Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS IMPLEMENTASI VIDEO CALL OVER WIRELESS LAN MENGGUNAKAN ASTERISK

Rasyidi Usman.1, Hafidudin, Ir.,MT.2, Agus Ganda Permana,Ir.,MT .3


1,2
Jurusan Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
an_dhee_17telkom@yahoo.com1, hfd@stttelkom.ac.id2, agp@stttelkom.ac.id
Abstraksi
Saat ini standar protokol yang dipakai dalam komunikasi VoIP adalah SIP dan H.323. Untuk penelitian ini
dipakai standar dari IETF yaitu protokol SIP, karena komunikasi akan mengarah ke NGN (Next Generation
Network). Jaringan VoIP yang awalnya hanya melayani voice, sekarang telah berkembang pada layanan
messaging dan video. Layanan video ini semakin banyak diminati dan mulai dikembangkan.
Komunikasi data juga mulai mengarah ke jaringan wireless. Wireless Local Area Network ( WLAN ) pada
mulanya didesain untuk komunikasi data. Kemudian, komunikasi video dicoba dikembangkan pada jaringan
data. Sifat informasi video yang harus real time dan reliable menjadi suatu pertanyaan khusus bagi jaringan data
wireless. Apakah komunikasi video call pada jaringan WLAN based on SIP memenuhi kelayakan kualitas yang
dapat diterima?
Asterisk merupakan open source PBX, yaitu IP PBX dan server dalam bentuk software based on Linux,
BSD,MacOSX yang mampu menyediakan layanan video call voicemail, conferencing, IVR, Queuing, sebaik
standar calling function. Ini digunakan sebagai IP PBX server yang berguna untuk menyediakan layanan video
bagi user.
Adapun hasil dari analisis menunjukkan bahwa kualitas Video call di jaringan WLAN STT Telkom dengan
protokol SIP masih berada dalam rentang standar terbaik seperti ITU-T 0150 ms., Jitter berkisar antara 0-20 ms.
Dan berdasarkan percobaan dan MOS menunjukkan bahwa VoIP pada jaringan WLAN di STT Telkom
menggunakan protokol SIP cukup baik . Sehingga, berdasarkan rekomendasi ITU-T bahwa penelitian ini dapat
diimplementasikan pada jaringan WLAN STT Telkom.

Kata Kunci: Asterisk IP PBX, WLAN, Video Call , SIP


ABSTRACT
Currently, protocol standart which is used in VoIP communication are SIP and H323. At this research, it is
used IETF standard-SIP Protocol, because next communication will be go to the NGN (Next Generation
Network). VOIP network not only provides voice but also messaging and video service. Video service more
interested and start to develop.
Data communication also directed to the wireless network. WirelessLocal Area Network (WLAN) is
designed for data communication early. Then, the video communication is tried to be implemented in the data
network. Characteristic of Video information that has to be real time and reliable become a specific question for
the wireless network. Whether video communication on WLAN can be accepted?
Asterisk is a open source PBX, IP PBX and server in software based on Linux, BSD,MacOSX which is can
provide video call service, voice mail, conferencing, IVR, Queuing, as well calling function standart. It is used
as a IP PBX server which is usefull to provide video service for users.
Then, result of analysis shows that Video call quality at WLAN STT Telkom using SIP protocol, still in good
range such as one way delay is 0-150 ms, Jitter is 0-20ms. Then, all of experiment and MOS shows that VoIP
service at WLAN STT Telkom using SIP protocol is good enough. So, It is according to ITU-T recommendation
show that this research can be implemented at WLAN STT Telkom.

Keyword : Asterisk IP PBX, WLAN, Video Call , SIP

1.1 Latar Belakang bandwith yang cukup agar performansi dan kualitas
voice dan video masih dapat ditoleransi. Sedangkan
Pembuatan proyek akhir ini berangkat dari ketersediaan bandwith yang ada belum mampu
sebuah keinginan untuk merealisasikan layanan memaksimalkan layanan yang diberikan. Oleh
video call melalui pemanfaatan gelombang radio karena itu, dalam penelitian ini dirancang suatu
yaitu penggunaan perangkat jaringan wireless jaringan untuk mengetahui performansi atau
LAN. kualitas voice dan videocall, Apakah komunikasi
Pemanfaatan gelombang radio sebagai media video pada jaringan WLAN masih memenuhi
komunikasi antar pengguna atau user tentu kelayakan kualitas yang dapat diterima?
memililki beberapa kelemahan dalam
mentransmisikan data untuk sampai ke tujuan
seperti rentan propagasi dan interferensi. Padahal
layanan multimedia seperti videoconference
melalui jaringan wireless LAN memerlukan
1.2 Tujuan Penelitian 6. Menggunakan sarana web hanya sebagai
tool untuk memudahkan akses layanan
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh video call.
hasil sebagai berikut :
1.5 Metodologi Penelitian
1. Mampu membuat dan mendesain serta
memahami arsitektur jaringan yang Adapun metodologi yang digunakan adalah :
diimplentasikan pada jaringan WLAN STT 1. Studi Pustaka
Telkom. 2. Desain Sistem
2. Membuat skenario pengujian untuk 3. Implementasi pada jaringan.
mendapatkan nilai parameter-parameter yang 4. Pengujian performansi sistem.
digunakan untuk analisa kualitas voice dan 5. Analisa performansi sistem
video. 2.1 Wireless LAN, Standar Dan Infrastrukturnya
3. Mengetahui performansi kualitas voice dan 2.1.1 WLAN
video yang ditransmisikan lewat jaringan LAN (Local Area Network) merupakan suatu
WLAN STT Telkom. jaringan yang menghubungkan suatu komunitas
4. Mengaplikasikan hasil penelitian untuk Data Terminal Equipment (DTE) dalam suatu
komunikasi tambahan yaitu video call di lokasi (gedung atau grup). Umumnya menggunakan
STTTelkom menggunakan Asterisk sebagai IP media transmisi kabel. Jaringan ini biasa juga
PBX . disebut dengan wired LAN.
Wireless LAN (WLAN) merupakan teknologi
1.3 Perumusan Masalah komunikasi data alternatif tanpa menggunakan
kabel. Menjadi alternatif karena infrastruktur kabel
Rumusan masalah yang terkait dengan hal masih mendominasi dalam beberapa area.
diatas adalah sebagai berikut: Teknologi wireless WLAN memiliki
1. Bagaimana membuat dan mendesain jaringan fleksibilitas, teknik frequency reuse, sellular,
serta memahami arsitektur jaringan yang mendukung mobilitas, dan menawarkan efisiensi
diimplementasikan pada jaringan WLAN STT dalam waktu penginstalan. Transmisi dan
Telkom? penerimaan data yang melalui udara sangat
2. Bagaimana menentukan skenario pengujian memungkinkan pengurangan pemakaian kabel dan
untuk mendapatkan parameter yang telah penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan
ditentukan? dengan mudah dan cepat. Pada jaringan wireless ini
3. Bagaimana performansi kualitas voice dan dapat digunakan untuk transmisi suara maupun
video antar client pada jaringan WLAN STT data.
Telkom? 2.1.2 Standar IEEE 802.11
4. Apa yang diharapkan dari hasil penelitian ini? IEEE merupakan badan internasional yang
mendokumentasikan riset-riset teknologi oleh para
1.4 Batasan Masalah ahli yang kemudian dijadikan standar internasional.
Dalam kerjanya IEEE mengeluarkan salah satu
Batasan masalah dalam penulisan proyek akhir
standar internasional untuk LAN. IEEE
ini adalah :
mendefinisikan satu standar LAN dengan
1. Performansi jaringan yang akan dibahas meluncurkan proyek 802.
terbatas hanya pada faktor one way delay, Proyek 802 membuat standar jaringan untuk
packet lost, delay jitter, throughput, Bandwith, komponen fisik dari jaringan yang terletak pada
parameter MOS serta Video Quality yang ada lapis fisik dan data link pada model OSI. Standar
pada implementasi sistem. ini disebut spesifikasi 802, yang medefinisikan
bagaimana kartu jaringan dapat mengakses dan
2. Penelitian ini dilaksanakan di Gedung A, B, C, mentransfer data melalui media fisik, termasuk
E, SC, dan MSU di STTTelkom. didalamnya proses pembuatan koneksi dan
memutuskan koneksi. IEEE 802 terbagi menjadi 12
3. Softphone yang digunakan sebagai user atau kategori sebagai berikut:
terminal adalah X-lite dan signalling protokol 802.1 Internetworking
yang digunakan adalah SIP 802.2 Logical Link Control
802.3 Carrier Sense Multiple Access
4. Menggunakan software Asterisk sebagai server with Collision Detection CSMA/CD
dan IP PBX. 802.4 Token Bus LAN
802.5 Token Ring LAN
5. Menggunakan jaringan wireless LAN
802.6 Metropolitan Area Network
STTTelkom.
(MAN)
802.7 Broadband Technical Advisory
802.8 Fiber-Optic Technical Advisory
802.9 Integrated Data/Voice Network Dalam topologi ini beberapa BSS
802.10 Network Security (mikrosel) terhubung satu dengan yang lain melalui
802.11 Wireless LAN access point membentuk jaringan lokal yang lebih
802.12 Demand Priority Access LAN, luas yang dinamakan Extended Service Set (ESS).
100 Base VG-any LAN Dengan kata lain, ESS terdiri dari beberapa BSS
yang terintegrasi oleh Distribution System (DS)
Standar IEEE 802.11 mengkhususkan yang dapat berupa Ethernet atau token ring. Pada
pengembangan teknologi lapisan fisik dan datalink aplikasi ini, untuk mengakses suatu server adalah
wireless LAN (lapisan 1 dan 2 OSI). dengan menghubungkannya ke wired LAN, dimana
2.1.2.1Varian standar 802.11 suatu intermediate device yang dikenal sebagai
Ada 6 standar 802.11 yang dipakai dalam IEEE : Portable Access Unit (PAU) digunakan. Tipikalnya
1. 802.11a daerah cakupan PAU berkisar antara 50 hingga
Standar 802.11a merupakan standar yang 100m.
mengatur perangkat untuk bekerja pada 5GHz 2. 2. Asterisk IP PBX
dengan teknologi OFDM (Orthogonal 2.2. 1 Pengertian Asterisk IP PBX
Frequency Division Multiplex). Asterisk adalah PBX software berbasis Linux,
2. 802.11b Free BSD, dan Mac OS X. PBX software ini dapat
Standar 802.11b menggunakan teknologi DSSS digunakan sebagai VOIP gateway dan dapat
(Direct Sequence Spread Spectrum) pada menghubungkan dengan PSTN (Public Switched
lapisan fisik dengan transfer data 5.5 sampai 11 Telephone Network, POTS). IAX adalah protokol
Mbps yang digunakan oleh asterisk sebagai alternatif ke
3. 802.11d SIP, H323 dan lainnya, ketika sedang terhubung ke
Standar untuk standar kebutuhan fisik peralatan VoIP lainnya yang support IAX.Asterisk
(channel, MIB snmp) adalah software PBX Asterisk.
4. 802.11e Software PBX menyediakan semua fitur- fitur
Standar 802.11e adalah standar untuk dari suatu PBX biasa. Asterisk melakukan VoIP di
pengembangan aplikasi LAN dengan Quality banyak protokol, dan dapat dioperasikan dengan
of Service (QoS), keamanan dan autentifikasi hampir semua standar berbasis peralatan telephony
untuk aplikasi seperti suara, streaming media menggunakan hardware yang relatif tidak efektif.
dan konferensi video. Asterisk mendukung jangkauan yang luas
5. 802.11f untuk menangani transmisi voice over interface
Standar 802.11f merupakan standar yang telephony tradisional. Asterisk mendukung tipe-tipe
direkomendasikan secara praktis untuk Multi- standar signalling Amerika dan Eropa yang
Vendor Access Point Interoperability melalui digunakan dalam standar sistem telephony.
Inter-Access Point Protocol Access
Distribution System Support. 2.3 SIP (Session Initiation Protocol)
6. 802.11g 2.3.1 Overview SIP
Standar untuk penggunaan DSSS dengan
SIP adalah peer-to-peer signaling protokol,
transfer 20Mbps dan OFDM 54Mbps. Standar
dikembangkan oleh Internet Engineering Task
ini backward-compatible dengan 802.11b dan
Force (IETF), yang mengijinkan endpoint-nya
bisa dikembangkan sampai lebih dari 20Mbps
untuk memulai dan mengakhiri sessions
2.1.3 Infrastruktur dan Topologi Jaringan
komunikasi. Protokol ini didefinisikan pada RFC
Wi-Fi
2543 dan menyertakan elemen protokol lain yang
Topologi yang biasa digunakan WLAN secara
dikembangkan IETF, mencakup Hypertext Transfer
umum dapat dibagi menjadi dua konfigurasi yaitu
Protokol (HTTP) yang diuraikan pada RFC 2068,
peer to peer atau ad-hoc dan topologi infrastucture
Simple Mail Transfer Protokol (SMTP) yang
network.
diuraikan pada RFC 2821, dan Session Description
2.1.3.1 Topologi IBSS (Independent Basic
Protokol (SDP) yang diuraikan pada RFC 2327.
Service Set) atau peer to peer / Ad-hoc
network 2.3.2 Arsitektur SIP
Topologi Ad-hoc disebut juga sebagai IBSS Arsitektur dari SIP terdiri dari dua komponen
(Independent Basic Service Set) suatu kumpulan yaitu user agent dan servers. User agent
komputer berkomunikasi satu dengan yang lainnya merupakan end point dari sistem dan memuat dua
untuk membentuk self-contained LAN. Ad-hoc sub sistem yaitu user agent client (UAC) yang
network mempunyai konfigurasi peer to peer dalam membangkitkan requests, dan user agent server
satu area cakupan tanpa menggunakan access (UAS) yang merespon requests. Dua elemen ini
point. Tipe jaringan ini sifatnya hanya dapat dilihat pada gambar 2.7. SIP server adalah
sewaktu-waktu, dinamis dan tidak memerlukan kesatuan fungsi logic, dimana tidak perlu
proses perencanaan. memisahkan alat secara fisik. Fungsi dari empat
2.1.3.2 Topologi Infrastructure Network server tersebut yaitu :
1. Proxy Server : merupakan host jaringan yang Response messages berisi status kode dan
berperan sebagai perantara yang bertujuan keterangan tentang kondisi dari request tersebut.
untuk meminta request atas nama client yang Nilai-nilai dari kode status yang serupa dengan
lain. Proxy harus bertindak sebagai server dan penggunaan pada HTTP, dibagi dalam enam
client, dia harus mengarahkan SIP request pada kategori :
user agent server, dan mengarahkan SIP 1. 1xx: Provisional, request telah diterima dan
response pada user agent client. Proxy Server sedang melanjutkan proses.
juga berfungsi untuk melakukan routing,
2. 2xx: Success, tindakan dengan sukses diterima,
memastikan requests dapat disampaikan pada
dipahami dan disetujui.
yang berhak menerima, dan juga membuat
kebijakan seperti meyakinkan bahwa pemakai 3. 3xx: Redirection, tindakan lebih lanjut
tertentu diijinkan untuk melakukan panggilan. diperlukan untuk memproses permintaan ini.
4. 4xx: Client Error, permintaan berisi sintak
2. Redirect Server : merupakan kesatuan logika
yang salah dan tidak bisa dikenali oleh server
yang mengarahkan suatu klien pada perngkat
sehingga server tidak dapat memprosesnya.
pengganti dari Uniform Resource Indicators
(URIs) untuk menyelesaikan tugas request. 5. 5xx: Server Error, server gagal untuk
memproses suatu permintaan yang sah.
3. Registrar Server: menerima dan memproses
6. 6xx: Global Failure, permintaan tidak dapat
pesan pendaftaran yang mengijinkan lokasi
dipenuhi oleh server manapun.
dari suatu endpoint dapat diketahui
keberadaannya. Registrar Server ini kerjanya 2.3.4 Protokol yang Terlibat dalam SIP
berhubungan dengan Location Server. SIP menggabungkan beberapa macam protokol
baik itu dari standar yang dikeluarkan oleh IETF
4. Location Server : menyediakan service untuk
sendiri maupun oleh ITU-T. Protokol SIP didukung
database abstrak yang berfungsi
oleh beberapa protokol, antara lain
mentranslasikan alamat dengan data /
keterangan yang ada pada domain jaringan. IETF Session Description Protocol (SDP)
SDP merupakan protokol yang
2.3.3 Format Messages pada SIP mendeskripsikan media dalam suatu
komunikasi. Tujuan protocol SDP adalah untuk
Messages yang terdapat pada SIP didefinisikan memberikan informasi aliran media dalam satu
dalam dua format : sesi komunikasi agar penerima yang menerima
1. Request, dikirim dari client ke informasi tersebut dapat berkomunikasi.
server, yang berisi tentang operasi yang IETF Session Announcement Protocol (SAP)
diminta oleh client tersebut.
SAP merupakan suatu protokol yang setiap
2. Responses, dikirim dari server ke periode waktu tertentu mengumumkan
client, yang berisi informasi mengenai status parameter dari suatu sesi konferensi.
dari apa yang diminta oleh client.
IETF Real-Time Transport Protocol (RTP)
Ada enam tipe dari request messages :
Protokol RTP menyediakan transfer media
1. INVITE : menunjukan bahwa user atau service
secara real time.
sedang diundang untuk bergabung dalam
session. Isi dari pesan ini akan memasukan Real-Time Control Protocol (RTCP)
suatu uraian menyangkut session untuk user RTCP mengatur sesi secara periodik
yang diundang. mentransmit paket yang berisi feedback atas
2. ACK : mengkonfirmasi bahwa client telah kualitas dari distribusi data.
menerima suatu final response untuk suatu ITU-T Codec
INVITE request, dan hanya digunakan di Algoritma pengkodean yang
INVITE request. direkomendasikan, seperti G.723.1, G711, G.728,
3. OPTION : digunakan untuk query suatu server dan G.729 untuk audio, atau H.261 untuk video.
tentang kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga dengan Transmission Control
4. BYE : dikirim oleh user agent client untuk Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol
menunjukan pada server bahwa percakapan (UDP) juga digunakan dalam mendukung protokol
ingin segera diakhiri. ini.sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah
5. CANCEL : digunakan untuk membatalkan ini :
suatu request yang sedang menunggu
keputusan. 2.4 Komponen Penting dalam Jaringan VoIP
Secara umum, penghematan bandwidth
6. REGISTER : digunakan oleh client untuk
dan biaya percakapan yang murah diusahakan
mendaftarkan informasi kontak.
masih dapat memenuhi standar Quality of service
(QoS). Performansi mengacu ke tingkat kecepatan orang-perorangan. Untuk menentukan nilai MOS
dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban terdapat dua cara pengetesan yaitu, conversation
data di dalam suatu komunikasi. Performansi opinion test dan listening test. Rekomendasi nilai
merupakan kumpulan dari beberapa parameter ITU-T P.800 untuk nilai MOS adalah sebagai
besaran teknis, yaitu : berikut :
Availability, yaitu persentase hidupnya sistem Tabel 2.3 Rekomendasi ITU-T P.800 untuk nilai
atau subsistem telekomunikasi. Idealnya, kualitas berdasarkan MOS
availability harus mencapai 100 %. Nilai Nilai MOS Opini
availability yang diakui cukup baik adalah 5 sangat baik
99,9999 % (six nines), yang menunjukkan
tingkat kerusakan sebesar 2,6 detik per bulan. 4 Baik
Throughput, yaitu persentase paket yang 3 cukup baik
diterima dibandingkan dengan paket yang 2 tidak baik
dikirimkan. Header dalam paket data 1 Buruk
mengurangi nilai ini. Berikut adalah cara Metode MOS dirasakan kurang efektif untuk
menghitung nilai troughput: mengestimasi kualitas layanan suara untuk VoIP,
Packet receive hal ini dikarenakan :
Throughput = --------------------x 100 % 1. Tidak tedapat nilai yang pasti terhadap
Packet transmit parameter yang mempengaruhi kualitas
layanan suara dalam VoIP
2. Setiap orang memiliki standar yang
Packet Loss, adalah jumlah paket hilang. berbeda-beda terhadap suara yang mereka
Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer dengar dengan hanya melalui percakapan.
untuk menampung data yang diterima. Jika Dibutuhkan pendapat banyak orang untuk
terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan mengestimasi nilai MOS tersebut.
penuh, dan data baru tidak akan diterima.
Jitter, atau variasi kedatangan paket, hal ini 2.5.2 Estimasi MOS dengan Metode E-Model
diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang (ITU-T G.107)
antrian, dalam waktu pengolahan data, dan Di dalam jaringan VoIP, tingkat penurunan
juga dalam waktu penghimpunan ulang paket- kualitas yang diakibatkan oleh transmisi data
paket di akhir perjalanan jitter. memegang peranan penting terhadap kualitas suara
Rekomendasi ITU G.114 merekomendasikan yang dihasilkan. Hal yang menjadi penyebab
standar delay, bahwa ada 3 band yang ditunjukkan penurunan kualitas suara ini diantaranya adalah
oleh tabel dibawah ini : delay , paket loss dan echo. Pendekatan matematis
yang digunakan untuk menentukan kualitas suara
Tabel 2.2 Rekomendasi ITU-T G.114 untuk delay berdasarkan penyebab menurunnya kualitas suara
Range in Description dalam jaringan VoIP dimodelkan dengan E Model
Milisecon yang distandardkan kepada ITUT G.107 .
0 150 Acceptable for most user
Nilai akhir estimasi EModel disebut dengan R
msec application
faktor. R faktor didefinisikan sebagai faktor kualitas
150 400 Acceptable provided that transmisi yang dipengaruhi oleh beberapa
msec administrators are aware of the parameter seperti packet loss, dan delay. R Faktor
transmission time and its impact ini didefinisikan sebagai berikut:
on transmission quality of user R = 94,2 - Id - Ief ..............................................(2.1)
application
> 400 msec Unacceptable for general network dengan :
planning purpose, it is recoqnized Id = Faktor penurunan kualitas yang disebabkan
that in some exceptional cases this oleh pengaruh one way delay
limit will be exceeded.
Ief = Faktor penurunan kualitas yang disebabkan
2.5 Metode Pengukuran Kualitas VoIP oleh teknik kompresi dan packetloss yang
Untuk mementukan kualitas layanan suara terjadi
dalam jaringan IP dapat digunakan beberapa Nilai Id ditentukan dari persamaan berikut ini :
metode di bawah ini :
2.5.1 Mean Opinion Score (MOS) Id = 0.024 d + 0.11(d 177.3) H(d 177.3) ...(2.2)
Metode ini merupakan metode yang digunakan
Nilai Ief tergantung pada metoda kompresi
untuk menentukan kualitas suara dalam jaringan IP
yang digunakan. Untuk teknik kompresi sesuai
berdasar kepada standart ITU-T P.800. Metode ini
dengan rekomendasi G.107 nilai Ief sesuai dengan
bersifat subjektif, karena berdasarkan pendapat
persamaan berikut ini :
Ief = 7 + 30 ln (1 + 15 e).................................(2.3) R = Parameter kalibrasi yang digunakan sebagai
expresi kompleksitas dari codec untuk video &
Maka secara umum persamaan nilai estimasi R
bitrate, berkisar R(high) = 3 R(low) = 2 PLR =
Faktor menjadi :
Packet Lost Rate, yaitu paket data yang
R = 94,2 [0.024 d + 0.11(d 177.3) H(d hilangdibandingkan dengan paket data yang
177.3)] [7 + 30 ln (1 + 15 e)]............(2.4) diterima.
Dengan :
3.1 Alur perancangan sistem
R = faktor kualitas transmisi Dalam melakukan perancangan sistem
perlu dilakukan dalam beberapa tahap. Adapun
d = one way delay (milli second) tahapan tersebut adalah tahap perancanaan sistem
H= fungsi tangga ; dengan ketentuan dan tahap analisis.
H(x) = 0 jika x < 0, lainnya 3.1.1 Tahap Perancanaan dan Analisis Sistem
H(x) = 1 untuk x >= 0 Dalam melakukan perencanaan sistem yang
e = persentasi besarnya paket loss yang terjadi akan diimplementasikan dibuat suatu digram alir.
(dalam bentuk desimal) Tujuannya adalah agar proses penelitian lebih
terstruktur yang mengacu pada tujuan penelitian
Nilai R faktor mengacu kepada standar MOS , yang ingin dicapai. Alur pelaksanaan penelitian ini
hubungannya dapat dilihat pada gambar dibawah berpedoman pada Gambar 3.1. Pada Gambar 3.1
ini: akan terlihat lebih jelas flow chart tentang alur dari
R faktor Tingkat Kepuasan MOS implementasi sistem yang ingin diimplementasikan
Nilai Maksimum
100
94 Sangat Baik 4,4
dalam penelitian ini.
ITU - T G.107
90 4,3 Dalam tahap analisis, telah ditetapkan
Baik
80 4,0
skenario pengujian yang akan dilakukan. Dengan
Cukup Baik menetapkan Skenario pengujian, maka langkah
70
Kurang Baik
3,6
selanjutnya adalah evaluasi hasil implementasi
60
Buruk / berkualitas
3,1 yang didasarkan pada parameter-parameter yang
50
rendah
2,6
telah ditentukan sebelumnya. Parameter
Buruk / tidak
diperkenankan
parameter tersebut adalah delay, jitter, troughput,
0 1,0
packet los, dan bandwith. Untuk mendapatkan nilai
Gambar 2.5 Hubungan antara E Model (ITU R factor sehingga didapatkan nilai MOS (Mean
G.107) dengan MOS (ITU P.800) Opinin Score) dan MPQM (Moving Picture
Untuk mengubah estimasi dari nilai R kedalam Quality Metric). Berikut di bawah ini adalah
MOS (ITU P.800) terdapat ketentuan sebagai flowcahrt penelitian:
berikut :
1.Untuk R < 0 : MOS = 1.................(2.5)
2.Untuk R > 100 : MOS = 4.5..............(2.6)
3.Untuk 0 < R < 100 : MOS = 1 + 0.035 R + 7x10-
6
R(R-60)(100-R)............(2.7)

2.6. Metode Pengukuran Kualitas Video


Untuk menentukan kualitas gambar, digunakan
MPQM (Moving Picture Quality Metric),
berdasarkan riset yang dilakukan oleh Universitas
California Los Angeles (UCLA). Untuk
mengekspresikan kualitas dari gambar video yang
dibroadcast, dalam MPQM digunakan range nilai
antara 5 (sangat bagus) sampai 1 (jelek). Metode ini
sama dengan R-model yang biasa digunakan untuk
mengukur estimasi kualitas VOIP. Rumusan dari
MPQM sebagai berikut :

Dimana : Qr = Qe( 1 PLR )


Qr = Nilai kualitas image video , range
[PLRx100/2]
0(unusable) s/d 5(best)
Qe = Kualitas dari codec yang digunakan, harga Gambar 3.1 Flowchart penelitian
berkisar antara 3-5
3.2.3. Topologi Jaringan yang Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada
diimplementasikan LAMPIRAN A.
3.2.4.3 DesainWeb Server
Instalasi dan konfigurasi hardware dan
software pada proyek akhir ini, dijelaskan lebih
mendetail pada LAMPIRAN B.
3.2.4.4 Registrasi user secara online
Tampilan webnya dapat dilihat di
LAMPIRAN C.
3.2.4.5 Desain, Registrasi X-lite ke Asterisk
Server dan Setting Codec X-lite
Agar user dapat melakukan call setup dengan
user yang lain, syaratnya adalah ada softphone X-
lite, terdaftar dan Video dan Audio Codecnya di-
enable.
User harus mengaktifkan salah satu audio
Gambar 3.3 Topologi jaringan
codec dan video codec yang berada pada softphone
Pada gambar 3.3 menunjukkan topologi
x-lite dan user lain juga harus melakukan hal yang
jaringan secara umum. Dalam topologi juga
sama dengan audio codec dan video codec yang
menunjukkan lokasi percobaan. Pada tiap
sama agar dapat berkomunikasi dengan baik.
lokasi terdapat Access Point sebagai
Adapun cara instalasi, registrasi dan settingan
transmitter dan receiver voice dan video.
codec softphone x-lite dapat dilihat pada
Dalam topologi tersebut, menjelaskan lebih
LAMPIRAN D.
detail perangkat yang digunakan selain
3.3 Capturing dan pengukuran menggunakan
perangkat yang existing. Perangkat hardware
protokol Analyzer Wireshark
untuk Asterisk Server dan Web server serta
Pengukuran dilakukan dengan melakukan
database-nya diletakkan di gedung E. Juga
panggilan secara langsung menggunakan softphone
terdapat SIP user yang terletak di gedung E
yang sudah terinstall pada masing-masing endpoint.
lantai 1 yang terhubung secara wired dan
Selama proses komunikasi dilakukan perekaman
wireless di lantai 2. kemudian di gedung A, B,
trafik data oleh network analyzer, kemudian setelah
C, SC dan MSU adalah SIP user yang
proses pengukuran berakhir akan dilakukan proses
terhubung secara wireless.
filterisasi objek yang diukur, karena tidak hanya
3.2.4 Desain dan Konfigurasi hardware
trafik Voice dan Video saja yang terekam dalam
dan software
jaringan tersebut. Proses hubungan panggilan rata-
3.2.4.1 Setting Linux RedHat 9.0
rata dilakukan selama 20 detik. Dalam pengukuran
Asterisk IP PBX lebih bagus running di
ini dilakukan beberapa skenario. Pengujian masing
Operating System Linux. Pada proyek akhir
masing skenario dilakukan secara berulang 5
ini, digunakan Linux RedHat versi 9.0 yang
sampai 7 kali percobaan pada enam lokasi yang
masih menggunakan kernel versi 2.4. Ini
telah ditentukan. Pengukuran dilakukan dengan
adalah langkah pertama yang dilakukan.
klasifikasi perbedaan trafik pada kondisi yang
3.2.4.2 Desain dan konfigurasi Asterisk IP
berbeda yaitu pagi, siang, dan malam . Juga
PBX
berdasarkan klasifikasi arah Upstream dan
Dalam instalasi asterisk, software yang
Downstream. Hasil pengukuran disimpan dalam
dibutuhkan untuk menjalankannya selain OS
format exel. Cara capturing dan pengukuran dapat
Linux adalah file-file asterisk yang akan
dilihat pada LAMPIRAN E.
dijalankan di Linux. File-file itu antara lain:
1. Asterisk-1.2.10.tar.gz , Paket Asterisk itu
3.4 Perhitungan R Factor, MOS dan MPQM
sendiri sebagai Asterisk PBX
Hasil capturing dan pengukuran oleh
2. Libpri-1.2.3.tar.gz . Paket Libpri sebagai
Wireshark Protocol Analyzer diolah untuk dianalisis
ISDN interface
performansi dan kualitas layanan Video Call
3. Zaptel-1.2.7.tar.gz , Paket Zaptel bila kita
berbasis Protokol SIP (Session Initiation Protocol)
menggunakan card dari Digium
berdasarkan beberapa parameter yaitu delay, jitter,
4. mpg123-059r.tar.gz, Paket mpg123
packet loss, troughput dan bandwith. Ada beberapa
digunakan untuk memainkan music on
tahap dalam menentukan nilai R factor yaitu:
hold
5. Asterisk-sounds-1.2.1.tar.gz, Paket 1. Menentukan nilai Id . nilai Id sangat erat
Asterisk Sound untuk file suara. kaitannya dengan delay. Delay yang
6. Asterisk-addon1.2.3.tar.gz, Paket Asterisk digunakan delay total atau disebut one way
Addon untuk fitur- fitur tambahan. delay.persamaan matematisnya dapat dilihat
pada persamaan (2) pada BAB II
2. Menentukan nilai Ief. Nilai Ief sangat erat Coder (Processing) Delay
kaitannya dengan packet loss Persamaan Untuk G.711 :
matematis-nya dapat dilihat pada Waktu kompresi =3 x frame size + look ahead
persamaan (3) pada BAB II =3 x 0,125 ms + 0 ms= 0,375 ms
Waktu dekompresi = 10 % x waktu kompresi
3. Menentukan R factor. Nilai R faktor dapat
= 0,1 x 0,375 = 0,0375 ms
ditentukan dengan memasukkan nilai Id dan
Alorithmic delay (G.711) = 0 ms
Ief pada persamaan (1) pada BAB II.
Jadi, Coder (Processing) Delay = 0.4125 ms
Untuk mendapatkan nilai MOS berdasarkan Untuk GSM :
percobaan, dilakukan konfersi nilai R factor ke nilai Waktu kompresi = 3 x frame size + look ahead
MOS dengan ketentuan yang terdapat pada = 3 x 20 ms + 0 ms = 60 ms
persamaan (5), persamaan (6) dan persamaan (7) Waktu dekompresi= 10 % x waktu kompresi= 0,1 x
pada BAB II. 60 = 6 ms
Alorithmic delay (G.711) = 60 ms
Sedangkan untuk mendapatkan nilai MPQM,
Jadi, coder processing adalah 66 ms
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
Untuk H.263/ H263p :
(7) pada BAB II. Sehingga pada persamaan (7),
Waktu kompresi = 30 x frame size + look ahead
packet loss dikonversi ke Packet Loss Rate (PLR).
= 30 x 0,125 ms + 0 ms= 3,75 ms
Hasil Pengukuran dan Perhitungan dapat dilihat
Waktu dekompresi = 10 % x waktu kompresi
pada LAMPIRAN F.
= 0,1 x 3,75 = 0,375 ms
Jadi, Coder (Processing) Delay = 4,125 ms
4.1 Pengukuran dan Analisis Performansi Voice
dan Video call Packetization Delay
4.1.1 Pengukuran Delay Untuk mencari delay paketisasi ini terlebih
Tujuan Pengukuran dahulu harus diketahui voice payload yang
Pengukuran ini bertujuan untuk mengevaluasi dikirimkan. Dari capturing melalui network
delay satu arah pada sistem end to end hubungan analyzer didapat payload sebesar 160 bytes.
antar user. Delay atau latency adalah waktu yang Ukuran data/voice payload ini dapat dicari
diperlukan oleh suatu paket data dari source node dengan formula berikut ini :
hingga mencapai destination. Pada proyek akhir ini
akan dibandingkan antara voice call dengan 1. Codec G.711 diperoleh dari formula berikut
menggunakan teknik kompresi G.711 dan GSM ini:
untuk video codec H263 dan H263+.
Payload = 214 byte (14+ 20 + 8 + 12) byte
Hasil Pengukuran Untuk=teknik
160 bytekompresi G.711 dengan besar
payload 160 byte maka delay packetisasi adalah 20
ms.
2. Codec GSM diperoleh dari formula berikut ini :
Untuk teknik kompresi GSM full rate (13.2
Kbps), frame ratenya 20 ms, maka packetization
delay nya sebesar 20 ms. Idealnya packetization
delay nya sebesar frame rate setiap codec nya.

