Anda di halaman 1dari 11

BAB XII

HAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN AIDS

A. Pengertian AIDS
AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker
tertentu akibat menurunya system kekebalan tubuh oleh infeksi virus HIV
(Bruner, 2001). AIDS adalah transmisi human imuno defisiensi virus, suatu
retrovirus yang terjadi terutama melalui pertukaran cairan tubuh
(Friedland,1987). AIDS adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus HTL.

B. Etiologi AIDS
Virus HTL-HI (human T-cell Lymphotropic virus) atau yang lebih
dikenal dengan HIV.

C. Penularan
Penyebab dari penularan AIDS pada ibu dan bayi adalah cairan serviks
vagina, cairan amnion, jaringan plasenta dan air susu yang berasal dan ibu
yang darah-darahnya terdapat virus HIV.
Cara penularannya secara:
1. Transmisi vertical
Melalui inutera, lewat plasenta
Dimana antigen HIV dapat dideteksi dalam cairan amnion dan
jarinanvetus yang terlihat dari terminasi kehamilan yang berusia 15
minggu
2. Transmisi horizontal
Transmisinya melalui air susu
D. Klasifikasi
CDC telah menetapkan system klasifikasi pasien yang mengalami
infeksi HIV berdasarkan keadaan klinik yang dijumpai sebagai berikut
1. Grup I/ infeksi akut
Penyakit serokonveksi sampai AIDS berlangsung beberapa tahun
kemudian infeksi akt dan awal virus menginfeksi sampai kira 2 minggu.
Penyakit serokonveksi ada 3 yaitu:
a. Penyakit mirip infeksi mononukleus. Gejala demam, malaise, alergi,
mialgia, atralgia, limfadenopati dan nyeri tenggorokan kadang
dijumpai juga enselopati akut reversible disertai disorientasi, lupa
ingatan, kesadaran menurun dan perubahan kepribadian.
b. Meningitis.
c. Mielopati.
2. Grup II/ infeksi asimtomatik
Tanpa disertai gejala.
3. Grup III/ infeksi lymphadenopaty peprsisten generalisata
Meliputi: infeksi kronis.
Adanya penbesaran kelenjar getah bening.
4. Grup IV/ penyakit lain.
a. Sub grup a: penyakit constitutional.
b. Sub grup b: penyakit neurologic.
c. Sub grup c: penyakit infeksi lain contoh: herpes.
d. Sub grup d: kanker sekunder.
e. Sub grup e kondisi lainnya, misalnya pneumonitis intersititial limfosit.

E. Patofisiologi AIDS
Infeksi HIV dapat berasal dan wanita hamil pada anaknya dan sejak
hamil, saat kelahiran maupun saat menyusui. Jika virus HIV masuk kedalam
tubuh , akan meresap pada sel reseptor terhadap virus HIV yang terdapat pada
permukaan sel limfosit sel T helper, monosit, makrofag HIV merusak sel
limfosit T helper secarabertahap dengan cara RNA yang ada dalam tubuh akan
diubah menjadi DNA oleh enzyme transcrytase yang dimilki HIV. DNA
provirus itu kemudian diintegrasikan kedlam sel hospes dan selanjutnya
diprogramkan untuk membentuk gen virus. HIV cenderung menyerang sel-sel
tertentu yaitu sel-sel yang mempunyai permukaan CD4, terutama limfosit T4
yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan
system kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, virus juga dapat menginfeksi sel
monosit dan makrofag, sel langerhans pada kulit, sel retina, sel dendrite
folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel serviks uteri,
dan sel microglia otak. Virus yang masuk pada limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhimya menghancurkan
sel limfosit itu sendiri.

F. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis AIDS


HIV memasuki tubuh jika serum HIV menjadi positif dalam 10 minggu
suatu pemaparan yang menunjukan gejala awal yang tidak spesifik yaitu:
1. Respon tipe influenza.
2. Demam.
3. Malaise.
4. Mialgia.
5. Mual.
6. Diare.
7. Nyeri tenggorokan.
8. Ruam dapat menetap 2-3 minggu.
9. Berat badan turun.
10. Fatigue.
11. Anoreksi.
12. Mungkin menderita kandidiasis otot faring atau vagina.
Pada masa perinatal:
1. Keletihan.
2. Anoreksi.
3. Diare kronik selama 1 bulan.

