Anda di halaman 1dari 31

~D

~~
~
Kementerian
Perindustrian
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Kotak Pos : 4720 JKTM
Telp : 5252713, 5255509 Pes. 4062 Fax: 5252450

PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO
NOMOR: 30/IA/PEH/6/201S

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN


PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
MINYAKGORENG SAWIT SECARA WAJIB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO,

Menimbang a. bahwa dalam rangka optimalisasi pelaksanaan


Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 87/M-
IND/PER/ 12/2013 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit
Secara Wajib sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3S/M-
IND/PER/3 /2015, perlu mengatur kembali
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng
Sawit dimaksud;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pernberlakuan
Stan dar Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng
Sawit Secara Wajib;

Mengingat 1. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2015


ten tang Kementerian Perindustrian;

2. Keputusan Presiden RI Nomor 77/M Tahun 2013


ten tang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat
Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian;

3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor lOS/M-


IND/PER/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perindustrian;
Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor :30/IA/PER/.6./2015

4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 87 jM-


INDjPERj12j2013 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit
Secara Wajib sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35jM-
INDjPERj3j2015;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI


AGRO TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA
(SNI) MINYAKGORENG SAWIT SECARA WAJIB.

Pasall

Menetapkan:
a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng
Sawit Secara Wajib sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Direktur J enderal ini.

b. Skema Sertifikasi SNI Minyak Goreng Sawit


sebagaimana sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Direktur J enderal ini.

Pasal 2

Petunjuk teknis dan Skema Sertifikasi SNI


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan
pedoman bagi seluruh produsen, importir, lembaga
atau unit kerja yang terkait dalam proses pelaksanaan
pemberlakuan SNI Minyak Goreng Sawit secara wajib.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku,


Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro Nomor
14jIAjPerj4j2014 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit Secara
Wajib, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2
Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor: 30 /IA/PER/ ..../2015
6

Pasal 4

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di J a k art a
pada tanggal 9 JUNI 2015

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO

ttd.

PANGGAH SUSANTO

TEMBUSANPeraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada:


1. Menteri Perindustrian RI;
2. Kepala Badan Standardisasi Nasional RI;
3. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI;
4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI;
5. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI;
6. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan RI;
7. Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian
Perdagangan RI;
8. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian
Perindustrian RI;
9. Kepala Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
perindustrian Provinsi dan Kabupaten/Kota;
10. Para Kepala Balai Besar dan Balai Industri di lingkungan Kementerian
Perindustrian RI;
11. Sekretaris Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian RI;
12. Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian
Perindustrian RI;
13. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Perindustrian RI;
14. Pertinggal.

3
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO
NOMOR 30/IJ\/PER/6/2015
TANGGAL : 9 JUNI 2015

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN


PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONALINDONESIA (SNI)
MINYAKGORENG SAWIT SECARA WAJIB

BAB I
KETENTUANUMUM

Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan :


1. Minyak Goreng Sawit adalah bahan pangan dengan komposisi utama
trigliserida berasal dari minyak sawit, dengan atau tanpa perubahan
kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses
pemurnian dengan penambahan vitamin A.

2. Produsen Minyak Goreng Sawit adalah :


a. perusahaan yang memproduksi Minyak Goreng Sawit, dengan
proses pemurnian, fraksinasi, dengan atau tanpa pencampuran
vitamin A atau pengemasan, yang selanjutnya disebut Pabrikan;
atau
b. perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pengemasan Minyak
Goreng Sawit dengan atau tanpa pencampuran vitamin A, yang
selanjutnya disebut Pengemas.

3. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang selanjutnya disebut


SPPT-SNI adalah Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk kepada Produsen
Minyak Goreng Sawit sesuai persyaratan SNI.

4. Sertifikat Hasil Uji yang selanjutnya disingkat SHU, adalah dokumen


hasil pengujian atas contoh Minyak Goreng Sawit menurut
spesifikasi dan metode uji sesuai SNI Minyak Goreng Sawit yang
diterbitkan oleh Laboratorium Penguji dan telah memiliki Nota
Kesepakatan dengan LSPro.

5. Sistem Manajemen Mutu, yang selanjutnya disingkat SMM adalah


rangkaian kegiatan dalam rangka penerapan manajemen mutu
menurut SNI ISO 9001-2008 atau revisinya atau sistem manajemen
mutu lain yang diakui.
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor :30/IA/PER/6/2015

6. Sistem Manajemen Keamanan Pangan, yang selanjutnya disingkat


SMKP adalah rangkaian kegiatan dalam rangka penerapan
manajemen mutu menurut SNIISO 22000 : 2009 atau revisinya.

7. Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik adalah suatu pedoman


yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan olahan agar
bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi.

8. Cara Produksi adalah suatu cara, metode atau teknik meningkatkan


nilai tambah suatu barang dengan menggunakan faktor produksi
yang ada.

9. Lembaga Sertifikasi Produk yang selanjutnya disebut LSPro adalah


lembaga yang telah terakreditasi oleh KomiteAkreditasi Nasional dan
ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan kegiatan Sertifikasi Produk
Penggunaan Tanda SNI.

10. Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang telah terakreditasi


oleh Komite Akreditasi Nasional dan ditunjuk oleh Menteri untuk
melakukan kegiatan pengujian terhadap contoh produk sesuai
spesifikasi/rnetode uji SNI.

11. Komite Akreditasi Nasional yang selanjutnya disebut KAN adalah


lembaga non struktural, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden dengan tugas menetapkan sistem akreditasi
dan sertifikasi serta berwenang untuk mengakreditasi lembaga dan
laboratorium untuk melakukan kegiatan sertifikasi.

12. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, yang selanjutnya


disingkat LSMMadalah lembaga yang telah mendapatkan akreditasi
dari KAN atau badan akreditasi di negara pabrikan yang telah
melakukan Perjanjian Saling Pengakuan atau Mutual Recognition
Arrangement (MRA) dengan KAN untuk melakukan kegiatan
sertifikasi SMM.

13. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan, yang


selanjutnya disingkat LSMKP adalah lembaga yang telah
mendapatkan akreditasi dari KANatau badan akreditasi di negara
pabrikan yang telah melakukan Perjanjian Saling Pengakuan atau
Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan KAN untuk
melakukan kegiatan sertifikasi SMKP.

14. Surveilan adalah pengecekan secara berkala darr/atau secara khusus


terhadap Produsen Minyak Goreng Sawit yang telah memperoleh
SPPT-SNI atas konsistensi penerapan SPPT-SNI, yang dilakukan oleh
LSPro.

2
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor: 30iIA/PER/6/2015

15. Petugas Pengawas Standar Produk yang selanjutnya disebut PPSP


adalah Pegawai Negeri Sipil di pusat atau daerah yang ditugaskan
untuk melakukan pengawasan produk di lokasi produksi dan di luar
lokasi kegiatan produksi yang SNI-nya telah diberlakukan secara
wajib.

16. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan bidang perindustrian.

17. Direktur J enderal Pembina Industri adalah Direktur J enderal


Industri Agro, Kementerian Perindustrian.

18. Direktur Pembina Industri adalah Direktur yang membina industri


Minyak Goreng Sawit pada Direktorat Jenderal Industri Agro
Kementerian Perindustrian.

19. Kepala BPPI adalah Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan


Industri, Kementerian Perindustrian.

BAB II
LINGKUP PEMBERLAKUAN
SNI MINYAKGORENG SAWIT SECARA WAJIB

1. SNI Minyak Goreng Sawit SNI 7709:2012 berlaku secara wajib bagi
Minyak Goreng Sawit dengan nomor Pos Tarif dan uraian barang
sebagai beriku t :

No Pos Tarif/HS Uraian Barang


RBD Palm Olein dalam kemasan
Ex. 1511.90.92.00 berat bersih tidak mele bihi 20 kg.

RBD Palm Olein dalam kemasan


Ex. 1511.90.99.00 berat bersih melebfhi 20 kg.

Hidrogenasi RBD Palm Olein


dalam kemasan berat bersih
Ex. 1516.20.98.00 tidak melebihi 20 kg dan melebihi
20 kg.

2. Produsen Minyak Goreng Sawit sebagaimana dimaksud dalam Bab I


angka 2, paling sedikit memiliki:

3
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor :30/IA/PER/6,'2015

a. unit pemurnian, unit fraksinasi, unit pencampur vitamin A,


mesin pengemas atau tanpa mesin pengemas, gudang
penyimpanan, serta peralatan uji mutu bagi Pabrikan Minyak
Goreng Sawit; atau
b. tangki penyimpanan, unit pencampur vitamin A, mesin penge-
mas, tempat penyimpanan, dan peralatan uji mutu bagi
Pengemas Minyak Goreng Sawit.

3. Peralatan uji mutu sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a dan


b berupa Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (High Performance Liquid
Chromatography) atau alat uji kadar vitamin A lainnya.

4. Tanggungjawab jaminan mutu sesuai SNI Minyak Goreng Sawit atas


Minyak Goreng Sawit dari produksi dalam negeri darr/atau impor
yang dikemas berada pada:
a. Pabrikan, apabila Minyak Goreng Sawit :
1) diproduksi dan dikemas oleh Pabrikan Minyak Goreng Sawit
dengan merek pabrikan;
2) diproduksi dan dikemas oleh Pabrikan atas permintaan dan
menggunakan merek badan usaha lain yang dibuktikan
dengan kontrak kerjasama antara Pabrikan dengan badan
usaha lain dimaksud; darr/atau
3) diproduksi oleh Pabrikan dan dikemas oleh Pengemas atas
permintaan dan menggunakan merek Pabrikan Minyak
Goreng Sawit yang dibuktikan dengan kontrak kerjasama
antara Pabrikan dan perusahaan Pengemas.
b. Pengemas, apabila Minyak Goreng Sawit :
1) dikemas dengan merek sendiri; darr/atau
2) dikemas dengan merek badan usaha lain sesuai dengan
kontrak kerjasama.
c. Importir, apabila Minyak Goreng Sawit berasal dari luar negeri.

5. Produsen dan Importir Minyak Goreng Sawit wajib memiliki SPPT-SNI


Minyak Goreng Sawit.

6. SPPT SNI Minyak Goreng Sawit untuk sistem sertifikasi Tipe 5


berlaku selama 4 (empat) tahun.

7. SPPT SNI Minyak Goreng Sawit untuk sistem sertifikasi Tipe 4


berlaku selama 2 (dua) tahun.

8. Pada kemasan Minyak Goreng Sawit sekurang-kurangnya wajib


dicantumkan informasi:

4
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor:30/IA/PER/6/2015

a. nama dan alamat:


1) Pabrikan Minyak Goreng Sawit apabila pengemasan
dilakukan oleh pabrikan;
2) Pabrikan Minyak Goreng Sawit apabila pengemasan
dilakukan atas permintaan badan usaha lain sesuai kontrak
kerjasama;
3) Pabrikan dan Pengemas Minyak Goreng Sawit apabila Minyak
Goreng Sawit yang dikemas oleh Pengemas menggunakan
merek pabrikan;
4) Pengemas Minyak Goreng Sawit apabila pengemas
menggunakan merk sendiri;
5) Pengemas Minyak Goreng Sawit berdasarkan permintaan
badan usaha lain sesuai kontrak kerjasama; atau
6) Pabrikan dan importir bagi Minyak Goreng Sawit yang berasal
dari luar negeri;
b. merek;
c. logo tara pangan;
d. kode daur ulang;
e. nomor dan logo SNI;dan
f. jenis produk.

9. Penggunaan kemasan pada produk Minyak Goreng Sawit mengacu


kepada Peraturan Menteri Perindustrian No. 24jM-INDjPERj2j2010
tentang Pencantuman LogoTara Pangan dan Kode Daur Ulang Pada
Kemasan Pangan dari Plastik dan Peraturan Kepala BPOM No.
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan
Pangan.

10. Sejak diberlakukan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 87 jM-


INDjPERj12j2013 tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit Secara Wajib sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35jM-
INDjPERj3j2015 (27 Maret 2016), Minyak Goreng Sawit dengan
nomor Pos Tarif Ex. 1511.90.92.00, Ex. 1511.90.99.00 dan Ex.
1516.20.98.00 yang tidak memenuhi ketentuan dalam SNI
7709:2012 dilarang untuk diedarkan dan harus ditarik atau
dimusnahkan.

5
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor:30/IA/PER/6/2015

BABIII
TATACARAMEMPEROLEH
SPPT SNIMINYAKGORENGSAWIT

1. J enis Sertifikasi
Untuk memperoleh SPPT-SNI Minyak Goreng Sawit, Produsen
mengajukan permohonan SPPT-SNImelalui Sistem Sertifikasi Tipe 5
atau Tipe 4.

