TAHUN 2011
Puji Syukur patut kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena
perkenanNya, sehingga kami dari Seksi Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Kab.Minahasa Tenggara bekerjasama dengan lintas Program dan lintas Sektoral telah dapat
melaksanakan kegiatan pelacakan, pemantauan, tindak lanjut dan evaluasi terhadap kasus gizi
buruk yang terjadi di desa Tumbak kec.Pusomaen. Untuk itu kami dari seksi Gizi Dinas
Kesehatan Kab.Minahasa Tenggara dengan dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan
Kab.Minahasa Tenggara telah membuat dan menyusun laporan ini sebagai
pertanggungjawaban dalam rangka peningkatan kinerja Program Gizi selanjutnya.
Demikian laporan ini kami buat, dengan harapan semoga bermanfaat bagi pihak-pihak
terkait dalam upaya perbaikan gizi pada masyarakat di Minahasa Tenggara pada umumnya.
Terima Kasih.
Tim Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar................ i
Daftar Isi ii
Bab 3. Penutup .. 8
Daftar Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hari selasa tanggal 22 Februari 2011 dibagian seksi upaya perbaikan gizi masyarakat
Dinas Kesehatan kabupaten Minahasa Tenggara, menerima laporan dari tenaga pelaksana
gizi Puskesmas Pusomaen (Zulfan Amuraini) tentang adanya kasus gizi buruk di desa
Tumbak kecamatan Pusomaen. Laporan tersebut disertai dengan laporan W.1 dan format
pengumpulan data yang dilengkapi dengan foto/gambar bayi tersebut. Dari data awal yang
diperoleh diambil kesimpulan sementara secara klinis bayi tersebut suspect/tersangka gizi
buruk. Kemudian pada tanggal 23 dan 26 Februari 2011 oleh seksi gizi dinas kesehatan
kabupaten Minahasa Tenggara langsung ditindak lanjuti dengan turun langsung ke lapangan
untuk mengecek kebenaran tentang adanya kasus gizi buruk di desa Tumbak kec.Pusomaen.
Data terakhir yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan analisa bahwa ternyata benar
bayi tersebut menderita Gizi Buruk.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka seksi upaya perbaikan gizi masyarakat Dinas
Kesehatan Kab.Minahasa Tenggara berupaya meningkatkan efektifitas program dengan
melaksanakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap masalah gizi
buruk melalui proses pegumpulan data, pengolahan, penyebaran informasi dan tindak lanjut
sebagai respon terhadap perkembangan informasi dengan mempertajam upaya
penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya.
1
BAB 2
2
2.3. Metode Pelaksanaan.
1. Pengumpulan Data.
a). Investigasi di lapangan dengan melakukan pelacakan kasus gizi buruk.
b). Bersama TPG Puskesmas Pusomaen melakukan wawancara langsung dengan
ibu yang memiliki bayi Gizi buruk.
3
Dari hasil wawancara dan anamnese diketahui bahwa sewaktu lahir
berat badan tidak ditimbang, lahir normal di rumah ibu dan di tolong oleh
dukun bersalin. Pada saat lahir bayi langsung menangis, warna kulit
kemerahan. Penyulit pada saat persalinan sulit dinilai tetapi menurut ibu ada
pendampingan bidan pada 1 hari Post Partum oleh sebab perdarahan. Inisiatif
memanggil bidan pada 1 hari post partum dilakukan oleh keluarga sendiri oleh
karena keadaan fisik ibu pada saat post partum sangat lemah. Oleh bidan
dianjurkan untuk dirawat di Puskesmas tapi keluarga menolak dengan alasan
bayi sudah lahir tinggal masa pemulihan sehingga keluarga memutuskan ibu
dan bayi dirawat dirumah saja. Pada waktu hamil ibu memeriksakan
kehamilannya > 3 kali baik di Bidan maupun di Posyandu. Sewaktu hamil
Trimester I ibu pernah menderita sakit panas dingin dan menggigil (Suspect
Malaria). Asupan gizi selama hamil kurang. Sewaktu hamil ibu juga sering
merokok.
4
6. Penghasilan kepala keluarga dalam sebulan hanya Rp.600.000 /
bulan, itupun penghasilan tidak tetap sebagai nelayan.3
Kesanggupan membeli bahan pangan sangat rendah sehingga pola
menu setiap hari tergantung penghasilan yang didapatkan.
7. Kesadaran keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan
(Posyandu ataupun Puskesmas ) sangat rendah sekalipun keluarga
telah didaftarkan sebagai pemilik Jamkesda. Keluarga lebih sering
dikunjungi oleh petugas kesehatan.
8. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik Berat Badan 2 kg, Panjang
Badan 83 cm, Lingkar Kepala 36 cm, Lingkar dada 29 cm, Suhu
Badan 36C, Nadi 130 x/m, Respirasi 32 x/m. Tampak sangat
kurus, iga gambang, otot pantat kendor, kulit keriput dan wajah
tampak seperti orangtua.
3. Diseminasi Informasi.
Menyebarluaskan informasi hasil pengolahan dan analisis dengan sosialisasi
advokasi pada pertemuan lintas program dan lintas sector untuk mendapatkan
dukungan. Hasil pelacakan kasus telah diinformasikan ke Dinas Kesehatan
Propinsi dan Badan Ketahanan Pangan Kab. Minahasa Tenggara untuk
mendapatkan dukungan dan bantuan.
4. Tindak Lanjut.
Tindak lanjut terhadap hasil analisis yang bersifat teknis telah dilakukan oleh
pengelola program gizi, sedangkan yang bersifat kebijakan dilakukan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Upaya penanggulangan yang sudah dilakukan yaitu :
1. Telah merujuk bayi ke Puskesmas untuk mendapat perawatan
2. Telah diberikan susu formula (SGM I) untuk bayi usia 0 6 bulan
3. Telah diberikan Vitamin sirup
4. Telah diberikan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi dengan gizi buruk
5. Telah dipantau perkembangannya setiap minggu oleh Bidan dan TPG
Puskesmas.
6. Telah dilakukan koordinasi dengan pemerintah setempat (Kepala desa)
untuk memantau perkembangan status gizinya
7. Telah dilakukan sweeping bayi/balita BGM untuk deteksi dini kasus gizi
buruk baru/susulan.
8. Melakukan koordinasi dengan badan ketahanan pangan kabupaten, dan
sudah ditindaklanjuti oleh badan ketahanan pangan dengan pemberian susu
formula untuk bayi, susu untuk ibu, dan dana santunan untuk pembelian
bahan makanan.
5
2.4. Hasil Pemantauan / Catatan Perkembangan.
Dari catatan pemantauan diketahui bahwa sejak tanggal 6 April 2011 bayi Amira Labaso
sesuai dengan Buku Pedoman Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita status gizinya berada
pada < -2 SD s/d > -3 SD artinya tidak lagi dalam status gizi buruk tetapi pada status gizi
kurang (Kurus). Namun demikian secara klinis masih tampak tanda-tanda Marasmus yaitu
kulit keriput, otot pantat kendor, rambut tipis dan jarang serta wajah seperti orangtua.
Sehingga bayi tersebut masih dalam pemantauan pasca gizi buruk untuk mengantisipasi agar
tidak kembali masuk ke dalam kategori gizi buruk. Dan tanggal 28-04-2011 menurut Buku
Standar Pemantauan Gizi pada anak Balita maka status gizi bayi Amira Labaso sudah berada
pada normal, sehingga kami menyimpulkan bahwa terhitung sejak tanggal 28 April 2011 bayi
Amira Labaso tidak lagi dalam status Gizi Buruk tetapi pada prinsipnya pemantauan terhadap
bayi Amira Labaso masih berkesinambungan yang dilakukan oleh TPG Puskesmas
Pusomaen.
6
2.6. Tim Pelaksana Pemantau Kasus Gizi buruk di desa Tumbak.
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara.
a). Tim 1 (Pertama) tanggal 23 dan 26 Februari 2011 :
- Olga Walelang (Kabid. Kesga)
- Ridwan Munaiseche (Kasie. Gizi dan Usila)
- Adelin Antou, AMG (Pengelola Gizi)
- Lily Katuhe (Kasie KIA)
- Deisy Rolangon (Pengelola KIA)
- Anita Mawu, A.Md.Keb.(Pengelola KIA)
- Lygia Tiwow, S.Kep.(Pengelola Usila)
- Christin, AMG (Pengelola Gizi)
- Zulfan Amuraini (TPG PKM Pusomaen)
- Nova Penaumang (Bidan Desa Tumbak)
b). Tim 2 (Kedua) tanggal 6 April 2011 :
- dr. Lusie M Mewengkang (Kabid.Kesga dan Gizi)
- Bd. Dintje Kojong, S.Keb. (Kasie Perbaikan Gizi Masyarakat)
- Relly Rumbay, SKM. (Surveilance Dinas Kesehatan Kab. Mitra)
- dr. Helni Ratuliu (Kepala PKM Pusomaen)
- Zulfan Amuraini, AMG (TPG PKM Pusomaen)
- Mohamad R.B. Potale, AMKL (Surveilance PKM Pusomaen)
- Nova Penaumang (Bidan Desa Tumbak.
7
BAB 3
PENUTUP
Demikianlah laporan kegiatan pemantauan kasus gizi buruk ini kami buat sebagai
pertanggungjawaban kegiatan Program Gizi Dinas Kesehatan Kab.Minahasa Tenggara dalam
rangka peningkatan kinerja Seksi Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
Kab.Minahasa Tenggara Tahun 2011.