Anda di halaman 1dari 15

Stiffened Seat Connection

Di sini seat angle diberi pengaku yang terdiri dari 2 baja siku yang setangkup ( ),
yang dipasang rapat pada seat angle.
Dapat menahan gaya reaksi yang lebih besar.
Tegangan tumpu (bearing stress) yang terjadi pada baja pendukung dan pengaku tidak
boleh melebihi tegangan tumpu ijin:
b =1,35
Untuk baja Bj 37 tegangan ijin = 1,35 x 1600
= 2160 kg/cm2
Bentuk stiffened seat connection adalah seperti gambar di bawah ini:

Contoh sambungan uastiffened seat connection Diketahui:


Diketahui :
Reaksi balok = 6 ton
Paku = 20 mm
Seat angle: 120.80.14
baja = 1600 kg/cm2
Ditanya apakah seat angle clan paku keling cukup kuat?
Jawab:
Diperiksa seat angle L 120.80.14

Ditinjau potongan berbahaya:


e = -14-10 =16mm =1,6cm
M = R.e = 6000 x 1,6 = 9600 kg cm

Karena tampang adalah tipis setebal 14 mm = 1,4 cm, maka terjadinya max dan t max

dianggap pada satu titik yang sama, maka di sini perlu ditinjau tegangan kombinasinya i
(tegangan idiil), yaitu sebesar :
Jadi seat angle ternyata cukup kuat.
Ditinjau kekuatan 4 paku 20 mm
Sambungan antara L 120.80.14 dengan kolom (flange kolom > 14 mm).
Sambungan irisan tunggal:
P = x x 22 x 0.8 x 1600 = 4023 kg
P =1,4 x 2 x 2 x 1600 =8960 kg
Diambil P = 4023 kg
4 paku dapat mendukung 4 x 4023 kg = 16092 kg
16092 kg > R = 6000 kg... (OK)
Contoh Stiffened Seat Connection

Diketahui:
Reaksi balok DIN 26 : R = 12 ton
Reaksi balok DIN 30 : R = 12 ton
Reaksi balok DIN 40 : R = 30 ton
Tebal badan DIN 26 : t = 11 mm
Tebal badan DIN 30 : t = 12 mm
Tebal badan DIN 40 : t = 14 mm
Ditinjau balok DIN 26:
Menentukan lebar kaki baja siku pendukung dari balok DIN 26 yang diperlukan.
Was bidang tumpu pada badan DIN 26 (tebal badan DIN 26 : t =11 mm)
90

60

Ditinjau pengaku L 70.70.8, mempunyai luas bidang tumpu = 9,92 cm > 6,94 cm2
(OK)

Ditinjau balok DIN 40 (dengan t = 14 mm)

90

Dipakai baja L 150.100.10


Lebar kaki mendatar baja L 150.100.10 ialah 150 mm > 9,92 mm
Ditinjau pengaku L 120.120. 11 mempunyai luas bidang tumpu:
2 x (12 - 1,1) x 1,1 = 23,98 cm2 > 13,89 cm2 (OK)

Perhitungaa paku keling:


Ditinjau sambungan antara DIN 26 dan DIN 30 dengaa badan kolom DIN 45
Sambungan antara pengaku L 70.70.8 (untuk DIN 26 dan DIN 30) dan kolom.
Sambungan antara badan kolom DIN 45 dengan pengaku L 70.70.8
Sambungan irisan kembar:
P=1/2 x 22 x 0,8 x 1600 = 8046 kg
P=1,5 x 2 x 2 x 1600 = 9600 kg
Jadi P = 8046 kg
Beban yang harus dipikul: 12 ton + 15 ton = 27 ton
= 27000 kg
BAB XI
TORSI MURNI
PURE TORSION
SAINT VENANTS TORSION

Torsi murni ini dapat terjai jika warping dari penampang melintang ditahan.
Warping torsin ialah terjadinya perpindahan kesamping. Flange yang tertekan
membengkok ke arah lateral seangkan flange yang tertarik membengkok ke arah yang
lain.
Ditinjau momen torsi T bekerja pada suatu bidang ayang solid dan dari bahan yang
homogen yang mempunyai penampang melintang yang prismatis seperti gambar di
bawah ini :

Banyaknya paku yang ada pelat pengisinya:


3,356 + 1,678 = 5,03 paku
Kenyataan ada 6 paku > 5,03 paku (OK)

Sambungan antara flange kolom DIN 45 dengan balok DIN 40


Dianggap tidak ada warping pada sudut puntir (angle of twist), juga selanjutnya
dianggap tidak terjadi distorsion pada penampang selama twisting. Rate of twist (twist
per satuan panjang) dapat dinyatakan sebagai berikut:
d
=
dz
yang dapat dipikirkan sebagai torsional curvature (rate of change of angle).
Jika relative rotation dari penampang melintang di z dan dz menyebabkan strain
maka besarnya displacement pada titik yang ditinjau adalah proporsional terhadap jarak r
dari pusat twist.
Strain angle atau unit shear strain pada setiap elemen yang berjarak r dari pusat ialah

d
Persamaan T = G K = dapat digambarkan sebagai analog dengan lenturan di mana
dz
momen lentur M = kekakuan EI x curve line d2Y/ dz2
Maka momen torsi T = kekakuan torsi GK x torsional curvature (rate of change of angle)
d /dz.
Mencari Shear Stress

Tampak bahwa torsional shear stress adalah proporsional dengan jarak radial (r) dari
pusat twist. Untuk penampang lingkaran yang mempunyai diameter t dan K = momen
inersia polar = t4 /32
Jadi untuk maksimum shear stress pada = t / 2 :

Penampang Segi Empat


Analisis yang dipakai untuk penampang persegi panjang menjadi kompleks karena shear
stress dipengaruhi oleh warping, meskipun angle of twistnya tidak dipengaruhi. Sebagai
d
pendekatan ditinjau satu elemen yang menerima shear di mana = t =
dz

Untuk segi empat yang tipis mengabaikan efek terakhir shear stressnya sehingga dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Menurut Theory of elasticity, shear stress maksimum vmax. terjadi pada titik tengah sisi
yang panjang dari segi empat dan bekerja sejajar dengan sisi tersebut. Besarnya adalah
fungsi dari ratio b/t (panjang/lebar) dan dinyatakan sebagai berikut:
k1T
Vmax =
bt2
dan konstanta torsinya K dapat dinyatakan sebagai berikut:
K = k2 b t 3

Profil-profil I, C T dan H
Tampak bahwa harga-harga kl dan k2 untuk b/t yang besar adalah hampir konstan
sehingga torsional constant (K) untuk bentuk-bentuk yang terdiri dari gabungan plat-plat
persegi pan jang yang tipis dapat dihitung sebagai jumlah dari harga-harga untuk masing-
masing komponen.
Pendekatan semacam ini, dengan mengabaikan adanya kontribusi dari daerah
sambungan las (fillet region), ternyata hanya akan mengakibatkan kesalahan sedikit saja
sehingga untuk ke banyakan profil yang umum seperti I. C T dan H dapat dipakai rumus
sebagai berikut:
K= 1/3 b t3
di mana b = ukuran panjang
t = ukuran yang pendek
Catatan:
Pada puntir murni (Saint Venant's torsion) dianggap bidang penampang melintangnya
tetap rata setelah terjadi puntir dan hanya terjadi rotasi dari elemen selama terpuntir.
Kejadian yang hanya menahan puntir murni saja, ialah pada batang yang berpenampang
lingkaran.
Bentuk-bentuk lain seperti profil I, C dan lain-lain selain menahan puntir juga
menahan warping torsion karena flangenya berpindah ke arah lateral selama terjadi
twisting.
Kejadian yang umum terdapat pada profil baja I dan C ialah terjadinya puntir karena
bidang beban tidak melalui shear center, seperti gambar berikut ini:

Pada profil I dan Z shear center berhimpit dengan pusat berat potongan.
Pada profil C dan L shear center tidak berhimpit dengan pusat berat potongan.
Pada Gambar 11.2c, bila P bekerja melalui shear center tidak akan terjadi puntir (T = 0).
Jika sebagai flexural curvature (perubahan pada slope per satuan panjang) dapat
dinyatakan sebagai M / EI = d2y/dz2, ialah momen dibagi kekakuan lentur = flexure
curvature, maka torsi murni juga analog seperti pada lentur, yaitu momen torsi dibagi
kekakuan torsi GK = torsional curvature (change in angle of twist per unit length).

T d
=
GK dz
T = momen torsi, selanjutnya diberi nama Ms. Oleh sebab itu untuk torsi murni berlaku
rumus:
d
Ma =G K =
dz
di mana:
Ms = Momen torsi murni (Saint Venant's torsion)
G = Modulus elastisitas geser = E / 2(1+)
= Poisson's ratio
K = Konstanta torsi
Suatu batang bulat dengan diameter t = 10 mm memikul beban momen puntir T =30 Nm.
Kedua perletakan merupakan simple supported terhadap torsi. Bj 37.
Hitunglah:
a. Tegangan geser akibat torsi (Vm.)
b. Sudut puntir
Contoh untuk menentukan konstanta torsi K dari profil bertampang I. Misalnya, profil
seperti tergambar:
BAB XII
WARPING TORSION DAN KIP

Balok I pada Gambar 12.1 menerima momen torsi Mz (=T), maka sayap yang
tertekan membengkok dengan arah lateral sedangkan sayap yang tertarik membengkok ke
dalam arah yang berlawanan. Kejadian inilah yang disebut sebagai warping. Akibat
warping ini maka penampang yang semula rata (datar), menjadi tidak rata lagi.
Pada Gambar 12.1 di mana balok ditahan terhadap puntir (twisting) pada ujung-
ujung perletakannya, tetapi sayap bagian atas melendut dengan arah lateral sebesar uf. Ini
merupakan lateral flange bending. Lenturan ini menyebabkan tegangan-tegangan normal
melintang lebar sayap maupun tegangan-tegangan geser.
Jadi puntir (torsian) dapat digambarkan sebagai gabungan dari dua bagian:
1. rotasi dari elemen, sebagai bagian torsi murni,
2. translasi yang menghasilkan lateral bending, sebagai bagian warping.
Sehingga torsi yang bekerja dapat ditulis sebagai berikut:
Ttot = T1 + T2
di mana:
Ttot = torsi yang bekerja
Tl = komponen torsi yang mengakibatkan geser (torsi murni)

Anda mungkin juga menyukai