Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang


terjadi secara dinamis dan pesat baik fisik, psikologis, intelektual, sosial, tingkah laku seksual
yang dikaitkan dengan mulai terjadinya pubertas. Masa ini adalah periode transisi dari masa
kanak-kanak menuju dewasa. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan
remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta
cenderung berani mengambil risiko tanpa pertimbangan yang matang.

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari
penduduk dunia. Data WHO pada tahun 1995, sekitar seperlima penduduk dunia adalah
remaja berumur 10-19 tahun. Penduduk Asia Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia,
seperlimanya adalah remaja. Di Indonesia, data Biro Pusat Statistik ( 2009) kelompok umur
10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia tahun
2006, remaja Indonesia berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau sekitar 20% dari jumlah
penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia, yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 1/5
dari jumlah penduduk dunia. Pada tahun 2010 menurut sensus penduduk, jumlah remaja di
Indonesia diperkirakan sudah mencapai 43.5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk.
Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja menjadikan
banyak ahli dalam bidang psikologi perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis.
Berbagai permasalahan yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh berbagai dimensi
kehidupan dalam diri mereka, baik dimensi biologis, kognitif, moral dan psikologis serta
pengaruh dari lingkungan sekitar. Saat ini hal yang menonjol pada remaja adalah dari sudut
pandang kesehatan (Howard, et al., 2010).

Pada awal dekade yang lalu penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Psikotropik dan Zat
adiktif lainnya) pada remaja belum semarak seperti saat ini dan infeksi HIV/AIDS masih
amat langka. Perilaku seksual berisiko di kalangan remaja belum terungkap dalam angka
yang menghawatirkan. Kesehatan remaja pada masa itu belum menjadi prioritas. Keadaan
tersebut berangsur berubah, terjadi kecenderungan peningkatan perilaku tidak sehat pada
remaja
WHO (2003) menyebutkan semakin berkembangnya permasalahan kesehatan
reproduksi remaja, yang menyangkut seks bebas,.
Dari hasil beberapa survei dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh: 46,2% remaja masih menganggap
bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks.
Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan
dengan remaja putri (42,3%) (LDUI & BKKBN,1999) Dari survei yang sama juga terungkap
bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular Infeksi
Menular Seksual (IMS) bila memiliki pasangan lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka
akan berisiko tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersial.
Tingginya perilaku berisiko pada remaja merupakan resultante dari sifat khas remaja,
pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut serta ada tidaknya kondisi
lingkungan yang kondusif.
Faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku berisiko pada remaja adalah kondisi
lingkungan yang permisif terhadap perilaku berisiko (ketersediaan fasilitas/sarana yang
mendukung perilaku berisiko, ketiadaan penegakan hukum terkait kesehatan) atau bahkan
mendorong perilaku berisiko (melalui informasi yang salah, iklan).
Semua keadaan yang disebutkan di atas menunjukkan besarnya masalah kesehatan
pada remaja saat ini, dan mengisyaratkan perlunya penanganan dengan segera secara lebih
bersungguh-sungguh.
Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas puskesmas sebagai barisan
terdepan pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat, seharusnya Puskesmas memberikan
pelayanan yang layak kepada remaja sebagai salah satu kelompok masyarakat yang
dilayaninya. Pelayanan kesehatan remaja di puskesmas amat strategis dan dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan
jangkauan Puskesmas ke segenap penjuru Indonesia seperti halnya keberadaan remaja
sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil perdesaan. Sehingga dibentuklah PKPR
(Program Kesehatan Peduli Remaja.

1.2 Profil Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya


1.2.1 Geografi

Puskesmas Malaka Jaya merupakan puskesmas yang terletak di Kelurahan Malaka


Jaya yang terletak dijalan Teratai Putih Raya-1 RT 08 RW 06, Kelurahan Malaka Jaya,
Kecamatan Duren Sawit. Kelurahan Malaka Jaya memiliki luas 98,18 Ha dan merupakan
kelurahan dengan luas terkecil di Kecamatan Duren Sawit.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Malaka Jaya adalah :

No. Bagian Batas Wilayah

1. Utara Berbatasan dengan rel kereta api kel. Penggilingan

2. Selatan Taman Malaka Selatan Kelurahan Pondok Kelapa

Jalan Mawar Merah Raya, Jalan Raya Pondok Kelapa kelurahan


3. Timur
Pondok Kopi

4. Barat Jalan Teratai Putih, Jalan Wijaya Kusuma Raya Kelurahan Malaka
Sari

Wilayah Kelurahan Malaka Jaya terdiri dari 13 RW dan 134 RT.

1.2.2 Demografi

Berdasarkan data kependudukan Kelurahan Malaka Jaya jumlah penduduk di


Kelurahan Malaka Jaya sebesar 36,379 jiwa, laki-laki sebesar 17,852 jiwa, perempuan
sebesar 18,379 jiwa. Berdasarkan usia maka data kependudukan Kelurahan Malaka Jaya
adalah sebagai berikut:
NO UMUR / TAHUN LAKI WANITA JUMLAH

1 04 1.426 1.438 2.864

2 59 1554 1657 3211

3 10 14 1412 1425 2837

4 15 19 1159 1155 2314

5 20 24 1071 1098 2169

6 25 29 1385 1477 2862

7 30 34 1827 1926 3753

8 35 39 1952 1977 3752

9 40 44 1724 1715 3439

10 45 49 1156 1258 2414

11 50 54 747 844 1595

12 55 59 738 857 1595

13 60 64 644 657 1301

14 65 69 538 500 1038

15 70 74 342 354 696

16 > 75 181 187 368

JUMLAH 17.852 18.546 36.379

1.2.3 Program Puskesmas Malaka Jaya

Program-program pelayanan Puskesmas Malakaya Jaya sebagai berikut :

Balai Pengobatan umum


Balai Pengobatan paru dan kusta ( P2ML)
Balai Pengobatan Gigi
BP KIA/KB
Poli MTBS
Kamar Obat
UKS/UKGS
RW siaga
Posyandu Balita
Posyandu Lansia
Kesling
P2M DBD
Gizi
PKPR ( Program Kesehatan Peduli Remaja)
Surveilens
Posbindu PTM

1.3 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


1.3.1 Definisi PKPR

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan peduli remaja

yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan

dengan kesehatan remaja. Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk

berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang

perlu diketahui remaja.

PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,

menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga

kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien

dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di

Puskesmas PKPR yaitu Puskesmas yang menerapkan PKPR.


Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua

golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.

1.3.2 Tujuan PKPR di Puskesmas


Tujuan Umum:

Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.

2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah

kesehatan khusus pada remaja.

4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pelayanan kesehatan remaja.

Ada beberapa manfaat dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) menurut

diantaranya:

1. Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog

interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll.

2. Konseling/berbagi masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan

kerahasiaannya dijamin).

3. Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut

membantu teman yang sedang punya masalah.


1.3.3 Ciri Khas atau Karakteristik PKPR

Berikut ini karakteristik PKPR merujuk WHO (2003) yang menyebutkan agar

Adolescent Friendly Health Services (AFHS) dapat terakses kepada semua golongan remaja,

layak, dapat diterima, komprehensif, efektif dan efisien, memerlukan:

1. Kebijakan yang peduli remaja.

Kebijakan peduli remaja ini bertujuan untuk:

a. Memenuhi hak remaja sesuai kesepakatan internasional.

b. Mengakomodasi segmen populasi remaja yang beragam, termasuk kelompok yang

rapuh dan rawan.

c. Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, rentang usia dan status.

d. Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender dalam menyediakan

pelayanan.

e. Menjamin privasi dan kerahasiaan.

f. Mempromosikan kemandirian remaja, tidak mensyaratkan persetujuan orang tua,

dan memberikan kebebasan berkunjung.

g. Menjamin biaya yang terjangkau/gratis. Perlu kebijakan pemerintah daerah

misalnya pembebasan biaya untuk kunjungan remaja.

2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja.

Pendaftaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaannya.

a. Waktu tunggu yang pendek.


b. Dapat berkunjung sewaktu-waktu dengan atau tanpa perjanjian terlebih dahulu.

Bila petugas PKPR masih merangkap tugas lain, berkunjung dengan perjanjian

akan lebih baik, mencegah kekecewaan remaja yang datang tanpa bisa bertemu

dengan petugas yang dikehendaki.

3. Petugas khusus yang peduli remaja.

a. Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi dan penuh pengertian, bersahabat,

memiliki kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada remaja,

mempunyai keterampilan komunikasai interpersonal dan konseling.

b. Termotivasi bekerja-sama dengan remaja.

c. Tidak menghakimi, merendahkan, tidak bersikap dan berkomentar tidak

menyenangkan.

d. Dapat dipercaya, dapat menjaga kerahasiaan.

e. Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.

f. Dapat ditemui pada kunjungan ulang.

g. Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak

membedakannya.

h. Memberikan informasi dan dukungan cukup hingga remaja dapat memutuskan

pilihan tepat untuk mengatasi masalahnya atau memenuhi kebutuhannya.


4. Petugas pendukung yang peduli remaja.

Bagi petugas lain yang berhubungan pula dengan remaja, misalnya petugas loket,

laboratorium dan unit pelayanan lain juga perlu menunjukkan sikap menghargai kepada

semua remaja dan tidak membedakannya.

a. Mempunyai kompetensi sesuai bidangnya masing-masing.

b. Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.

5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja.

a. Lingkungan yang aman. Lingkungan aman disini berarti bebas dari ancaman dan

tekanan dari orang lain terhadap kunjungannya sehingga menimbulkan rasa

tenang dan membuat remaja tidak segan berkunjung kembali.

b. Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai. Lokasi ruang konseling

tersendiri, mudah dicapai tanpa perlu melalui ruang tunggu umum atau ruang-

ruang lain sehingga menghilangkan kekhawatiran akan bertemu seseorang yang

mungkin beranggapan buruk tentang kunjungannya (stigma).

c. Fasilitas yang baik, menjamin privasi dan kerahasiaan. Suasana semarak berselera

muda dan bukan muram, dari depan gedung sampai kelingkungan ruang

pelayanan, merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja agar berkunjung. Hal lain

adalah adanya kebebasan pribadi (privasi) di ruang pemeriksaan, ruang konsultasi

dan ruang tunggu, dipintu masuk dan keluar, serta jaminan kerahasiaan. Pintu

dalam keadaan tertutup pada waktu pelayanan dan tidak ada orang lain bebas

keluar masuk ruangan. Kerahasiaan dijamin pula melalui penyimpanan kartu

status dan catatan konseling dilemari yang terkunci, ruangan yang kedap suara,
pintu masuk keluar tersendiri, ruang tunggu tersendiri, petugas tidak berteriak

memanggil namanya atau menanyakan identitas dengan suara keras.

d. Jam kerja yang nyaman. Umumnya waktu pelayanan yang sama dengan jam

sekolah menjadi salah satu faktor penghambat terhadap akses pelayanan. Jam

pelayanan yang menyesuaikan waktu luang remaja menjadikan konseling dapat

dilaksanakan dengan santai, tidak terburu-buru, dan konsentrasi terhadap

pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

e. Tidak adanya stigma. Pemberian informasi kepada semua pihak akan meniadakan

stigma misalnya tentang kedatangan remaja ke puskesmas yang semula dianggap

pastimempunyai masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.

f. Tersedia materi KIE. Materi KIE perlu disediakan baik di ruang tunggu maupun

di ruang konseling. Perlu disediakan leaflet yang boleh dibawa pulang tentang

berbagai tips atau informasi kesehatan remaja. Hal ini selain berguna untuk

memberikan pengetahuan melalui bahan bacaan juga merupakan promosi tentang

adanya PKPR kepada sebayanya yang ikut membaca brosur tersebut.

6. Partisipasi / keterlibatan remaja.

a. Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara

mendapatkan pelayanan, kemudian memanfaatkan dan mendukung

pelaksanaannya serta menyebar luaskan keberadaannya.

b. Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan

penilaian pelayanan. Ide dan tindak nyata mereka akan lebih mengena dalam

perencanaan dan pelaksanaan pelayanan karena mereka mengerti kebutuhan

mereka, mengerti bahasamereka, serta mengerti bagaimana memotivasi sebaya


mereka. Sebagai contoh ide tentang interior design dari ruang konseling yang

sesuai dengan selera remaja, ide tentang cara penyampaian kegiatan pelayanan

luar gedung hingga diminati remaja, atau cara rujukan praktis yang dikehendaki.

7. Keterlibatan masyarakat.

Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR ini hingga masyarakat:

a. Mengetahui tentang keberadaan pelayanan tersebut dan menghargai nilainya.

b. Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutu pelayanannya.

8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung, serta mengupayakan

pelayanan sebaya.

Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan. Pelayanan sebaya

adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya yang terlatih

menjadi pendidik sebaya (peer educator). atau konselor sebaya (peer counselor)

9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif.

a. Meliputi kebutuhan tumbuh kembang dan kesehatan fisik, psikologis dan sosial.

b. Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja

lainnya. Harus dijamin kelancaran prosedur rujukan timbal balik. Kurang

terinformasikannya keberadaan PKPR di puskesmas pada institusi yang ada di

masyarakat mengakibatkan rujukan tidak efektif. Sebaliknya kemitraan yang kuat

dengan pemberi layanan kesehatan dan sosial lainnya akan melancarkan proses

rujukan timbale balik.

c. Menyederhanakan proses pelayanan, meniadakan prosedur yang tidak penting.

10. Pelayanan yang efektif

a. Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
b. Memiliki sarana prasarana cukup untuk melaksanakan pelayanan esensial.

c. Mempunyai sistem jaminan mutu bagi pelayanannya.

11. Pelayanan yang efisien

Mempunyai SIM (Sistem Informasi Manajemen) termasuk informasi tentang biaya

dan mempunyai sistem agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan.


BAB II
HASIL EVALUASI PROGRAM

Berdasarkan data kependudukan jumlah remaja yang berada di wilayah Kelurahan


Malaka Jaya sebanyak 5.151 jiwa dengan remaja usia 10 14 tahun sebanyak 2.837 jiwa dan
usia 15 19 tahun sebanyak 2.314 jiwa. Laki-laki berjumlah 2.571 jiwa dan perempuan
berjumlah 2.580 jiwa. Evaluasi dan monitoring terhadap PKPR di puskesmas selain
dilakukan oleh pihak lain di luar puskesmas perlu dilakukan oleh puskesmas sendiri. Melalui
monitoring, petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini hingga koreksi yang akan
dilakukan tidak memerlukan biaya dan waktu yang banyak, dan mempercepat tecapainya
PKPR yang berkualitas
Dalam monitoring PKPR, mengumpulkan data dilakukan berkaitan dengan dengan
input (struktur), proses (apakah pelayanan sesuai dengan standar) dan output (hasil
pelayanan).
a) Input: Beberapa sumber daya meliputi sarana, dana dan fasilitas lainnya yang
dibutuhkan dan tersedia untuk melakukan PKPR.
b) Proses: Berupa data kegiatan yang dilakukan agar tujuan PKPR dapat dicapai. Data
yang dikumpulkan meliputi jenis kegiatan, bagaimana melakukannya, dilakukan oleh
siapa, siapa sasarannya, kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan.
c) Output: Merupakan hasil kegiatan

2.1 Input
Input merupakan sumber daya atau masukan yang digunakan oleh suatu
system/kegiatan/program yang disingkat dengan 4M yaitu:
a) Man : Kelompok penduduk yang merupakan sumber daya manusia untuk dapat
menjalankan program seperti Staf Puskesmas, kecamatan, kelurahan, kader, pemuka
masyarakat, dan sebagainya
b) Money : dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi oleh
pemerintah
c) Material : Alat yang digunakan untuk menjalankan program
d) Method, : Cara yang digunakan untuk menjalankan program
Berdasarkan pedoman PKPR di Puskesmas, PKPR memiliki karakteristik

tertentu yang harus dipenuhi. Man merupakan Sumber Daya Manusia ( SDM) yang

menjalankan program. PKPR di puskesmas dilaksanakan oleh petugas khusus peduli

remaja yang mempunyai perhatian dan peduli, baik budi dan penuh pengertian,

bersahabat, memiliki kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada

remaja, mempunyai keterampilan komunikasai interpersonal dan konseling. Selain itu

pelaksanaan program ini juga dibantu oleh petugas pendukung peduli remaja yang

berhubungan pula dengan remaja, misalnya petugas loket, laboratorium dan unit

pelayanan lain juga perlu menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan

tidak membedakannya. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi

PKPR di Puskesmas Malaka Jaya didapatkan bahwa penanggung jawab program

PKPR adalah dr. Dyah Purwaningrum. dr. Dyah sebagai penanggung jawab program

sudah mengikuti pelatiahan sebagai petugas khusus peduli remaja. Pelaksanaan

program PKPR tidak hanya dijalankan oleh pemegang program saja, tetapi tentunya

memerlukan kerja sama dengan staf/bagian lainnya. Adapun staf/bagian lain di

Puskesmas yang diikutsertakan dalam program PKPR antara lain program UKS

(Usaha Kesehatan Sekolah), program PKM (Pendidikan Kesehatan Masyarakat),

program kesehatan gigi, program KIA/KB (Kesehatan ibu dan anak/Keluarga

berencana), pelayanan poliklinik khususnya pelayanan umum, dan P2M (Pencegahan

penyakit menular) termasuk didalamnya pelayanan IMS ( Infeksi menular seksual)

dan HIV/AIDS Dengan adanya kerja sama lintas bagian ini, diharapkan dapat

menunjang keterlaksanaan dan kelancaran kegiatan program PKPR Namun pada

pelaksanaanya PKPR hanya dijalankan oleh penanggung jawab program. Hal ini

terkendala oleh kurangnya Sumber Daya Manusia ( SDM) di Puskesmas Malaka

Jaya). Dr. Dyah sebagai staf penanggung jawab selain sebagai penanggung jawab
PKPR menjadi penanggung jawab program MTBS dan mengisi sebagai dokter di

Balai Pengobatan Umum.

Money merupakan dana yang didapatkan untuk menjalani program. PKPR

untuk kegiatannya terutama yang termasuk dalam program pembinaan kegiatan upaya

kesehatan masyarakat mendapatkan dana dari dana DAK/BOK 2016. Penyaluran dana

DAK/BOK merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam

pembangungan kesehatan bagi seluruh masyarakat khususnya dalam meningkatkan

upaya kesehatan promotif dan preventif guna tercapainya SPM Bidang Kesehatan dan

MDGs Bidang Kesehatan tahun 2016. Dana yang diperoleh Puskesmas Malaka Jaya

tahun 2016 yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp.

34.020.000,-. Pada awal perencanaan dana DAK 2016 sebesar Rp. 59.770.000,-. tidak

terlaksana sebesar Rp. 11,486.000,- (19.2%) dan efisiensi anggaran DAK tahun 2016

sebesar Rp. 14.264.000,- (23.9%). Selain itu keterlambatan turunnya dana

menyebabkan beberapa kegiatan yang membutuhkan dana untuk transport dan

konsumsi menjadi terhambat. Salah satu kegiatan yang terhambat ada pembentukan

KKR ( Kader Kesehatan Remaja) dan kegiatan ABAT ( Aku Bangga Aku Tahu!)

yang merupakan bagian dari kegiatan PKPR. Kegiatan pembentukan KKR

dilaksanankan satu kali pada bulan Oktober 2016 dengan anggaran sebesar Rp.

4.230.000,-. Kegiatan ABAT dilaksanakan dua kali pada bulan Oktober 2016 dan

November 2016. Setiap kegiatan memiliki anggaran Rp 1.800.000,- .

Material yang digunakan dalam PKPR adalah prasarana dan sarana seperti

lingkungan yang aman, lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah seperti ruang

konseling tersendiri, mudah dicapai tanpa perlu melalui ruang tunggu umum atau

ruang-ruang lain sehingga menghilangkan kekhawatiran akan bertemu seseorang yang

mungkin beranggapan buruk tentang kunjungannya (stigma), fasilitas yang baik yang
menjamin privasi dan kerahasiaan serta ketersediaan materi KIE. Materi KIE perlu

disediakan baik di ruang tunggu maupun di ruang konseling. Perlu disediakan leaflet

yang boleh dibawa pulang tentang berbagai tips atau informasi kesehatan remaja. Hal

ini selain berguna untuk memberikan pengetahuan melalui bahan bacaan juga

merupakan promosi tentang adanya PKPR kepada sebayanya yang ikut membaca

brosur tersebut. Dalam pelaksanaan PKPR di Puskesmas Malaka Jaya tidak ada

sarana dan prasarana yang memadai untuk menjalankan program ini. Tidak

tersedianya ruangan khusus untuk menjalankan kegiatan konseling, tidak ada ruang

tunggu khusus, tidak adannya fasilitas yang menjamin privasi dan kerahasiaan remaja

dan minimnya ketersediaan materi KIE yang ada.

Method adalah cara yang digunakan untuk dapat berjalannya program PKPR.

Metode yang digunakan dalam PKPR adalah metode pemberian informasi, edukasi,

pelayanan klinis medis dan dititik beratkan pada konseling. Dalam pelaksanaan PKPR

di Puskesmas Malaka Jaya sudah mengunakan metode yang sesuai terutama pada

pelaksanaan pemberian informasi dan edukasi untuk remaja di wilayah kerja.

Pemberian informasi dan edukasi yang diberikan salah satu dengan program KKR (

Kader Kesehatan Remaja) dan ABAT ( Aku Bangga Aku Tahu!). Untuk Pelayanan

Klinik Medis tidak dilakukan secara khusus namun digabung dengan Balai

Pengobatan Umum.

\
No Input Perencanaan Realisasi

1. Man Petugas khusus peduli Penanggung jawab

remaja yang mempunyai program merupakan

perhatian dan peduli, baik petugas khusus peduli

budi dan penuh pengertian, remaja yang sudah

bersahabat, memiliki memenuhi keriteria

kompetensi teknis dalam pedoman

memberikan pelayanan Pelaksanaan program

khusus kepada remaja masih kurang SDM

Dibantu oleh petugas karena penanggung

pendukung peduli remaja jawab program juga

yang berhubungan pula bertanggung jawab

dengan remaja, misalnya terhadap program lain

petugas loket, laboratorium Tidak adanya petugas

dan unit pelayanan lain juga pendukung peduli

perlu menunjukkan sikap remaja sehingga tidak

menghargai kepada semua terjalinnya

remaja dan tidak kerterikatan antar

membedakannya sektor yang

diharapkan dapat

berkerjasama dalam

terlaksananya program

2. Money Dana diperolah dari Dana diperoleh dari

dana DAK/BOK 2016 data DAK?BOK


dengan pengajuan 2016 dengan

anggaran semus kegiatan nominal sebesar Rp

yang membutuhkan 34.020.000,-

biaya sebesar Rp. Terjadi

59.770.000,- keterlambatan

Dana turun dari awal penurunan dana

tahun untuk mendanai yang harusnya

kegiatan sepanjang terjadi pada awal

tahun 2016 tahun, turun pada

Dana digunakan untuk akhir bulan juli.

membiayai program Sehingga kegiatan

KKR dan ABAT yang membutuhkan

dana transport dan

konsumsi tertunda

Dana digunakan

untuk 1 kali

program KKR dan

2 Kali program

ABAT

3. Material Sarana dan Prasarana yang Tidak ada sarana

digunakan dalam PKPR : dan prasarana yang

Lingkungan yang aman memadai untuk

Lokasi pelayanan yang menjalankan

nyaman dan mudah program ini.

seperti ruang konseling Tidak tersedianya


tersendiri ruangan khusus

Mudah dicapai tanpa untuk menjalankan

perlu melalui ruang kegiatan konseling,

tunggu umum atau Tidak ada ruang

ruang-ruang lain tunggu khusus,

sehingga menghilangkan Tidak adannya

kekhawatiran akan fasilitas yang

bertemu seseorang yang menjamin privasi

mungkin beranggapan dan kerahasiaan

buruk tentang remaja

kunjungannya (stigma) Minimnya

Fasilitas yang baik yang ketersediaan materi

menjamin privasi dan KIE yang ada

kerahasiaan

Ketersediaan materi KIE

4. Method pemberian informasi, Pemberian

edukasi dan dititik informasi dan

beratkan pada konseling edukasi yang

diberikan dengan

program KKR (

Kader Kesehatan

Remaja) dan

ABAT ( Aku

Bangga Aku
Tahu!)

Pelayanan Klinik

Medis tidak

dilakukan secara

khusus namun

digabung dengan

Balai Pengobatan

Umum.

2.2 Proses
2.2.1 Jenis Kegiatan dalam PKPR

Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dilaksanakan di dalam

gedung atau di luar gedung, untuk sasaran perorangan atau kelompok, dilaksanakan

olehpetugas Puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat, berdasarkan kemitraan.

Jenis kegiatan meliputi:

1. Pemberian Informasi dan edukasi

a. Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan atau

berkelompok

b. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah atau

dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan)

Puskesmas

c. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, FGD (Focus Group Discussion),

diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media

elektronik (radio, email, dan telepon/hotline, SMS)


d. Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan

bahasa sasaran (remaja, orang tua, guru ) dan mudah dimengerti. Khusus untuk

remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu bersikap santai

2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke

Puskesmas adalah:

a. Bagi klien yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu

pada prosedur tetap penanganan penyakit tersebut

b. Petugas dari BP umum, BP Gigi, KIA dll dalam menghadapi klien remaja

yang datang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau yang

berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk kemudian bila ada,

menyalurkannya ke ruang konseling bila diperlukan

c. Petugas yang menjaring remaja dari ruang lain tersebut dan juga petugas

penunjang seperti loket dan laboratorium seperti halnya petugas khusus PKPS

juga harus menjaga kerahasiaan klien remaja, dan memenuhi kriteria peduli

remaja

d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil

rujukan kasus per kasus

3. Konseling

Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien

hingga tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat menawarkan

dukungan, keahlian dan pengetahuan secara berkesinambungan hingga klien dapat

mengerti dan mengenali dirinya sendiri serta permasalahan yang dihadapinya dengan

lebih baik dan selanjutnya menolong dirinya sendiri dengan bantuan beberapa aspek

dari kehidupannya.
Tujuan konseling dalam PKPR adalah:5

a. Membantu klien untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya agar

dapat mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus

dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut

b. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber daya

secara berkesinambungan hingga dapat membantu klien dalam:

Mengatasi kecemasan, depresi atau masalah kesehatan mental lain

Meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi

pada dirinya

Mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi masalah.

Konseling merupakan kegiatan yang dapat mewakili PKPR. Sebab itu langkah

pelaksanaannya perlu dijadikan standar dalam menilai kualitas pelaksanaan PKPR.

VCT (Voluntary Counseling and Testing for HIV/AIDS) adalah konseling khusus

diikuti olehpemeriksaan laboratoriun untuk HIV/AIDS atas dasar sukarela. VCT

memerlukanketerampilan dan sarana khusus, dan hanya dilakukan oleh petugas

terlatih khususuntuk penanggulangan HIV/AIDS.

4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat

Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa

bilaremaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup

menangkal pengaruh yang merugikan bagi kesehatannya. PKHS merupakan

adaptasidari Life Skills Education(LSE). Life skills atau keterampilan hidup adalah

kemampuanpsikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah

dalamkehidupan se-hari-hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peran

penting dalampromosi kesehatan dalam lingkup yang luas yaitu kesehatan fisik,

mental dan sosial.


Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini dapat

memberi kontribusi yang berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan

mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres

dan tekanan dalam hidup dengan baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan

dikenal dengan istilah PKHS. PKHS dapat diberikan secara berkelompok di mana

saja,di sekolah, Puskesmas, sanggar, rumah singgah dan sebagainya.

Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:5

a. Pengambilan keputusan

Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam

menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang

mengakibatkan masa depan menjadi suram.

b. Pemecahan masalah

Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan

pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan ketegangan fisik.

c. Berpikir kreatif

Membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir kreatif

terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan

mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tanpa

ada keputusan, berpikir kreatif akan membantu cara merespons segala situasi dalam

keseharian hidup secara fleksibel.

d. Berpikir kritis

Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman secara

objektif, dengan demikian akan membantu mengenali dan menilai faktor yang

mempengaruhi sikap dan perilaku misalnya tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan

media.
e. Komunikasi efektif

Membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun

nonverbal, sesuai dengan budaya dan situasi dalam cara menyampaikan keinginan,

pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk

meminta nasihat atau pertolongan bilamana membutuhkan.

f. Hubungan interpersonal

Membantu berhubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga dapat

meciptakan persahabatan dan mempertahankan hubungan, hal yang penting untuk

kesejahteraan mental. Dapat meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga,

untuk mendapatkan dukungan sosial. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil

dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif.

g. Kesadaran diri

Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan kelemahan,

pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan

kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi.

Kesadaran diri ini harus dipunyai untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan

hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang lain.

h. Empati

Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja

mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja

untuk mengerti dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan

juga membantu menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang menderita.

i. Mengendalikan emosi

Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi

dapat mempengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi


dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi

kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.

j. Mengatasi stres

Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh membantu

mengontrol stres dan mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat

perubahan di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Disini diajarkan

pula bagaimana bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak

terhindarkan tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.

PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk drama, main-peran (role play), diskusi dll.

Contoh aplikasi keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari adalah cara menolak

ajakan atau tekanan teman sebaya untuk melakukan perbuatan berisiko, dan menolak

ajakan melakukan hubungan seksual di luar nikah.

Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk

menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut,

berpikir kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan

mengerahkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi,

sehingga penolakan akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.

Pelaksanaan PKHS di Puskesmas disamping meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi remaja sehingga

dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung kali berikut, serta mendorong melakukan

promosi tentang adanya PKPR di Puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber

penular pengetahuan dan keterampilan hidup sehat kepada teman-temannya.

5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya

Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja sebagai

salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan
remaja yang lazim disebut pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh yaitu

pendidik sebaya ini akan berperan sebagai agen pengubah sebayanya untuk

berperilaku sehat, sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok

yang siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik

sebaya yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat curhat bagi teman yang

membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam

keterampilan interpersonal relationship dan konseling, sehingga dapat berperan

sebagai konselor remaja.

6. Pelayanan rujukan

Sesuai kebutuhan, Puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis,

melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan sosial

juga diperlukan dalam PKPR, sebagai contoh penyaluran kepada lembaga

keterampilan kerja untuk remaja pasca penyalah-guna napza, atau penyaluran kepada

lembaga tertentu agar mendapatkan program pendampingan dalam upaya rehabilitasi

mental korban perkosaan. Sedangkan rujukan pranata hukum kadang diperlukan

untuk memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam

menindaklanjuti suatu kasus. Tentu saja kerjasama ini harus diawali dengan komitmen

antar institusi terkait, yang dibangun pada tahap awal sebelum PKPR dimulai

Dalam Pelaksanaannya di Puskesmas Malaka Jaya, tidak semua jenis kegiatan

berjalan dengan baik. Kegiatan yang sudah berjalan adalah pemberian Informasi dan

edukasi yang dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan

atau berkelompok yang enggunakan metoda ceramah tanya jawab, FGD ( Focus

Group Discussion), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak

atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline, SMS). Program yang

berjalan dengan baik adalah pembentukan KKR dan ABAT.


Pembentukan KKR dilaksanakan satu kali selama tahun 2016 yaitu pada bulan

Oktober 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring remaja untuk menjadi kader-

kader yang peduli dengan kesehatan terutama kesehatan remaja. Kegiatan ini

dilaksanakan di SMPN 139 dengan mengundang siswa/i yang mernupakan anggota

OSIS dan PMR untuk menjadi KKR dengan jumlah 30 orang. Siswa/i akan dibekali

dengan informasi dan eduksi tetang kesehatan remaja yang diberikan oleh staf

puskesmas.

Selain pembentukan KKR terdapat juga program ABAT ( Aku Bangga Aku

Tahu!). Program ini dilakukan dengan melihat adanya Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 menyatakan, secara nasional baru 11,4% penduduk umur 15-

24 tahun yang memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV dan

AIDS. Kampanye Aku Bangga Aku Tahu ini, menggunakan Media Komunikasi,

Informasi dan Edukasi (KIE) yang telah disediakan (DVD, poster dan leaflet) untuk

meratakan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang HIV dan AIDS diantara

kaum muda bangsa agar mereka tahu apa itu HIV dan AIDS, bagaimana virus ini

menyebar dan ditularkan, hal-hal apa saja yang harus dihindari agar tidak tertular, dan

lain-lain. Dengan memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjaga dirinya, dan

terhindar dari ancaman HIV dan AIDS, mereka dapat mengejar semua yang dicita,

menikmatinya bersama sahabat mereka, keluarga dan sanak saudara mereka, serta

sesama kaum muda lainnya. Kampanye ini dilakukan sebanyak dua kali selama tahun

2016 yaitu pada bulan oktober dan november. Kegiatan ini dilaksanakan di aula

gedung Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya dengan mendatangkan siswa/i yang

sebanayk 30 siswa/i. Kegiatan yang dilakukan adalah FGD ( Focus Group

Discussion), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media elektronik

berupa pemutaran film tentang HIV/AIDS.


NO Proses Perencanaan Realisasi

1. Program/Kegiatan 1. Pemberian Informasi Pemberian

dan edukasi Informasi dan

2. Pelayanan klinis medis Edukasi sudah

termasuk pemeriksaan baik dengan ada

penunjang dan rujukannya. nya program

3. Konseling pembentukan

4. Pendidikan KKR dan

Keterampilan Hidup Sehat kampanye

5. Pelatihan pendidik ABAT.

sebaya dan konselor sebaya Untuk pelayanan

6. Pelayanan rujukan klinis medis dan

konseling masih

membutuhkan

ruangan

tersendiri agar

kegiatan dapat

berjalan lancar.

Pemberntkan

konselor dan

pendidik sebaya

didapatkan dari

program

pembentukan

KKR dan
Kamapanye

ABAT.

2.3 Output
Output yang diharapkan dari PKPR adalah
1. Mampu memberikan pelayanan konseling bagi semua remaja yang membutuhkan

pelayanan konseling.

2. Membina minimal satu sekolah dengan melakukan KIE (komunikasi informasi

edukasi) Kesehatan Reproduksi Remaja minimal dua kali per tahun.

3. Melatih KKR/Konselor Sebaya minimal 10% dari jumlah siswa di sekolah yang

dibina.

Dari pelaksanaan PKPR selama tahun 2016, beberapa tujuan belum dapat

diwujudkan. Yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Malaka Jaya adalah puskesmas sudah

bekerja sama dengan 2 sekolah yaitu SMPN 139 dan SMA 103 untuk pelaksanaan beberapa

program yang terkait untuk mencapai tujuan program. Walaupun jumlah dari konselor sebaya

masih belum memenuhi yaitu 10% dari jumlah siswa karena jumlah konselor sebaya yang

dilatih paling banyak adalah 60 siswa/i di setiap SMP dan SMA yang berada di wilayah kerja

puskesmas.

Untuk derajat kesehatan remaja di wilayah puskesmas malaka jaya diperoleh bahwa

kunjungan remaja ke Balai Pengobatan sebagai berikut:

Grafik 2.1 Kunjungan Balai Pengobatan Pasien Usia 15-19 Tahun


70

60

50

40

perempuan
30
laki-laki
20

10

Grafik 2.2 Kunjungan Balai Pengobatan Pasien Usia 10-14 Tahun

100
90
80
70
60
50 Laki-laki
40 Perempuan
30
20
10
0

Seluruh kunjungan remaja di Puskesmas Malaka Jaya merupakan gabungan dari


seluruh penyakit yang ada. Penyakit yang berhubungan dengan permasalahan di remaja tidak
ditemukan dengan pasti karena pendataan yang tidak baik terhadap data kunjungan. Namun,
didapatkan 3 remaja putri berusia 14 19 tahun yang menderita anemua.
BAB III

PEMBAHASAN

Identifikasi masalah dalam pelaksanaan PKPR meliputi :

a. Gambaran remaja di wilayah kerja :

1). Jumlah remaja, pendidikan, pekerjaan.

2). Perilaku berisiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan lainnya.

3). Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalah-gunaan NAPZA.

b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai berhubungan dengan

perilaku berisiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui, dan pelayanan apa yang

dikehendaki.

c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada.

d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk buku-buku pedoman tentang

kesehatan remaja

Berdasarkan data kependudukan jumlah remaja yang berada di wilayah Kelurahan

Malaka Jaya sebanyak 5.151 jiwa dengan remaja usia 10 14 tahun sebanyak 2.837 jiwa dan

usia 15 19 tahun sebanyak 2.314 jiwa. Laki-laki berjumlah 2.571 jiwa dan perempuan

berjumlah 2.580 jiwa. PKPR di Puskesmas Malaka Jaya berjalan pada pemberian informasi,

edukasi dan pembimbingan konselor sebaya. Namun pelaksanaan balai pengobatan khusus

remaja yang merupakan sarana dan prasarana terlaksananya program PKPR terutama pada

bidang konseling belum dapat terlaksana dengan baik dikarenakan tidak adanya ruangan atau

tidak terpenuhinya material lain. Selain itu data pencatatan pada kunjungan remaja ke balai

pengobatan tidak memiliki catatan khusus


3.1. Masalah
1. Man :
Pelaksanaan program masih kurang SDM karena penanggung jawab program

juga bertanggung jawab terhadap program lain

Tidak adanya petugas pendukung peduli remaja sehingga tidak terjalinnya

kerterikatan antar sektor yang diharapkan dapat berkerjasama dalam terlaksananya

program

2. Money

Dana diperoleh dari data DAK/BOK 2016 dengan nominal sebesar Rp

34.020.000,- tidak sesuai dengan dana yang dianggarkan.

Terjadi keterlambatan penurunan dana yang harusnya terjadi pada awal tahun,

turun pada akhir bulan juli. Sehingga kegiatan yang membutuhkan dana transport

dan konsumsi tertunda

3. Material

Tidak ada sarana dan prasarana yang memadai untuk menjalankan program ini.

Tidak tersedianya ruangan khusus untuk menjalankan kegiatan konseling,

Tidak ada ruang tunggu khusus,

Tidak adannya fasilitas yang menjamin privasi dan kerahasiaan remaja

Minimnya ketersediaan materi KIE yang ada

Pelayanan Klinik Medis tidak dilakukan secara khusus namun digabung dengan

Balai Pengobatan Umum.

3.2 Pemecahan Masalah


Dari alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat maka akan dipilih scara
pemecahan masalah yang dianggap paling mampu laksana. Pemilihan prioritas cara
pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria yang lazim
digunakan adalah efektifitas dan efisiensi. Di dalam efektifitas terdapat variabel M
(Magnitude) yang artinya semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan, makin terpilih
jalan tersebut. Lalu ada variabel I ( Importancy), yang artinya semakin lama jalur tersebut
membuat masa bebas masalah semakin terpilih jalur tersebut. Dan yang terakhir V
(Vulnerability) yang berarti semakin terpilih jalur tersebut bila penyelesaian masalah semakin
cepat. Faktor lain yang turut diperhitungkan adalah efisiensi, dalam hal ini yang menyangkut
biaya ( Cost/C), yang berbanding terbalik dengan faktor efektifitas. Prioritas yang terpilih
adalah yang memiliki nilai (MxIxV)/C terbesar. setiap variabel diberi nilai 5 untuk efektifitas
tertinggi dan 1 untuk efektifitas terendah. Sebaliknya, untuk variabel efisiensi diberi nilai 5
untuk yang paling tidak efisien/paling mahal, dan nilai 1 untuk yang paling efisien/paling
murah.
No Variabel Penilitian Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3
1 M (Magnitude) 3 3 4
2 I ( Importancy) 3 4 4
3 V (Vulnerability) 1 1 1
4 C ( Cost) 1 1 1
Total 9 12 16

Berikut adalah masalah yang akan diselesaikan sebagai prioritas, masalah yang
menjadi prioritas adalah masalah Material yang merupakan masalah yang harus diselesaikan
terlebih dahulu terutama menyangkut dengan sarana dan prasarana yang diperlukan remaja
agar output terhadap kesehatan remaja di wilayah kerja dapat didapatkan hasil yang baik.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari data yang didapatkan tentang PKPR tahun 2016 di Puskesmas dapat disimpulkan
bahwa program PKPR Puskesmas belum dapat terealisasikan dengan baik dilihat dari masih
banyaknya masalah dan kendala dalam pelaksanaan program. Masalah dan kedala tersebut
berasal paling banyak dari input berupa Man yaitu ketersediaan SDM, Money berupa
keterlambatan turunnya biaya operasional pelaksanaan program, dan Material yang
merupakan ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup untuk menjalankan program.

B. Saran
Untuk meningkatkan mutu pelayanan PKPR dan tercapainya tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, maka sebaiknya masalah dan kendala harus dihadapi sesuai dengan mana yang
menjadi prioritas. Dari hasil skoring yang digunakan, masalah material adalah masalah yang
harus diselesaikan terlebih dahulu dengan pengadaan ruang khusus untuk PKPR di
Puskesmas Malaka Jaya dengan menjaga privasi dan kerahasiaan remaja untuk
menghilangkan stigma yang buruk terhadap remaja yang berkunjung dan meningkatkan
kepedulian terhadap kesehatan remaja di wilayah Puskesmas Malaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai