Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

KEGIATAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN


KASUS GIZI BURUK DI DESA TUMBAK KEC. PUSOMAEN
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

SEKSI UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

TAHUN 2011

PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI UTARA


DINAS KESEHATAN KAB. MINAHASA TENGGARA
KATA PENGANTAR

Puji Syukur patut kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena
perkenanNya, sehingga kami dari Seksi Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Kab.Minahasa Tenggara bekerjasama dengan lintas Program dan lintas Sektoral telah dapat
melaksanakan kegiatan pelacakan, pemantauan, tindak lanjut dan evaluasi terhadap kasus gizi
buruk yang terjadi di desa Tumbak kec.Pusomaen. Untuk itu kami dari seksi Gizi Dinas
Kesehatan Kab.Minahasa Tenggara dengan dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan
Kab.Minahasa Tenggara telah membuat dan menyusun laporan ini sebagai
pertanggungjawaban dalam rangka peningkatan kinerja Program Gizi selanjutnya.

Demikian laporan ini kami buat, dengan harapan semoga bermanfaat bagi pihak-pihak
terkait dalam upaya perbaikan gizi pada masyarakat di Minahasa Tenggara pada umumnya.

Terima Kasih.

Ratahan, Mei 2011

Tim Penyusun

Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat

Dinas Kesehatan Kab.Minahasa Tenggara

i
Daftar Isi

Kata Pengantar................ i

Daftar Isi ii

Bab 1. Pendahuluan .... 1

Bab 2. Kegiatan Pelaksanaan Pemantauan Kasus Gizi Buruk di Desa Tumbak


Kec.Pusomaen Kab.Minahasa Tenggara 2

2.1. Definisi Gizi Buruk 2

2.2. Tujuan Pelaksanaan 2

2.3. Metode Pelaksanaan ... 3

2.4. Hasil Pemantauan / Catatan Perkembangan 6

2.5. Evaluasi Akhir 6

2.6. Tim Pelaksana Pemantau Gizi Buruk 7

Bab 3. Penutup .. 8

Daftar Lampiran

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam undang-undang No.36


tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara
lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.

Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan rencana strategi kesehatan tahun 2010-2014


yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai, kebijakan dan strategi. Di bidang
perbaikan gizi telah ditetapkan 8 indikator keluaran, yaitu :

1. 100% Balita Gizi Buruk ditangani/dirawat


2. 85% Balita ditimbang berat badannya
3. 80% Bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Ekslusif
4. 90% Rumah-tangga mengkonsumsi garam beryodium
5. 85% Balita 6-59 bulan mendapat kapsul Vitamin A
6. 85% Ibu hamil mendapat Fe 90 tablet
7. 100% Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans gizi
8. 100% Penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana

Pada hari selasa tanggal 22 Februari 2011 dibagian seksi upaya perbaikan gizi masyarakat
Dinas Kesehatan kabupaten Minahasa Tenggara, menerima laporan dari tenaga pelaksana
gizi Puskesmas Pusomaen (Zulfan Amuraini) tentang adanya kasus gizi buruk di desa
Tumbak kecamatan Pusomaen. Laporan tersebut disertai dengan laporan W.1 dan format
pengumpulan data yang dilengkapi dengan foto/gambar bayi tersebut. Dari data awal yang
diperoleh diambil kesimpulan sementara secara klinis bayi tersebut suspect/tersangka gizi
buruk. Kemudian pada tanggal 23 dan 26 Februari 2011 oleh seksi gizi dinas kesehatan
kabupaten Minahasa Tenggara langsung ditindak lanjuti dengan turun langsung ke lapangan
untuk mengecek kebenaran tentang adanya kasus gizi buruk di desa Tumbak kec.Pusomaen.
Data terakhir yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan analisa bahwa ternyata benar
bayi tersebut menderita Gizi Buruk.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka seksi upaya perbaikan gizi masyarakat Dinas
Kesehatan Kab.Minahasa Tenggara berupaya meningkatkan efektifitas program dengan
melaksanakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap masalah gizi
buruk melalui proses pegumpulan data, pengolahan, penyebaran informasi dan tindak lanjut
sebagai respon terhadap perkembangan informasi dengan mempertajam upaya
penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya.

1
BAB 2

KEGIATAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN


KASUS GIZI BURUK DI DESA TUMBAK KEC. PUSOMAEN
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

2.1. Definisi Gizi Buruk.


Gizi Buruk adalah bila BB/PB atau BB/TB < -3 SD dengan atau tanpa tanda tanda
klinis, yang terdiri dari :

a). Marasmus, dengan tanda klinis :

- Tampak sangat kurus


- Iga gambang, perut cekung
- Wajah seperti orangtua
- Otot pantat mengendur (Baggy Pant)
- Kulit keriput
- Cengeng/rewel/apatis
- Atrofi otot lengan dan tungkai

b). Kwashiorkor, dengan tanda klinis :

- Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)


- Wajah bulat (Moon-Face) dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Cengeng/rewel/apatis
- Perut buncit (acites)
- Rambut tipis, kemerahan, kusam dan mudah dicabut
- Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan

c). Marasmus-Kwashiorkor, dengan tanda klinis gabungan antara keduanya.

2.2. Tujuan Pelaksanaan.


1. Memastikan adanya kasus Gizi buruk.
2. Menentukan penyebab terjadinya kasus Gizi buruk.
3. Memantau perkembangan kasus Gizi Buruk
4. Mencegah terjadinya KLB kasus Gizi Buruk dengan melakukan deteksi dini
melalui laporan penimbangan oleh TPG Puskesmas.
5. Menerapkan langkah penanggulangan

2
2.3. Metode Pelaksanaan.

1. Pengumpulan Data.
a). Investigasi di lapangan dengan melakukan pelacakan kasus gizi buruk.
b). Bersama TPG Puskesmas Pusomaen melakukan wawancara langsung dengan
ibu yang memiliki bayi Gizi buruk.

2. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data.


a). Hasil Pelacakan.
Dari hasil pelacakan pada tanggal 23 dan 26 februari 2011 bahwa didesa
Tumbak benar terdapat 1 kasus Gizi buruk dengan :
Nama Anak : Amira Labaso
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 18-11-2010 (Umur dalam bulan 3 bulan)
Nama ibu : Ny. Erna Gondang Umur : 38 tahun
Nama Ayah : Tn. Jufri Labaso Umur : 59 tahun
Pekerjaan Ibu :- Ayah : Nelayan
Pendidikan Ibu : SD Ayah : SD
Alamat : Desa Tumbak Kec. Pusomaen

Dengan hasil pemeriksaan klinis :


Berat Badan : 2000 gram
Panjang Badan : 52 cm
Tanda Klinis :- Tampak sangat kurus
- Wajah seperti orangtua
- Cengeng dan rewel
- Rambut tipis dan jarang
- Otot pantat kendor
- Kulit keriput

Kesimpulan : Dari hasil penilaian dengan menggunakan Buku


Pedoman Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita
disimpulkan bahwa bayi mengalami Gizi Buruk Tipe
Marasmus (BB/PB < - 3 SD dan terlihat sangat kurus).

b). Analisis Kasus.

Bayi Amira Labaso merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Jenis


kelamin perempuan, umur 3 bulan dengan berat badan 2 kg dan panjang badan
52 cm sesuai buku standar pemantauan pertumbuhan balita status gizinya yaitu
< -3 SD atau Gizi Buruk. Seharusnya untuk Normal Tumbuh Kejar (Median -1
SD) jika panjang badan 52 cm seharusnya berat badannya 3,3 kg. sedangkan
untuk normalnya seharusnya berat badannya 2,9 s/d 4,7 kg.

3
Dari hasil wawancara dan anamnese diketahui bahwa sewaktu lahir
berat badan tidak ditimbang, lahir normal di rumah ibu dan di tolong oleh
dukun bersalin. Pada saat lahir bayi langsung menangis, warna kulit
kemerahan. Penyulit pada saat persalinan sulit dinilai tetapi menurut ibu ada
pendampingan bidan pada 1 hari Post Partum oleh sebab perdarahan. Inisiatif
memanggil bidan pada 1 hari post partum dilakukan oleh keluarga sendiri oleh
karena keadaan fisik ibu pada saat post partum sangat lemah. Oleh bidan
dianjurkan untuk dirawat di Puskesmas tapi keluarga menolak dengan alasan
bayi sudah lahir tinggal masa pemulihan sehingga keluarga memutuskan ibu
dan bayi dirawat dirumah saja. Pada waktu hamil ibu memeriksakan
kehamilannya > 3 kali baik di Bidan maupun di Posyandu. Sewaktu hamil
Trimester I ibu pernah menderita sakit panas dingin dan menggigil (Suspect
Malaria). Asupan gizi selama hamil kurang. Sewaktu hamil ibu juga sering
merokok.

Dari format pengumpulan data diketahui faktor-faktor yang dapat


menyebabkan bayi Amira mengalami gizi buruk yaitu :

1. Walaupun sulit dipantau karena ibu tidak memiliki buku KIA


namun dapat diprediksi bahwa sejak dalam kandungan atau
sewaktu ibu hamil pertumbuhan dan perkembangan janin sudah
mengalami gangguan. Kemungkinan bayi lahir dengan berat badan
rendah, oleh karena ibu sering merokok dan sering sakit-sakitan
sewaktu hamil.
2. Anak hanya diberikan ASI saja sampai usia 2 minggu, kemudian
oleh ibu diberikan makanan tambahan berupa susu formula dengan
takaran yang tidak sesuai. Dengan demikian sejak bayi sistem
pencernaannya telah dipaksa untuk mencerna makanan yang tidak
cocok untuk bayi usia < 6 bulan. Bayi seharusnya diberikan ASI
saja sampai usia 6 bulan.
3. Pola asuh orangtua sangat tidak mendukung, oleh karena kondisi
fisik ibu tampak lemah (Conjunctiva pucat). Bayi kurang
mendapatkan perawatan yang baik dan benar.
4. Keadaan lingkungan tempat tinggal tidak memenuhi syarat, dalam
1 rumah tinggal 2 keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang
tinggal serumah 9 orang dengan 2 kamar tidur tanpa ranjang (ibu
dan bayi tidur dikasur tipis yang digelar langsung diatas lantai
beton).
5. Kebersihan kurang terjamin, sumber kebutuhan air sehari-hari
menggunakan keran tapi tidak ada WC, dan kamar mandi hanya
dibuat sekat kayu ditepi pantai.

4
6. Penghasilan kepala keluarga dalam sebulan hanya Rp.600.000 /
bulan, itupun penghasilan tidak tetap sebagai nelayan.3
Kesanggupan membeli bahan pangan sangat rendah sehingga pola
menu setiap hari tergantung penghasilan yang didapatkan.
7. Kesadaran keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan
(Posyandu ataupun Puskesmas ) sangat rendah sekalipun keluarga
telah didaftarkan sebagai pemilik Jamkesda. Keluarga lebih sering
dikunjungi oleh petugas kesehatan.
8. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik Berat Badan 2 kg, Panjang
Badan 83 cm, Lingkar Kepala 36 cm, Lingkar dada 29 cm, Suhu
Badan 36C, Nadi 130 x/m, Respirasi 32 x/m. Tampak sangat
kurus, iga gambang, otot pantat kendor, kulit keriput dan wajah
tampak seperti orangtua.

c). Data lainnya lebih jelas pada lampiran.

3. Diseminasi Informasi.
Menyebarluaskan informasi hasil pengolahan dan analisis dengan sosialisasi
advokasi pada pertemuan lintas program dan lintas sector untuk mendapatkan
dukungan. Hasil pelacakan kasus telah diinformasikan ke Dinas Kesehatan
Propinsi dan Badan Ketahanan Pangan Kab. Minahasa Tenggara untuk
mendapatkan dukungan dan bantuan.

4. Tindak Lanjut.
Tindak lanjut terhadap hasil analisis yang bersifat teknis telah dilakukan oleh
pengelola program gizi, sedangkan yang bersifat kebijakan dilakukan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Upaya penanggulangan yang sudah dilakukan yaitu :
1. Telah merujuk bayi ke Puskesmas untuk mendapat perawatan
2. Telah diberikan susu formula (SGM I) untuk bayi usia 0 6 bulan
3. Telah diberikan Vitamin sirup
4. Telah diberikan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi dengan gizi buruk
5. Telah dipantau perkembangannya setiap minggu oleh Bidan dan TPG
Puskesmas.
6. Telah dilakukan koordinasi dengan pemerintah setempat (Kepala desa)
untuk memantau perkembangan status gizinya
7. Telah dilakukan sweeping bayi/balita BGM untuk deteksi dini kasus gizi
buruk baru/susulan.
8. Melakukan koordinasi dengan badan ketahanan pangan kabupaten, dan
sudah ditindaklanjuti oleh badan ketahanan pangan dengan pemberian susu
formula untuk bayi, susu untuk ibu, dan dana santunan untuk pembelian
bahan makanan.

5
2.4. Hasil Pemantauan / Catatan Perkembangan.

NO TANGGAL PETUGAS BB PB/TB TANDA KINIS STATUS GIZI KET


PEMANTAU (Gram) (Cm)

1. 22-02-2011 Zulfan A 2000 52 Tanda Marasmus < -3 SD Gizi


buruk
2. 23-02-2011 Zulfan A 2000 52 Tanda Marasmus < -3 SD Gizi
Buruk
3. 26-02-2011 Zulfan A 2000 52 Tanda Marasmus < -3 SD Gizi
buruk
4. 01-03-2011 Zulfan A 2100 52 Tanda Marasmus < -3 SD Gizi
Buruk
5. 06-4-2011 Dintje K 2800 54 Tanda Marasmus < -2 SD s/d Kurus
> -3 SD
6. 18-04-2011 Zulfan A 3000 54 Tanda Marasmus < -2 SD s/d Kurus
> -3 SD
7. 28-04-2011 Zulfan A 3100 54 Tanda Marasmus > -2 SD s/d Normal
2 SD
8. 06-05-2011 Zulfan A 3200 56 Tanda Marasmus >- SD s/d Normal
2 SD
9. 12-05-2011 Zulfan A 3800 58 Tanda Marasmus >-2 SD s/d Normal
2 SD
10. 23-05-2011 Zulfan A 4200 61 Tanda Marasmus < -2 SD s/d Kurus
-3 SD
11.

2.5. Evaluasi Akhir.

Dari catatan pemantauan diketahui bahwa sejak tanggal 6 April 2011 bayi Amira Labaso
sesuai dengan Buku Pedoman Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita status gizinya berada
pada < -2 SD s/d > -3 SD artinya tidak lagi dalam status gizi buruk tetapi pada status gizi
kurang (Kurus). Namun demikian secara klinis masih tampak tanda-tanda Marasmus yaitu
kulit keriput, otot pantat kendor, rambut tipis dan jarang serta wajah seperti orangtua.
Sehingga bayi tersebut masih dalam pemantauan pasca gizi buruk untuk mengantisipasi agar
tidak kembali masuk ke dalam kategori gizi buruk. Dan tanggal 28-04-2011 menurut Buku
Standar Pemantauan Gizi pada anak Balita maka status gizi bayi Amira Labaso sudah berada
pada normal, sehingga kami menyimpulkan bahwa terhitung sejak tanggal 28 April 2011 bayi
Amira Labaso tidak lagi dalam status Gizi Buruk tetapi pada prinsipnya pemantauan terhadap
bayi Amira Labaso masih berkesinambungan yang dilakukan oleh TPG Puskesmas
Pusomaen.

6
2.6. Tim Pelaksana Pemantau Kasus Gizi buruk di desa Tumbak.
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara.
a). Tim 1 (Pertama) tanggal 23 dan 26 Februari 2011 :
- Olga Walelang (Kabid. Kesga)
- Ridwan Munaiseche (Kasie. Gizi dan Usila)
- Adelin Antou, AMG (Pengelola Gizi)
- Lily Katuhe (Kasie KIA)
- Deisy Rolangon (Pengelola KIA)
- Anita Mawu, A.Md.Keb.(Pengelola KIA)
- Lygia Tiwow, S.Kep.(Pengelola Usila)
- Christin, AMG (Pengelola Gizi)
- Zulfan Amuraini (TPG PKM Pusomaen)
- Nova Penaumang (Bidan Desa Tumbak)
b). Tim 2 (Kedua) tanggal 6 April 2011 :
- dr. Lusie M Mewengkang (Kabid.Kesga dan Gizi)
- Bd. Dintje Kojong, S.Keb. (Kasie Perbaikan Gizi Masyarakat)
- Relly Rumbay, SKM. (Surveilance Dinas Kesehatan Kab. Mitra)
- dr. Helni Ratuliu (Kepala PKM Pusomaen)
- Zulfan Amuraini, AMG (TPG PKM Pusomaen)
- Mohamad R.B. Potale, AMKL (Surveilance PKM Pusomaen)
- Nova Penaumang (Bidan Desa Tumbak.

7
BAB 3
PENUTUP

Demikianlah laporan kegiatan pemantauan kasus gizi buruk ini kami buat sebagai
pertanggungjawaban kegiatan Program Gizi Dinas Kesehatan Kab.Minahasa Tenggara dalam
rangka peningkatan kinerja Seksi Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Kab.Minahasa Tenggara Tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai