Modul Stuktur Baja 5 PDF
Modul Stuktur Baja 5 PDF
Di sini seat angle diberi pengaku yang terdiri dari 2 baja siku yang setangkup ( ),
yang dipasang rapat pada seat angle.
Dapat menahan gaya reaksi yang lebih besar.
Tegangan tumpu (bearing stress) yang terjadi pada baja pendukung dan pengaku tidak
boleh melebihi tegangan tumpu ijin:
b =1,35
Untuk baja Bj 37 tegangan ijin = 1,35 x 1600
= 2160 kg/cm2
Bentuk stiffened seat connection adalah seperti gambar di bawah ini:
Karena tampang adalah tipis setebal 14 mm = 1,4 cm, maka terjadinya max dan t max
dianggap pada satu titik yang sama, maka di sini perlu ditinjau tegangan kombinasinya i
(tegangan idiil), yaitu sebesar :
Jadi seat angle ternyata cukup kuat.
Ditinjau kekuatan 4 paku 20 mm
Sambungan antara L 120.80.14 dengan kolom (flange kolom > 14 mm).
Sambungan irisan tunggal:
P = x x 22 x 0.8 x 1600 = 4023 kg
P =1,4 x 2 x 2 x 1600 =8960 kg
Diambil P = 4023 kg
4 paku dapat mendukung 4 x 4023 kg = 16092 kg
16092 kg > R = 6000 kg... (OK)
Contoh Stiffened Seat Connection
Diketahui:
Reaksi balok DIN 26 : R = 12 ton
Reaksi balok DIN 30 : R = 12 ton
Reaksi balok DIN 40 : R = 30 ton
Tebal badan DIN 26 : t = 11 mm
Tebal badan DIN 30 : t = 12 mm
Tebal badan DIN 40 : t = 14 mm
Ditinjau balok DIN 26:
Menentukan lebar kaki baja siku pendukung dari balok DIN 26 yang diperlukan.
Was bidang tumpu pada badan DIN 26 (tebal badan DIN 26 : t =11 mm)
90
60
Ditinjau pengaku L 70.70.8, mempunyai luas bidang tumpu = 9,92 cm > 6,94 cm2
(OK)
90
Torsi murni ini dapat terjai jika warping dari penampang melintang ditahan.
Warping torsin ialah terjadinya perpindahan kesamping. Flange yang tertekan
membengkok ke arah lateral seangkan flange yang tertarik membengkok ke arah yang
lain.
Ditinjau momen torsi T bekerja pada suatu bidang ayang solid dan dari bahan yang
homogen yang mempunyai penampang melintang yang prismatis seperti gambar di
bawah ini :
d
Persamaan T = G K = dapat digambarkan sebagai analog dengan lenturan di mana
dz
momen lentur M = kekakuan EI x curve line d2Y/ dz2
Maka momen torsi T = kekakuan torsi GK x torsional curvature (rate of change of angle)
d /dz.
Mencari Shear Stress
Tampak bahwa torsional shear stress adalah proporsional dengan jarak radial (r) dari
pusat twist. Untuk penampang lingkaran yang mempunyai diameter t dan K = momen
inersia polar = t4 /32
Jadi untuk maksimum shear stress pada = t / 2 :
Untuk segi empat yang tipis mengabaikan efek terakhir shear stressnya sehingga dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Menurut Theory of elasticity, shear stress maksimum vmax. terjadi pada titik tengah sisi
yang panjang dari segi empat dan bekerja sejajar dengan sisi tersebut. Besarnya adalah
fungsi dari ratio b/t (panjang/lebar) dan dinyatakan sebagai berikut:
k1T
Vmax =
bt2
dan konstanta torsinya K dapat dinyatakan sebagai berikut:
K = k2 b t 3
Profil-profil I, C T dan H
Tampak bahwa harga-harga kl dan k2 untuk b/t yang besar adalah hampir konstan
sehingga torsional constant (K) untuk bentuk-bentuk yang terdiri dari gabungan plat-plat
persegi pan jang yang tipis dapat dihitung sebagai jumlah dari harga-harga untuk masing-
masing komponen.
Pendekatan semacam ini, dengan mengabaikan adanya kontribusi dari daerah
sambungan las (fillet region), ternyata hanya akan mengakibatkan kesalahan sedikit saja
sehingga untuk ke banyakan profil yang umum seperti I. C T dan H dapat dipakai rumus
sebagai berikut:
K= 1/3 b t3
di mana b = ukuran panjang
t = ukuran yang pendek
Catatan:
Pada puntir murni (Saint Venant's torsion) dianggap bidang penampang melintangnya
tetap rata setelah terjadi puntir dan hanya terjadi rotasi dari elemen selama terpuntir.
Kejadian yang hanya menahan puntir murni saja, ialah pada batang yang berpenampang
lingkaran.
Bentuk-bentuk lain seperti profil I, C dan lain-lain selain menahan puntir juga
menahan warping torsion karena flangenya berpindah ke arah lateral selama terjadi
twisting.
Kejadian yang umum terdapat pada profil baja I dan C ialah terjadinya puntir karena
bidang beban tidak melalui shear center, seperti gambar berikut ini:
Pada profil I dan Z shear center berhimpit dengan pusat berat potongan.
Pada profil C dan L shear center tidak berhimpit dengan pusat berat potongan.
Pada Gambar 11.2c, bila P bekerja melalui shear center tidak akan terjadi puntir (T = 0).
Jika sebagai flexural curvature (perubahan pada slope per satuan panjang) dapat
dinyatakan sebagai M / EI = d2y/dz2, ialah momen dibagi kekakuan lentur = flexure
curvature, maka torsi murni juga analog seperti pada lentur, yaitu momen torsi dibagi
kekakuan torsi GK = torsional curvature (change in angle of twist per unit length).
T d
=
GK dz
T = momen torsi, selanjutnya diberi nama Ms. Oleh sebab itu untuk torsi murni berlaku
rumus:
d
Ma =G K =
dz
di mana:
Ms = Momen torsi murni (Saint Venant's torsion)
G = Modulus elastisitas geser = E / 2(1+)
= Poisson's ratio
K = Konstanta torsi
Suatu batang bulat dengan diameter t = 10 mm memikul beban momen puntir T =30 Nm.
Kedua perletakan merupakan simple supported terhadap torsi. Bj 37.
Hitunglah:
a. Tegangan geser akibat torsi (Vm.)
b. Sudut puntir
Contoh untuk menentukan konstanta torsi K dari profil bertampang I. Misalnya, profil
seperti tergambar:
BAB XII
WARPING TORSION DAN KIP
Balok I pada Gambar 12.1 menerima momen torsi Mz (=T), maka sayap yang
tertekan membengkok dengan arah lateral sedangkan sayap yang tertarik membengkok ke
dalam arah yang berlawanan. Kejadian inilah yang disebut sebagai warping. Akibat
warping ini maka penampang yang semula rata (datar), menjadi tidak rata lagi.
Pada Gambar 12.1 di mana balok ditahan terhadap puntir (twisting) pada ujung-
ujung perletakannya, tetapi sayap bagian atas melendut dengan arah lateral sebesar uf. Ini
merupakan lateral flange bending. Lenturan ini menyebabkan tegangan-tegangan normal
melintang lebar sayap maupun tegangan-tegangan geser.
Jadi puntir (torsian) dapat digambarkan sebagai gabungan dari dua bagian:
1. rotasi dari elemen, sebagai bagian torsi murni,
2. translasi yang menghasilkan lateral bending, sebagai bagian warping.
Sehingga torsi yang bekerja dapat ditulis sebagai berikut:
Ttot = T1 + T2
di mana:
Ttot = torsi yang bekerja
Tl = komponen torsi yang mengakibatkan geser (torsi murni)