Unud-116-928558675-E-Bab III PDF
Unud-116-928558675-E-Bab III PDF
METODE ANALISIS
lentur Carbon Fibre Reinforced Polymer (CFRP) ini dilakukan dengan metode
variasi jumlah lapis lembar CFRP sebagai perkuatan lentur balok beton bertulang
dengan variasi mutu beton (fc) terhadap beban, deformasi dan pola retak.
dengan empat titik lentur (dua beban titik dan dua tumpuan sendi-rol) diharapkan
umumnya dapat diberikan oleh perilaku non linear balok beton bertulang.
perkuatan FRP dalam penelitian ini, disajikan tahapan analisis model dalam
Penetapan model balok beton bertulang sebagai balok uji adalah balok-T
standar Bina Marga skala 1:4 (Gambar 3.1) dengan empat titik beban diatas dua
tumpuan sendi dan rol dengan panjang total 4050 mm, bentang diantara dua
tumpuan 3750 mm. Ukuran penampang: tinggi total 262,5 mm, tinggi x tebal web
212,5 x 112,5 mm2, tinggi x tebal flens 50,0 x 425,0 mm2. Tulangan tarik dan
51
52
2D10,6 pada lapis atas) dan 2D6,7 mm. Sedangkan tulangan miring yang
terpasang adalah 2D6,7 dengan jarak horisontal 215 mm dimulai pada jarak 365
Gambar 3.1
Geometri Balok-T
Sesuai dengan batasan penelitian ini, geometri balok yang sama kemudian
divariasi dengan tiga mutu beton yang berbeda yaitu fc = 14,5 MPa, fc = 21,7
MPa dan fc = 31,2 MPa dengan masing-masing balok diperkuat dengan lembar
CFRP di bagian lentur dengan ketebalan 0.13 mm dengan lebar 80 mm. Ketebalan
perekat (polymer) adalah 1,0 mm dengan lebar 80 mm. Masing- masing balok
dengan mutu yang sama akan diperkuat berturut-turut dengan satu, dua dan tiga
lapis CFRP.
53
Untuk tiga balok-T tanpa perkuatan lembar CFRP dengan mutu beton yang
berbeda diberi kode: BS-10 untuk mutu beton f c=14,5 MPa, BS-20 untuk mutu
beton fc=21,7 dan BS-30 untuk mutu beton fc=31,2 MPa. Kemudian untuk
masing-masing balok yang diperkuat dengan 1 lapis lembar CFRP diberi kode:
BS-11, BS-21, BS-31, berturut-turut untuk 2 dan 3 lapis CFRP adalah BS-12, BS-
22, BS-32; BS-13, BS-23, BS-33. Jadi terdapat 12 (duabelas) balok yang akan
diuji.
54
Mulai
Penetapan parameter:
Dimensi
Material
Pembebanan
Simpulan
Selesai
Gambar 3.2
Bagan Rancangan Penelitian Analisis dengan metode Numerik
3.3 Model Finit Elemen balok beton bertulang dengan perkuatan lembar
CFRP
dengan perkuatan lembar CFRP dapat dipilih secara rasional dan dengan disain
yang aman. Pemilihan salah satu metode bukan sesuatu yang luar biasa,
55
keteknikan, dipilih model yang sederhana dan konservatif. Model yang sederhana
yang sederhana cukup layak jika asumsi-asumsi yang dibuat adalah sempurna. Hal
tersebut hanya dapat dicapai jika dilatar belakangi oleh penelitian yang cukup
tidak mencakup keseluruhan aspek fisik dan mungkin beberapa aspek hilang atau
tergabung dengan yang lainnya secara empiris. Disamping itu perbedaan model
sama.
asumsi ini hanya memperhitungkan tegangan batas putus baja tulangan. Jika kita
ingin menghitung jarak dan lebar retak kita harus memilih model dengan
memasukkan perilaku slip lekatan permukaan antara baja tulangan dengan beton.
56
struktur pada saat analisis elemen atau mendisain diluar batasan-batasan pengujian
realistis.
digunakan untuk beton. Elemen dapat berupa kontinum (pejal) atau elemen
digunakan pada jenis material yang lain. Dalam penelitian ini beton dimodel
dalam 2-dimensi sebagai plane-stress non linear isotropic, yaitu material beton
dianggap mempunyai properti yang sama kesemua arah (isotropic) dan tegangan
prinsip dua arah selalu sejajar sebagai bidang datar dan konstan dalam arah
normal (plane stress), sedangkan nonlinearitas material pada struktur beton sangat
dipengaruhi oleh terbentuknya retak, karena setelah retak perilaku elemen beton
3.5.1 Diskretisasi
tulangan menjadi beberapa elemen. Biasanya, rangka batang atau elemen kabel
menggunakan cara ini. Begitu pula mengenai detil struktur, biasanya digunakan
57
elemen dua dimensi atau tiga dimensi. Rangka batang dan elemen kabel tidak
tulangan dengan tipe elemen yang sama, jumlah nodal dan derajat kebebasan yang
sama, solusinya adalah beton dan baja tulangan mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama.
(a) (b)
Gambar 3.3
Lekatan elemen baja tulangan: (a) sistem koordinat lokal,
(b) sistem kordinat Cartesian
tulangan sebagai suatu lapisan elemen pada elemen beton. Luas penampang
Sebagai temuan baru, elemen utama balok beton bertulang yang diperkuat
dengan CFRP dapat dibandingkan dengan balok beton bertulang biasa, demikian
juga untuk mode kegagalan yang berhubungan dengan pengelupasan FRP sebagai
perkuatan external.
transfer kekuatan alami antara beton dan baja tulangan, masih mungkin besar
kekuatan rekatan antara beton (sebagai material yang dibebani) dengan baja
tulangannya meningkat (Gambar 3.4a). Oleh karena itu, detail pemasangan baja
tulangan harus benar. Kegagalan akan mengakibatkan interaksi antara beton dan
penyaluran gaya tidak dapat ditingkatkan lebih lanjut. (Gambar 3.4b.). Masalah
tegangan pada ujung lembaran CFRP dan efek debonding yang menyebabkan slip
Gambar 3.4
Diagram pull out resistance qualitatif dengan
panjang penyaluran: (a) baja tulangan, (b) lembar FRP
59
Pemodelan yang baik untuk beton dengan perkuatan lembar CFRP adalah
kepada kita, bahwa model yang kita rancang secara menyeluruh dan realistis
adalah mungkin.
Variasi mutu beton balok-T dengan variasi jumlah lapis perkuatan CFRP
Tabel 3.1
Pemberian kode untuk variasi mutu beton dan jumlah lapis CFRP
Balok
Bentang Jumlah Lapis CFRP
fc Ec tanpa
No. total/bersih
(MPa) (MPa) perkuatan
(mm.) 1-lapis 2-lapis 3-lapis
CFRP
1. 4050/3750 14.5 17.897 BS-10 BS-11 BS-12 BS-13
2. 4050/3750 21.7 21.894 BS-20 BS-21 BS-22 BS-23
3. 4050/3750 31.2 26.252 BS-30 BS-31 BS-32 BS-33
ditetapkan sama untuk semua model dan ditampilkan pada Tabel 3.2.
60
Tabel 3.2
Spesifikasi Perekat dan CFRP
FEA LUSAS dibuatkan ringkasan yang sesuai dengan fitur-fitur yang diperlukan
Tabel 3.3
Ringkasan Input Data pada FEA LUSAS
Beton
Baja CFRP Epoxy fc=14,5 fc=21,7 fc=31,2
MPa MPa MPa
ELASTIC:
Young Modulus
200.000 230.000 3.800 17.897 21.894 26.252
(MPa)
Poisson Ratio 0,3 0,2 0,3 0,2 0,2 0,2
Mass density - - - - - -
PLASTIC:
Model Stress Stress Stress Cracking Cracking Cracking
Potensial Potensial Potensial conc.(82) conc.(82) conc.(82)
Stress Potensial Von Von Von
Type Misses Misses Misses
Value:
Initial Uniaxial
Yield Stress
(MPa) - - 30 - - -
Tensile
Strength - - - 2,285 2.795 3.351
Fracture
Energy - - - 0 0 0
Strain at End
Softening
Curve - - - 0,0018 0,0018 0,0018
3.7.2 Pembebanan
sama yaitu 2 (dua) beban titik simetris di tengah bentang balok dengan jarak 1000
62
mm dengan tahap pembebanan yang diinput pada program FEA LUSAS mulai
dari 0,1 N sampai dengan beban pada saat balok mencapai lendutan 260 mm.
otomatis (default FEA LUSAS) dan direncanakan 20 kali iterasi per inkremen.
Perilaku balok-T ditinjau pada beban yang mencapai retak awal dan beban
layan yaitu beban yang mencapai lendutan ijin sebesar 12,5 mm (1/300L), pada
beban 70 kN (kurang lebih 2 kali beban maksimum standar Bina Marga yang
dikerjakan pada balok-T skala 1:4) dan pada beban yang mencapai lendutan 260
mm.
3.8 Pemodelan
Perilaku materal yang dimodel dengan cara non linear pada FEA LUSAS
bidang 2-D atau elemen solid 3-D. Dalam pemodelan, FEA LUSAS menyediakan
obyek-obyek bantu yang dapat terdiri dari node (titik nodal), garis (line) yang
terdiri dari dua titik nodal atau surface yang dibatasi oleh minimum empat garis.
Material beton, tulangan, lem dan FRP dimodel sebagai elemen bidang
Pada analisis ini balok dimodel menggunakan elemen 2-D dengan program
6. Mendifinisikan meshing elemen (line untuk tulangan dan surface untuk balok,
10. Mendifinisikan syarat batas (jenis perletakan): sendi, rol, jepit maupun kondisi
khusus dengan menunjuk node atau line pada geometri model yang
didifinisikan.
11. Mendifinisikan beban dengan menunjuk node pada posisi beban yang
Mulai
Mendifinisikan model:
1. Geometri Penampang
2. Pengelompokan Elemen (Grouping)
3. Meshing elemen
4. Properti Geometri
5. Properti Material
6. Posisi dan Jenis perletakan
7. Posisi dan jenis pembebanan
Respon
Bersesuaian?
Ya
Selesai
Gambar 3.5
Bagan Alir Analisis FEA LUSAS
70
dengan multi crack. Model ini memperhitungkan retak akibat tarikan dan
maksimum fc yang terjadi saat regangan tekan beton mencapai c dan bagian
maksimum beton fcu tercapai. Pada kurva tarik beton puncak parabola
berupa kurva regangan o, terjadi ketika tegangan tarik beton maksimum tercapai.
Pada Program FEA LUSAS didifinisikan sebagai model 82 (multi crack concrete)
dan model 84 (multi crack concrete with crushing). Model 82 selanjutnya dipilih
dalam penelitian ini. Model material beton pada FEA LUSAS dapat digunakan
material beton, namun kontrol kurva masih tetap diperlukan sebagai input data.
Kontrol kurva yang harus diinput antara lain: E (Young Modulus), (pisson ratio),
curve), 0 (strain at the end of the tensile softening curve) dimana 0>ft/E.
71
'c
fc
fcu cu
o
ft
Gambar 3.6
Perilaku Hubungan Tegangan-Regangan Material Beton
(Sumber: FEA LUSAS Ltd, 2004)
Dalam analisis ini material baja tulangan dimodel sebagai material elastis
tegangan geser atau energi regangan distorsi yang bekerja pada material. Dalam
(3.1)
(3.2)
72
c. Total Strain
Gambar 3.7
Kurva Hardening (Hardening Curve)
(Sumber: FEA LUSAS Ltd, 2004)
73
program FEA LUSAS terhadap hasil pengujian laboratorium yang sudah ada
Mulai
Penetapan parameter:
Material
Pembebanan
Modifikasi
FEA LUSAS
Respon bersesuaian?
Tidak
Ya
FEA LUSAS dapat digunakan
untuk analisis berikutnya
Selesai
Sukrawa, 2007.
disain tipikal balok Standar Bina Marga. yang dimodel dengan skala 1:4. Latar
CFRP yang direkatkan dengan epoxy resin yang dapat diterapkan dengan mudah
pada balok eksisting tanpa mengganggu arus lalu lintas. Balok dibuat tiga unit,
satu sebagai balok kontrol dan dua lainnya masing-masing dilapis dengan satu dan
dua lapis CFRP. Model di tes dengan dua beban titik sebagai simulasi beban truk.
merupakan bagian balok dari lebar jembatan 9,92 meter dengan dua lajur lalu
lintas selebar 7 meter dan jalur pejalan kaki selebar 1 meter di kedua sisi
mempunyai enam balok utama dengan tinggi total 1050 mm dengan lebar sayap
1700 mm dan lebar badan 450 mm. Tulangan tariknya adalah 22D1 (25,4 mm) di
tengah bentang dan 8D1 dekat tumpuan. Tulangan desaknya menggunakan baja
tulangan 10D1 dekat tumpuan dan 8D1 ditengah bentang. Balok juga
75
mempunyai tulangan samping 2D1/2 (12,8 mm) dengan sengkang D3/8 (9,5
mm) dengan jarak 200 mm. Tulangan diagonalnya adalah 16D1. Mutu beton
yang digunakan adalah K225 atau 225 kg/cm2 yang sama dengan 18,31 MPa,
dengan mutu baja 2400 kg/cm2 atau U24 yang sama dengan 235,3 MPa.
materialnya didisain menurut prototipe dan model struktur (Sabnis et.al., 1983
pada Sudarsana dan Sukrawa, 2007). Disain skala panjang digunakan untuk
3750 mm, lebar sayap 425 x 50 mm, ukuran badan 112,5 x 212,5 mm. Tulangan
tarik dan tulangan desak masing-masing adalah 5D10,6 mm dan 2D6,7 mm.
