Anda di halaman 1dari 40

KONSEP KEPERAWATAN

BENCANA DI KOMUNINTAS

Ns. Annisa W.K, S.Kep.,M.Kep


Definisi bencana
Tahapan manajemen bencana
Peran perawat dalam bencana
Sebelum Tsunami Aceh Setelah Tsunami Aceh
Banjir yang terburuk selama sejarah di U.S yang terjadi
tahun 1927
Hampir satu juta penduduk mengungsi dan memakan
ribuan korban jiwa
Kurang lebih 383 perawat bekerja di kamp
pengungsian untuk mengatasi thypoid, masalah nutrisi
dan pellagra
Gempa berkekuatan 9.3 SR aceh bagian utara,
Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung
Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka,
bahkan sampai Pantai Timur Afrika
Menurut PBB, sebanyak 229.826 korban gempa
dan tsunami hilang dan 186.983 lainnya tewas,
126 ribu korban di Indonesia
Hampir 50 % bangunan di wilayah Aceh hancur
Rehabilitasi ekonomi, kesehatan, lahan
pertanian dsb
Sumber: http://www.bakornaspb.go.id/website/index
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU
nomor 24 tahun 2007)
Bencana adalah setiap kejadian dibuat alam atau
manusia yang menyebabkan tingkat kerusakan atau
trauma emosional yang melebihi kemampuan
mereka yang terkena dampak untuk merespon tanpa
bantuan masyarakat (Allender & Spradley, 2005)
Bencana akibat alam (natural disaster) dan bencana
akibat perbuatan manusia (man-made disaster)
misalnya WTC 2001, kecelakaan industri dll (Langan
& James, 2005; Allender & Spradley, 2005).
6 karakteristik bencana (Dynes, Quarentelli, & Kreps,
1972)
Predictability
Controllability Length of forewarning
Speed of onset Duration of Impact
Scope & intensity of impact
1. Natural disaster
Meteorological: angin topan, tornado,
badai hujan es, badai salju, dan
kekeringan
Topological: longsor tanah, longsor
lumpur dan banjir
Bencana yang berasal bawah tanah:
gempa bumi, letusan gunung berapi,
dan gelombang pasang
Bacteriological: epidemi penyakit
menular (misalnya: virus ebola),
serangga (misalnya: belalang)
Perang : perang konvensional (pemboman, blokade,
dan pengepungan) dan perang nonkonvensional
(nuklir, kimia, dan biologis; tindak terorisme)
Bencana sipil: kerusuhan dan demonstrasi
Kecelakaan: transportasi (pesawat, truk, mobil,
kereta api, dan kapal); runtuh stuktural (gedung,
bendungan, jembatan, tambang, dan struktur lain);
peledakan, kebakaran, kimia (limbah beracun dan
polusi), dan biologis (sanitasi)
MANUSIA
Usia
Status kesehatan
Mobilitas
Faktor psikologis
Faktor sosial ekonomi
PENYEBAB /PEMICU
Elemen natural atau teknologi penyebab bencana
(angin topan, lava gunung merapi, radiasi, industri
kimia, agen biologi dan bom)

Lingkungan
Tingkat kesiapan, kehadiran industri yang
menghasilkan bahan kimia berbahaya atau radiasi,
kehadiran sungai rawan banjir, danau, atau sungai;
jumlah rata-rata curah hujan atau salju, suhu tinggi
atau rendah rata-rata; kedekatan dengan jalur
patahan, perairan pantai, atau gunung berapi ;
tingkat kepatuhan dengan kode bangunan lokal, dan
ada atau tidak adanya kerusuhan politik
Kematian yang berlebihan dan injuri
Pengrusakan atau gangguan fasilitas pelayanan
kesehatan mendadak
Gangguan pelayanan kesehatan rutin dan aktivitas
pencegahan
Meningkatnya risiko menyakit menular karena
lingkungan
Stresor psikologis dan sosial
Kekurangan, masalah nutrisi
Kelebihan daya tampung rumah sakit dan fasilitas
penampungan
Fisik: Gangguan tidur, konsentrasi rendah,
takikardi, diet buruk
Psikologikal: kehilangan diri dan hubungan,
melamun, rasa sakit emosi, berfikir agresif,
depresi.
Sosiokultural: kehilangan kedekatan,
kehilangan identitas budaya
Penyakit kronis
Lansia
Ibu hamil
Cacat fisik/mental
Anak-anak
Kemiskinan kontribusi terhadap status
kerentanan populasi terhadap bencana
Tempat tinggal yang substandart
Mayoritas hidup di daerah rang rawan terjadi
bencana (DAS, pinggir rel kereta api)
Tempat tinggal yang dekat dengan daerah
industri
Lingkungan yang rapat
Tidak memahami mengenai
keamanan di lingkungan
Bergantung pada orang lain
mengenai transportasi
Non disaster, or interdisaster stage
Predisaster or warning stage
Impact stage
Emergency stage
Reconstruction or
rehabilitation stage
1. Fase sebelum bencana: waktu untuk merencanakan
dan mempersiapkan bencana.
2. Fase sesaat sebelum bencana: membuat peringatan,
melakukan mobilisasi warga, bila perlu evakuasi
3. Fase saat bencana: masyarakat harus cepat mengkaji
besarnya kerusakan, tipe cedera dan mengkaji
kebutuhan yang diperlukan
4. Fase segera setelah bencana: pertolongan pertama,
transportasi, komunikasi, evakuasi korban, dan
permasalahan kejiwaan
5. Fase perbaikan (proses mengupayakan berbagai
tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak
negatif bencana
Fase pencegahan
(prevention)
Fase kesiapsiagaan
(preparedness)
Fase respon
Fase pemulihan
(recovery)
Allender & Spradley, 2005
1. Sebelum terjadi bencana, dikenal dengan
mitigasi bencana.
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No. 24/2007 ttg
PB, Pasal 1, Ayat 9)
Memperhatikan untuk meminimalkan dampak dan
memulihkannya serta mencegahnya
Identifikasi faktor risiko masyarakat
Kembangkan dan laksanakan program pencegahan dari
kejadian bencana (termasuk yang tidak dapat diduga:
gempabumi, badai, tornado)
Peran perawat komunitas: pencegahan primer, yaitu
melakukan promosi pencegahan bencana dengan
mengajarkan pada masyarakat bagaimana membuat
rumah tahan gempa, pengelolaan lingkungan yang
aman dari resiko terjadi bencana seperti mencegah
kegiatan ilegal, membakar hutan, pengelolaan sampah,
perencanaan tata kota, perencanaan pemukiman
1. Pengkajian terhadap kerentanan
2. Membuat perencanaan (pencegahan bencana)
3. Pengorganisasian
4. Sistem informasi
5. Pengumpulan sumber daya
6. Sistem alarm
7. Mekanisme tindakan
8. Pendidikan dan pelatihan penduduk
9. Gladi bersih
melibatkan masyarakat dan meningkatkan reaksi
individu untuk respon sehingga meminimalkan efek
dari bencana
kesiapan bencana menyelamatkan nyawa dan
meminimalkan kerusakan cedera dan properti.
Rencanakan komunikasi, evakuasi, penyelamatan
dan perawatan korban termasuk kebutuhan
peralatan, perlengkapan, obat-obatan, dan makanan,
air bersih, selimut, dan tempat tinggal
Tim yang Diberangkatkan Berdasarkan Kebutuhan
setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA Kembali
dengan Laporan Hasil Kegiatan Mereka di Lapangan

Dokter Spesialis
Dokter Umum
Apoteker & Asisten Apoteker
Perawat Mahir
Bidan (D3 Kebidanan)
Sanitarian (SKM/D3 Kesling)
Ahli Gizi (D3/D4 Gizi/SKM)
Tenaga Surveilans (D III/IV Kesehatan/SKM)
Entomolog (D III/IV Kesehatan/SKM/Sarjana Biologi)
26
Dokter Umum 4 orang
Perawat 10 - 20 orang
Bidan 8 16 orang
Apoteker 2 orang
Asisten Apoteker 4 orang
Pranata Laboratorium 2 orang
Epidemiolog 2 orang
Entomolog 2 orang
Sanitarian 4 8 orang
27
Prinsip pengelolaan bencana: mencegah korban lebih
banyak, menyelamatkan korban atau pertolongan
pertama korban, evakuasi, dan perawatan korban
Perawat komunitas bersama timnya dalam 24 jam
pertama kejadian bencana menilai dengan cermat
kerusakan lingkungan yang terjadi, menilai jenis
cedera yang dialami, penderitaan yang dialami, dan
memprediksi kebutuhan dasar yang harus segera
dipenuhi
Penilaian: sumber sekunder seperti berita radio
atau televisi resmi yang disiarkan oleh
pemerintah atau tim perawat setempat atau
mengirimkan langsung timnya
Pertolongan atau penyelamatan
korban dimulai segera
Banyaknya bantuan yang datang;
keuntungan harus dikelola
dengan baik: tepat guna, tepat
sasaran, tepat manfaat, dan
terjadi efisiensi
Pertolongan petama: perlu
prinsip triage
1. Instruksi pengungsian
2. Pencarian dan penyelamatan korban
3. Menjamin keamanan di lokasi bencana
4. Pengkajian terhadap kerugian bencana
5. Pembagian dan penggunaan alat perlengkapan kondisi
darurat
6. Pengiriman dan penyerahan barang material
7. Menyediakan tempat pengungsian
Identifikasi resiko, managemen resiko, tindakan
pencegahan penyebaran penyakit, mengontrol atau
mengendalikan vector penyebab penyakit
Rusaknya infrastruktur, sarana dan prasarana
(sumber air, pelayanan kesehatan, sampah
berserakan rumah hancur dsb) wabah penyakit
baru seperti diare, penyakit kulit, dsb.
Korban bencana yang cidera seperti luka terbuka,
luka dalam, dan stress berat berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan baru seperti
infeksi, tetanus, dsb
Tindakan pemulihan dilakukan setelah masa kedaruratan
(emergency) berakhir; perbaikan tempat tinggal dan
fasilitas umum serta pemerintahan, penataan kembali tata
ruang, dan mitigasi.
Pemulihan meliputi aspek kebutuhan dasar
manusia;sandang, pangan, papan, transportasi, fasilitas
umum, keamanan dan kesehatan.
Menggunakan seluruh potensi yang ada di masyarakat
dan termasuk bantuan dalam dan luar negeri.
A. Peran dalam Preventif Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam
masa pra bencana ini, antara lain:
1. mengenali instruksi ancaman bahaya;
2. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase
emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan
selimut, serta tenda)
3. melatih penanganan pertama korban bencana.
4. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-
lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi
ancaman bencana kepada masyarakat
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
1. usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat
tersebut)
2. pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti
menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur
tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka
bakar
3. memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.
4. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang
dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio,
senter, baterai)
5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif
penampungan atau posko-posko bencana
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan
tepat setelah keadaan stabil.
Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim
survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap
kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama.
Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase )
Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek
kesehatan sehari-hari
Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian
Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang
memerlukan penanganan kesehatan di RS
Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan,
makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan
penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga
membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan
perawat jiwa
Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya
menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik
(hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
kelemahan otot)
Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan
terapi bermain.
Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater
Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai
pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak
mengungsi
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi
keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban.
Selama masa perbaikan perawat membantu
masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal.
Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin
memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal
kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai