PENDAHULUAN
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari
penduduk dunia. Data WHO pada tahun 1995, sekitar seperlima penduduk dunia adalah
remaja berumur 10-19 tahun. Penduduk Asia Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia,
seperlimanya adalah remaja. Di Indonesia, data Biro Pusat Statistik ( 2009) kelompok umur
10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia tahun
2006, remaja Indonesia berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau sekitar 20% dari jumlah
penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia, yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 1/5
dari jumlah penduduk dunia. Pada tahun 2010 menurut sensus penduduk, jumlah remaja di
Indonesia diperkirakan sudah mencapai 43.5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk.
Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja menjadikan
banyak ahli dalam bidang psikologi perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis.
Berbagai permasalahan yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh berbagai dimensi
kehidupan dalam diri mereka, baik dimensi biologis, kognitif, moral dan psikologis serta
pengaruh dari lingkungan sekitar. Saat ini hal yang menonjol pada remaja adalah dari sudut
pandang kesehatan (Howard, et al., 2010).
Pada awal dekade yang lalu penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Psikotropik dan Zat
adiktif lainnya) pada remaja belum semarak seperti saat ini dan infeksi HIV/AIDS masih
amat langka. Perilaku seksual berisiko di kalangan remaja belum terungkap dalam angka
yang menghawatirkan. Kesehatan remaja pada masa itu belum menjadi prioritas. Keadaan
tersebut berangsur berubah, terjadi kecenderungan peningkatan perilaku tidak sehat pada
remaja
WHO (2003) menyebutkan semakin berkembangnya permasalahan kesehatan
reproduksi remaja, yang menyangkut seks bebas,.
Dari hasil beberapa survei dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh: 46,2% remaja masih menganggap
bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks.
Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan
dengan remaja putri (42,3%) (LDUI & BKKBN,1999) Dari survei yang sama juga terungkap
bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular Infeksi
Menular Seksual (IMS) bila memiliki pasangan lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka
akan berisiko tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersial.
Tingginya perilaku berisiko pada remaja merupakan resultante dari sifat khas remaja,
pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut serta ada tidaknya kondisi
lingkungan yang kondusif.
Faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku berisiko pada remaja adalah kondisi
lingkungan yang permisif terhadap perilaku berisiko (ketersediaan fasilitas/sarana yang
mendukung perilaku berisiko, ketiadaan penegakan hukum terkait kesehatan) atau bahkan
mendorong perilaku berisiko (melalui informasi yang salah, iklan).
Semua keadaan yang disebutkan di atas menunjukkan besarnya masalah kesehatan
pada remaja saat ini, dan mengisyaratkan perlunya penanganan dengan segera secara lebih
bersungguh-sungguh.
Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas puskesmas sebagai barisan
terdepan pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat, seharusnya Puskesmas memberikan
pelayanan yang layak kepada remaja sebagai salah satu kelompok masyarakat yang
dilayaninya. Pelayanan kesehatan remaja di puskesmas amat strategis dan dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan
jangkauan Puskesmas ke segenap penjuru Indonesia seperti halnya keberadaan remaja
sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil perdesaan. Sehingga dibentuklah PKPR
(Program Kesehatan Peduli Remaja.
4. Barat Jalan Teratai Putih, Jalan Wijaya Kusuma Raya Kelurahan Malaka
Sari
1.2.2 Demografi
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan peduli remaja
yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan
dengan kesehatan remaja. Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk
berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang
PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien
dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di
Tujuan Khusus:
kesehatan.
Ada beberapa manfaat dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) menurut
diantaranya:
kerahasiaannya dijamin).
3. Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut
Berikut ini karakteristik PKPR merujuk WHO (2003) yang menyebutkan agar
Adolescent Friendly Health Services (AFHS) dapat terakses kepada semua golongan remaja,
c. Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, rentang usia dan status.
pelayanan.
Bila petugas PKPR masih merangkap tugas lain, berkunjung dengan perjanjian
akan lebih baik, mencegah kekecewaan remaja yang datang tanpa bisa bertemu
a. Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi dan penuh pengertian, bersahabat,
menyenangkan.
membedakannya.
Bagi petugas lain yang berhubungan pula dengan remaja, misalnya petugas loket,
laboratorium dan unit pelayanan lain juga perlu menunjukkan sikap menghargai kepada
a. Lingkungan yang aman. Lingkungan aman disini berarti bebas dari ancaman dan
b. Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai. Lokasi ruang konseling
tersendiri, mudah dicapai tanpa perlu melalui ruang tunggu umum atau ruang-
c. Fasilitas yang baik, menjamin privasi dan kerahasiaan. Suasana semarak berselera
muda dan bukan muram, dari depan gedung sampai kelingkungan ruang
pelayanan, merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja agar berkunjung. Hal lain
dan ruang tunggu, dipintu masuk dan keluar, serta jaminan kerahasiaan. Pintu
dalam keadaan tertutup pada waktu pelayanan dan tidak ada orang lain bebas
status dan catatan konseling dilemari yang terkunci, ruangan yang kedap suara,
pintu masuk keluar tersendiri, ruang tunggu tersendiri, petugas tidak berteriak
d. Jam kerja yang nyaman. Umumnya waktu pelayanan yang sama dengan jam
sekolah menjadi salah satu faktor penghambat terhadap akses pelayanan. Jam
e. Tidak adanya stigma. Pemberian informasi kepada semua pihak akan meniadakan
f. Tersedia materi KIE. Materi KIE perlu disediakan baik di ruang tunggu maupun
di ruang konseling. Perlu disediakan leaflet yang boleh dibawa pulang tentang
berbagai tips atau informasi kesehatan remaja. Hal ini selain berguna untuk
penilaian pelayanan. Ide dan tindak nyata mereka akan lebih mengena dalam
sesuai dengan selera remaja, ide tentang cara penyampaian kegiatan pelayanan
luar gedung hingga diminati remaja, atau cara rujukan praktis yang dikehendaki.
7. Keterlibatan masyarakat.
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR ini hingga masyarakat:
pelayanan sebaya.
Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan. Pelayanan sebaya
adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya yang terlatih
menjadi pendidik sebaya (peer educator). atau konselor sebaya (peer counselor)
a. Meliputi kebutuhan tumbuh kembang dan kesehatan fisik, psikologis dan sosial.
dengan pemberi layanan kesehatan dan sosial lainnya akan melancarkan proses
a. Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
b. Memiliki sarana prasarana cukup untuk melaksanakan pelayanan esensial.
2.1 Input
Input merupakan sumber daya atau masukan yang digunakan oleh suatu
system/kegiatan/program yang disingkat dengan 4M yaitu:
a) Man : Kelompok penduduk yang merupakan sumber daya manusia untuk dapat
menjalankan program seperti Staf Puskesmas, kecamatan, kelurahan, kader, pemuka
masyarakat, dan sebagainya
b) Money : dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi oleh
pemerintah
c) Material : Alat yang digunakan untuk menjalankan program
d) Method, : Cara yang digunakan untuk menjalankan program
Berdasarkan pedoman PKPR di Puskesmas, PKPR memiliki karakteristik
tertentu yang harus dipenuhi. Man merupakan Sumber Daya Manusia ( SDM) yang
remaja yang mempunyai perhatian dan peduli, baik budi dan penuh pengertian,
pelaksanaan program ini juga dibantu oleh petugas pendukung peduli remaja yang
berhubungan pula dengan remaja, misalnya petugas loket, laboratorium dan unit
pelayanan lain juga perlu menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan
PKPR adalah dr. Dyah Purwaningrum. dr. Dyah sebagai penanggung jawab program
program PKPR tidak hanya dijalankan oleh pemegang program saja, tetapi tentunya
Puskesmas yang diikutsertakan dalam program PKPR antara lain program UKS
dan HIV/AIDS Dengan adanya kerja sama lintas bagian ini, diharapkan dapat
pelaksanaanya PKPR hanya dijalankan oleh penanggung jawab program. Hal ini
Jaya). Dr. Dyah sebagai staf penanggung jawab selain sebagai penanggung jawab
PKPR menjadi penanggung jawab program MTBS dan mengisi sebagai dokter di
untuk kegiatannya terutama yang termasuk dalam program pembinaan kegiatan upaya
kesehatan masyarakat mendapatkan dana dari dana DAK/BOK 2016. Penyaluran dana
upaya kesehatan promotif dan preventif guna tercapainya SPM Bidang Kesehatan dan
MDGs Bidang Kesehatan tahun 2016. Dana yang diperoleh Puskesmas Malaka Jaya
tahun 2016 yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp.
34.020.000,-. Pada awal perencanaan dana DAK 2016 sebesar Rp. 59.770.000,-. tidak
terlaksana sebesar Rp. 11,486.000,- (19.2%) dan efisiensi anggaran DAK tahun 2016
konsumsi menjadi terhambat. Salah satu kegiatan yang terhambat ada pembentukan
KKR ( Kader Kesehatan Remaja) dan kegiatan ABAT ( Aku Bangga Aku Tahu!)
dilaksanankan satu kali pada bulan Oktober 2016 dengan anggaran sebesar Rp.
4.230.000,-. Kegiatan ABAT dilaksanakan dua kali pada bulan Oktober 2016 dan
Material yang digunakan dalam PKPR adalah prasarana dan sarana seperti
lingkungan yang aman, lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah seperti ruang
konseling tersendiri, mudah dicapai tanpa perlu melalui ruang tunggu umum atau
mungkin beranggapan buruk tentang kunjungannya (stigma), fasilitas yang baik yang
menjamin privasi dan kerahasiaan serta ketersediaan materi KIE. Materi KIE perlu
disediakan baik di ruang tunggu maupun di ruang konseling. Perlu disediakan leaflet
yang boleh dibawa pulang tentang berbagai tips atau informasi kesehatan remaja. Hal
ini selain berguna untuk memberikan pengetahuan melalui bahan bacaan juga
merupakan promosi tentang adanya PKPR kepada sebayanya yang ikut membaca
brosur tersebut. Dalam pelaksanaan PKPR di Puskesmas Malaka Jaya tidak ada
sarana dan prasarana yang memadai untuk menjalankan program ini. Tidak
tersedianya ruangan khusus untuk menjalankan kegiatan konseling, tidak ada ruang
tunggu khusus, tidak adannya fasilitas yang menjamin privasi dan kerahasiaan remaja
Method adalah cara yang digunakan untuk dapat berjalannya program PKPR.
Metode yang digunakan dalam PKPR adalah metode pemberian informasi, edukasi,
pelayanan klinis medis dan dititik beratkan pada konseling. Dalam pelaksanaan PKPR
di Puskesmas Malaka Jaya sudah mengunakan metode yang sesuai terutama pada
Pemberian informasi dan edukasi yang diberikan salah satu dengan program KKR (
Kader Kesehatan Remaja) dan ABAT ( Aku Bangga Aku Tahu!). Untuk Pelayanan
Klinik Medis tidak dilakukan secara khusus namun digabung dengan Balai
Pengobatan Umum.
\
No Input Perencanaan Realisasi
diharapkan dapat
berkerjasama dalam
terlaksananya program
59.770.000,- keterlambatan
konsumsi tertunda
Dana digunakan
untuk 1 kali
2 Kali program
ABAT
kerahasiaan
diberikan dengan
program KKR (
Kader Kesehatan
Remaja) dan
ABAT ( Aku
Bangga Aku
Tahu!)
Pelayanan Klinik
Medis tidak
dilakukan secara
khusus namun
digabung dengan
Balai Pengobatan
Umum.
2.2 Proses
2.2.1 Jenis Kegiatan dalam PKPR
Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dilaksanakan di dalam
gedung atau di luar gedung, untuk sasaran perorangan atau kelompok, dilaksanakan
olehpetugas Puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat, berdasarkan kemitraan.
berkelompok
b. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah atau
dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan)
Puskesmas
diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media
bahasa sasaran (remaja, orang tua, guru ) dan mudah dimengerti. Khusus untuk
remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu bersikap santai
Puskesmas adalah:
a. Bagi klien yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu
b. Petugas dari BP umum, BP Gigi, KIA dll dalam menghadapi klien remaja
c. Petugas yang menjaring remaja dari ruang lain tersebut dan juga petugas
penunjang seperti loket dan laboratorium seperti halnya petugas khusus PKPS
juga harus menjaga kerahasiaan klien remaja, dan memenuhi kriteria peduli
remaja
3. Konseling
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien
hingga tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat menawarkan
mengerti dan mengenali dirinya sendiri serta permasalahan yang dihadapinya dengan
lebih baik dan selanjutnya menolong dirinya sendiri dengan bantuan beberapa aspek
dari kehidupannya.
Tujuan konseling dalam PKPR adalah:5
pada dirinya
Konseling merupakan kegiatan yang dapat mewakili PKPR. Sebab itu langkah
VCT (Voluntary Counseling and Testing for HIV/AIDS) adalah konseling khusus
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa
bilaremaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup
adaptasidari Life Skills Education(LSE). Life skills atau keterampilan hidup adalah
penting dalampromosi kesehatan dalam lingkup yang luas yaitu kesehatan fisik,
mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres
dan tekanan dalam hidup dengan baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan
dikenal dengan istilah PKHS. PKHS dapat diberikan secara berkelompok di mana
a. Pengambilan keputusan
menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang
b. Pemecahan masalah
c. Berpikir kreatif
terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan
mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tanpa
ada keputusan, berpikir kreatif akan membantu cara merespons segala situasi dalam
d. Berpikir kritis
objektif, dengan demikian akan membantu mengenali dan menilai faktor yang
mempengaruhi sikap dan perilaku misalnya tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan
media.
e. Komunikasi efektif
nonverbal, sesuai dengan budaya dan situasi dalam cara menyampaikan keinginan,
pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk
f. Hubungan interpersonal
Membantu berhubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga dapat
untuk mendapatkan dukungan sosial. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil
dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif.
g. Kesadaran diri
pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan
kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi.
Kesadaran diri ini harus dipunyai untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan
hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang lain.
h. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja
untuk mengerti dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan
i. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi
kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
j. Mengatasi stres
perubahan di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Disini diajarkan
pula bagaimana bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak
PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk drama, main-peran (role play), diskusi dll.
Contoh aplikasi keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari adalah cara menolak
ajakan atau tekanan teman sebaya untuk melakukan perbuatan berisiko, dan menolak
Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk
menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut,
berpikir kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan
keterampilan hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi remaja sehingga
dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung kali berikut, serta mendorong melakukan
promosi tentang adanya PKPR di Puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja sebagai
salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan
remaja yang lazim disebut pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh yaitu
pendidik sebaya ini akan berperan sebagai agen pengubah sebayanya untuk
berperilaku sehat, sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok
yang siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik
sebaya yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat curhat bagi teman yang
6. Pelayanan rujukan
melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan sosial
keterampilan kerja untuk remaja pasca penyalah-guna napza, atau penyaluran kepada
untuk memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam
menindaklanjuti suatu kasus. Tentu saja kerjasama ini harus diawali dengan komitmen
antar institusi terkait, yang dibangun pada tahap awal sebelum PKPR dimulai
berjalan dengan baik. Kegiatan yang sudah berjalan adalah pemberian Informasi dan
edukasi yang dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan
atau berkelompok yang enggunakan metoda ceramah tanya jawab, FGD ( Focus
Group Discussion), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak
atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline, SMS). Program yang
Oktober 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring remaja untuk menjadi kader-
kader yang peduli dengan kesehatan terutama kesehatan remaja. Kegiatan ini
OSIS dan PMR untuk menjadi KKR dengan jumlah 30 orang. Siswa/i akan dibekali
dengan informasi dan eduksi tetang kesehatan remaja yang diberikan oleh staf
puskesmas.
Selain pembentukan KKR terdapat juga program ABAT ( Aku Bangga Aku
Tahu!). Program ini dilakukan dengan melihat adanya Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 menyatakan, secara nasional baru 11,4% penduduk umur 15-
24 tahun yang memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV dan
AIDS. Kampanye Aku Bangga Aku Tahu ini, menggunakan Media Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) yang telah disediakan (DVD, poster dan leaflet) untuk
meratakan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang HIV dan AIDS diantara
kaum muda bangsa agar mereka tahu apa itu HIV dan AIDS, bagaimana virus ini
menyebar dan ditularkan, hal-hal apa saja yang harus dihindari agar tidak tertular, dan
lain-lain. Dengan memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjaga dirinya, dan
terhindar dari ancaman HIV dan AIDS, mereka dapat mengejar semua yang dicita,
menikmatinya bersama sahabat mereka, keluarga dan sanak saudara mereka, serta
sesama kaum muda lainnya. Kampanye ini dilakukan sebanyak dua kali selama tahun
2016 yaitu pada bulan oktober dan november. Kegiatan ini dilaksanakan di aula
Discussion), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media elektronik
3. Konseling pembentukan
konseling masih
membutuhkan
ruangan
tersendiri agar
kegiatan dapat
berjalan lancar.
Pemberntkan
konselor dan
pendidik sebaya
didapatkan dari
program
pembentukan
KKR dan
Kamapanye
ABAT.
2.3 Output
Output yang diharapkan dari PKPR adalah
1. Mampu memberikan pelayanan konseling bagi semua remaja yang membutuhkan
pelayanan konseling.
3. Melatih KKR/Konselor Sebaya minimal 10% dari jumlah siswa di sekolah yang
dibina.
Dari pelaksanaan PKPR selama tahun 2016, beberapa tujuan belum dapat
diwujudkan. Yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Malaka Jaya adalah puskesmas sudah
bekerja sama dengan 2 sekolah yaitu SMPN 139 dan SMA 103 untuk pelaksanaan beberapa
program yang terkait untuk mencapai tujuan program. Walaupun jumlah dari konselor sebaya
masih belum memenuhi yaitu 10% dari jumlah siswa karena jumlah konselor sebaya yang
dilatih paling banyak adalah 60 siswa/i di setiap SMP dan SMA yang berada di wilayah kerja
puskesmas.
Untuk derajat kesehatan remaja di wilayah puskesmas malaka jaya diperoleh bahwa
60
50
40
perempuan
30
laki-laki
20
10
100
90
80
70
60
50 Laki-laki
40 Perempuan
30
20
10
0
PEMBAHASAN
2). Perilaku berisiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan lainnya.
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai berhubungan dengan
perilaku berisiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui, dan pelayanan apa yang
dikehendaki.
kesehatan remaja
Malaka Jaya sebanyak 5.151 jiwa dengan remaja usia 10 14 tahun sebanyak 2.837 jiwa dan
usia 15 19 tahun sebanyak 2.314 jiwa. Laki-laki berjumlah 2.571 jiwa dan perempuan
berjumlah 2.580 jiwa. PKPR di Puskesmas Malaka Jaya berjalan pada pemberian informasi,
edukasi dan pembimbingan konselor sebaya. Namun pelaksanaan balai pengobatan khusus
remaja yang merupakan sarana dan prasarana terlaksananya program PKPR terutama pada
bidang konseling belum dapat terlaksana dengan baik dikarenakan tidak adanya ruangan atau
tidak terpenuhinya material lain. Selain itu data pencatatan pada kunjungan remaja ke balai
program
2. Money
Terjadi keterlambatan penurunan dana yang harusnya terjadi pada awal tahun,
turun pada akhir bulan juli. Sehingga kegiatan yang membutuhkan dana transport
3. Material
Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai untuk menjalankan program ini.
Pelayanan Klinik Medis tidak dilakukan secara khusus namun digabung dengan
Berikut adalah masalah yang akan diselesaikan sebagai prioritas, masalah yang
menjadi prioritas adalah masalah Material yang merupakan masalah yang harus diselesaikan
terlebih dahulu terutama menyangkut dengan sarana dan prasarana yang diperlukan remaja
agar output terhadap kesehatan remaja di wilayah kerja dapat didapatkan hasil yang baik.
BAB IV
B. Saran
Untuk meningkatkan mutu pelayanan PKPR dan tercapainya tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, maka sebaiknya masalah dan kendala harus dihadapi sesuai dengan mana yang
menjadi prioritas. Dari hasil skoring yang digunakan, masalah material adalah masalah yang
harus diselesaikan terlebih dahulu dengan pengadaan ruang khusus untuk PKPR di
Puskesmas Malaka Jaya dengan menjaga privasi dan kerahasiaan remaja untuk
menghilangkan stigma yang buruk terhadap remaja yang berkunjung dan meningkatkan
kepedulian terhadap kesehatan remaja di wilayah Puskesmas Malaka Jaya.