Chapter II PDF
Chapter II PDF
2.1.1 Konsep
Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar
bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).
Bila kita lihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah
cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian,
dan sebagainya. Menurut Keraf (2006:113), gaya bahasa dapat dibatasi sebagai
dinyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk
benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
2.1.1.2 Retoris
pembaca. Kata retoris atau retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti
suatu istilah yang secara tradisional diberikan kepada suatu teknik pemakaian
bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik.
2.1.1.3 Kiasan
yang berbunga-bunga, bukan dalam arti kata yang sebenarnya. Kata kiasan
dipakai untuk memberi rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal yang
disampaikan.
2.1.1.4 Rectoverso
biologi hibrida adalah turunan yang dihasilkan dari perkawinan antara dua jenis
yang berlainan (tentang hewan atau tumbuhan), maka karya ini merupakan
perkawinan silang antara buku dan musiknya. Rectoverso yang berasal dari
bahasa Latin ini merupakan pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi
sebelas fiksi dan sebelas lirik lagu yang dikemas dalam buku beserta CD. Kedua
karya ini saling bercermin, tetapi pada saat bersamaan bisa dinikmati sebagai dua
menggunakan teori stilistika. Istilah stilistika berasal dari bahasa Latin yaitu style
yang artinya gaya. Stilistika merupakan ilmu yang kajiannya terhadap wujud
(Nurgiyantoro, 1995: 279). Tuner dalam Pradopo (1999) stilistika adalah ilmu
penggunaan bahasa yang paling sadar dan paling kompleks dalam kesusastraan.
ragam penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, namun biasanya
stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra. Stilistika dapat dianggap
menjembatani kritik sastra di satu pihak dan linguistik di pihak lain, karena
suatu ilmu yang di dalamnya juga dipelajari tentang kata-kata berjiwa, gaya
bahasa, maupun unsur-unsur lain yang terdapat dalam suatu karya sastra.
gaya bahasa. Menurut Ahmadi (1990: 170) gaya bahasa merupakan penggunaan
bahasa yang istimewa, dan tidak dapat dipisahkan dari cara atau teknik seorang
nilai-nilai kualitas kesadaran pikiran dan pandangan yang istimewa atau khusus.
Ahmadi membagi gaya bahasa menjadi dua, yaitu gaya bahasa penekanan yang
terdiri dari 25 jenis gaya bahasa dan gaya bahasa perbandingan yang terdiri dari
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan ciri dan
Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris yang
bahasa.
benda atau hal lain yang lebih umum. Tarigan membagi gaya bahasa menjadi
empat varian, yaitu gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas sebelas macam,
gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas 21 macam, gaya bahasa pertautan yang
terdiri atas empat belas macam, dan gaya bahasa perulangan yang terdiri atas tiga
belas macam.
bahasa tertentu dalam menulis sebuah karya sastra, dan ragam bahasa tersebut
sudah mempunyai pola-pola tertentu dan akan memberi kesan pada pembaca atau
Dalam hal ini, penulis memilih teori Gorys Keraf untuk menganalisis
penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Keraf, 2006:
130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain menjelaskan,
hal yang lain, berarti mencoba untuk menemukan ciri yang menunjukkan
kesamaan antara dua hal tersebut (Keraf, 2006:136). Gaya bahasa retoris terdiri
dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris,
oksimoron. Sedangkan gaya bahasa kiasan terdiri atas persamaan atau simile,
2006:130). Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain: menjelaskan,
hiasan.
1. Aliterasi
yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.
2. Asonansi
yang sama, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata, frase atau kalimat.
Misalnya: aku adalah wanitamu, aku adalah kekasihmu, dan aku adalah kamu.
3. Anastrof
Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh
itu.
Misalnya : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
5. Apostrof
Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para
hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dilakukan oleh orator
tiba mengarahkan pembicaraan langsung kepada sesuatu yang tidak hadir: kepada
mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan atau
6. Asindeton
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat di
mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung.
7. Polisindeton
Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain
Misalnya: Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan
tak menyerah pada gelap dan pada dingin yang bakal merontokkan
bulu-bulunya?
8. Kiasmus
sekaligus juga merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat
yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
berlaku.
Misalnya : Orang itu memukul dengan sekuat daya. (penghilangan objek: saya,
10. Eufemismus
yang berarti mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik. Secara gaya
11. Litotes
sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari
katanya.
Misalnya : Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milyar
rupiah.
dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian
kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran
atau gagasan. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu
Misalnya : Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya
14. Perifrasis
terletak dalam hal kata-kata yang berlebihan itu dan sebenarnya dapat diganti
mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau
dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang
lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki
adanya jawaban.
konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
sebenarnya hanya salah satu yang mempunyai hubungan dengan kata pertama.
sebenarnya hanya cocok untuk salah satu kata itu (baik secara logis maupun
secara gramatikal).
kami.
kali.
19. Hiperbol
atau sifatnya).
aku.
20. Paradoks
nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang
limpah.
21. Oksimoron
kata untuk mencapai efek yang bertentangan, namun sifatnya lebih padat dan
perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan
termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa
kiasan.
Perbandingan pertama mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang
sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal
gaya bahasa yang langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal lain.
2. Metafora
manusia, yang selalu mengandung tema moral dan biasanya berhubungan dengan
agama.
Fabel adalah suatu metafora yang berbentuk cerita mengenai dunia binatang,
4. Personifikasi
benda mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku
seperti manusia.
5. Alusi
6. Eponim
Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering
7. Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
8. Sinekdoke
dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau
9. Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa kiasan yang menggunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat,
atau dengan kata lain metonimia menyatakan sesuatu yang menyebutkan namanya
10. Antonomasia
penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau
Misalnya : Yang mulia tidak dapat hadir pada rapat kerajaan hari ini.
Misalnya : Ia berbaring di atas sebuah kasur yang gelisah. (yang gelisah adalah
hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar orang yang dituju tersindir secara
halus.
hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan
menusuk perasaan.
Misalnya : Kau kan sudah hebat, tak perlu lagi mendengar nasihat orang tua
Sarkasme adalah gaya bahasa yang melontarkan tanggapan secara pedas dan
13. Satire
ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan
manusia.
14. Inuendo
sebenarnya.
Misalnya : Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan minum.
15. Antifrasis
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri.
bunyi yang berupa permainan kata, tetapi terdapat perbedaan besar dalam
maknanya.
Uraian di atas memuat tentang gaya bahasa retoris dan kiasan yang akan
dipergunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini. Gaya bahasa ini memiliki
fungsi yang berbeda pada setiap kalimat. Ada yang berfungsi sebagai penambah
nilai estetik atau keindahan dan ada pula yang memperjelas dan memperkuat
makna, atau hanya sekedar hiasan. Keseluruhan jenis gaya bahasa inilah yang
penelitian itu sebagai bahan referensi yang mendukung penelitian tersebut. Dalam
seperti buku karangan Gorys Keraf yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa.
biasanya disebut figure of speech gaya bahasa digolongkan menjadi dua, yaitu
Selain itu, penulis juga menggunakan buku karangan Tarigan yang berjudul
menjadi empat varian, yaitu gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas sebelas
macam, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas 21 macam, gaya bahasa
pertautan yang terdiri atas empat belas macam, dan gaya bahasa perulangan yang
Penelitian mengenai gaya bahasa sudah pernah dilakukan oleh Enda Adelina
(2006) yang mengkaji masalah gaya bahasa perbandingan dan penekanan pada
Selain itu, penelitian mengenai gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan
juga sudah pernah dianalisis oleh Imran (2008). Dalam penelitiannya, Imran
menganalisis gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan dalam kumpulan puisi