Kematian ibu hamil dengan HIV positive kebenyakan disebabkan oleh


penyakit oportunistik yang menyertai terutama pneumonitis carinif
pneumonia.
G. Pemeriksaan Penunjang AIDS
1. Pemerikasaan laboratorium darah
a. Trombositopenia.
b. Anemia.
c. HDL.
d. Jumlah limfosit total.
2. EIA atau EUSA dan tes western blot: positif, tetapi invalid.
a. EIA atau EUSA: mendeteksi antibody terhadap antige HIV.
b. Tes western blot mendeteksi adanya antibody terhadap beberapa prot
spesifik HIV.
3. Kultur HIV: dengan sel mononuclear darah perifer dan bila tersedia plasma
dapat mengukur beban virus.
4. Tesreaksirantaipolimer denganleukosit darahpetifer: mendeteksi DNA viral
pada adanya kuntitas kecil sel mononuclear perifer terinfeksi.
5. Antigen P24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat
menjadi indikasi dan kemajuan infeksi.
6. Penentuan immunoglobulin G, M, A serum kualitatif: data dasar
immunoglobulin.
7. IFA: Memastikan seropesivitas.
8. RIPA: mendeteksi protein HIV.
9. Pemeriksaan parenteral juga dapat menunjukan adanya goorhoe,
kandidiasis, hepatitis B, Tuberkulosis, sitomegalovirus dan
toksoplasmosis.

H. Penatalaksanaan AIDS
1. Penenganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta malignasi,
pengehentian replikasi HIV lewat preprat antivirus dan penguatan serta
pemulihan system imun melalui penggunaan preparat imunimodulator.
2. Terapi farmakologi
a. Obat primer disetujui untuk terapi HIV yaitu azidodeoksimetidin
(zidovudine, A2T cretevir) berfungsi untuk memperlambat kamatian
dan menurunkan serta bertanya penyakit oportunistik.
b. Asitimidin terkendali pada wanita hamil mengurangi resiko transmisi
HIV dan wanita yang terinfeksi kejaninnya.
3. Perawatan suportif sangat penting karena infeksi HIV sangat menurunkan
keadaan imunpasien (mencakup kelemahan, malnutrisi, imobilisasi,
kerusakan kulit dan perubahan status mental)
4. Memberikan perawatan kesehatan efektif dengan penuh kasih sayang dan
obyektif pada semua individu (mencakup: nutrisi optimum, istirahat,
latihan fisik, dan reduksi stress)

I. Asuhan Keperawatan dengan AIDS


1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
1) Kepala
Sakit kepal, masalah penglihatan, nyeri, kehilangan pendengaran,
tinnitus, vertigo, frekuensi pilek, epistaksis, kepirauan dan
perubahan suara, tenggorokan nyeri, perdarahan, pembengkakan,
abses dan ekstraksi gigi, keterbatasan gerak leher, leher bengkak.
2) Gejala konstitusional umum.
Tingkat energy, perasaan sehat, letih, keringat pada malam hari,
berat badan turun.
3) Integument.
Ruam, erupsi, gatal, perubahan tekstur kulit.

4) Musculoskeletal.
Kaku sendi, nyeri, bengkk, kemerahan, kram otot.
5) Kelenjar endokrin.
Menstruasi : Keteraturan, durasi, jumlah aliran, disminore,
periode menstruasi terakhir.
Kehamilan : Jumlah keguguran, durasi, kehamilan setiap
komplikasi, penggunaan obat kontrasepsi.
Payudara : Nyeri tekan, benjolan, putting susu.
6) Pernafasan
Nyeri berhubungan dengan pernafasan, dipsnoe, sianosis, keringat
malam, frekuensi dan jenis infeksi.
7) Kardiofaskuler
Riwayat penyakit jantung bawaan, demam reumatik, hipertensi.
8) Hematologi
Golongan darah, anemia, mudah berdarah, kelainan darah yang
diketahui, imunitas.
9) Pencemaan
Nafsu makan, intoleransi makanan.
10) Gonirourinaria
Disuria, nyeri panggul, frekuensi nokturia.
11) Neurologis
Sinkop, kejang, kelemahan, paralisis.
12) Psikistrik
Depresi, perubahan mood, kesulitan konsen kegelisahan.
b. Pengkajian nutrisi
Peningkatan berat badan saat hamil.
Evaluasi diet: apa yang dikonsumsi selama 24 jam, kebiasa antletik
sebelum hamil dan kegiatan lain yang mengubah kebutuhan kalori.
Minuman: konsumsi minuman, kafein, alkohol.
c. Status psikososial
1) Respon terhadap kehamilan.
2) Depresi
3) Kemampuan menyelesaikan masalah
4) Ketergantungan terhadap orang lain
d. Sistem pendukung
Dukungan keluarga
e. Data neunatus
1) Neonates asimtomatik saat lahir.
2) Bblr.
3) Deficit neurologis.
4) Mikrocepali.
5) Prematuritas dan keterlambatan perkembangan.
2. Diagnose keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi (progresi menjadi sepsis ) berhubungan dengan
pertahanan primer tidak efektif, imunodefisiensi.
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
d. Nyeri berhubungan dengan infeksi penyakit oportunistik.
e. Resiko kekurangan volume cairan berhbunkan dengan output yang
berlebuhan.
f. Kelemahanpertumbuhandanperkembanganjaninberhubungan dengan
ketidakadekwatan perawatan, kurang stimulasi dari dari kebutuhan,
efek dari ketidakmampuan kronis.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Berduka berhubungan dengan penyakit terminal.
i. Gangguan interaksisosial (menari diri) berhungan dengan penyakit
yang diderita.
j. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemajanan,
kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi
Diagnose
Resiko tinggi infeksi (progresi menjadi sepsis) berhubungan dengan
pertahanan primer tidak efektif, imunidefisiensi.
Intervensi
a. Beni pengethuan untuk berhati-hati terhadap faktor kontaminasi.
b. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
c. Anjurkan untuk periksa rutin kesehatan.
d. Jaga keseimbangan aktifitas dan istirahat.
Diagnose
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
mampuan mengabsorbsi nutrient.
Intervensi
a. Pantau intake makanannyberi aktifitas yang sesuai.
b. Timbang berat badan tiap hari.
c. Klebirasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan intervensi nutrisi.
d. Kaji keadaan eliminasi konsistensi dan frekuensi.
Diagnose
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Intervensi
a. Kaji pola nafas pasien.
b. Ben posisi yang nyaman.
c. Beri penkes tentang tehnik dan latihan pemafasan.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pengatasan gangguan nafas.
Diagnosa
Nyeri berhubungan dengan infeksi penyakit oportunistik.
Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri.
b. Latih relaksasi.
c. Ajari tehnik distraksi dan relaksasi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
Diagnose
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan.
Intervensi
a. Pantau tanda-tanda vital.
b. Pantau dan catat haluaran output.
Diagnose.
Kelemahan pertumbuhan dan perkembangan janin berhubungan dengan
ketidakadekwatan perawatan, kurang stimulasi dari lingkungan, efek dari
ketidak mampuan kronis.
Intervensi.
a. Tentukan status individu dengan menggunakan alat skrening
b. Cegah pemajanan infksi sekunder
c. Jaga kesehatan/ kodisi ibu
Diagnose
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi
a. Gunakan tehnik mendengar aktif.
b. Kenalkan pasien dengan sumber support system.
c. Biarkan kesempatan agar pasien mengungkapkan perasaanya.
d. Jalin hubungan saling percaya antara klien dan perawat.
e. Waspadai terhadap tanda-tanda depresi.
Diagnose
Berduka berhubungan dengan penyakit terminal
Intervensi
a. Dengarkan ungkapan perasaan klien dan keluar dengan sikap empati.
b. Dukung keluarga dalam mengambil keputusan saatmasa sulit.
c. Ciptakan suasana damai.
d. Ikutsertakan keluarga dalam perawatan.
e. Ben support keluarga dan klien selama fase terminal.
Diagnose
Gangguan interaksi social (menarik diri) berhubungan dengan penyakit
yang diderita
Intervensi
a. Dorongan agar pasien ikut aktifitas bersama.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi kekuatan pribadi.
c. Dorong kunjungan terbuka.
d. Ben waktu-waktu bicara dengan pasien selama perawatan.
Diagnose
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemejanan,
kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi.
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
b. Berl informasi tentang penyakitnya.
c. Diskusikan tentng cara perawatan dan pengobatan.
d. Tekankan perlunya perawatan lanjutan.
4. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi
5. Evaluasi
a. Infeksi tidak terjadi.
b. Nutrisi adekwat.
c. Pola nafas efektif.
d. Nyeri berkurang.
e. Volume cairan adekwat.
f. Kelemahan pertumbuhan dan perkembangan janin minimal.
g. Ansietas berkurang.
h. Berduka terlalu.
i. Pasien mau berinteraksi.
j. Pengetahuan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai