
(tambah darah) untuk mencegah anemia dab suplemen lainnya sesuai
kebutuhan.
Bagi yang mampu kegiatan olah raga dapat dilakukan setiap hari dalam durasi
yang lebih pendek 20 - 30 menit, namun tidak boleh dipaksakan
13
BAB III
SEKSUALITAS DAN LANSIA
Seiring dengan bertambahnya usia dan menjadi lansia, maka terjadilah kemunduran
fisiologis, mental dan sosial secara menyeluruh, termasuk minat melakukan hubungan
seksual mengalami penurunan. Namun demikian sebenarnya mengalami menopause
bukan berarti menghentikan aktivitas seksual, hanya saja keinginan untuk melakukan
hubungan seksual mulai menurun (Pratiwi, 2005). Kondisi menopause ini berbeda
dengan pria dimana umumnya pria lansia (yang masih sehat) tetap aktif ingin
melakukannya. Apabila tanpa pengendalian, maka hal ini sejalan dengan tahapan jiwa
manusia yang terendah yang terletak di bawah kesadaran manusia dan merupakan
tempat dari naluri yang mempertahankan kehidupan. Keadaan ini bahkan ada yang
menyamakannya dengan Naluri/instink hewani yang berprinsip untuk cepat
memperoleh gratifikasi/pemuasan dan belum disentuh nilai budaya. Sebagai contoh
kondisi lapar, haus, keinginan berkumpul, agresi, keinginan seksual dikelompokkan
dalam naluri hewani yang praktis muncul dalam kehidupan seseorang dan ingin
dipenuhi segera (pleasure principle).
1. Gambaran Umum
Minat hubungan seksual pada wanita lansia menurun oleh karena indung telur tak
lagi mengeluarkan telur dan hormon. Produksi hormon berhenti, dalam arti secara
biologis telah terjadi mati haid, yang ditandai dengan tidak terbentuknya dan
dikeluarkannya selaput dalam secara periodik dari rahim. Kekurangan hormon
menyebabkan terjadinya atrofi (pengecilan ukuran) vagina, terjadi penyempitan,
kering, aliran darah menurun yang berakibat dispareunia yakni perasaan nyeri saat
bersenggama, serta mengalami penurunan sensasi (Anisah, 2002). Lebih dari itu,
implikasi yang kemudian muncul adalah ; kulit keriput, payudara yang melembek.
a. Pada azasnya wanita pasca menopause tetap ingin melakukan hubungan seksual
14
e. Karena ketidakmampuan melakukan hubungan seks menjadi salah satu faktor
serius penyebab depresi psikosis akibat ikutannya, wanita bisa menderita pruritus
yakni gatal di kemaluan atau mimpi erotik. Sebenarnya, keinginan wanita untuk
bersenggama berlangsung seumur hidup meski tidak beraturan. Bahkan sebagian
wanita berstatus tidak menikah diketahui melakukan masturbasi untuk memenuhi
kebutuhan seksualnya.
b. Melakukan olah raga secara teratur, minimal tiga kali dalam seminggu selama
minimal 30 - 60 menit. Jenis olah raga yang dianjurkan yang ringan-ringan saja
seperti : jalan pagi, senam lansia, bersepeda, berenang atau mengerjakan
pekerjaan rumah yang membutuhkan kekuatan fisik seperti mengepel lantai,
membersihkan halaman pekarangan
1. Gambaran Umum
Naluri seks pria meski sudah lanjut usia masih lebih nyata dan lebih kuat dibanding
wanita lansia. Pria lansia dapat mengalami "ereksi" setiap saat tanpa disadari. Maka
tak heran banyak kejadian seorang kakek melakukan perbuatan yang tak pantas
ditiru seperti pencabulan pada anak-anak perempuan, perselingkuhan dengan
wanita idaman lain, sampai dengan tindak perkosaan.
Atas perbuatannya, banyak diantara para lansia itu ditangkap polisi dan diadili. Tentu
peristiwa ini memalukan bagi keluarga, sanak saudara, besan dan kerabatnya. Dia
berbuat dengan alasan kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi lagi di rumah karena
isteri sudah menopause.
15
d. Seks itu menyehatkan seperti halnya olah raga, oleh karena setelah itu kemudian
badan berkeringat. (Boyke Dian Nugraha, Intisari, 2004).
Perkosaan oleh lansia yang menjadi berita di surat kabar umumnya dilakukan
oleh mereka yang berasal dari kalangan ekonomi rendah (miskin). Hal ini
membuktikan teori Konsey & Johnson (dalam Suparto, 2001) bahwa laki-Iaki
dari kalangan "bawah" ditinjau dari segi latar belakang pendidikan, pekerjaan
terbukti lebih mudah terstimulasi (terangsang) dibanding dengan laki-Iaki
lansia dari kalangan yang secara ekonomi lebih baik. Dalam konteks ini pada
dasarnya masyarakat kalangan bawah lebih cenderung mengaplikasikan emosi
(nafsu) ketimbang rasio (nalar). Maka tidak heran bila perkosaan dan tindak
asusila lainnya lebih banyak dilakukan oleh mereka dari kalangan miskin.
16
3. Penyebab menurunnya gairah seksual
c. Menderita penyakit kronis antara lain jantung, paru- paru, hipertensi, TBC dan
sebagainya;
i. Bagi pasangan lansia yang saat usia muda kurang aktif dan tidak teratur
melakukan hubungan seksual, akan merasa menderita, karena bisa menyebabkan
lecet dan bahkan perdarahan (bleeding).
Kehidupan seksual pada masa menopause ditentukan oleh kehidupan seksual dimasa
sebelumnya (saat masih muda). Bila kehidupan seksual sebelum menopause tidak
menyenangkan, diperkirakan setelah mengalami menopause hubungan "intim"
tersebut terasa sebagai beban yang menyengsarakan.
Bagi pasangan lansia yang saat usia muda aktif dan teratur melakukan hubungan
seksual, maka meski sudah lanjut usia, mereka akan menikmati seks lebih lama. Hal
ini dimungkinkan, oleh karena organ kelamin menjadi tahan lama karena saat di usia
mudanya aktivitas hubungan seksual teratur dilakukan dan banyak frekuensinya.
Kebiasaan ini berdampak positif karena daerah sensitifnya tidak cepat mengkerut
(kisut).
17
7. Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitas hubungan seksualnya
18
BAB IV
PENUTUP
Pertumbuhan penduduk lanjut usia yang pesat selama beberapa dekade terakhir
merupakan implikasi dari semakin baiknya kualitas hidup manusia sehingga usia harapan
hidup meningkat. Penanganan kesehatan umum lansia sudah dilakukan pemerintah lewat
berbagai program antara lain Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Lansia dan lainnya. Maka
secara eksplisit mulai saat sekarang, pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) harus
ditangam secara serius.
Diharapkan, dengan diterbitkannya buku panduan ini secara moral dan kesehatan dapat
mengarahkan perilaku kesehatan reproduksi lansia yang sehat.
Untuk itu marilah kita bersama mensosialisasikan di seluruh lapisan masyarakat program
Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) untuk masa depan yang lebih baik, sehat dan sejahtera.
19
LAMPIRAN : 1
Pertemuan ke - 5
A. Pembukaan (Wajib)
1. Pemeriksaan Kesehatan,
2. Senam bersama/Olah raga bersama,
3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini.
B. Materi Penyuluhan
C. Waktu Pertemuan
20
4. Perbedaan Pendidikan
Kesehatan Reproduksi
dengan Pendidikan seks.
Mendapatkan informasi Mendiskusikan dengan
yang benar mengenai Lansia tentang perbedaan
perbedaan KRL dan Pendidikan Kesehatan
pendidikan seks., Reproduksi dan Pendidikan
Seks.
B. TUJUAN
Peserta memahami tujuan umum Membantu menjelaskan
dan khusus dari PKRL tentang tujuan KRL
C. SASARAN
Peserta memahami sasaran KRL Membantu menjelaskan
tentang sasaran KRL
21
5. Menghindari penuaan kulit
terlalu cepat
6. Mempersiapkan Diri
Menghadapi Menopause
C. SENIUM
Memahami : Menjelaskan tentang Fase
Fase senium yang yang terjadi Senium yang terjadi pada
pada lansia wanita berumur lansia wanita berumur
diatas 60 tahun. diatas 60 tahun.
22
LAMPIRAN : 2
Pertemuan ke - 6
A. Pembukaan (Wajib)
1. Pemeriksaan Kesehatan,
2. Senam bersama/Olah raga bersama,
3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini.
B. Materi Penyuluhan
C. Waktu Pertemuan
23
D. SEKSUALITAS PADA LANSIA Membantu menjelaskan
LAKI-LAKI tentang seksualitas pada
lansia laki-laki
1. Hal-hal yang perlu dilakukan Mengingatkan lansia
mengenai hal yang perlu
dilakukan, antara lain :
a. Hubungan seksual
dapat tetap dilakukan
sampai lanjut usia;
b. Hubungan seksual
merupakan ungkapan
keintiman yang tidak
selalu berakhir dengan
hubungan intim
(seksual);
c. Saling merangsang,
menyentuh, mencium
bisa tetap dilakukan
sampai usia kapanpun;
d. Seks itu menyehatkan
seperti halnya olah
raga, oleh karena
setelah itu kemudian
badan berkeringat.
2. Deskripsi seksualitas pada Mendiskusikan dengan
lansia lansia tentang deskripsi
seksualitas pada lansia.
24
kemungkinan hamil
takkan terjadi lagi
sebenarnya
"menguntungkan"
lansia menikmati naluri
seksualnya;
d. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa
aktivitas seksual
sebenarnya lebih stabil
saat usia beranjak tua di
banding masa
sebelumnya, karena
tidak takut hamil.
4. Penyebab menurunnya Mendiskusikan dengan
gairah seksual lansia tentang penyebab
menurunnya gairah seksual.
25
untuk mengurangi
gejala yang dikeluhkan).
b. Penanganan lainnya
dapat dilakukan dengan
melakukan diet
seimbang terutama
mengurangi asupan
karbohidrat yang
mengandung gula,
mengkonsumsi susu
tinggi kalsium, tempe,
kedelai (estrogen alami)
c. Tindakan lanjutan yaitu
terapi hormon.
IV EVALUASI Substansi
SEDERHANA -Kecukupan waktu
-Penyampaian
V PENUTUP
D. Penutup
1. Demikian Bapak-bapak dan ibu-ibu hasil pertemuan kita pada hari ini, jangan lupa
pertemuan berikutnya harus hadir lagi.
2. Jangan lupa materi yang diberikan hari ini, harus dipelajari lagi di rumah dan
diskusikan bersama anggota keluarga
3. Mari pertemuan kita akhiri dengan berdoa.
26