Namun, Data untuk delay standar packetisasi


dan depacketisasi adalah berkisar 4 6 ms.

Serialization Delay
Grafik 4.1 Hasil Pengukuran Delay network pada
Serialization delay diperoleh dengan rumus:
kondisi tertentu (ms)
Serialization delay = Packet size (Bytes) x 8
Analisis Hasil Pengukuran Link Speed (kbps)
Delay yang terukur oleh software network
protocol analyzer adalah delay network sedangkan
1. Untuk G711 :
delay yang lain merupakan standarisasi, parameter
= 214 byte x 8 / 11000 = 0.1556 ms
delay disebabkan oleh beberapa komponen delay
2. Untuk GSM :
yang secara garis besar yaitu delay coder
= 87 byte x 8 / 11000 = 0.0632ms
(processing), delay serialization,, delay
packetization, delay dejitter buffer dan delay
Delay jitter buffer
network.
Untuk nilai delay jitter buffer dianggap 20 ms
untuk masing-masing endpoint. Endpoint yang
digunakan pada proyek akhir ini adalah softphone
pada PC. 6

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil

Jitter (ms)
4

pengukuran, maka one way delay dapat diketahui 2


dengan menjumlahkan coder processing delay, 0
packetization delay, serialization delay, jitter buffer GSM_H263 Alaw_H263 Mulaw_H263 GSM_H263p Alaw_H263p Mulaw_H263p
dan network delay. Hasil perhitungan tersebut dapat Skenario (Uji codec)
dilihat pada Grafik 4.2 dan Grafik 4.3
Grafik 4.5 Jitter Upstream (ms)

5.5
5

Jitter (ms)
4.5
4
3.5
GSM_H263 Alaw_H263 Ulaw_H263 GSM_H263p Alaw_H263p Ulaw_H263p

Skenario (Uji codec)

Grafik 4.2 Delay total Upstream (ms) Grafik 4.6 Jitter Downstream (ms)

Analisis Hasil Pengukuran
Besarnya nilai jitter sangat dipengaruhi
oleh variasi beban trafik dan besarnya kongesti
(tubrukan antar paket) yang ada dalam jaringan
IP. Semakin besar beban trafik didalam
jaringan maka akan semakin besar pula
peluang terjadinya kongesti, sehingga nilai
jitter akan semakin besar.
Merujuk pada rekomendasi yang
dikeluarkan oleh CISCO, bahwa jitter yang
Grafik 4.3 Delay Total Downstream (ms) dapat ditoleransi adalah kurang dari 30 ms.
Dari hasil percobaan bahwa jitter masih
4.1.2 Pengukuran Jitter termasuk dalam rekomendasi.
Tujuan Pengukuran 4.1. 3 Pengukuran Packet Loss
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui Tujuan Pengukuran
besarnya interval waktu antar paket yang Terjadinya packet loss disebabkan oleh
dikirimkan oleh entitas originating ke destination jitter dan kongesti juga dipengaruhi oleh rute
terminal. Jika frame di transmisikan lewat jaringan jaringan yang dilewati oleh paket. Apabila
IP, tiap frame akan mengalami delay yang berbeda- pada rute yang dilewati tersebut terdapat
beda. kegagalan di media fisiknya, maka paket yang
Hasil Pengukuran melewati rute jaringan tersebut akan dibuang
Berikut adalah hasil pengukuran jitter dan terjadilah packet loss.
berdasarkan kondisi atau waktu tertentu dan Hasil pengukuran
berdasarkan kondisi upstream dan downstream
jitter.

Grafik 4.7 Hasil Pengukuran Packet Loss


Berdasarkan Kondisi tertentu
Grafik 4.8 Packet Loss Upstream
Grafik 4.11 Hasil Pengukuran Troughput Upstream

Grafik 4.9 Packet Loss Downstream Grafik 4.12 Hasil Pengukuran Troughput
Downstream
Analisis hasil pengukuran Analisis Hasil Pengukuran
Pada Grafik 4.7, 4.8 dan 4.9 Besarnya troughput pada beberapa skenario
menunjukkan bahwa pada hubungan upstream, diatas dipengaruhi oleh besarnya packet loss yang
paket yang hilang rata-rata kecil bahkan 0%, terjadi. Semakin besar packet loss, maka troughput
karena pada uplink paket voice/video yang akan semakin menurun. Besar throughput dalam
dikirimkan tidak terlalu besar, sehingga pada suatu jaringan juga sangat dipengaruhi oleh besar
saat melewati buffer sangat sedikit paket yang payload dalam paket voice / video dan bitrate dari
hilang. Sedangkan pada hubungan downlink, speech codec dan video codec yang digunakan.
paket voice/video yang dikirimkan oleh server 4.1.5 Pengukuran Call Bandwith
cenderung lebih besar, karena server harus Tujuan Pengukuran
mengirimkan paket-paket yang telah diolah ke Percobaan ini mengukur kebutuhan badwith
beberapa client. minimum per call session yang dipakai user atau
Merujuk pada rekomendasi yang yang sering disebut Nominal Ethernet Bandwith
dikeluarkan oleh ITU, bahwa packet loss yang (NEB).
masih dapat ditoleransi adalah 10 %. Dari hasil Hasil Pengukuran
percobaan menunjukkan bahwa packet loss Konfigurasi pengukuran dilakukan dengan
masih memenuhi standart. membandingkan kebutuhan bandwith.
Perbandingan kebutuhan bandwith saat Upstream
4.1.4 Pengukuran Troughput dan Downstream. Pengukuran ini dilakukan pada
Tujuan Pengukuran salah satu lokasi pengukuran.
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur paket
suara yang diterima end user destination dengan
baik tanpa error. Juga untuk mengetahui perubahan
troughput jika diterapkan pada skenario tertentu.
Hasil pengukuran

Grafik 4.13 call bandwith Upstream (Kbps)

Grafik 4.10 Hasil Pengukuran Troughput


Berdasarkan Kondisi tertentu
Grafik 4.14 Call Bandwith downstream (Kbps)

Analisis Hasil Pengukuran


Bandwith dipengaruhi oleh teknik algoritma 3. Aplikasi ini, memanfaatkan jaringan wireless
kompresi yang digunakan, codec GSM STT Telkom, sehingga sering terjadi
menggunakan algoritma kompresi RPE-LTP, perpindahan access dari satu SSID ke SSID
sedangkan codec G711Alaw dan G711Mulaw lain.
menggunakan algoritma kompresi mu-law dan A- 4. Sebaiknya digunakan network device dengan
law PCM. Dengan menggunakan algoritma ini, kecepatan transfer data yang sama. Sehingga
komsumsi bandwith untuk codec GSM lebih kecil. tidak ada penumpukan/antrian paket, untuk
4.2.2 Estimasi Parameter Hasil Pengukuran mengatasi meningkatnya delay dan jitter.
Voice 5. sering terjadi kegagalan dalam registrasi
4.2.2.1 Estimasi Pengukuran MOS Berdasarkan maupun hubungan komunikasi untuk user yang
Pengujian Jaringan berada jauh dari server. Sedangkan untuk user
Untuk menentukan nilai akhir MOS, maka yang dekat dengan server dapat dengan mudah
terlebih dahulu harus dilakukan penentuan melukan proses registrasi dan komunikasi.
parameter dalam E-Model. E-Model didefinisikan 6. Pengalokasian bandwidth tersendiri untuk
dalam standar ITU recommendation G.107. Dengan aplikasi ini dan juga pembuatan schedule call
E-Model bisa dilakukan perhitungan kualitas yang baik sehingga performansi jaringan dapat
layanan dalam jaringan packet switch. Nilai akhir diatur.
dari estimasi E-Model disebut dengan R factor. R
factor didefinisikan sebagai faktor kualitas
transmisi dari beberapa parameter yang
mempengaruhi kualitas layanan suara di dalam
jaringan.
Persamaan untuk R-factor dituliskan pada
Persamaan 2.1. dari hasil perhitungan didapatkan
bahwa R faktor sebesar yaitu 76.77628.

Konversi nilai R Factor ke dalam MOS


(ITU P.800)
Karena nilai R factor berada pada interval 1 <
R < 100 maka persamaan yang digunakan untuk
konversi nilai R factor ke dalam MOS adalah
persamaan 2.7. nilai MOS setelah dikonversi dari
R faktor yaitu 3.874286 (cukup baik).

4.2.3 Data tingkat kepuasan user terhadap


layanan video call berbasis web.
Selain secara objektif, analisa juga dilakukan
secara subjektif dengan quisioner yang dimasukkan
ke dalam web site. Setiap responden akan
melakukan pengamatan terhadap setiap layanan
video call dan menentukan tingkat kualitas dan
kepuasan terhadap aplikasi yang ditawarkan
menurut pandangan koresponden. Data quisioner /
tingkat kepuasan ini dapat dilihat pada menu
pooling website. Dari data tersebut terlihat bahwa
untuk layanan video call ini responden menyatakan
cukup baik terhadap layanan ini.

4.3 Beberapa cara perbaikan QoS dalam


implementasi video call
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kualitas jaringan dalam mendukung
aplikasi video call ini antara lain :
1. Network device yang bersifat broadcast seperti
hub diganti dengan switch sehingga tidak ada
paket yang mubazir dan memenuhi jaringan.
2. Aplikasi ini bersifat client-server sehingga
dibutuhkan server yang memiliki spesifikasi
handal, terutama untuk asterisk server dan web
server .

Anda mungkin juga menyukai