Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

DISUSUN OLEH:
OLGA ADHITYA
406162032

Dokter Pembimbing:
Dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp.KK
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Alamat : Tamansari , DKI Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Sudah menikah
Agama : Islam

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Maret 2017 pukul 10.00 WIB
Keluhan Utama : Gatal lutut kanan dan dibawah lutut kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien perempuan berumur 45 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
dengan keluhan utama gatal di lutut kanan dan di bawah lutut kiri. Gatal dirasakan terus-
menerus, terutama jika pasien sedang bersantai atau mengalami stress. Gatal baru terasa
mulai menghilang jika pasien menggaruknya sampai terasa perih. Gatal selalu terdapat
didaerah yang sama dan tidak terdapat didaerah lain. Tidak ada riwayat demam. Keluhan
ini sudah berulang kali diperiksakan dan diobati oleh pasien. Setelah mendapat
pengobatan maka keluhan membaik, namun keluhan kembali timbul ketika obat sudah
habis. Pasien menggunakan sabun Lux.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami hal ini sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat asma, alergi makanan,
alergi obat dan alergi lainnya disangkal. Riwayat diabetes mellitus dan hipertensi
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien tidak mengetahui apakah terdapat anggota keluarga atau orang sekitar yang
mengalami hal serupa.

C. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : Normal
Nadi : 90 kali/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 16 kali/menit
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 160 cm

D. STATUS DERMATOLOGIKUS
Regio : lutut kanan dan di bawah lutut kiri
Distribusi : lokalisata
Efloresensi primer : plak
Warna : eritematosa
Ukuran : plakat
Jumlah : multiple
Efloresensi Sekunder : skuama kasar dan likenifikasi
Konfigurasi :-
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

F. RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berumur 45 tahun dengan keluhan utama
gatal di lutut kanan dan dibawah lutut kiri. Gatal dirasakan terus-menerus, terutama jika
pasien sedang bersantai atau mengalami stres. Gatal baru terasa mulai menghilang jika
pasien menggaruknya sampai terasa perih. Gatal selalu terdapat didaerah yang sama dan
tidak terdapat didaerah lain. Keluhan ini sudah berulang kali diperiksakan dan diobati
oleh pasien. Setelah mendapat pengobatan maka keluhan membaik, namun keluhan
kembali timbul ketika obat sudah habis. Status dermatologikusnya adalah pada lutut
kanan dan dibawah lutut kiri terdapat plak eritematosa soliter berukuran plakat berbentuk
ireguler berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama putih kasar diatasnya.

G. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Neurodermatitis sirkumskripta
Diagnosis Banding : Dermatitis numularis kronik
H. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
b. Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal
c. Istirahat yang cukup
d. Hindari stress psikologis
e. Menjaga kebersihan kulit dengan mandi
f. Hindari dari gigitan serangga
2. Medikamentosa
Sistemik:
Chlorpeniramine maleat (CTM) 4 mg tablet 1x1
Topikal:
Clobetasol propionate cream 0,05%

I. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad Sanationam : dubia et malam
Ad Kosmetikam : dubia et malam
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sinonim
Nama lain dari neurodermatitis sirkumskripta adalah liken simpleks kronikus, istilah
yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu disebut pula liken Vidal.1
B. Pendahuluan
Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai dengan
kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus
memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan
prurigo nodularis.1 Hipotesis mengenai pruritus dapat karena adanya penyakit yang
mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, diabetes melitus,
penyakit kulit yang mendasari seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan
serangga dan aspek psikologik dengan tekanan emosi. Keluhan penderita biasanya adalah
rasa gatal yang amat sangat dan dapat mengganggu tidur. Rasa gatal tidak terus menerus
bila muncul sangat sulit untuk menahan keinginan untuk menggaruk. Penderita merasa
enak setelah digaruk hingga luka setelah rasa gatal hilang digantikan dengan rasa nyeri.2

C. Epidemiologi
Insiden neurodermatitis lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Penyakit ini
sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun. Pasien dengan
koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata
19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).3,4

D. Etiopatogenesis
Etiologi pasti neurodermatitis belum diketahui, namun pruritus memainkan peran
sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis.
Pruritus sendiri dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lainnya yang mendasari seperti
gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidisme,
hipotiroidisme, AIDS, hepaitis B dan C, dermatitis atopik, dermatitis kontak, serta gigitan
serangga. Faktor psikologi diasosiasikan dengan neurodermatitis, namun belum jelas
apakah faktor emosional timbul sekunder terhadap penyakit ini atau primer dan kausatif.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi gatal antara lain panas, keringat, dan iritasi.
Gatal sendiri timbul akibat adanya pelepasan mediator inflamasi dan aktivitas enzim
proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya proses inflamasi pada kulit, yang
menyebabkan penderita sering menggaruk lesi yang terbentuk. Proses inflamasi yang
berkepanjangan akan menyebabkan penebalan kulit, dimana penebalan kulit ini sendiri
menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang penggarukkan yang akan semakin
mempertebal kulit. Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenifikasi. Contohnya
adalah kulit yang cenderung ekzematosa, seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi.1,4,5,6

E. Gejala Klinis
Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur.
Gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, dan bila muncul
sulit ditahan, bahkan harus digaruk sampai luka, baru hilang gatalnya untuk sementara.
Lesi biasanya tunggal, tetapi dapat pula lebih dari satu. Lokasi yang biasa di tengkuk, sisi
leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, skalp, paha bagian medial, lengan bagian
ekstensor, skrotum dan vulva. Pada stadium awal kelainan kulit berupa eritema dan
edema atau kelompokan papul. Selanjutnya karena garukan yang berulang-ulang, bagian
tebal menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Ukuran lesi
lentikular sampai plakat, bentuk umumnya lonjong.1
Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronikus. Menggosok dan
menggaruk mungkin disengaja dengan tujuan menggantikan sensasi gatal dan nyeri, atau
dapat secara tidak sengaja yang terjadi pada waktu tidur.Keparahan gatal dapat
diperburuk dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga dapat bertambah
parah pada saat terjadi stress psikologis.1,4
Pada neurodermatitis, penggosokan dan penggarukan yang berulang menyebabkan
terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit semakin terlihat) plak
yang berbatas tegas dengan ekskoriasi, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema
menghilang. Bagian tengah berskuama dan menebal, sekitarnya hiperpigmentasi, batas
dengan kulit normal tidak jelas. Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak
eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian
tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan eskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi,
batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan
lamanya lesi. Daerah yang terjadi likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman
bila digaruk sehingga terkadang pasien tidak menyadari menggaruk dan menjadi
kebiasaan.3,7
Letak lesi bisa timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp,
tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki. Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada
wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya
skuamanya banyak menyerupai psoriasis.3

Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau
korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus
berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun
menjadi keras dan berwarna lebih gelap. Lesi biasanya multiple, lokalisasi tersering di
ekstremitas; berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm.1

F. Histopatologi
Gambaran histopatologik neurodermatitis berupa ortokeratosis, hipergranulosis,
akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan
histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen
menebal. Pada prurigo nodularis, akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol
lebih tinggi dari permukaan, sel Schwann berproliferasi, dab terlihat hiperplasi neural.
Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.1

G. Diagnosis
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis. Diagnosis
banding yang dapat timbul adalah penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus,
misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.1,5

H. Diagnosis Banding
Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :
a. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh bahan
kimia yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik, pada
kasus penderita umumnya mengeluh gatal pad daerah pajanan. Kelainan kulit
tergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritematous yang berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema,
papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi. Pada fase kronik kulit terlihat kering, skuama, papul,
likenifikasi, fisura, berbatas tidak tegas.1

b. Plak psoriasis
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan
karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan,skuama
yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner. Lokasi terbanyak ditemukan didaerah ekstensor. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa telah mendapatkan bahwa
penyakit ini bersifat autoimun, dan residif.4

c. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik merupakan gangguan papuloskuamosa yang terdapat pada
daerah kaya sebum seperti kulit kepala, wajah dan punggung. Dermatitis ini
berhubungan dengan malassezia, abnormalitas imunologis, dan aktivasi dari
komplemen. Berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea. Biasa terjadi
pada bayi umur bulan pertama dan mencapai puncak pada umur 18-40 tahun.
Kelainan kulit terdiri atas eritema dam skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas.1

d. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna
kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering ditemukan
pada permukaan fleksor dari ekstremitas, genitalia dan membrane mukus. Mirip
dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul
yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah
biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Gambaran histopatologi: papul
menunjukkan penebalan lapisan granuloma, degenrasi mencair membrane basal
dan sel basal. Dapat pula ditemukan infiltrate seperti pita yang terdiri dari limfosit
dan histiosit pada lapisan dermis bagian atas.1,4

e. Dermatitis atopi
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering terjadi
selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan kadar
IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa
plak papuler, eritematosa, dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal. Lokasi
dermatitis atopik pada lipat siku dan lipat lutut (fleksor) hilang pada usia 2 tahun,
pada neurodermatitis sirkumskripta pada siku dan punggung kaki (ekstensor) dan
berlanjut sampai tua.4

f. Tinea corporis
Kelainan kulit yang berbatas tegas, dengan pinggir aktif dan bagian tengah
relative tenang.2

I. Penatalaksanaan
Perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin menghindari menggaruk lesi
larena garukan akan memperburuk penyakitnya. Lingkaran setan dari gatal-garuk
likenifikasi harus dihentikan. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan:
a. Antihistamin dengan efek sedatif, contohnya hidroksizin, difenhidramin,
prometazin. Antihistamin topikal yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5%
jangka pendek (maksimal 8 hari)
b. Kortikosteroid potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Kortikosteroid memiliki
efek anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik, serta vasokonstriktor.
Contoh kortikosteroid topikal super poten (golongan I) yaitu betamethasone
dipropionate 0.05% serta clobetasol propionate 0.05%. Contoh kortikosteroid
potensi tinggi (golongan II) yaitu mometasone furoate 0.01%, desoximetasone
0.05%. Kortikosteroid topikal dipakai 2-3 kali sehari, tidak lebih dari 2 minggu
untuk potensi kuat. Apabila tidak berhasil, diberikan secara suntikan intralesi 1
mg, contohnya triamsinolon asetonid.
c. UVB (Ultraviolet B) atau PUVA (Psoralen Ultraviolet A).1,4

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA. Dermatitis.Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta:FKUI. 2015. p.183-5
2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. EGC. Jakarta
2005.p. 129-130
3. Hogan DJ,Et al.Lichen simplex chronicus. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#a6 .Accesed on 4 April
2017.
4. Soter NA. Numular Eczema and Lichen Simpleks Chronicus/Prurigo Nodularis
in: Freedberg IM, Eizen AZ, Wollf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, eds.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York : Mc. Graw
Hill; 2003. p. 158-162.
5. Harahap, M. Liken Simplek Kronik in Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. 2000.
Jakarta. p 16-7
6. Mansjoer, Arief. dkk. Neurodermatitis Sirkumskripta in Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius. 2000. Jakarta. p 3, 89
7. Rajalakshmi R, Thappa DM, Jaisankar TJ, et al. 2011. Lichen simplexchronicus of
anogenital region: Aclinico-etiological study. Indian J Dermat ol Venereol Leprol Jan-Feb; 77(1)
: p 28-36.

Anda mungkin juga menyukai