Pada tahun 1956 empat buah kapal yang dipimpin oleh kapten yang bernama
pieter keyzer dan cornelis de houtman sampai dan berlabuh di pelabuhan
Banten setelah menempuh perjalanan satu tahun lamanya menandai awal mula
kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Karena sifat kasar dan arogan yang
dimiliki cornelis de houtman akhirnya kedatangan belanda ke pelabuhan banten
tidak mendapat sambutan yang baik. Berselang dua tahun berbekal dari
pengalaman belanda mencoba datang kembali ke indonesia, di bawah pimpinan
Jacob Van Neck kedatangan belanda kali ini mendapat sambutan baik dari
penguasa banten. Latar belakang dan tujuan awal kedatangan Belanda adalah
untuk berdagang rempah-rempah. Karena belanda merasa telah mendapatkan
keuntungan yang besar dari berdagang rempah-rempah di Indonesia, akhirnya
Belanda memutuskan untuk melakukan monopoli perdagangan dan ini menadai
awal penjajahan belanda di Indonesia.
Monopoli perdagangan oleh VOC dilakukan dengan paksa dan cara kekerasan
kepada para penduduk Indonesia yang tinggal di daerah penghasil rempah-
rempah. Tidak hanya melakukan kekerasan namun VOC juga mengancam
penduduk lokal penghasil rempah-rempah jika berani berdagang dengan negara
lain selain belanda. Sistem perbudakan pun mulai diimplementasikan setelah
belanda merasa monopoli perdagangannya sukses dan membawa keuntungan
melimpah. Akhirnya, Belanda memerintahkan budak-budak dan pekerja dibawah
VOC untuk menghasilkan tanaman rempah dan biji-bijian sesuai dengan
keinginan belanda. Karena ulah yang ditimbulkan VOC akhirnya mereka harus
berperang melawan kerajaan-kerajaan di nusantara seperti contoh Mataram dan
Banten.
Setelah masa Daendels berakhir maka digantikan oleh jendral Janssens hingga
akhirnya pemerintahan indonesia jatuh ke tangan Van Den Bosch yang
menerapkan sistem tanam paksa dan menyebabkan kemiskinan, kelaparan dan
kesengsaraan bangsa Indonesia semakin bertambah. Disisi lain belanda sangat
diuntungkan dengan sistem tanam paksa karena mendapat kekayaan yang
dapat digunakan untuk mengisi kas Belanda.
Disaat sistem tanam paksa (RODI) diberhentikan munculah sistem pintu terbuka
yang memperbolehkan pihak lain untuk menanamkan modal. Tidak jauh berbeda
dalam memberikan dampak sengsara kepada bangsa indonesia, hal ini memicu
perlawanan dari bangsa Indonesia yang berasal dari berbagai penjuru daerah
seperti perang Bali, perang Diponegoro, perang Paderi, perang Aceh, perang
Banjar, Gerakan Protes Petani, dan lain sebagainya.