DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
A. Latar Belakang...............................................................................................................................2
B. TUJUAN.......................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Definisi Malaria.............................................................................................................................4
B. Klasifikasi Malaria........................................................................................................................4
C. Jenis-jenis Malaria.........................................................................................................................5
D. Karakteristik nyamuk.....................................................................................................................7
E. ETIOLOGI....................................................................................................................................8
F. PATHWAYS.................................................................................................................................10
G. Patofisiologi.................................................................................................................................10
H. Manifestasi Klinis........................................................................................................................13
I. Pemeriksaan diagnostic...............................................................................................................15
J. Penatalaksanaan...........................................................................................................................17
K. Asuhan keperawatan....................................................................................................................18
1. Pengkajian...................................................................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................19
3. Perencanaan Keperawatan...........................................................................................................20
BAB III................................................................................................................................................25
PENUTUP...........................................................................................................................................25
Kesimpulan..........................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas yaitu pada negara
yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria
berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus
malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian (Harijanto,
2000). Indonesia yang merupakan negara yang beriklim tropis yang mengakibatkan
resiko terhadap penyakit malaria.
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian bayi,
anak, dan ibu melahirkan, serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.
Di daerah transmigrasi dan daerah lain yang didatangi penduduk baru daerah non-
endemik sering terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan banyak kematian.
Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih tinggal di daerah yang merupakan
tempat terjadinya penularan malaria, sehingga berisiko tertular malaria.
Melihat keseriusan masalah ini, siapa pun berisiko untuk terkena malaria, terutama
anak balita, wanita hamil, dan penduduk non-immun yang mengunjungi daerah
endemic malaria, seperti pekerja migran, pengungsi, transmigran, dan wisatawan.
B. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
A. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya,
malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles) betina. Selain
berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau
jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria. Malaria kongenital
disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta, namun kejadian ini
jarang terjadi. Sebaliknya, malaria neonatus, agak sering terjadi dan merupakan akibat
dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses
kelahiran.
B. Klasifikasi Malaria
Berikut ini merupakan klasifikasi parasit malaria
Phylum : Apicocomplexa
Kelas : Sporozoa
Subkelas : Coccidiida
Ordo : Eucoccidies
Sub-ordo : Haemosporidiidea
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Sub-genus : Laverania
Spesies : Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
Untuk tujuan klinis dan diagnostik malaria dapat dianggap sebagai dua wujud
penyakit. Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan
disebut sebagai malaria tertiana maligna. Malaria ini menyebabkan timbulnya
berbagai manifestasi klinis akut yang bila tidak diobati dapat mematikan dalam
beberapa hari sejak mulai terinfeksinya. Malaria jenis kedua yaitu malaria yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae.
Malaria tersebut disebut dengan malaria tertiana benigna, karena malaria tersebut
hampir tidak pernah mematikan penderitanya.
C. Jenis-jenis Malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis
plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat,
ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang
banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika
menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit
normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti
(Double Chromatin).
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh,
malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang
ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
D. Karakteristik nyamuk
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang
terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah
ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula
yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet,
2002, hal 103).
a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia
(menghisap darah)
E. ETIOLOGI
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopeles betina yang sebelumnya
terinfeksi. Pada keadaan umum, malaria berkembang pasca-penularan transplasenta
atau sesudah tranfusi darah yang terinfeksi, dimana keduanya melewati fasepre-
eritrositer perkembangan parasit dalam hati. Evolusi penyakit pada umumnya sebagai
berikut :
Fase Pre-Eritrositer. Sporozoit yang di injeksikan ke dalam aliran darah oleh gigitan
nyamuk mencapai sinusoid hati dan memasuki sitoplasma sel hati. Pertumbuhan dan
pembelahan sel cepat dan terbentuk kista mikroskopik (Schizont) yang mengandung
merozoit. Kebanyakan kista dari semua spesies pecah pada akhir 6-15 hari
perkembangan. Melepaskan beribu-ribu merozoit untuk menembus sel darah merah.
Namun beberapa bentuk P. Vivak dan P. Ovale tetap dalam hati selama beberapa
minggu atau beberapa bulan, membuka jalan untuk relaps.
Masa inkubasi (antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya parasit dalam
darah) bervariasi sesuai dengan species pada P. Falciparum masa inkubasinya 10-13
hari, pada P. Vivak dan P. Ovale, 12-16 hari , dan apda P. Malariae 27-37 hari,
tergantung pada ukuran inokulum manifestasi klinis infeksi yang di induksi oleh salah
satu cara dapat di tekan selama beberapa bulan dengan pengobatan subkuratif
,terutama pada kasus malaria vivax dan quartana.
Merozoit yang menginvasi sel darah merah mula-mula tampak pada sedian berwarna
sebagai cincin kebiru-biruan atau pita sitoplasma (P. Malariae) dengan satu atau
kadang-kadang dengan dua titik kromatin inti. Parasit yang sedang tumbuk di beri
nama trophozoit, dan yang muncul bersamaan pada sel darah merah adalah granula
pigmen kuning-coklat yang terdiri atas hematin yang berasal dari hemoglobin yang di
konsumsi parasit untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Bentuk organisme
bervariasi selama pertumbuhan sampai ia menjadi bulat.
Pada infeksi campuran biasanya hanya satu spesies yang menimbulkan pola klinis,
dengan falsiparum mendominasi vivak dan vivak mendomonasai quartana hanya bila
berkembag imunitas cukup terhadap strain dominan yang lainm mulai menimbulkan
manisfesasi klinis.
Pada infeksi dengan satu spesies kelompok yang berbeda dapat berkembang karena
merozoit dalam hati tidak di bebaskan secara silmutan dan skizon eritrositer tidak
semuanya pecah pada saat yang sama, beberapa kelompok parasit memulai
keberadaannya dalam sel darah merah, sebelum atau yang sesudah mayoritas dimana
sering matag dalam jumlah yan cukup untuk menimbulka reaksi klinis tersendiri. Pada
infeksi vivak satu kelompok akan menghasilkan reaksi demam selang sehari, sedang
jika dua kelopok yang berkembang akan ada paroksismal tiap hsri. Pada malaria
palsiparum gambaran klasik demam intermiten mungkin segera terganggu juga.
F. PATHWAYS
Sporozoit
Masuk jaringan TNF meningkat konsentrasi Interleukin
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan kompensasi menggigil perubahan perfusi jaringan
Penurunan suplai O2
Berkeringat berlebih
Kelelahan Rasa haus positif
Dehidrasi
G. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Patofisiologi malaria adalah
multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Penghancuran eritrosit.
b. Mediator endotoksin-makrofag.
Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam
perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit
malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri
dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin ,
ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria.
TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia
dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult
respiratory distress syndrome) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam
pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan plasmodium
falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang
dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum
pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan
mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi
permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan
yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P.
falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya
ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi
plasmodium P. falciparum.
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat
berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini
tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam
lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi
zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi
Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah
nyamuk.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3
generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual.
Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi
adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan sporozoit ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-
eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan
menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-
ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan Pra -eritrositer primer. Terjadi
di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel
darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml
darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel
darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan
diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin
yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-
sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya
memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut ekso-
eritrositer sekunder. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan
merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel
darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan
oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis
Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh
manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
H. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut
Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi).
Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam
maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P.
Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap
serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya Trias Malaria (malaria proxysm)
secara berurutan :
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan
bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai
40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-
muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai
terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2
jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat.
b. Splenomegali
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah
anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang
berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum
tulang.
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan
bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah.
Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
1) Ikterus hemolitik
2) Ikterus hepatoseluler
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus
biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif .
I. Pemeriksaan diagnostic
1. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam
memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga
memudahkan identifikasi spesies parasit.
2. Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger
prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5
mikro liter untuk sedian tipis.
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium.
QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan
diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat
membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung
parasit.
c. Pemeriksaan imunoserologis
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/
plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap
yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak
DNA.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari
jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6
hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan
interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang
biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c. Malaria Falcifarum
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan
cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi.
Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela :Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
e. Neuro sensori
g. Penyuluhan/ pembelajaran
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas
adalah :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/ Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat
masukan makanan klien
5) Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang
berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
Tindakan/ Intervensi :
Tindakan/ intervensi :
4) Berikan antipiretik.
Tindakan/ intervensi :
Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung,
nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus menerus,
penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.
Tindakan/ intervensi:
PENUTUP
Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh
manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles) betina. Selain berasal dari vektor
nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau jarum suntik yang
terkontaminasi darah penderita malaria. Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan disebut sebagai malaria tertiana maligna. Ada 4 jenis malaria:
Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum), Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae),
Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
, Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax).
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:FKUI
Smeltzer, Suzaanne C. 2002. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH..
Jakarta : EGC
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/516-penyakit-malaria-dan-tbc-
menyebabkan-170000-kematian-setiap-tahun-di-indonesia.html
http://www.who.int/topics/malaria/en/