ITS Master 10042 Paper PDF
ITS Master 10042 Paper PDF
2
PI (Indeks plastisitas) 18.9 % jenuh menunjukan perlakuan yang
SL (Batas susut) 23.2 % umum yakni saat pembasahan
Gs (Berat spesifik) 2.765 (penambahan kadar air) nilai derajat
w (kadar air) 35.173 %
t (Berat volume 1.524 Kg/cm3
kejenuhannya akan meningkat dari
tanah total) Sr=65.699% (pada w=35.173%) sampai
d (Berat volume 1.127 Kg/cm3 Sr=99,488% (pada w=52.530%).
tanah kering) Demikian juga nilai tegangan air pori
e (angka pori) 1.453 negatifnya akan menurun dan angka
Sr (derajat 66.936 % porinya tidak mengalami perubahan
kejenuhan)
Kerikil 10.198 %
sehingga kondisi tanahnya menjadi tidak
Pasir 46.137 % padat, seperti pada gambar 2a dan 2b..
Lanau 21.362 % Selain hal di atas terlihat akibat
Lempung 0.128 % pembasahan juga terjadi penurunan
parameter kuat geser tanah, baik nilai
Kemudian dilakukan analisa kohesi maupun sudut geser dalam tanah.
simulasi kestabilan lereng dengan Hal tersebut dapat dilihat pada grafik
program bantu Geo-Slope. Penelitian gambar 3a dan 3b.
yang dilakukan di laboratorium antara
lain; uji sifat fisik dan mekanik dari Hubungan antar a Kadar Air dan De r ajat
Ke je nuhan
tanah dan uji permeabilitas tanah. Benda 100.00
75.00
kadar air inisial lapangan dan wsat adalah Gambar 1. Grafik hubungan antara kadar air (w)
kadar air kondisi jenuh. Pengukuran uji dengan derajat
kejenuhan (Sr) setelah mengalami pembasahan
geser langsung dengan alat direct shear
test. Simulasi lereng dihitung dengan
Hubungan antar a Kadar Air dan Te gangan
program bantu Geo-Slope, dengan Air Por i
m, 3 m,dan 5 m). Disamping itu juga Gambar 2a. Grafik hubungan antara kadar air
dibuat variasi sudut residual ( = 0o, 5o dengan tegangan air pori negatif
dan 10o)
3
Hubungan antar a Te gangan Air Pori Ne gatif dengan input data parameter tanah hasil
dan Angk a Por i
1.460 uji geser langsung, baik pada tanah
kondisi inisial maupun tanah yang
mengalami proses pembasahan. Adapun
input data parameter tanah yang
1.450 diperlukan untuk menghitung kestabilan
lereng pada program geo-slope antara
lain tingkat kepadatan tanah (t), kohesi
(c), dan sudut geser dalam (). Input data
32 15 5 3 2
1.440
program geo-slope tersebut dapat dilihat
Tegangan Air Pori (uw)
pada Tabel 2.
Gambar 2b. Grafik hubungan tegangan air pori Tabel 2 Input data program SLOPE/W
(uw) dengan angka pori (e) Kadar Berat volume Angka Cohesi Sudut
Kondisi air (w) tanah pori Derajad Geser
Hubungan antara Kadar air dan Sudut ge s e r bsh krng jenuh
(t) (d) (e) (Sr) ()
dalam
55
% gr/cm3 gr/cm3 %
50
Inisial 35.173 1.524 1.127 1.452 65.699 9.900 53.737
45 Pembshn
25 % 39.512 1.573 1.127 1.452 74.817 15.900 43.068
40 Pembshn
50 % 43.851 1.622 1.128 1.452 83.040 12.100 34.790
35
Pembshn
75 % 48.191 1.671 1.128 1.452 91.263 11.500 26.754
30
Pembshn
25
100 % 52.530 1.720 1.128 1.452 99.488 8.600 19.886
20
Berdasarkan data tanah dari hasil
15 percobaan, kemudian dihitung kestabilan
lereng dengan membuat simulasi lereng
35.173 39.512 43.851 48.191 52.530
Gambar 3a. Grafik hubungan antara sudut dengan bentuk geometri seperti pada
geser dalam dengan kadar air Gambar 4a dan 4b
Hubungan antar a Kadar Air dan Cohe s i
17
16 h1
15
14
13
h2
12
11
10
4a. Simulasi lereng dengan variasi
9
ketebalan lapisan lanau (h1 dan h2)
8
35.173 39.512 43.851 48.191 52.530
4
B, C, D, E), dan pada (simulasi B1) - Kondisi lereng yang makin curam
sudut residual 5o dan sudut kemiringan dan makin besarnya sudut residual
80o, (simulasi (B2) sudut residual 10o antara lapisan lanau akan ikut
dan sudut kemiringan 70o, seperti mendorong terjadinya longsor saat
terlihat pada tabel pada tabel 3 berikut : terjadi aliran air permukaan atau saat
Tabel 3. Faktor keamanan dari hasil simulasi hujan lebat. Hal tersebut dapat
lereng dibuktikan dengan grafik hubungan
Kode Tebal lapisan Sudut Sudut Angka
simulasi
lanau residua Lereng Keama antara angka keamanan dan
l nan kemiringan lereng dan hubungan
h1 h2 SF
A
antara angka keamanan dan besar
3 2 0 80 0.973
B 5 2 0 80 0.980 sudut residual antara lapisan lanau.
C 7 2 0 80 0.982 -
D 9 2 0 80 0.956 Grafik hubungan antara Angka keam anan dan
kem iringan lereng
E 9 3 0 80 0.975 1.800
B1 5 2 5 80 0.986 1.600
B2 5 2 10 70 0.963 1.400
Angka keamanan
1.200
Sedangkan untuk parameter tanah yang 1.000
disesuaikan dengan kondisi eksisting di 0.800
lapangan angka keamanannya sudah
0.600
menunjukan kondisi kritis dimana untuk 40o 50o 60o 70o 80o 90o
Kemiringan lereng
ketebalan lapisan lanau yang sama besar, Inisial
Pembasahan 75%
Pembasahan 25%
Pembasahan 100%
Pembasahan 50%
1.60
kemiringan lereng 60o sedangkan 1.50
simulasi G mencapai kritis saat 1.40
5
Hubungan antara angk a k e am anan dan te bal lapis an Bowles Joseph E, 1984, Sifat-Sifat
1.500 lanau (sudut lere ng 60o)
Fisis dan Geoteknis Tanah
1.400
1.300
Angka keamanan (Mekanika Tanah), Erlangga,
1.200 Jakarta
1.100
1.000
0.900 Das Braja M, 1985, Mekanika Tanah
0.800 (Prinsip-Prinsip Rekayasa
0.700
0.600
Geoteknis), Erlangga, Jakarta
3m 5m 7m 9m
Tebal lapisan lanau, h1
Inisial
Pembasahan 75%
Pembasahan 25%
Pembasahan 100%
Pembasahan 50%
Deutscher Michael S, 2000, Rainfall-
Induced Slope Failures,
- Penyelidikan tanah baik di lapangan Geotechnical Research Centre,
maupun di laboratorium menjadi Singapore
sangat penting untuk mengetahui
ketebalan lapisan tanah lanau dan Fredlund, D.G, 1940,Soil Mechanics
lapisan batuan dasarnya, mengingat for Unsaturated Soils, University
lapisan tanah yang bersifat lepas of Saskatchewan, USA
merupakan faktor terbesar yang
menyebabkan bahaya longsor pada Hardiyatmo C.H, 1994, Mekanika
lereng. Tanah, Gramedia Pustaka Utama,
- Perlu adanya sistem drainase pada Jakarta
daerah perbukitan tersebut.
Muntaha, M, 2006,Studi Perubahan
Parameter Tanah Lanau
6. DAFTAR PUSTAKA Kelempungan Akibat Proses
Pengeringan dan Pembasahan,
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil
ITS, Surabaya
6
7