Campuran beton mikro dengan kuat tekan spesifik 18,3 MPa pada model
didisain mempunyai properti yang sama dengan prototipe dengan target kuat
desak (fcr) 27,15 MPa. Tegangan leleh baja tulangan dengan diameter 10,6 mm
dihitung berdasarkan tes laboratorium adalah 366 MPa, dengan kuat tarik
maksimum 522,2 MPa dan tegangan putus 381,3 MPa. Baja dikategorikan sebagai
U32, berbeda dengan yang terdapat pada prototipe yang menggunakan mutu baja
U24. Koreksi dilakukan terhadap luas area pada modelyang dikoreksi dari 16
menjadi 21,33 (=16 x (32/24)). Ketebalan CFRP adalah 0,13 mm dengan lebar 80
mm. Tegangan tensilnya adalah 3500 MPa. Gambar 3.9 a dan b masing-masing
Gambar 3.9a
Model memanjang balok-T
Gambar 3.9b
Penampang melintang balok-T
Validasi balok-T skala (1:4) bentang 15 meter dilakukan dengan dua tahap
pengujian yaitu:
Hal ini dilakukan mengingat balok yang diuji adalah simetris dan
Penelitian dilakukan terhadap hasil hubungan antara beban dan lendutan yang di
tuangkan dalam bentuk grafik. Apabila tejadi perbedaan hasil yang relatif kecil
diantara kedua pengujian, maka hasil dianggap cukup teliti. Untuk selanjutnya
77
Gambar 3.10 dan Gambar 3.11 menunjukkan detail geometri dan meshing
setengah bentang dan bentang penuh balok Sudarsana dan Sukrawa, 2007.
425.00
(bf)
50.00
2 O 10,3
230.30
sengkang tegak
O 3,5 - 140
sengkang miring
O 6,7 - 215 5 O 10,3
112.50
(bw)
Gambar 3.10
Geometri Model (1:4) dan Pemodelan Elemen 2-D Balok-T
Gambar 3.11a
Geometri dan meshing balok setengah bentang
78
Gambar 3.11b
Geometri dan meshing balok bentang penuh
Gambar 3.12a
Pola retak dan kontur tegangan
balok setengah bentang pada retak awal
79
Gambar 3.12b
Pola retak dan kontur tegangan balok bentang penuh pada retak awal
setengah bentang, bentang penuh dan hasil uji laboratorium. Ketiga balok tersebut
secara umum mempunyai kesamaan perilaku yang sangat baik sampai dengan
70
60
50
Beban (kN) 40
30
BENTANG PENUH
20
SETENGAH BENTANG
10 UJI LABORATORIUM
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Lendutan (mm)
Gambar 3.13
Lendutan vs beban
Balok setengah bentang, bentang penuh dan hasil uji Laboratorium
yang dianalisis dengan FEA LUSAS menunjukkan perilaku yang sama, sehingga
Standar Bina Marga yang diperkuat dengan lembar CFRP yang sudah pernah diuji
tanpa perkuatan lembar CFRP dan balok-T dengan perkuatan lembar CFRP diplot
80
70
60
50
Beban (kN)
40 LAB +CFRP
LAB NON CFRP
30
LUSAS NON CFRP
20 LUSAS+CFRP
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Deformasi (mm)
Gambar 3.14
Beban vs deformasi hasil pengujian lab dan FEA LUSAS
Hasil pengujian kedua pasang balok-T (balok tanpa dan dengan perkuatan
perilaku yang cukup baik antara hasil pengujian laboratorium dengan hasil
pengujian FEA LUSAS, sehingga analisis terhadap seluruh model balok pada
Setelah keseluruhan proses terhadap data yang diinput pada program FEA
LUSAS (runing program) selesai, selanjutmya untuk setiap model balok-T (BS-
10; BS-11; BS-12; BS-13; BS-20; BS-21; BS-22; BS-23; BS-30; BS-31; BS-32
dan BS-33) akan diperoleh output yang sesuai dengan proses analisis terhadap
data yang direncanakan yaitu hubungan antara beban dan lendutan, tegangan atau
82
regangan masing-masing komponen balok-T (beton, baja, epoxy dan CFRP) pada
atau regangan yang terjadi pada tahap pembebanan tertentu dengan tegangan atau