2. Produsen atau Importir Minyak Goreng Sawit sebagaimana dimaksud


pada Bab II angka 5, dapat memperoleh SPPT-SNI Minyak Goreng
Sawit apabila telah memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Sistem Sertifikasi Tipe 5 dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
1) mengajukan permohonan kepada LSPro dengan melampirkan
persyaratan administrasi:
a) fotokopi Akta Pendirian perusahaan untuk produsen Minyak
Goreng Sawit dalam negeri atau akte sejenis bagi produsen
luar negerijimportir yang telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah;
b) fotokopi izin industri (Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar
Industri) bagi produsen Minyak Goreng Sawit dalam negeri
atau izin yang sejenis untuk produsen luar negeri yang telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah
tersumpah;
c) fotokopi Angka Pengenal Importir (API), Nomor Induk
Kepabeanan (NIK)dan Importir Terbatas (IT)untuk importir;
d) dokumen mengenai penggunaan merek :
d).1. fotokopi Sertifikat Merek Pelaku Usaha atau Tanda
Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual (HKI),Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia;
d).2. fotokopi perjanjian lisensi dari pemilik merek;
d).3. fotokopi surat perjanjian dengan perusahaan
pengemas untuk produk Minyak Goreng Sawit yang
dikemas oleh perusahaan pengemas dengan
menggunakan merek pabrikan; atau
d).4. fotokopi surat perjanjianj kontrak kerjasama pabrikan
dengan badan usaha lain, untuk Minyak Goreng Sawit
yang diproduksi dengan menggunakan merek milik
badan usaha lain dimaksud.

6
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

e) surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bahwa


dokumen sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan c sesuai
dengan aslinya.
2) telah menerapkan SMM atau SMKP yang dibuktikan dengan
menyampaikan:
a) surat pernyataan dari produsen Minyak Goreng Sawit baik
dari dalam negeri ataupun luar negeri ten tang kesesuaian
penerapan :
a).1. SMM berdasarkan SNI ISO 9001:2008 atau revisinya,
atau Sistem Manajemen Mutu lainnya yang diakui;
atau
a).2. SMKPSNI ISO 22000:2009 atau revisinya; atau
b) sertifikat SMM berdasarkan SNI ISO 9001:2008 atau
revisinya atau SMKP SNI ISO 22000:2009 atau revisinya
yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu
(LSSM) atau Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Keamanan Pangan (LSMKP).
3) bagi yang telah memiliki SMM, harus menerapkan Cara
Produksi Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB) sesuai dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-IND/Per/7/2010.
4) dilakukan audit SMMatau SMKPterhadap:
a) produsen Minyak Goreng Sawit baik dalam negeri maupun
luar negeri yang menyampaikan surat pernyataan telah
menerapkan SMM atau SMKP, dilakukan audit secara
penuh.
b) produsen Minyak Goreng Sawit baik dalam negeri maupun
luar negeri yang memiliki Sertifikat SMM atau SMKP,
dilakukan audit pada titik kritis.
5) dilakukan pengambilan contoh dan pengujian mutu produk
sesuai parameter SNI 7709:2012 Minyak Goreng Sawit pada
Laboratorium Penguji dengan ketentuan apabila Laboratorium
Penguji tersebut berada:
a) di dalam negeri, yang telah terakreditasi KANdengan ruang
lingkup Minyak Goreng Sawit dan ditunjuk oleh Menteri
serta telah memiliki MoUdengan LSPro, atau
b) di luar negeri, yang telah terakreditasi lembaga akreditasi
negara tempat Laboratorium Penguji dimaksud berada dan
lembaga akreditasi negara dimaksud wajib memiliki
Perjanjian Saling Pengakuarr/ Mutual Recognition Agreement
(MRA) dengan KAN, serta negara tempat Laboratorium
Penguji dimaksud berada memiliki perjanjian bilateral atau
multilateral dibidang regulasi teknis dengan pemerintah
Republik Indonesia dan Laboratorium Penguji dimaksud
ditunjuk Menteri.
7
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

b. Sistem Sertifikasi Tipe 4 dilakukan melalui tahapan sebagai


berikut:
1) mengajukan permohonan kepada LSPro dengan melampirkan
persyaratan administrasi:
a) fotokopi Akte Pendirian perusahaan untuk perusahaari/
produsen Minyak Goreng Sawit dalam negeri atau akte
sejenis bagi perusahaan luar negeri/Importir yang telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah
tersumpah;
b) fotokopi izin industri (Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar
Industri) bagi perusahaarr/produsen Minyak Goreng Sawit
dalam negeri atau izin yang sejenis untuk perusahaan luar
negeri/Importir yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh penerjemah tersumpah; dan
c) fotokopi Angka Pengenal Importir (API), Nomor Induk
Kepabeanan (NIK)dan Importir Terbatas (IT) untuk importir;
d) dokumen mengenai penggunaan merek :
d).1. fotokopi Sertifikat Merek Pelaku Usaha atau Tanda
Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia;
d).2. fotokopi perjanjian lisensi dari pemilik merek;
d).3. fotokopi surat perjanjian dengan perusahaan
pengemas untuk produk Minyak Goreng Sawit yang
dikemas oleh perusahaan pengemas dengan
menggunakan merek pabrikan; atau
d).4. fotokopi surat perjanjiari/ kontrak kerjasama pabrikan
dengan badan usaha lain, untuk Minyak Goreng Sawit
yang diproduksi dengan menggunakan merek milik
badan usaha lain dimaksud.
e) surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bahwa
dokumen sebagaimana dimaksud huruf a, b, c dan d sesuai
dengan aslinya.
2) telah menerapkan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik
(CPPOB) yang dibuktikan dengan menyampaikan dokumen
Pernyataan Sendiri (Self Declaration) Penerapan CPPOB dengan
Hasil Penilaian Penerapan CPPOB sekurang-kurangnya adalah
tingkat Level II.
3) dilakukan verifikasi terhadap penerapan Cara Produksi Pangan
Olahan Yang Baik (CPPOB) berdasarkan Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 75/M-IND/Per/7/2010.
4) dilakukan pengambilan contoh dan pengujian mutu produk
sesuai parameter SNI 7709:2012 Minyak Goreng Sawit pada

8
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/201S

Laboratorium Penguji dengan ketentuan apabila Laboratorium


Penguji tersebut berada:
a) di dalam negeri, yang telah terakreditasi KANdengan ruang
lingkup Minyak Goreng Sawit dan ditunjuk oleh Menteri
serta telah memiliki MoV dengan LSPro, atau
b) di luar negeri, yang telah terakreditasi lembaga akreditasi
negara tempat Laboratorium Penguji dimaksud berada dan
lembaga akreditasi negara dimaksud wajib memiliki
Perjanjian Saling Pengakuarr/ Mutual Recognition Agreement
(MRA) dengan KAN, serta negara tempat Laboratorium
Penguji dimaksud berada memiliki perjanjian bilateral atau
multilateral dibidang regulasi teknis dengan pemerintah
Republik Indonesia dan Laboratorium Penguji dimaksud
ditunjuk Menteri.

