Sitokin adalah suatu glikoprotein yang berasal dari sel T helper, sel natural
killer (NK) dan makrofag, yang berperan penting pada respon tubuh melawan
infeksi malaria. Sel T helper terdiri dari dua subset yang masing-masing
menghasilkan sitokin pengatur perbedaan fungsi imun efektor dan bereaksi satu
sama lain. Sel T helper tipe 1 (Th-1) menghasilkan IFN- (interferon gama), IL-2
(interleukin-2) dan TNF- (tumor necrosis factor alfa). Sitokin ini mengaktifkan
makrofag, untuk membentuk sitokin pro inflamasi seperti TNF-, IL-1 dan IL-6
dan menginduksi mekanisme imun efektor sitotoksik dari makrofag. Sebaliknya,
sel T helper tipe 2 (Th-2) menghasilkan IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13. Sitokin ini
menginduksi pembentukan antibodi tetapi juga menghambat fungsi makrofag dan
disebut sitokin anti inflamasi.
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
Keterangan Gambar 2 :
1) Siklus Hidup pada Manusia
a) Sporozoit melalui gigitan nyamuk anopheles betina masuk ke
jaringan sub kutan lalu beredar dalam darah menuju hepar dan
menyerang sel hepar.
b) Parasit berkembang biak dan setelah 1-2 minggu skizon pecah
dan melepasakan merozoit yang lalu masuk aliran darah untuk
menginfeksi eritrosit.
c) Dalam eritrosit, merozoit berkembang menjadi skizon yang pecah
untuk melepaskan merozoit yang punya kemampuan menginfeksi
sel eritrosit baru. Proses perkembangan aseksual ini disebut
skizogoni.
d) Selanjutnya, setelah 48 jam eritrosit yang terinfeksi (skizon)
pecah dan 6 - 36 merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah
merah lainnya. Siklus ini disebut siklus erirositer.
e) Setelah 2-3 minggu siklus skizogoni darah, sebagian merozoit
yang menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual
(gamet jantan dan betina).
2) Siklus Hidup pada Nyamuk
a) Nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit pembuahan menjadi zigot.
b) Zigot akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus
dinding lambung nyamuk.
c) Pada dinding luar lambung nyamuk, ookinet akan menjadi ookista
dan selanjutnya mengeluarkan sporozoit.
d) Sporozoit bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
a. Teori Mekanis
1) Sitoadherens
Plasmodium falciparum merupakan satu-satunya spesies
yang dapat menginduksi sitoadherens ke endotelium vaskular
eritrosit yang mengandung parasit matur. Sebagai parasit matur,
protein parasit dibawa dan dimasukkan ke membran eritosit.
Sitoadherens menyebabkan penyerapan eritrosit berparasit pada
mikrosirkulasi, terutama kapiler dan post kapiler venula.
b. Teori Toksik
c. Teori Permeabilitas
a. Meningitis
Untuk membedakan meningitis bakterial dan malaria cerebral
diperlukan hasil dari pemeriksaan laboratorium, diantaranya penemuan
plasmodium pada apusan darah, hitung leukosit pada CSS, kultur darah
dan CSS, serta tes antigen bakteri pada CSS (berkley, mwang,
mellington, mwarumba and marsh, 1999; Endang, 1992).
b. Tifoid ensefalopati
c. Tetanus
2.8 PENATALAKSANAAN
Ha 14 10 > 15
0- 1 2 11 59
ri 14
Dosis tunggal tahu tahu
bulan bulan tahun
n tahun n
Artesunate 1 2 3 4
1 Amodiakuin 1 2 3 4
Primakuin -- -- 1 2 2-3
Artesunate 1 2 3 4
2
Amodiakuin 1 2 3 4
Artesunate 1 2 3 4
3
Amodiakuin 1 2 3 4
b. Pengobatan Lini 2
3 x 10
Kina mg/kg 3x 3x1 3 x 1 3 x (2-3)
BB
1
Doksisiklin -- -- -- 2 x 50mg 2 x 100mg
Primakuin -- 1 2 2-3
3 x 10
Kina mg/kg 3x 3x1 3 x 1 3x2
2-
BB
3
4x4
Dosis Tetrasiklin -- -- -- 4 x 250 mg
mg/kg BB
2 x 10 2 x 10
Dosis Clindamycin -- -- --
mg/kg BB mg/kg BB
2.9 PENCEGAHAN
a. Pemberian obat anti malaria secara teratur pada anak tiap jadwal
vaksinasi rutin untuk mencegah komplikasi malaria dan anemia.
2.10 KOMPLIKASI
a. Kecacatan
Saat ini, para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk
malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat, kini sedang diuji coba
klinis dengan menggunakan sukarelawan untuk keamanan dan keefektifannya.
Sementara itu, ahli lainnya sedang berupaya untuk menemukan vaksin untuk
penggunaan umum. Riset pun sedang dilakukan untuk menemukan sejumlah obat
dengan bahan dasar artemisin yang digunakan ahli obat-obatan Cina untuk
menyembuhkan demam. Bahan itu terbukti efektif terhadap plasmodium
falciparum, tapi masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya (Anon, 2007).
Metode yang diterapkan oleh Rowland tersebut disambut dengan baik oleh
WHO (World Health Organisation) yang kemudian mengusulkan agar metode
Rowland tersebut diterapkan di Negara Negara Asia Tropis. Namun, metode
Rowland tersebut hanya tepat digunakan pada jenis nyamuk yang menyukai
binatang dan menghisap darah sapi. Rowland mengatakan bahwa metodenya
mungkin tidak dapat diterapkan di Afrika karena jenis nyamuknya berbeda.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1. Kasus malaria serebral yang merupakan infeksi Plasmodium
falciparum masih sangat jarang ditemukan. Hal ini disebabkan karena
keterlambatan penanganan malaria berat.
2. Malaria serebral merupakan malaria kasus berat yang ditandai dengan
penurunan kesadaran, dimana tingkat mortalitasnya tinggi pada anak
anak.
3. Perkembangan terapi malaria serebral sampai sekarang mengalami
perbaikan, dimana terapi ACT (Artemisin Combination Therapy) yang
diberikan pada penderita malaria serebral terbukti efektif terhadap
Plasmodium falciparum.
4.2 SARAN
Error! Bookmark not defined.. 2010. Biology: Malaria. [Online] Available at:
HYPERLINK www.cdc.gov www.cdc.gov [Accessed 28 September
2010]
Paul N. Harijanto. 2007. Malaria dalam: Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III
ed IV. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 1732-43
Suparman, Eddy. 2005. Malaria pada Kehamilan. [Online] Available at:
HYPERLINK www.kalbe.co.id www.kalbe.co.id [Accessed 30 September
2010]