Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FITOKIMIA

PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP AKTIVITAS


PENANGKAL RADIKAL BEBAS EKSTRAK METANOL KULIT BIJI
PINANG YAKI (Areca vestiaria Giseke)
DENGAN METODE MASERASI DAN SOHXLETASI DAN PERKOLASI

Dosen Pembimbing : Choirul Huda S.Farm.,Apt

DISUSUN OLEH

Aafif Amirul Amin 1413206011

S1- FARMASI

STIKES KARYA PUTRA BANGSA


TULUNGAGUNG

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan karuniaNya
penyusunan Makalah yang bejudul Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivtas
Penangkal Radikal Bebas Ekstrak Metanol Kulit Biji Pinang Yaki (Areca vestiaria
Giseke) Dengan Metode Maserasi Soxhetasi dan Perkolasi ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
FITOKIMIA. Penyusunan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak terkait.
Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Allah S.W.T. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tak akan pernah terhitung,
2. Bapak Choirul Huda S.Farm.,Apt Selaku Dosen Mata Kuliah Fitokimia yang telah
meluangkan waktu, bimbingan, dan pengarahan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.

Kami sadari dalam penyusunan Makalah ini masih banyak sekali kekurangannya,
untuk itu saran dan kritik yang sifatnya mendukung sangat kami harapkan dari para
pembaca, guna memperbaiki kesempurnaan Makalah ini agar lebih baik lagi untuk
kedepannya.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga
dorongan dan restu kita semua mendapatkan balasan dari Allah S.W.T.

Tulungagung, 19 April 2016

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA

Halaman Juduli

Kata pengantar...ii

Daftar isi.iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah..2

1.3 Tujuan2

BAB II ISI

2.1 Dasar Teori3


2.2 Metode Ekstraksi Senyawa4

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat Bahan8

3.2 Metode...8

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN....12

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan..14

5.2 Saran14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik)
dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi
potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan
berkasiat obat. Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai
jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun
pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional
akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat
daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi
seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih
mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat
ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah
(Sulianti et al, 2005).
Pinang yaki (Areca vestiaria Giseke) merupakan salah satu tanaman hias. Di
Sulawesi Utara tanaman tersebut selain tumbuh di kawasan Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone pinang yaki juga tumbuh di cagar alam gunung Ambang kabupaten Bolaang
Mongondow, cagar alam gunung Tangkoko dua saudara, di lereng gunung Soputan dan
gunung Mahawu kabupaten Minahasa. Tanaman pinang yaki tersebut oleh masyarakat di
Bolaang Mongondow digunakan sebagai obat untuk penyakit diabetes dan juga dipakai
sebagai obat kontrasepsi (Simbala, 2007).
Antioksidan merupakan senyawa yang mendonasikan satu atau lebih elektron kepada
senyawa oksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih
stabil. Antioksidan dapat mengeliminasi senyawa radikal bebas di dalam tubuh sehingga
tidak menginduksi suatu penyakit (Kikuzaki dkk., 2002). Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui adanya pengaruh metode ekstraksi terhadap aktivitas penangkal radikal
bebas ekstrak metanol pinang yaki.

1
Tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang menjadi suatu
disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia
tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatiaanya ialah aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pinang yaki dan metode apa yang digunakan ?
2. Bagaimana prinsip kerja dari masing-masing metode ?
3. Bagaimana metodologi dari Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivtas Penangkal
Radikal Bebas Ekstrak Metanol Kulit Biji Pinang Yaki (Areca vestiaria Giseke) ?
4. Bagaiamana perbandingan hasil dari ketiga metode tersebut ?

1.3 Tujuan
Agar dapat memahami dan mengetahui Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivtas
Penangkal Radikal Bebas Ekstrak Metanol Kulit Biji Pinang Yaki (Areca vestiaria
Giseke) dengang metode maserasi sohxletasi dan perkolasi

2
BAB II

Dasar Teori

2.1 Pengantar Teori


Pinang merah adalah sebutan umum bagi jenis palem hias yang memiliki kelopak
berwarna merah atau kemerahan. Nama ini sebetulnya diberikan kepada Areca vestiaria
Giseke, namun ternyata digunakan juga untuk palem merah (Cyrtostachys lakka Becc)
Areca vestiaria Giseke adalah sejenis pinang yang berasal dari Sulawesi Utara namun
ditemukan pula di pulau-pulau di bagian utara Maluku Utara. Palem ini disebut juga
pinang monyet/yaki oleh masyarakat setempat.

1. Klasifikasitanaman pinang yaki

Tanaman pinang yaki dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Areca

Spesies : A. vestiaria

Namabinomial : Areca vestiaria Giseke

3
3. Morfologi tanaman pinang yaki
a) Batang lurus langsing, dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter lk 15
cm, meski ada pula yang lebih besar. Tajuk tidak rimbun.
b) Pelepah daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek;
helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan ujung
sobek dan bergerigi.
c) Tongkol bunga dengan seludang (spatha) yang panjang dan mudah rontok,
muncul dibawah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan tangkai pendek
bercabang rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, dengan 1 bunga
betina pada pangkal, di atasnya dengan banyak bunga jantan tersusun dalam 2
baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning;
benang sari 6. Bunga betina panjang lebih kurang 1,5 cm, hijau; bakal buah
beruang 1.
d) Buah buni bulat telur terbalik memanjang, merah oranye, panjang 3,5 7 cm,
dengan dinding buah yang berserabut. Biji 1 berbentuk telur, dan memiliki
gambaran seperti jala.[2]
2.2 Metode Ekstraksi Senyawa
Serbuk kulit biji pinang yaki sebanyak 100 g direndam dengan petroleum eter
terlebih dahulu selama 24 jam. Sampel disaring dan residu di ekstraksi secara maserasi,
perkolasi dan sokletasi.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang
terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Wilda,
2013).

4
Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration berasal
dari bahasa laitin macere, yang artiya merendam jadi. Jadi masserasi dapat diartikan
sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam
dalam mesntrum sampai meresap dan melunakan susunan sel, sehingga zat-zat yang
mudah larut akan melarut (ansel, 1989).

Ekstrak adalah sediaan cair yang dibuat deangan cara m

yaitu direngekstraksi bahan nabati yaitu direndam

menggunakan pelarut bukan air (non polar) atau setengah

air , misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu

sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian

(Depkes RI,1995)

Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan
atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel
tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan
panas (Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,2012).
Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan.

Soxhletasi
Soxhlet adalah alat yang digunakan untuk ekstraksi (metode untuk
mendapatkan senyawa dari sistem campuran) padat-cair atau memisahkan suatu
komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair.

5
Soxhletasi adalah suatu metode
pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam sampel padat
dengan cara penyarian berulang
ulang dengan pelarut yang sama,
sehingga semua komponen yang
diinginkan dalam sampel
terisolasi dengan sempurna.
Pelarut yang digunakan ada 2
jenis, yaitu heksana ( C6H14 )
untuk sampel kering dan metanol
(CH3OH ) untuk sampel basah.
Jadi, pelarut yang dugunakan
tergantung dari sampel alam yang
digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah
pengekstrakan berulang ulang ( continous extraction) dari sampel pelarut.
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan
dalam kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi
dari gelas yang bekerja kontinyu (perkulator). Wadah gelas yang mengandung kantung
ndiletakkan diantar labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan
dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan
mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang berkodensasi didalamnya.
Menetes ketas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi.
Larutan berkumpul didalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya,
secara otomatis dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi
terakumulasi melaui penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995)

6
Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada
perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik
dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan
adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih
rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Dan juga karena
ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara
perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari
dengan pemanasan pada reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi
dilakukan dengan cara sinplisia dibagi dalam beberapa percolator.
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan
dalam kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat
ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu (perkulator). Wadah gelas yang
mengandung kantung ndiletakkan diantar labu penyulingan dengan pendingin aliran
balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut
yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang
berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar
bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul didalam wadah gelas dan setelah
mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan kedalam labu. Dengan
demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melaui penguapan bahan pelarut murni
berikutnya (Voight, 1995)

7
BAB III
METODOLOGI
a. Alat & Bahan
Bahan yang digunakan: kulit biji pinang yaki yang diambil dari gunung
Mahawu (Tomohon, Sulawesi Utara). Bahan kimia yang digunakan berkualifikasi
pro analisis seperti metanol, petroteleum eter, DPPH (1,1 diphenyl-2-
pikrilhidrazil), kertas saring Whattman no.1

Alat-alat yang digunakan adalah alat- alat gelas (pyrex), blender (Katomo),
alat soklet (pyrex), alat perkolator (modifikasi), oven (Memmeth), vortex (K VM-
300), timbangan analitik (AND ER-180), evaporator(EYELAW-1000),
spektrofotometer UV-Vis Milton Roy 501.

b. Metode
o Preparasi sampel
Sampel yang digunakan adalah kulit biji pinang yaki, dicuci dan dipotong-
potong kecil kemudian dikeringanginkan selama 4 hari kemudian sampel
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40C. Setelah kering sampel
dihaluskan sampai berbentuk serbuk.

o Ekstraksi Sampel
Serbuk kulit biji pinang yaki sebanyak 100 g direndam dengan petroleum eter
terlebih dahulu selama 24 jam. Sampel disaring dan residu di ekstraksi secara
maserasi, perkolasi dan sokletasi.

o Uji Kadar Air (Modifikasi AOAC, 1999)


Cawan kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C dan kemudian
didinginkan dalam desikator.Setelah dingin berat cawan ditimbang.
Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan dimasukkan dalam cawan kosong tadi.
Cawan yang berisi sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 105 0C selama

8
3 jam. Setelah kering, didinginkan dalam desikator. Ditimbang kembali cawan
yang berisi sampel. Kadar air dihitung berdasarkan persamaan sebagai
berikut:

% Kadar air = 100%

o Maserasi
Sebanyak 30 g serbuk kulit biji yang sudah terendam dengan petroleum eter
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer
250 mL, kemudian ditambahkan pelarut metanol sebanyak 100 ml lalu
didiamkan selama 24 jam. Sampel disaring dan filtrat yang diperoleh
ditampung. Sementara itu residu hasil penyaringan diekstraksi lagi seperti cara
sebelumnya. Filtrat yang diperoleh dievaporasi menggunakan evaporator pada
suhu 50C sampai diperoleh ekstrak pekat.

o Sohxletasi
sebanyak 30g serbuk kulit biji pinang yaki yang sudah terendam petroleum
eter dibungkus dengan kertas saring dan diikat kemudian dimasukkan ke
dalam ekstraktor sohxlet, Pelarut metanol sebanyak 400ml dimasukkan ke
dalam labu alas bulat. Kemudian alat sohxlet diangkat dengan kondensor.
Ekstraksi dilakukan sekitar 10 jam hingga cairan tidak berwarna. Ekstrak yang
didapat dievaporasi menggunakan evaporator pada suhu 50C sampai
diperoleh ekstrak pekat.

o Perkolasi
Sebanyak 30 g serbuk kulit biji yang sudah terendam dengan petroleum eter
dimasukkan dalam alat perkolator, kemudian pelarut metanol sebanyak 100
mL dialirkan dari atas menuju ke bawah. Ekstraksi dilakukan selama 3 jam.
Filtrat yang diperoleh dievaporasi menggunakan evaporator pada suhu 50oC
sampai diperoleh ekstrak pekat.

9
o Penentuan Aktivitas Penangkal Radikal Bebas
Ekstrak pekat dari hasil ekstraksi dengan cara maserasi, sokletasi dan
perkolasi dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 50 dan 100 mg/L.
Larutan ekstrak yang telah dibuat masing-masing diambil 2,5 ml dan
direaksikan dengan 0,5 ml larutan DPPH. Campuran tersebut
kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit dan di ukur
absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 517 nm. Absorbansi dari larutan blanko juga diukur untuk
melakukan perhitungan persen inhibisi. Larutan blanko dibuat dengan
mereaksikan 2,5 ml pelarut metanol dengan 0,5 ml larutan DPPH dalam
tabung reaksi. Setelah itu, aktivitas antioksidan dari masing-masing
dinyatakan dengan persen inhibisi yang dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:


% Inhibition = x100%

o Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program statistika SPSS
versi 20.

Penentuan Fitokimia
a.Penentuan Total Fenolik
Sampel sebanyak 0,1 mL ekstrak kulit biji pinang yaki dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 0,1 mL Larutan Folin-Ciocalteu reagen 50%
kemudian divortex selama 1 menit. Larutan tersebut ditambahkan 2 mL
Larutan Na2CO3 2%. Campuran diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi
larutan, ditentukan menggunakan Spektrofotometer pada panjang gelombang
750 nm. Keberadaan flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru
(Jeong dkk., 2012).

10
b.Penentuan Total Flavonoid
Sampel sebanyak 0,1 mL ekstrak kulit biji pinang yaki dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 2 mL Larutan AlCl3 kemudian divortex selama 1
menit. Campuran diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi larutan ditentukan
menggunakan Spektrofotometer pada panjang gelombang 415 nm.
Keberadaan flavonoid ditunjukkan dengan terbentukya warna bening (Meda
dkk., 2005).
c.Penentuan Total Tanin
Sampel sebanyak 0,1 mL ekstrak kulit biji pinang yaki dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 3 mL Vanilin 4% (b/v) kemudian divortex selama
1 menit. Larutan tersebut ditambahkan 1,5 mL Larutan HCl pekat. Campuran
diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi larutan ditentukan menggunakan
Spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Keberadaan flavonoid
ditunjukkan dengan terbentuk warna ungu (Julkenen-Titto, 1985).

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil rendemen ekstrak dari ketiga metode ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 1
di bawah ini :
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Kulit Biji Pinang Yaki (Areca vesitiaria Gseke)
NO. EKSTRAKSI BERAT Volume Ekstrak Rendemen warna Rata-rata
SIMPLISIA (g) (ml) kental (g) (%)

1 MASERASI 30 100 0,77 3,3 Coklat 9,34


2 SOHXLETASI 30 100 1,17 3,9 Coklat 9,57
kemerahan
3 PERKOLASI 30 100 0,33 1,1 Coklat 9,86
kekuningan
Keterangan : Data merupakan rerata dari tiga kali pengulangan

Tabel 1 menunjukkan bahwa rendemen tertinggi terdapat pada cara sokletasi. Hal
tersebut disebabkan karena pemanasan dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak larut dalam suhu kamar, sehingga aktivitas
penarikan senyawa lebih maksimal (Harbone, 1996).

Kadar Air
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanannya dan merupakan cara penanganan terbaik bagi suatu bahan untuk
menghindari pengaruh aktivitas mikroba. Kandungan atau kadar air dari serbuk kulit iji
pinang yaki dilakukan dengan 3 kali pengulangan dan didapatkan hasil rata-rata yaitu
9,59 %, hal ini dikarenakan proses preparasi sampel tidak mengalami proses pemanasan
dengan sinar matahari.

Aktivitas Penangkal Radikal Bebas Ekstrak Kulit Biji Pinang Yaki Dengan
MetodeDPPH
Hasil pengujian persen inhibisi dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

12
Gambar 1. Data Persentase Penangkal Radikal Bebas Ekstrak Metanol Kulit Biji Pinang
Yaki (Keterangan : Data merupakan rerata dari dua kali pengulangan. Simbol yang sama
menyatakan tidak terdapat beda nyata antar perlakuan (p>0.05)
Gambar 1 menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi zat uji maka nilai persen
penghambatnya juga semakin meningkat. Pada konsentrasi tinggi yaitu 100 mg/L dan 50
mg/L ekstrak metanol kulit biji pinang yaki dengan metode ekstraksi sokletasi
menunjukkanpersen penghambatan lebih tinggi dibandingkan dengan metode maserasi dan
perkolasi.
Penentuan Fitokimia
Hasil penentuan fitokimia dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. :
Tabel 2. Data hasil uji fitokimia pada ekstrak kulit biji pinang yaki
Ekstrak Uji kandungan total
Fenolik (mg/kg) Flavonoid (mg/kg) Tanin (mg/kg)
Ekstrak kulit biji 32,65 2,57 11,24
Keterangan : Data merupakan rerata dari dua kali pengulangan

Berdasarkan data pada Tabel 2 ekstrak kulit biji pinang yaki memiliki kandungan
fenolik yang cukup tinggi. Pada ekstrak kulit biji pinang yaki kandungan fenolik tertinggi
dibandingkan kandungan flavonoid dan tannin. Suhu pada proses sokletasi mempengaruhi
jumlah fenolik yang ditarik. Semakin tinggi suhu ekstraksi, maka kelarutan senyawa fenolik
semakin meningkat (Santos-Buelga dan Williamson, 2003). Pada ekstrak kulit biji pinang yaki
kandungan flavonoidnya sangat rendah,hal ini dikarenakan proses pemanasan.
Pengurangan kadar flavonoid ini disebabkan karena adanya proses oksidasid.

13
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, metode ekstraksi berpengaruh terhadap
aktivitas penangkal radikal bebas. Metode sokletasi memiliki aktivitas penangkal radikal
bebas yang tinggi pada konsentrasi 50 mg/L (85,165%) dan 100 mg/L (92,310%)
dibandingkan dengan metode ekstraksi maserasi serta perkolasi.
3.2 Saran
Dalam pengujian pengaruh metode ekstraksi terhadap aktivitas penangkal radikal bebas
ekstrak metanol kulit biji pinang yaki (Areca vestiaria Giseke) perlu perlakuan yg sesuai
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengujian dan di hasil akhir

14
DAFTAR PUSTAKA

Association of Official Analytical Chemist (AOAC) 925.45.1999.


Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical Chemists. Edition
ke-15. Kenneth Helrich, USA. Chapter 44.1.03.
Harbone, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. ITB.
Bandung.
Julkunen- Tiito, R. 1985. Phenolic constituens in leaves of northern willows: methods for the
analysis of certain phenolic. J. Agric. Food Chem. 33:213-218
Kikuzaki, H., dkk. 2002. Antioxidants Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound.
J.Agric. Food Chemistry 50, 2161-2168.
Meda, A., dkk. 2005. Determination of the total phenolic, flavonoid, and proline content in
Burkina fasan money, as well as their radical scavenging activity. Food Chemistry.
91: 571-577
Simbala, H. E. I. 2007. Keanekaragaman Floristik dan pemanfaatan Sebagai Tumbuhan Obat
di Kawasan Konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
(Kabupaten
Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara). [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

15

Anda mungkin juga menyukai