3. Pemohon SPPf-SNI
a. Permohonan SPPf-SNI Minyak Goreng Sawit ditujukan kepada
LSProyang ditunjuk Menteri.
b. Pemohon SPPf-SNIadalah :
1) produsen Minyak Goreng Sawit dalam negeri; dan
2) produsen Minyak Goreng Sawit luar negeri/importir.
c. Produsen luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf b angka
2), yang mengajukan permohonan SPPf-SNI wajib menunjuk
perusahaan perwakilan atau importir yang berkedudukan di
Indonesia yang bertanggung jawab atas pemenuhan ketentuan
penerapan SNI Minyak Goreng sawit secara wajib untuk produk
asal impor yang beredar di Indonesia.
d. Legalitas keberadaan perusahaan perwakilan dan importir
sebagaimana dimaksud pada huruf c dibuktikan dengan perizinan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Proses Sertifikasi SPPT-SNI


a. Sistem Sertifikasi Tipe 5, dilakukan sebagai berikut :
1) LSPro meneliti kelengkapan dokumen dan apabila dokumen
belum lengkap harus segera dilengkapi oleh perusahaan
pemohon untuk dapat diproses lebih lanjut.
2) Tim Auditor melakukan audit kecukupan dan kebenaran
dokumen SMM atau SMKP dan jika tidak memenuhi
persyaratan, perusahaan pemohon harus melakukan tindakan
koreksi.
3) LSPro membuat laporan hasil audit SMM atau SMKP dan
mengevaluasi hasil uji mutu produk dari Laboratorium Penguji
dan bila ditemukan ketidaksesuaian, maka harus segera

9
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor :30i IAiPEH/ 6/2015

diinformasikan kepada perusahaan pemohon untuk melakukan


perbaikan.
4) Tim evaluasi LSPro meneliti laporan audit sertifikasi SMM atau
SMKP dan SHU serta dokumen lainnya dan menentukan
keputusan sertifikasi, yang terdiri dari:
a) pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI,apabila memenuhi
persyaratan sertifikasi;
b) penundaan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI,apabila
belum memenuhi persyaratan sertifikasi dan perusahaan
pemohon dapat melakukan tindakan perbaikan; atau
c) penolakan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI, apabila
tidak memenuhi persyaratan sertifikasi.
b. Sistem Sertifikasi Tipe 4, dilakukan sebagai berikut :
1) LSPro meneliti kelengkapan dokumen dan apabila dokumen
belum lengkap harus segera dilengkapi oleh perusahaan
pemohon untuk dapat diproses lebih lanjut.
2) Tim Auditor melakukan audit kecukupan dokumen Pernyataan
Sendiri Penerapan CPPOB dan apabila tidak memenuhi
persyaratan, perusahaan pemohon harus melakukan tindakan
koreksi.
3) LSPro membuat laporan hasil verifikasi terhadap penerapan
CPPOB dan mengevaluasi hasil uji mutu produk dari
Laboratorium Penguji dan bila ditemukan tidak memenuhi
persyaratan SNI, maka harus segera diinformasikan kepada
perusahaan pemohon untuk diakukan pengambilan contoh
ulang paling banyak 1 (satu) kali.
4) Tim evaluasi LSPro mengevaluasi laporan hasil verifikasi
terhadap penerapan CPPOB, SHU serta dokumen lainnya dan
menentukan keputusan sertifikasi yang terdiri dari:
a) pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI,apabila memenuhi
persyaratan sertifikasi;
b) penundaan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI,apabila
belum memenuhi persyaratan sertifikasi dan perusahaan
pemohon dapat melakukan tindakan perbaikan; atau
c) penolakan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI, apabila
tidak memenuhi persyaratan sertifikasi.

5. Total waktu yang diperlukan untuk pemrosesan dan penerbitan SPPT-


SNI Minyak Goreng Sawit:
a. Untuk Sertifikasi Tipe 5, apabila dokumen telah lengkap dan
benar serta hasil audit SMM atau SMKP memenuhi persyaratan
selama 41 hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
Kepala BPPI No.247/BPPI/X/2008 tidak termasuk waktu yang

10
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

diperlukan untuk pengujian contoh paling lama 14 hari kerja sejak


contoh uji diterima oleh Laboratorium Penguji.
b. Untuk Sertifikasi Tipe 4, waktu yang diperlukan untuk penerbitan
SPPT-SNI paling lama 41 hari kerja, tidak termasuk waktu yang
diperlukan untuk pengujian contoh paling lama 14 hari kerja sejak
contoh uji diterima oleh Laboratorium Penguji.

6. Setiap penerbitan SPPT-SNI Minyak Goreng Sawit oleh LSPro wajib


dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri dan atau
Direktur Pembina Industri dan Kepala BPPI selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja sejak penerbitan SPPT-SNI Minyak Goreng Sawit oleh
LSPro.

7. LSPro melakukan surveilan terhadap:


a. SMM atau SMKP dan mutu produk perusahaan pemegang SPPT-
SNI Minyak Goreng Sawit yang dilakukan setiap 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun untuk Sertifikasi Tipe 5; dan
b. CPPOB dan mutu produk perusahaan pemegang SPPT-SNI Minyak
Goreng Sawit yang dilakukan setiap 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun untuk Sertifikasi Tipe 4.

BABN
TATACARAPENGAMBILANCONTOH

Pengambilan contoh untuk:


1. Mendapatkan SPPT-SNI atau surveilan SPPT-SNI yang dilaksanakan
berdasarkan Sistem Sertifikasi Tipe 5 atau Tipe 4 sebagai berikut:
a. Pengambilan contoh dilakukan oleh Petugas Pengambil Contoh
(PPC) yang ditunjuk oleh LSPro, dilakukan pada titik akhir aliran
produksi (lini pengemasan) atau gudang produksi secara acak;
b. Contoh uji minyak goreng sawit di pabrik yang diambil harus
mewakili setiap variasi mutu, dengan ketentuan:
1) jika merek mewakili mutu (kualitasnya berbeda untuk setiap
merek), maka pengambilan contoh uji dilakukan untuk setiap
merek; atau
2) jika merek tidak mewakili mutu (kualitasnya sama untuk
seluruh merek), maka 1 (satu) contoh uji dapat mewakili 4
(empat) merek dan 2 (dua) contoh uji untuk mewakili 5 (lima)
sampai dengan 8 (delapan) merek, dan seterusnya berlaku
untukjumlah kelipatan.
c. Cara pengambilan contoh sesuai dengan ketentuan SNI 0429:1989
Petunjuk Pengambilan Contoh Cairan dan Semi Padat dan SNI
0428: 1998 Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan.

11
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor:30/IA/PER/6/2015

d. Jumlah contoh diarnbil sebanyak 3 (tiga) paket, masing-masing 1


(satu) liter, dengan ketentuan:
1) 1 liter untuk arsip produsen;
2) 1 liter untuk arsip laboratorium; dan
3) 1 liter untuk diuji oleh laboratorium.

2. Pengawasan SNI di Pabrik oleh PPSP dilakukan berdasarkan Surat


Tugas dari Direktur Jenderal dengan ketentuan:
a. Pengarnbilan contoh dilakukan oleh Petugas Pengarnbil Contoh
(PPC), dilakukan pada aliran produksi atau gudang produksi
secara acak;
b. Contoh uji minyak goreng sawit di pabrik yang diarnbil harus
mewakili setiap variasi mutu, dengan ketentuan:
1) jika merek mewakili mutu (kualitasnya berbeda untuk setiap
merek), maka pengarnbilan contoh uji dilakukan untuk setiap
merek; atau
2) jika merek tidak mewakili mutu (kualitasnya sarna untuk
seluruh merek), maka 1 (satu) contoh uji dapat mewakili 4
(empat) merek dan 2 (dua) contoh uji untuk mewakili 5 (lima)
sarnpai dengan 8 (delapan) merek, dan seterusnya berlaku
untuk jumlah kelipatan.
c. Cara pengarnbilan contoh sesuai dengan ketentuan SNI 0429:1989
Petunjuk Pengarnbilan Contoh Cairan dan Semi Padat dan SNI
0428: 1998 Petunjuk Pengarnbilan Contoh Padatan.
d. Jumlah contoh diarnbil sebanyak 3 (tiga) paket, masing-masing 1
(satu) liter, dengan ketentuan:
1) 1 liter untuk arsip produsen;
2) 1 liter untuk arsip laboratorium; dan
3) 1 liter untuk diuji oleh laboratorium.

BABV
PEMBUBUHAN
TANDASNI

1. Penandaan SNI Minyak Goreng Sawit dilakukan pada setiap kemasan


di tempat yang mudah dibaca dengan tanda yang tidak mudah
rusak/hilang, dan harus dibubuhi tanda SNI 7709:2012 dengan cara
dicetak atau dicap.

2. Penandaan SNI dan informasi lainnya pada kemasan Minyak Goreng


Sawit dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

12
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

BABVI
PEMBINAANDANPENGAWASAN

1. Pembinaan dan pengawasan di pabrik untuk penerapan SNI Minyak


Goreng Sawit secara wajib dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Industri Agro.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada angka 1, dilaksanakan


melalui:
a. Sosialisasi atas pemberlakuan SNI Minyak Goreng Sawit Secara
Wajib darr/atau perubahannya; dan
b. Pembinaan teknis dan koordinasi dalam penerapan SNI Minyak
Goreng Sawit Secara Wajib.

3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan oleh


PPSP paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

4. Berdasarkan hasil pembinaan sebagaimana dimaksud pada angka 2


dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 3, apabila belum
memenuhi persyaratan SNI, Direktur Jenderal memberikan teguran
tertulis kepada Produsen Minyak Goreng Sawit.

BABVII
PENUTUP

Petunjuk Teknis penerapan SNI Minyak Goreng Sawit secara wajib ini
merupakan pedoman yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya dengan penuh
tanggung jawab.

DIREKTURJENDERALINDUSTRIAGRO,

ttd.

PANGGAHSUSANTO

13
LAMPlRANII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO
NOMOR : 30/IAjPER/6j2015
TANGGAL : 9 JUNI 2015

SKEMA SERTIFlKASI
SNI MINYAKGORENG SAWIT

1. RUANG LINGKUP
Skema ini berlaku un tuk Sertifikasi (Sertifikasi awal, Survailen, dan
Sertifikasi Ulang) SPPT SNI Produk Minyak Goreng Sawit.

2. ACUAN NORMATIF
a. Standar Produk yang diacu:
Judul SNI No. SNI No. Pos Tarif / HS
Ex. 1511.90.92.00
Minyak Goreng Sawit SNI 7709:2012 Ex.1511.90.99.00
Ex. 1516.20.98.00

b. Regulasi Teknis yang diacu:


1) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 87/M-
IND/PER/ 12/2013 ten tang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit Secara Wajib
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 35/M-IND/PER/3/2015;
2) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan
Olahan Yang Baik (Good Manufacturing Practices);
3) Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro Nomor
30/IA/Per/12/2011 tentang Petunjuk Teknis Penilaian
Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik.

3. DEFINISI
a. Minyak Goreng Sawit adalah bahan pangan dengan komposisi
utama trigliserida berasal dari minyak sawit, dengan atau tanpa
perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah
melalui proses pemumian dengan penambahan vitamin A.
b. Produsen Minyak Goreng Sawit yang dimaksudkan ada 2 jenis:
1) Perusahaan yang memproduksi Minyak Goreng Sawit, dengan
proses pemurnian, fraksinasi, dengan atau tanpa
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor :30/IA/PER/6/2015

pencampuran vitamin A atau pengemasan, selanjutnya disebut


Pabrikan; atau
2) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pengemasan
Minyak Goreng Sawit dengan atau tanpa pencampuran vitamin
A, selanjutnya disebut Pengemas.

4. TATACARAMEMPEROLEHSPPTSNI
a. Tata cara memperoleh SPPT SNI dilakukan berdasarkan sistem
sertifikasi Tipe 5 atau Tipe 4.
b. Tata cara sertifikasi:
TAHAPI : SELEKSI
NO KETENTUAN URAIAN
1) Permohonan TiDe5
a) Sesuai Persyaratan Permohonan yang
tercantum dalam dokumen prosedur
LSPro
b) Dokumen permohonan SPPT SNI serta
lampiran dokumen legal peru sahaan ,
pedoman mutu dan daftar induk
dokumen dan diagram alir proses
produksi harus dalam bahasa
Indonesia.
c) Dokumen legal perusahaan antara lain:
c).1. Akta pendirian perusahaan bagi
produsen dalam negeri atau akte
sejenis bagi produsen luar negeri.
c).2. Izin Usaha Industri (lUI) atau
Tanda Daftar Industri (TDI) bagi
produsen dalam negeri atau izin
sejenis bagi produsen luar negeri.
c).3. Fotokopi Angka Pengenal
Importir (API), Nomor Induk
Kepabeanan (NIK) dan Importir
Terbatas (IT)untuk importir.
c).4. Dokumen penggunaan merek:
c).4.l. fotokopi Sertifikat Merek
pelaku usaha, Tanda
Daftar Merek yang
diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual (HKI),

2
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor:30/LA/PER/6/2C15

Kementerian Hukum dan


Hak Asasi Manusia;
c).4.2. fotokopi perjanjian lisensi
dari pemilik merek, yang
telah dicatatkan pada
Direktorat J enderal Hak
Kekayaan Intelektual
(HKI) Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia
sesuai ketentuan Pasal 43
Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 tentang
Merek;
c).4.3. fotokopi surat perjanjian
dengan perusahaan
pengemas untuk produk
Minyak Goreng Sawit yang
dikemas oleh perusahaan
pengemas dengan
menggunakan merek
pabrikan; atau
c).4.4. fotokopi surat peIjanjianj
kontrak kerjasama
pabrikan dengan badan
usaha lain, untuk Minyak
Goreng Sawit yang
diproduksi dengan
menggunakan merek milik
badan usaha lain
dimaksud.

Tipe 4
a) Sesuai Persyaratan Permohonan yang
tercantum dalam dokumen prosedur
LSPro
b) Dokumen permohonan SPPT SNI serta
lampiran dokumen legal perusahaan.
c) Dokumen legal perusahaan antara lain:
c). 1. Fotokopi Akte Pendirian
perusahaan
c).2. Fotokopi Izin Usaha (Izin Usaha
Industri (lUI) atau Tanda Daftar
Industri (TDI).
c)_.3. Fotokopi Angka Pengenal

3
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

Irnportir (API), Nornor Induk


Kepabeanan (NIK) dan Irnportir
Terbatas (IT)untuk irnportir.
c).4. Penggunaan rnerek:
c).4. 1. fotokopi Sertifikat Merek
pelaku usaha, Tanda
Daftar Merek untuk
Minyak Goreng Sawit,
yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual
(HKI), Kernenterian
Hukurn dan Hak Asasi
Manusia;
c).4.2. fotokopi perjanjian lisensi
dari pernilik rnerek, yang
telah dicatatkan pada
Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual
(HKI)Kernenterian Hukurn
dan Hak Asasi Manusia
sesuai ketentuan Pasal 43
Undang-Undang Nornor
15 Tahun 2001 tentang
Merek;
c).4.3. fotokopi surat perjanjian
dengan perusahaan
pengernas untuk Minyak
Goreng Sawit yang
dikernas oleh perusahaan
pengernas dengan
rnenggunakan rnerek
pabrikan; atau
c).4.4. fotokopi surat perjanjian/
kontrak kerjasama
pabrikan dengan badan
usaha lain untuk Minyak
Goreng Sawit yang
diproduksi dengan
menggunakan merek milik
badan usaha lain
dirnaksud.

4
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor:30/PER/6/2015

Keterangan :
1. Untuk produsen luar negeri, dokumen
Izin Usaha Industri (lUI) atau
sejenisnya dan Akte Pendirian
Perusahaan harus diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh
penterjemah yang tersumpah.
2. LSPro harus menjelaskan dan
memastikan penandaan SNI pada
kemasan dan persyaratan lainnya yang
terkait.
2) Sistem Tipe 5
Manajemen a) Menerapkan SNI ISO 9001:2008 atau
Mutu yang revisinya atau SNI ISO 22000:2009
diterapkan atau revisinya, atau Sistem Manajemen
Mutu lainnya yang diakui;
b) Bagi yang menerapkan SNI ISO
9001:2008 atau revisinya, harus
menerapkan Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (CPPOB)
sesuai Permenperin Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 untuk produk dalam
negeri atau Good Manufacturing
Practices (GMP) atau sejenisnya untuk
produk impor.

Tipe 4
a) Menerapkan Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (CPPOB)
sesuai Permenperin 75/M-
IND/PER/7/2010.
3) Durasi audit Tipe 5
Sesuai dengan prosedur LSPro (memenuhi
ketentuan perhitungan man/days audit
mengacu pada IAFMD 5:2013);

Tipe 4
Sesuai dengan prosedur LSPro.
4) Petugas Petugas Pengambil Contoh (PPC) yang
Pengambil terdaftar di LSPro dan ditugaskan oleh
Contoh LSPro/Laboratorium Uji

5
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor: 30/ lA/PERI 6/2015

5) Jumlah Tipe 5 dan Tipe 4


Contoh Uji a) Pengarnbilan contoh uji dilakukan pada
yang diarnbil titik akhir aliran produksi (lini
untuk pengemasan) atau gudang produksi
permohonan secara acak;
baru, b) Pengarnbilan contoh uji dikelompokkan
survailen, berdasarkan jenis kemasan, yaitu:
resertifikasi
b).1.Logarn{kaleng]
b).2. Non Logarn (plastik, jerigen, kaca,
dan lainnya)
c) Contoh uji yang diarnbil harus
mewakili setiap variasi mutu, dengan
ketentuan:
c).I.jika merek mewakili mutu
(kualitasnya berbeda untuk setiap
merek), maka pengarnbilan contoh
uji dilakukan untuk setiap merek;
atau
c).2.jika merek tidak mewakili mutu
(kualitasnya sarna untuk seluruh
merek), maka 1 (satu) contoh uji
dapat mewakili 4 (empat) merek
dan 2 (dua) contoh uji untuk
mewakili 5 (lima) sarnpai dengan 8
(delapan) merek, dan seterusnya
berlaku untukjumlah kelipatan.
d) Contoh uji dikemas dalarn kantong
plastik atau sejenis dan disegel serta
diberi label contoh uji;
e) Cara pengarnbilan contoh sesuai
dengan SNI 0429: 1989 Petunjuk
Pengarnbilan Contoh Cairan dan Semi
Padat dan SNI 0428: 1998 Petunjuk
Pengarnbilan Contoh Padatan;
f) Jumlah contoh diarnbil 3 (tiga) paket
contoh dengan jumlah contoh
sekurang-kurangnya 3 (tiga) liter,
dengan ketentuan:
f).1. 1 liter untuk arsip produsen.
f).2. 1 liter untuk arsip laboratorium.
f).3. 1 liter untuk diuji oleh
laboratorium.

6
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

Keterangan:
1. Bagian untuk arsip produsen diberi
pelabelan dan disimpan di tempat
produsen sampai SPPT SNI diterbitkan.
2. Pengiriman contoh ke Laboratorium
Penguji dilakukan oleh produsen untuk
permohonan SPPT SNI baru, surveilan,
dan permohonan SPPT SNI ulang.
6) Laboratorium Tipe 5 dan Tipe 4
Penguji yang Laboratorium independen yang
digunakan terakreditasi KAN dan ditunjuk oleh
Menteri dengan ruang lingkup SNI Minyak
Goreng Sawit, yang melakukan subkontrak
dengan LSPro.
TAHAPII: DETERMINASI
1) Audit Tahap Tipe 5 dan Tipe 4
1 (Audit Dilakukan Audit Tahap 1
Kecukupan) a) Untuk Tipe 5, dokumen SMM untuk
pemohon dari luar negeri
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
oleh penterjemah tersumpah;
b) Untuk Tipe 4, dokumen Pernyataan
Sendiri (Self Declaration) Penerapan
CPPOB dengan Hasil Penilaian
Penerapan CPPOB sekurang-
kurangnya adalah tingkat LevelII;
c) Peralatan produksi
produsen paling sedikit harus memiliki
peralatan produksi un tuk:
c).1. Pabrikan, memiliki :
c).1.1. unit pemurnian;
c).1.2. unit fraksinasi;
c).1.3. unit pencampur vitamin
A;
c).1.4. mesin pengemas (untuk
pabrikan yang melakukan
pengemasan);
c).I.5. gudang penyimpanan;
c).1.6. peralatan uji mutu (High
Performance Liquid
Chromatography atau alat

7
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor:30/IA/PER/6/2015

uji kadar vitamin A


lainnya).

c).2. Pengemas, memiliki:


c).2. 1. tangki penyimpanan;
c).2.2. unit pencampur vitamin
A;
c).2.3. mesin pengemas;
c).2.4. gudang penyimpanan;
c).2.5. peralatan uji mutu (High
Performance Liquid
Chromatography atau alat
uji kadar vitamin A
lainnya).
2) Audit Tahap 2 Tipe 5
- Audit a) Auditor harus memastikan rencana
Kesesuai- audit (audit plan) dan rencana
an (Tipe5) pengambilan contoh (sampling plan)
oleh Tim sesuai dengan SNIyang diajukan;
auditor b) Paling sedikit 1 orang dari tim auditor
memiliki kompetensi proses produksi
Minyak Goreng Sawit.

- Verifikasi Tipe 4
(Tipe4) a) LSPro harus memastikan rencana
oleh Tim verifikasi (verification plan) dan rencana
verifikasi pengambilan contoh (sampling plan)
sesuai dengan SNIyang diajukan;
b) Paling sedikit 1 orang dari tim verifikasi
memiliki kompetensi proses produksi
Minyak Goreng Sawit dan Petunjuk
Teknis Penilaian Penerapan CPPOB
sesuai Perdirjen Industri Agro Nomor
30/IA/PERj 12/2011.
Lingkup yang Tipe 5
diaudit a) J ika telah memiliki Sertifikat SMMatau
SMKP dari LSSM atau LSMKP yang
telah terakreditasi KANj PAC/ IAF,
pada saat sertifikasi awaljresertifikasi,
audit dilakukan pada seluruh elemen,
sedangkan pada saat survailen hanya
dilakukan pada elemen kritis danj
atau mengacu pada dokumen LSPro;
8
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor:30/IA/PER/6/2015

b) Jika menerapkan SMM atau SMKP


yang dinyatakan dalam Surat
Pernyataan Diri telab menerapkan SNI
ISO 9001:2008 atau revisinya atau SNI
ISO 22000:2009 atau revisinya, atau
Sistem Manajemen Mutu lainnya yang
diakui, audit dilakukan untuk semua
persyaratan SNI ISO 9001:2008 atau
SNIISO 22000:2009;
Bagi yang menerapkan SNI ISO
9001:2008 atau revisinya, harus
menerapkan Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (Good
Manufacturing Practices) sesuai
Permenperin Nomor 75/M-
IND/PER/7/2010 untuk produk dalam
negeri atau Good Manufacturing
Practices (GMP) atau sejenisnya untuk
produk impor.

Tipe 4
Berdasarkan dokumen Pernyataan
Sendiri (Self Declaration), dilakukan
verifikasi terhadap unsur / persyaratan
penerapan CPPOB yang terdapat pada
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal
Industri Agro No. 30/IA/PER/12/2011
tentang Petunjuk Teknis Penilaian
Penerapan Cara Produksi Pangan
olaban Yang Baik.

3) Kategori Tipe 5
ketidak- Kategoriketidaksesuaian:
sesuaian
mayor apabila:
a) berhubungan langsung dengan mutu
produk dan mengakibatkan
ketidakpuasan pelanggan, atau;
b) SMMatau SMKPtidak berjalan.

minor apabila:
terdapat ketidak -konsistenan dalam
menerapkan SMMatau SMKP;

9
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6j2015

Tipe 4
Kategori ketidaksesuaian:

apabila hasil verifikasi terhadap unsur /


persyaratan CPPOB menunjukkan bahwa:
a) terdapat lebih dari 10 penyimpangan
pada kategori penilaian Major (MJ);
atau;
b) terdapat penyimpangan pada kategori
penilaian Kritikal (CR).
4) Cara Tipe 5 dan Tipe 4
Pengujian Sesuai SNI 7709:2012 Angka 7.
5) Laporan Mencantumkan kesesuaian at au
Hasil Uji ketidaksesuaian dalam pemenuhan
persyaratan SNI.
TAHAP III: EVALUASIDAN KEPUTUSAN
1) Evaluasi Tipe 5 dan Tipe 4
terhadap a) Paling sedikit 1 orang dari tim
Lap 0 ran Teknis/Evaluator memiliki kompetensi
Audit/ Proses Produksi Minyak Goreng Sawit.
Lap 0ran
b) Untuk tipe 4, Panitia Teknis/Evaluator
Verifikasi
melakukan evaluasi Laporan Verifikasi
dan Laporan
Hasil Uji c) Untuk tipe 5, Panitia Teknis/ Evaluator
melakukan evaluasi Laporan Audit
d) Laporan Hasil Uji
b). I. Panitia Teknis/Evaluator
melakukan evaluasi laporan hasil
uji
b).2. Evaluasi yang dihasilkan
merupakan bahan rapat Panel
Tinjauan SPPT SNI
b).3. Jika ada satu atau lebih
parameter yang tidak memenuhi
persyaratan SNI, maka atas
permintaan LSPro dilakukan uji
ulang dengan ketentuan:
d).3.1. untuk parameter yang
tidak memenuhi
persyaratan SNI terhadap
contoh uji yang tersedia
(arsip laboratorium).

10
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor: 30/IAjPER/6/2015

d).3.2. jika hasil uji ulang tidak


memenuhi persyaratan
mutu, maka dilakukan
pengambilan contoh ulang
ke pabrik.
2) Keputusan TiDe 5 dan TiDe 4
Sertifikasi Sesuai Prosedur LSPro.
melalui rapat
Panel
Tinjauan
SPPT SNI
TAHAP IV: LISENSI
1) Penerbitan TiDe 5 dan TiDe 4
SPPT-SNI a) Sesuai Prosedur LSPro;
b) Untuk Tipe 5, masa berlaku SPPT SNI
adalah 4 (empat) tahun;
c) Untuk Tipe 4, masa berlaku SPPT SNI
adalah 2 (dua) tahun;
d) SPPT SNI Minyak Goreng Sawit
mencantumkan informasi paling
sedikit:
d).1. nama dan alamat perusahaan
(pabrikan dan pengemas);
d).2. alamat pabrik atau pengemas;
d).3. merek;
d).4. nama dan alamat importir (untuk
Produsen Luar Negeri);
d).5. nomor dan logo SNI;
TAHAPV: SURVAILEN
1) Lingkup yang TiDe 5
diaudit a) J ika telah memiliki Sertifikat SMM atau
SMKP dari LSSM atau LSMKP yang
telah terakreditasi KAN, PAC, IAF,
survailen hanya dilakukan pada titik
kritis (refinery, fraksinasi, mixing dan
filling) dengan mengacu pada dokumen
LSPro;
b) Jika menerapkan SMM atau SMKP
yang dinyatakan dalam Surat
Pernyataan Diri, survailen dilakukan
untuk semua persyaratan SNI ISO
9001:2008 atau SNI ISO 22000:2009

11
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor:30/IA/PER/6/2015

atau revisinya.

Tipe 4
Berdasarkan dokumen Pemyataan
Sendiri (Self Declaration), dilakukan
verifikasi terhadap unsur / persyaratan
penerapan CPPOB yang terdapat pada
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal
Industri Agro No. 30/IA/PER/12/2011
tentang Petunjuk Teknis Penilaian
Penerapan Cara Produksi Pangan
Olahan Yang Baik.

2) Kategori Tipe 5
ketidaksesuai Kategoriketidaksesuaian:
an a) mayor apabila:
a).1. berhubungan langsung dengan
mutu produk dan mengakibatkan
ketidakpuasan pelanggan, atau;
a).2. SMMatau SMKPtidak berjalan.
b) minor apabila terdapat ketidak-
konsistenan dalam menerapkan SMM
atau SMKP.

Tipe 4
Kategoriketidaksesuaian:

apabila hasil verifikasi terhadap unsur /


persyaratan CPPOBmenunjukkan bahwa:
a) terdapat lebih dari 10 penyimpangan
pada kategori penilaian Major (MJ);
atau;
b) terdapat penyimpangan pada kategori
penilaian Kritikal (CR).
3) Jumlah Tipe 5 dan Tipe 4
Contoh yang a) Pengambilan contoh uji dilakukan pada
diambil titik akhir aliran produksi (lini
pengemasan) atau gudang produksi
secara acak;
b) Pengambilan contoh uji dikelompokkan
berdasarkan jenis kemasan, yaitu:

12
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

b).1. Logam (kaleng)


b).2. Non Logam (plastik, jerigen, kaca,
dan lainnya)
c) Contoh uji yang diambil harus
mewakili setiap variasi mutu, dengan
ketentuan:
c). 1. jika merek mewakili mutu
(kualitasnya berbeda untuk
setiap merek), maka pengambilan
contoh uji dilakukan untuk
setiap merek; atau
c).2. jika merek tidak mewakili mutu
(kualitasnya sarna untuk seluruh
merek), maka 1 (satu) contoh uji
dapat mewakili 4 (empat) merek
dan untuk jumlah merek kurang
dari 4 (empat) tetap diambil 1
merek, berlaku setara untuk 5
(lima) sampai dengan 8 (delapan)
merek, diambil 2 (dua) contoh uji
dan seterusnya berlaku untuk
jumlah kelipatan.
d) Contoh uji dikemas dalam kantong
plastik dan disegel serta diberi label
contoh uji;
e) Cara pengambilan contoh sesuai
dengan SNI 0429 Petunjuk
Pengambilan Contoh Cairan dan Semi
Padat;
f) Jumlah contoh diambil 3 (tiga) paket
contoh dengan jumlah contoh
sekurang-kurangnya 3 (tiga) liter,
dengan ketentuan:
f).I. lliter untuk arsip produsen.
f).2. 1liter untuk arsip laboratorium.
f).3. 1 liter untuk diuji oleh
laboratorium.

Keterangan:
1. Bagian untuk arsip produsen diberi
pelabelan dan disimpan di tempat
produsen sampai SPPT SNI diterbitkan
2. Pengiriman contoh ke Laboratorium

13
Lampiran Peraturan Direktur [enderal Industri Agro
Nomor :30/1A/PER/6/2015

Penguji dilakukan oleh produsen.

4) Evaluasi Tipe 5 dan Tipe 4


terhadap a) Minimal 1 orang dari tim
Lap0ran Teknis/Evaluator memiliki kompetensi
Audit/ proses produksi Minyak Goreng Sawit.
Lap0ran b) Untuk tipe 4, Panitia Teknis/Evaluator
Verifikasi melakukan evaluasi Laporan Verifikasi
dan Lap0ran
HasH Uji c) Untuk tipe 5, Panitia Teknis/Evaluator
melakukan evaluasi Laporan Audit
d) Laporan Hasil Uji
d).I. Panitia Teknis/Evaluator
melakukan evaluasi laporan hasil
uji
d).2. Evaluasi yang dihasilkan
merupakan bahan rap at Panel
Tinjauan SPPT SNI
d).3. Jika ada satu atau lebih
parameter yang tidak memenuhi
persyaratan SNI, maka atas
permintaan LSPro dilakukan uji
ulang dengan ketentuan:
d).3.I. untuk parameter yang
tidak memenuhi
persyaratan SNI terhadap
contoh uji yang tersedia
(arsip laboratorium).
d).3.2. Jika hasil uji ulang tidak
memenuhi persyaratan
mutu, maka dilakukan
pengambilan contoh ulang
ke p_abrik.
5) Keputusan Sesuai Prosedur LSPro.
Surveilan
melalui rapat
Panel
Tinjau an
SPPT SNI
5. PENANDAAN
a. Penandaan SNI dilakukan pada kemasan produk sesuai Ketentuan
dan Tata Cara Penggunaan Tanda Kesesuaian.

14
Lampiran Peraturan Direktur Jenderallndustri Agro
Nomor: 30/IA/PER/6/2015

05NII
--.-; . t-.-f. t-

Catatan: Penandaan dilakukan pada tempat yang mudah dibaca


dan tidak mudah rusakjhilang.
b. Penandaan minimal:
1) nama dan alamat:
a) Pabrikan Minyak Goreng Sawit apabila pengemasan
dilakukan oleh pabrikan, atau;
b) Pabrikan Minyak Goreng Sawit apabila pengemasan
dilakukan atas permintaan badan usaha lain sesuai
kontrak kerjasama, atau;
c) Pabrikan dan Pengemas Minyak Goreng Sawit apabila
Minyak Goreng Sawit yang dikemas oleh Pengemas
menggunakan merek pabrikan, atau;
d) Pengemas Minyak Goreng Sawit apabila pengemas
menggunakan merk sendiri, atau;
e) Pengemas Minyak Goreng Sawit berdasarkan permintaan
badan usaha lain sesuai kontrak kerjasama; atau
f) Pabrikan dan importir bagi Minyak Goreng Sawit yang
berasal dari luar negeri.
2) merek;
3) logo tara pangan;
4) kode daur ulang;
5) nomor dan logo SNI;dan
6) jenis produk.

DIREKTURJENDERALINDUSTRIAGRO,

ttd.

PANGGAHSUSANTO

15

Anda mungkin juga menyukai