Pengertian
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2008:153).
ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari yang
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernafasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes RI, 2012).
Infeksi saluran pernafasan adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan
adneksanya hingga parenkim paru. Sedangkan pengertian akut adalah infeksi yang
berlangsung hingga 14 hari (Nastiti, 2008).
Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing, yang melibatkan
suatu atau semua bagian saluran pernafasan (Wong,D.L,2008:458).
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
Penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,
Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpessvirus (Depkes RI, 2010).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan
musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2012).
C. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis infeksi saluran pernafasan akut bergantung pada tempat
infeksi serta mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi klinis terjadi
akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat mikroorganisme.
Manifestasi klinis antara lain :
a. Batuk
b. Bersin dan kongesti nasal
c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung
d. Sakit kepala
e. Demam
f. Malaise (Corwin, 2008)
D. Patofisiologi
Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan melalui
saluran pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh, sehingga
menyebabkan respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk dan menempel
pada saluran pernafasan yang menyebabkan reaksi imun menurun dan dapat
menginfeksi saluran pernafasan yang mengakibatkan sekresi mucus meningkat dan
mengakibatkan saluran nafas tersumbat dan mengakibatkan sesak nafas dan batuk
produktif.
Ketika saluran pernafasan telah terinfeksi oleh virus dan bakteri yang
kemudian terjadi reaksi inflamasi yang ditandai dengan rubor dan dolor yang
mengakibatkan aliran darah meningkat pada daerah inflamasi dengan tanda
kemerahan pada faring mengakibatkan hipersensitifitas meningkat dan
menyebabkan timbulnya nyeri. Tanda inflamasi berikutnya adalah kalor, yang
mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan menyebabkan hipertermi yang
mengakibatkan peningkatan kebutuhan cairan yang kemudian mengalami dehidrasi.
Tumor, adanya pembesaran pada tonsil yang mengakibatkan kesulitan dalam
menelan yang menyebabkan intake nutrisi dan cairan inadekuat. Fungsiolesa,
adanya kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan sehingga
meningkatkan kerja kelenjar mucus dan cairan mucus meningkat yang
menyebabkan batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak
dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga menimbulkan sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, setelah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri (Sylvia, 2009).
pathway
Infeksi kuman
(bakteri/virus)
thalamus
Merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap
Korteks serebri adanya mikroorganisme
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
biakan virus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis
ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah,
biakan cairan pleura.
F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisapan lendir
baik melalui hidung maupun melalui mulut. Serta obat yang lain seperti analgesik
serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada
sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase
sekret akan lebih mudah keluar.
G. Komplikasi
a. Penemonia;
b. Bronchitis;
c. Sinusitis;
d. Laryngitis;
e. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009).
H. Pengkajian
Identitas Pasien
Umur : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai
anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda
akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih
lanjut(Anggana Rafika, 2009).
Jenis kelamin : Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2
tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika,
2009).
Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah
anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor
risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003)
membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded)
mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat
.Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit
gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara
didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik
maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna
dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak
(Anggana Rafika, 2009)
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: Klien mengeluh demam
2) Riwayat penyakit sekarang: Dua hari sebelumnya klien mengalami
demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping
hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi
B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga,
terjadi gangguan penciuman
B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis
Minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010)
I. Diagnosa
1. Ketidakefektifan besihan jalan nafas b/d mucus berlebihan
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernafasan
3. Nyeri akut b/d agen cidera biologis (mis. Infeksi, iskemia, neoplasma)
4. Hipertermi b/d iskemia
5. Ansietas b/d stressor
J. Intervensi
No Hari Diagnosa Rencana Keperawatan Rasional
/Tanggal Rencana Intervensi
1 Ketidakefektifan Setelah dilakuakan tindakan keperawatan No: 3140
besihan jalan 3X24 jam status pernafasan : kepatenan jalan Halaman:186
nafas b/d mucus nafas dari deviasi sedang dari kisaran normal Manajemen jalan
berlebihan ditingkatkan tidak ada deviasi dari kisaran nafas:
normal . 1) Posisikan pasien
untuk
Indikator : Noc :0410(hal memaksimalkan
:558) fentilasi
No Indikator skala Ket. 2) Melakukan
1 Frekueni 3-5 Deviasi fisioterapi dada,
pernafasan kisaran debgaimana
normalsampai mestinya
dengan tidak 3) Buang secret
ada deviasi dengaan
dari kisaran memotivasi pasien
normal untuk melakukan
2 Irama 3-5 Deviasi batuk atau
pernafasan kisaran menyedot lendir
normalsampai 4) Gunakan teknik
dengan tidak yang
ada deviasi menyenangkan
dari kisaran untuk memotivasi
bernafas dalam
normal kepada anak
3 Kedalaman 3-5 Deviasi 5) Instruksikan
inspirasin kisaran bagaiman agar
normalsampai bisa melakukan
dengan tidak batuk efektif
ada deviasi 6) Kelola nebulizer
dari kisaran ultrsonik,
normal sebagaimana
4 Kemampuan 3-5 Deviasi mestinya
untuk kisaran 7) Posisikan untuk
mengeluarkan normalsampai meringankan
sekret dengan tidak sesak nafas
ada deviasi 8) Monitor status
dari kisaran pernafasan dan
normal oksigenisasi
sebagaimana
mestinya.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakuakan tindakan keperawatan No: 3350
pola nafas b/d 3X24 jam status pernafasan dari deviasi Halaman: 236
keletihan otot sedang dari kisaran normal ditingkatkan tidak Monitor Pernafasan
pernafasan ada deviasi dari kisaran normal . 1) Monitor
kecepatan, irama,
Indikator: Noc: 0415(hal :556) kedalaman, dan
No Indikator skala Ket. kesulitan bernafas
1 Frekueni 3-5 Deviasi 2) Monitor suara
nafas tambahan
pernafasan kisaran seperti ngorok atau
normalsampai mengi
dengan tidak 3) Palpasi
ada deviasi kesimetrisan
dari kisaran ekspansi paru
normal 4) Auskultasi suara
2 Irama 3-5 Deviasi nafas, catat area
pernafasan kisaran dimana terjadi
normalsampai penurunan atau
dengan tidak tidak ada ventilasi
ada deviasi dan keberadaan
dari kisaran suara nafas
normal tambahan
3 Kedalaman 3-5 Deviasi 5) Monitor
inspirasin kisaran peningkatan
normalsampai kelelahan,
dengan tidak kecemasan dan
ada deviasi kekurangan udara
dari kisaran pada pasien
normal 6) Monitor
4 Kepatenan 3-5 Deviasi kemampuan batuk
jalan nafas kisaran efektif pada pasien
normalsampai 7) Monitor ekresi
dengan tidak ststus pernafasan
ada deviasi pasien
dari kisaran
normal
3 Nyeri akut b/d Setelah dilakuakan tindakan keperawatan No:1400
agen cidera 3X24 jam kontrol nyeri dari kadang-kadang Halaman:198
biologis (mis. menunjukan ditingkatkan ke secara konsisten Manajemen Nyeri
Infeksi, iskemia, menunjukan. 1) Gunakan strtegi
neoplasma) komunuikasi
Indicator : Noc: 1605 (hal : 247) terapeutik untuk
No Indikator skala Ket. mengetahui
1 Mengenali 3-5 dari kadang- pengalaman nyeri
kapan nyeri kadang dan sampaikan
terjadi menunjukan penerimaan pasien
ditingkatkan terhadap nyeri
ke secara 2) Pertimbangkan
konsisten pengaruh budaya
menunjukan. terhadap respon
nyeri
2 Mengambarkan 3-5 dari kadang- 3) Evluasi bersama
faktor kadang pasien dan tim
penyebab menunjukan kesehatan lainnya,
ditingkatkan mengenai
ke secara efektifitas tindakan
konsisten pengontrolan nyeri
menunjukan. yang pernah
digunakan
sebelumnya
3 Menggunakan 3-5 dari kadang- 4) Bantu keluarga
tindakan kadang dalam mencari dan
pencegahan menunjukan menyediakan
ditingkatkan dukungan
ke secara 5) Pertimbangkan
konsisten tipe dan sumber
menunjukan. nyeri ketika
memilih strategi
4 Menggunakan 3-5 dari kadang- penurunan nyeri
sumber daya kadang 6) Dorong pasien
yang tersedia menunjukan untuk
ditingkatkan menggunakan
ke secara obat-obatan
konsisten penurunan nyeri
menunjukan. yang adekuat
7) Berikan informasi
yang akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
respon keluaga
terhadap
pengalaman nyeri
4 Hipertermi b/d Setelah dilakuakan tindakan keperawatan No:3740
iskemia 3X24 jam termoregulasi sedang sampai Halaman:355
dengan tidak ada. Perawatan demam
1) Pantau suhu dan
Indikator: Noc:0800(Hal :6564) TTV lainnya
No Indikator skala Ket. 2) Monitor warna
1 Penurunkan 3-5 Sedang kulit dan suhu
suhu kulit sampai 3) Monitor asupan
dengan dan keluaran,
tidak sadari perubahan
ada kehilangan cairan
2 Hipertermia 3-5 Sedang yang tak dirasakan
sampai 4) Jangan berikan
dengan aspirin pada anak-
tidak anak
ada 5) Dorong konsumsi
3 Sakit 3-5 Sedang cairan
kepala sampai 6) Berikan oksigen,
dengan yang sesuai
tidak 7) Pemantauan
ada komplikasi-
4 Dehidrasi 3-5 Sedang komplikasi yang
sampai berhubungan
dengan dengan demam
tidak serta tanda dan
ada gejala kondisi
penyebab demam
8) Lembabkan bibir
dan mukosa
hidung yang
kering
5 Ansietas b/d Setelah dilakuakan tindakan keperawatan No:5820
stressor 3X24 jam tingkat kecemasan sedang sampai Halaman:319
dengan tidak ada. Pengurangan
Kecemasan
1) Gunakan
Indikator: Noc:1211(hal : 572) pendekatan yang
No Indikator skala Ket. tenang dan
1 Tidak dapat 3-5 sedang meyakinkan
beristirahat sampai 2) Berikan objek
dengan yang
tidak menunjukkan
ada. perasaan aman
3) Lakukan usapan
2 Distress 3-5 sedang pada punggung/
sampai leher dengan cara
dengan yang tepat
tidak 4) Dengarkan klien
ada. 5) Ciptakan suasana
yang aman dan
3 Perasaan 3-5 sedang meningkatkan
gelisa sampai kepercayaan
dengan 6) Dukung
penggunaan
tidak mekanisme
ada. koping yang benar
Herdman, T. Heather. 2015. Nanda international inc. diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-ispa-56af6708a6c95.html
Meadow,Sir Roy dan Simen.2008.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara
Pratama.
Nurjannah, Intansari dkk.2016.nursing intervention classification (NIC) edisi 6 versi bahas
Indonesia. Elsivier Inc.