Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Dekubitus

1. PENGERTIAN

Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai

mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibatkan

gangguan sirkulasi darah setempat. (M.Clevo Rendi, 2012)

Dekubitus adalah suatu daerah kerusakan selular yang terlokalisasi, baik akibat tekanan langsung pada kulit,

sehingga menyebabkan iskemia tekanan, maupun akibat kekuatan gesekan sehingga menyebabkan stress mekanik

terhadap jaringan. (Chapman dan Chapman, 1986,hal.106)

1. ETIOLOGI

1. Factor intrinsik : penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang menyebabkan seperti DM, status gizi,

anemia, penyakit-penyakit neurologic dan penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, serta keadaan hidrasi.

2. Factor ekstrinsik : kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang

menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan

posisi yang kurang.

Ex : Kekuatan gesekan

Efek dari kekuatan gesekan adalah terganggunya mikrosirkulasi lokal melalui penggantian, distorsi, atau

terpotongnya pembuluh darah pada saat lapisan-lapisan kulit bergesekan (Chow et al, 1976). Sebagai contoh, pasien

merosot turun dari tempat tidur yang miring di sebabkan karena teknik mengangkat yang kurang baik ;mikrosirkulasi

lokal terganggu, dan pembuluh darah mengalami ditorsi atau terpotong pada saat lapisan kulit bergerak secara relatif

di antara mereka.

1. TANDA DAN GEJALA SERTA STADIUMNYA

1. Stadium satu
1. Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan

tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat)

2. Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)

3. Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang

berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.

4. Stadium dua

Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial,

abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.

1. Stadium tiga

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam,

tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.

1. Stadium empat

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang

atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.

1. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN DEKUBITUS

1. Imobilitas

Pentingnya imobilitas dalam perkembangan dekubitus, baik melalui paralisis, anestesia, nyeri, maupun melalui

sedasi, tidak dapat teralu dititik beratkan. Faktor eksaserbasi lainnya termasuk inkontinensial, malnutrisi, dan

hilangnya fungsi sensoris akibat paraplegia atau hemiparesis. Sebagai contoh, akibat paralisis, traksi, anestesia,

gangguan sendi, tirahbaring yang di paksakan, nyeri dan sedasi.

1. Inkontenensia
Terdapat hubungan yang kuat antara inkontinensia dan dekubitus (Exton-Smith, 1987 ). Urin dapat menyebabkan

maserasi dan ekskoriasi kulit, serta abrasi superfisial akibat gesekan menjadi jauh lebih mudah terjadi. Sebagai

contoh, urin atau fekal.

1. Malnutrisi

Malnutrisi tidak secara langsung menyebabkan dekubitus, tetapi malnutrisi merupakan faktor eksaserbasi yang

sangat penting di dalam perkembangan dekubitus (Agarwal et al, 1985). Sebagai contohnya, defisiensi zat makanan

(protein, kalori, vitamin c, besi, seng); gangguan malabsorbsi.

1. Usia

2. Tekanan arteriolar yang rendah

3. Stress emosional

4. Merokok

5. Temperature kulit

1. PATOFISIOLOGI

2. Immobil / terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring (lebih dari 2 jam), tekanan daerah sakrum

akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg (normal: tekanan daerah pada kapiler

berkisar antara 16mmHg-33mmHg), iskemik,nekrosis jaringan kulit.

3. Selain factor tegangan, ada factor lain yaitu: factor terengngnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada

penderita dengan posisi setengah baring.

4. Factor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan

kulit tertinggal dari area tubuh lainnya.

1. PATHWAYS

Faktor primer Faktor sekunder


Tirah baring terlalu lama Gangguan saraf, malnutrisi,

Intoleransi aktivitas

Anemia, infeksi, hygiene

buruk

Tekanan dari luar

Iskemik setempat

Pelepasan substnsi H, akumulasi metabolik

Kalium, ADP dan Asam laktat

Dilatasi pembuluh darah

Hiperemi

Kemerahan

Kerusakan jaringan kulit

1. KLASIFIK
Nyeri akut Resiko infeksi
Kerusakan integritas kulit
ASI DAN

STADIU

M ULKUS

DEKUBITUS
1. Klasifikasi

Berdasarkan waktu yang di perlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari

ulkus dengan kulit sekitarnya , dekubitus dapat dibagi menjadi 3 :

1. Tipe norm

Mempunyai beda temperature sampai di bawah lebih kurang 2,5 derajat celcius dibandingkan kulit sekitarnya dan

akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan,

tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.

1. Tipe arteriosklerosis

Mempunyai beda temperatur kurang dari 1 derajat celcius antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini

memnunjukan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah ikut berperan untuk terjadinya dekubitus

di samping factor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini di harapkan sembuh dalam 16 minggu.

1. Tipe terminal

Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

1. Stadium

1. Dekubitus derajat I

Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis.

1. Dekubitus derajat II

Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal.

1. Dekubitus derajat III


Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sudah ada infeksi.

1. Dekubitus derajat IV

Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula di sertai jaringan nekrotik.

1. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Prinsip-prinsip perawatan luka :

Adanya dua prinsip utama dalam perawatan luka. Prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka

kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik sabbing, yaitu ditekan dan di gosok pelan-pelan

menggunakan kassa steril atau kain bersih yang di basahidengan air steril atau Nacl 09%. Sedangkan luka basah

dan mudah berdarah di bersihkan dengan teknik irigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada

bisa di ganti dengan air matang) atau Nacl 0,9%. Jika memungkinkan bisa di rendam selama 10 menit dalam larutan

kalium (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK di larutkan dalam 10 liter air), atau di kompres larutan kalium pemanganat

1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain kassa.

Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi karena dapat merusak fibrilast yang sangat

penting dalam proses penyembuhan luka, menimbulkan alergi, bakhan menimbulkan luka disekitarnya. Jika di

butuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah feracylum 1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak

menimbulkan realsi alergi.

1. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian (assesment)

Identitas pasien dan keluarga, pola sensori, pemeriksaan fisik (status kesehatan umum, pemeriksaa head to toe,

pemeriksaan penunjang), pemeriksaan tanda-tanda vital dan riwayat penggunaan obat-obatan.

1. Diagnosa (masalah keperawatan)

1. Imobilitas b/d dekubitus atau (luka tekan)


2. Resiko infeksi b/d inkontinensia

3. Aktual infeksi, sepsis b/b adanya infeksi (dekubitus)

4. Gangguan perfusi jaringan.

1. Intervensi

I. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan pembatasan gerakan yang diharuskan,

status yang dikondisikan, kehilangan kontrol motorik, perubahan status mental.

kriteria hasil :

1. Mengangkat berat badanya sedikitnya setiap 2 jam.

2. Menunjukan penurunan tekanan antar permukaan diatas ulkus sampai kurang dari 32 mmHg.

3. Akan mempunyai kulit tanpa eritema tidak pucat.

Intervensi :

1. Berikan dorangan mobilitas ke tingkat yang paling tinggi. Berikan alat seperti pagar tempat tidur dibagian atas kepala

atau samping, bila mungkin, untuk memudahkan gerakan mandiri (AHCPR,1992).

R : Gerakan teratur menghilangkan tekanan konstan diatas tonjolan tulang.

1. Tingkatkan sirkulasi optimal saat ditempat tidur.

1. Bila klien tidak dapat berbalik sendiri, ubah posisinya 2 jam. Gunakan puturan jarum jam (turn clock) untuk

menunjukan posisi yang tepat untuk setiap perubahan posisi seluruh tubuh (maklebust,1990).

R : Penghilangan tekanan intermiten memungkinkan darah masuk kembali ke kapiler yang tertekan yang telah

kekurangan darah dan oksigen (maklebust, 1986).

1. Buat perpindahan minor dalam posisi tubuh antara perubahan posisi tubuh (smith,1990).

R : Perpindahan minor berat badan membantu reperfusi area yang tertekan (smith,1990).
1. Periksa tonjolan tulang setiap kali mengubah posisi. Bila area kemerahan tidak hilang dalam 30 menit setelah

mengubah posisi, ubah posisi klien lebih sering.

R : Hipertermia reaktif mungkin tidak mencukupi untuk mengkompensasi iskemia lokal.

1. Baringkan klien pada posisi meninggi kearah lateral 30 derajat. Jangan gunakan posisi flowers tinggi (AHCPR, 1992:

Seiler.1986.).

R : Posisi ini menghilangkan tekanan diatas trokhanter dan sakrum secara simultan. Posisi flowers tinggi

meningkatkan gesekan sakral.

1. Gunakan alat penghilang tekanan untuk memudahkan jadwal pengubah posisi.

R : Alat pengurang tekanan dapat meningkatkan interval waktu antara perubahan posisi yang seharusnya

(maklebust,1986).

1. Jangan gunakan busa berbentuk donat atau cincin karet (AHCPR 1992).

R : Alat ini menekan sistem pembuluh darah disekitarnya, meningkatkan area iskemia (Ek,1985).

1. Beri perhatian khusus pada tumit.

R : Penelitian menunjukan bahwatumit sangat rentan untuk mengalami kerusakan karena tingginya konsentrasi berat

badan yang ditahan dibandingkan dengan permukaan yang relatif kecil (maklebust, 1986).

1. Jangan memasase area kemerahan (AHCPR,1992 ; Ek, 1985).

R : Masase keras dapat menusuk dan merobek kapiler (Ek, 1985).

II. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan dasar luka pada fekal/drainase

urine.
Kriteria Hasil :

Kulit tidak akan teriritasi akibat pemajanan terhadap fekal/drainase urine.

Intervensi

1. Ajarkan pentingnya kebersihan kulit yang baik. Gunakan emolin bila kulit kering, tetapi jangan biarkan kulit basah

karna terlalu banyak losion atau krim.

R : kulit kering rentang terhadap lecet dan infeksi. Emolin berlebih dapat menimbulkan maserasi( keller, 1990)

1. Lindungi kulit dari pajanan urine atau feses.

R : kontak urin edan feses dapat menyebabkan maserasi kulit. Feses mungkin lebih uleserogenik dari pada urin,

karena bakteri dan toksin yang terdapat dalam feses(Allman, 1987

1. Pertimbangkan penggunaan balutan oklusif pada permukaan luka yang bersih, tetapi jangan pada luka yang dalam

R : balutan oklusif melindungi permukaan luka dari urin dan feses, tetapi dapat menahan bakteri pada luka dalam.

1. Pastikan mencuci tangan dengan cermat untuk mencegah tranmisi infeksi.

R : mencuci tangan yang tak tepat. Oleh pemberi perawatan merupakan sumber infeksi primer dari transmisi infeksi

pada klien yang dirawat dirumah sakit.

1. Gunakan tehnik yang tepat selama menggangti semua balutan.

R : tehnik yang baik mengurangi masuknya organisme patogen kedalam luka.

1. Bilas dasar luka dengan larutan NS


R : infeksi membentuk debris nekrotik dengan sekresi yang memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan

mikroorganisme. Pembilasan membantu mengangkat debris nekrotik dan mengurangi jumlah bakteri. Luka ketebalan

parsial terinfeksi dapat berkembang menjadi sepsis luka dengan peningkatan nekrosis, yang pada akhirnya menjadi

lesi ketebalan penuh.

1. Gunakan sarung tangan yang baru untuk setiap penggantian balutan pada klien dengan luka dekubtus multipel

(AHCPR,1992)

R : Setiap ulkus dapat terkontaminasi oleh organisme yang berbeda, tindakan ini dapat membantu mencegah insfeksi

silang.

1. Pantau terhadap tanda infeksi luka lokal, misalnya drainage purulen dan selulitis.

R : Ulkus terinsfeksi memerlukan intervensin tambahan.

III. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan destruksi mekanis jaringan sekunder

terhadap tekanan, gesekan, dan friksi.

Kriteria hasil

Klien akan:

a) Mengidentifikasi faktor penyebab luka dekubitus.

b) Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan tindakan.

c) Berpartisipasi dalam dalam rencana tindakan yang diprogramkan untuk meningkatkan penyembuhan luka.

d) Menunjukan kemajuan penyembuhan dekubitus dermal.


Intervensi

1. Terapkan prinsip pencegahan luka dekubitus :

Rasional : prinsip prinsip pencegahan luka dekubitus meliputi mengurangi atau merotasi tekanan pada jaringan

lunak.bila tekanan jaringan lunak melebihi tekanan intrakapiler(kurang dari 32 mmHg),akan terjadi oklusi kapiler dan

mengakibatkan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

a) Dorong latihan rentang gerak (ROM) dan mobilitas menahan beban berat badan bila mungkin.

Rasional : Latihan dan mobilitas dapat meningkatkan aliran darah ke semua area.

b) Tingkatkan mobilitas optimal(AHCPR,1992) (Rujuk ke rencana perawatan kerusakan mobilitas untuk informasi

lanjut).

Rasional : Dapat meningkatkan aliran darah ke semua area.

c) Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin (lebih rendah dari 30 derajat) dan sanggah kaki dengan papan kaki

(AHCPR,1992).

Rasional : Tindakan ini membantu mencegah gesekan,tekanan yang terjadi bila dua perbatasan lapisan jaringan

bergerak berlawanan.Bila tonjolan tulang menggeser melewati jaringan subkuta,kapiler subepidermal dapat menjadi

lengkung dan tertekan,mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

d) Hindari menggunakan gatch lutut

Rasional : gatch lutut dapat meningkatkan pengumpula darah dan menurunkan sirkulasi pada ekstremitas bawah.
e) Gunakan blok busa atau bantal busa untuk memberikan efek jembatan untuk menyangga tubuh diatas dan

dibawah area resiko tinggi atau area luka,mencegah area yang sakit dari bersentuhan dengan permukaan tempat

tidur,jangan memakai busa berbentuk donat atau cincin yang dapat kembungkan(ACHPR,1992: Crewe,1987).

Rasional : tindakan ini membantu mendistribusikan tekanan pada area yang lebih besar.

f) Ganti atau kurangi tekanan pada permukaan kulit dengan alat seperti dibawah ini:

Matras udara.

Tempat tidur penurun panas-udara-rendah.

Tempat tidur udara cairan.

Sepatu bot vaskular atau bantal dibawah betis untuk menyangga tumit dari permukaan tempat tidur.

Rasional : matras busa adalah untuk kenyamanan;umumnya ,alat ini tidak memberikan penghilan tekanan yang

adekuat.matras udara khusus nya dan tempat tidur udara mendistribusikan ulang berat badan bahkan seluruh

permukaan tubuh ( Maklebust,1986).

g) Kerahkan personel yang cukup untuk mengangkat klien dari tempat tidur atau kursi tanda menggeser atau

menarik permukaan kulit,gunakan lengan panjang atau stoking untuk mengurangi friksi pada siku dan tumit.

Rasional : teknik pemindahan yang tepat menggurangi kekuatan friksi yang dapat menggores atau melecetkan

kulit.

h) Instruksikan klien yang sedang duduk untuk mengangkat tubuhnya sendiri dengan menggunakan tangan kursi

setiap 10 menit, bila mungkin , atau bantu klien untuk berdiri dari kursi setiap 10 sampai 20 menit,tergantung faktor

resiko yang ada.

Rasional : tindakan ini memungkinkan reperfusi periodik area sistemik


i) Jangan meninggikan kaki kecuali betis disangga,sangga betis dan luruskan panggul dan tulang lutut untuk

menghindari perpindahan berat ke tuberositas iskhial saat duduk di kursi (Zacharkow,1985).

Rasional : menyangga betis mengurangi tekanan diatas tuberositas iskhial.

j) Berikan bantalan pada kursi dengan alat menghilang kan tekanan

Rasional : tuberositas iskhialadalah area utama untuk terjadinya luka dekubitus .bantalan udara memberikan

penghilang tekanan yang lebih baik daripada bantalan busa.

k) Inspeksi area lain terhadap resiko terjadinya dekubitus pada tiap perubahan posis :

Telinga

Siku

Oksipital

Trokhanter

Tumit

Iskia

Sakrum

Skapula

Skrotum

Rasional : klien dengan satu luka dekubitus lebih beresiko terjadinya luka dekubitus yang lain.

1. Observasi terhadap eritema dan kepucatan ,dan palpasi area sekitar trhadap kehangatan dan pelunakan jaringan

setipa perubahan posisi.

Rasional : hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.

1. Kompensasi terhadap defisit sensori :


1. Inspeksi kulit setiap 2 jam terhadap tanda cedera

Rasional : klien mobilisasi dapat mengalami kerusakan sensasi, yang menggangu kemampuan mencerap nyeri

karena kerusakan kulit.

1. Ajarkan klien dan anggota keluarga untuk sering mengamati kulit .tunjukan klien cara menggunakan cermin untuk

melihat area yang sulit terlihat.

Rasional : inspeksi kulit teratur memungkinkan deteksi dini kerusakan.keterlibatan klien meningkatkan tanggung

jawab pada perawatan diri.

1. Identifikasi tahap terjadinya luka dekubitus

1. Tahap 1 : eritema kulit tidak pucat

2. Tahap 2 : ulserasi epidermis atau dermis tanpa mengenai lemak subkutan

3. Tahap 3 : ulserasi yang mengenai lemak subkutan

4. Tahap 4 : ulserai luas menembus otot dan tulang

Rasional : pentahapan merupakan alat komunikasi yang menunjukan kedalaman anatomi dari keterlibatan jaringan.

1. Kurangi atau hilangkan faktor yang menunjang perluasan luka dekubitus yang telah ada :

1. Cuci diarea disekitar ulkus dengan perlahan menggunakan sabun ringan, bilas secara menyeluruh untuk

menhilangkan sabun, dan keringkan.

Rasional : sabun merupakan suatu iritan dan mengeringkan kulit.

1. Jangan lakukan masase pada setiap area kemerahan

Rasional : masase kuat menusuk dan merobek pembuluh darah.memasase area kemerahan dapat menyebabakan

kerusakan kapiler dan melukai kulit.

1. Lakukan salah satu kombinasi beberapa hal berikut ini:


Oleskan tipis tipis pelindung kulit kopolimer cairan.

Tutup area dengan balutan film permeabel lembab

Tutup area dengan barier wafer hidroaktif dan rekatkan dengan plester mikroskop 2,5 cm;biarkan selama 4-

5 hari.

Rasional : kulit yang sehat harus dilindungi

1. Susun rencana untuk luka dekubitus dengan menggunakan prinsip penyeembuhan luka basah,sebagai berikut:

Rasional : bila luka semi tersumbat dan permukaan luka masih basah,sel sel epidermal bermigrasi lebih cepat di

atas permukaan

1. Hindari memecahkan lepuh

Rasional : lepuh mengindiksaikan luka dekubitus tahap 2;cairan yang terdapat dalam lepuh memberikan lingkungan

untuk pembentukan jaringan granulasi.

1. Bilas dasar ulkus dengan larutan salin steril.bila luka terinfeksi lakukan irigasi kuat

Rasional : irigasi dengan larutan normal salin dapat membantu membuang sel sel mati dan mengurangi jumlah

bakteri.irigasi kuat jangan diguanakan pada luka yang mempunyai jaringan granulasi dan epitalium baru.

1. Hindari menggunakan pembersih luka dan antiseptik topikal

Rasional : produk ini mungkin bersifat sitotoksik terhadap jaringan.

1. Konsul dengan ahli bedah atau spesialis luka untuk melkukan debridemen jaringan nekrotik secara mekanik atau

bedah.

Rasional : ulkus nekrotik tidak akan sembuh sampai jaringan nekrotik dibuang.
1. Balut luka dekubitus dengan balutan yang mempertahankan kelembaban lingkungan diatas dasar luka ( misal nya

balutan wafer hidrokoloid, balutan absorbsi, balutan kasa lembab)

Rasional : luka yang lembab sembuh lebih cepat (sieggren,1987).

1. Hindari agen pengering (mis;lamu pemanas, maalox, susu magnesium).

Rasional : panas menciptakan peningkatan kebutuhan oksigen.penggunaan lampu pemanas merupakan

kontraindikasi pada uka dekubitus,karena alat ini meningkatkan kebutuhan oksigen pada jaringan sudah mengalami

stress.

1. Konsul dengan perawat spesialis atau dokter untuk pengobatan luka dekubitus dalam atau terinfeksi.

Rasional : konsultasi dengan ahli dapat dibutuhkan untuk intervensi yang lebih spesifik.

IV. Resiko terhadap inefektif terdahap regimen terapetik berhubungan dengan ketidakcukupan

pengetahuan tentang etiologi, tindakan, dan perawatan di rumah.

Kriteria Hasil :

Kriteria untuk diagnosa keperawatan ini menunjukan kriteria hasil yang berkaitan dengan perencanaan

pemulangan. Rujuk pada rencana pemulangan.

Intervensi :

1. Ajarkan untuk mencegah luka dekubitus (AHCPR,1992)

1. Nutrisi adekuat

2. Mobilitas

3. Mengubah posisi dan menghilangkan tekanan

4. Perpindahan berat badan sedikit

5. Rentang gerak pasif dan aktif


6. Perawatan kulit

7. Perlindungan kulit dari urine dan feses

8. Pengenalan kerusakan jaringan

R : pencegahan luka dekubitus lebih mudah dari pada mengobatinya

1. Ajarkan tindakan untuk mengobati luka dekubitus (maklebust, 1991)

1. Terapkan prinsip pencegahan luka dekubitus

2. Perawatan luka spesifik untuk setiap luka

3. Cara mengevaluasi keberhasilan pegobatan terakhir

R : instruksikan spesifik ini membantu klien dan keluarga belajar untuk meningkatakan penyembuhan dan mencegah

infeksi.

1. Tanya anggota keluarga untuk menentukan besarnya bantuan yang mereka butuhkan dalam merawat klien

(maklebust,1991)

R : pengkajian ini diperlukan untuk menentukan apakah keluarga dapat memberikan perawatan dan bantuan yang

diperlukan.

1. Tentukan peralatan dan bahan yang diperlukan (mis, alat penghilang tekanan,bantalan kursi roda, balutan,).konsul

dengan pelayan sosial, bila perlu, untuk bantuan dalam mendapatkan peralatan dan bahan yang diperlukan.

R : peralatan dan bahan harus diatur sebelum pulang.

1. Bila diperlukan , rujuk klien dan keluarga kepelayanan kesehatan dirumah untuk pengkajian terus-menerus dan

evaluasi keperawatan yag rumit.

R : pengkajian dan penyuluhan berkelanjutan mungkin diperlukan untuk menyokong perawatan tingkat kompleks.

1. Dorong pemberian keperawatan yang ada untuk berbagai tugas keperawatan klien
R : keletihan peran dan kejenuhan dapat terjadi bila sesorang menyediakan seluruh waktunya untuk memberikan

perawatan. Istirahat sejenak atau bantuan dapat membantu mencegah situasi ini.

2.Tekankan pentingnya keperawatan luka dan mempertahankan nutrisi adekuat dirumah ( rujuk kediagnosa

keperawatan kerusakan integritas jaringan pada rencana keperawatan ini dan rencana keparatan perubahan nutrisi

pada cedera termal untuk informasi spesifik).

R : strategi yang telah dilakukan harus dilanjutkan dirumah untuk terjadinya pemulihan lengkap.

Anda mungkin juga menyukai