BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal, yaitu proses, output per kapita dan
jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu yang
lebih bersifat dinamis, output per kapita mengaitkan aspek output total (GDP) dan aspek jumlah
penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian
dalam jangka tertentu yang didorong oleh proses intern perekonomian (self generating).
Pertumbuhan ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB)
dalam jangka panjang tanpa apakah kenaikkan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju
pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau
tidak. (Tambunan, Tulus T.H, 2003 : 39-40) Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-
faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktor-faktor
tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Terdapat banyak teori pertumbuhan ekonomi,
tetapi tidak ada satupun yang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku, karena
masing-masing teori memiliki kekhasan sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang teori
tersebut.
2.2 Penegertian Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta
terjadinya peningkatan output keseimbangan. Secara umum, kebijakan moneter memiliki
beberapa tujuan, yaitu meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
menjaga stabilitas harga, menjaga stabilitas suku bunga, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan
menjaga stabilitas pasar valuta asing. Idealnya, otoritas moneter ingin mencapai semua tujuan
tersebut, tapi pencapaian berbagai tujuan tersebut secara bersamaan adalah sangat sulit terlebih
karena antar tujuan tersebut seringkali bersifat kontradiktif (Mishkin, 1996:13; Holtemoller,
2001:3 dalam Julaihah, 2007 : 46). Adanya konflik antar berbagai tujuan kebijakan moneter
menimbulkan pemikiran baru untuk menetapkan tujuan atau sasaran tunggal berupa stabilitas
harga.
Adapun alasan pemilihan stabilitas harga sebagai sasaran tunggal, antara lain (Mishkin, 1996:13;
Holtemoller, 2001:3 dalam Julaihah, 2007 : 46):
1. Tidak adanya trade off antara pengangguran dan inflasi, alasan ini didukung dengan banyaknya
studi yang menghasilkan adanya korelasi positif antara pengangguran dan inflasi;
2. Kestabilan harga dalam jangka panjang akan mendorong tingkat pertumbuhan output yang
tinggi dan lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi;
3. Inflasi akan menurunkan kesejahteraan, jika inflasi dapat diantisipasi secara tepat maka biaya
inflasi berasal dari pemegangan uang suboptimal (shoe leather costs): kebutuhan penyesuaian
harga (menu costs); dan efek distorsi dari system pajak. Namun, jika inflasi tidak diantisipasi,
maka biaya inflasi jauh lebih tinggi. Selain terdapatnya konflik antar sasaran,
4. Otoritas moneter juga dihadapkan pada permasalahan lain, yaitu adanya time lag antara aksi
penerapan kebijakan dan hasil penerapan kebijakan. Misalkan otoritas berharap untuk mencapai
kestabilan harga, instrumen kebijakan moneter yang dimiliki oleh otoritas tidak bisa secara
langsung mempengaruhi tujuan tersebut.
Adanya permasalahan time lag tersebut, maka diperlukan sasaran operasional dan sasaran
antara. Sasaran operasional dan sasaran antara dapat dijadikan indicator apakah kebijakan yang
diterapkan berada pada jalur yang tepat dan jika terdapat kesalahan, maka otoritas dapat segera
melakukan koreksi terhadap kebijakan tersebut (Mishkin, 2001: 458).
B. Saran
Melihat hasil penelitian diatas, penulis memberikan saran yang diharapkan akan menjadi bahan
pertimbangan. Dalam mengambil kebijakan ekonomi moneter, khususnya yang bersifat
kontraktif (memainkan SBI) perlu memperhatikan kondisi perekonomian. Karena hal itu dapat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun dan dapat memicu inflasi. Selain itu perlu
dipertimbangkan juga efektifitas kebijakan yang akan ditentukan benar-benar dapat menjadi
lokomotif pertumbuhan ekonomi Nasional.
Daftar Pustaka