Anda di halaman 1dari 11

VIRUS

YANG MENYERANG MANUSIA


1. Polio

Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Virus pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV). Virus ini dapat
memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan.
Virus polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral
tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA ini
membentuk hampir 30 persen dari virion, dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan
satu protein kecil (Vpg). Penyebab virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1 (brunhilde
yang paling paralitogenik atau paling ganas), strain 2 (lanzigyang paling jinak), strain 3 (leon).
Penyakit polio terbagi atas tiga jenis yaitu polio non-paralisis, spinal, dan bulbar.
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide
dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Tetapi pada keadaan beku,
dapat bertahun-tahun masa hidupnya.
Cara Penularan:
Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut
ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses (fekal-oral).
Atau bisa juga melalui mulut dengan mulut (oral-oral).
Cara Pencegahan:
Menjaga lingkungan tetap bersih agar terhindar dari virus ini.
Melakukan vaksinasi polio bagi para balita

2. Herpes Simplex

Virus herpes adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit. Ditandai
dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit sembab dan eritematosa pada daerah
dekat mukokutan.
Ada dua tipe virus yang sering menginfeksi, yaitu HSV-Tipe I (Herves Simplex Virus
Type 1) dan HSV-Tipe II (Herves Simplex Virus Type 2). HSV-Tipe 1 biasanya menginfeksi daerah
mulut dan wajah (oral herpes), sedangkan HSV-Tipe 2 biasanya mengifeksi daerah genital dan
sekitar anus.
Obat-obatan topikal sering dipakai, seperti: povidion iodine, idoksuridin (IDU),
sitosin arabinosa atau sitarabin, adenine arabinosa atau vidarabin. Pelarut organik: Alkohol
70%, eter, timol 40%, dan klorofom. Obat-obatan antivirus seperti Acyclovir diindikasikan dalam
manajemen infeksi HSV primer dan pada pasien dengan imunosupresif.
Cara Penularan:
Melalui kontak fisik dengan penderita, seperti: hubungan seksual, berciuman (bila herpes di
mulut), maupun oral seks.
Cara Pencegahan:
Selalu menjaga higienis (kebersihan/kesehatan) organ genetalia (atau alat kelamin pria dan
wanita secara teratur).
Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan.
Jangan lupa menggunakan kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi PMS (Penyakit
Menular Seksual).
Mintalah jarum suntik baru tiap kali menerima pelayanan medis yang menggunakan jarum
suntik.

3. Virus Ebola

Ebola (Virus Kongo) adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga
nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan.
Tingkat kematian sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Virus ini mulai
menular dari salah satu spesies kera di Kongo kemudian mulai menyebar ke manusia, jangka
waktu manusia mulai terjangkit virus ini sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena
saking ganasnya virus ini.
Virus ini masih berada di dataran Afrika dan kabarnya juga telah sampai ke Filipina. Suatu
ketika Negeri Eropa melakukan pengimporan kera dari Kongo, ketika mengetahui virus ini
akhirnya seluruh kera ini dimusnahkan agar tidak menyebar kemana-mana, dan sampai saat ini
belum ditemukan Vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Gejala:
Demam, sakit kepala, nyeri otot.
Mual, muntah, sakit perut.
Pendarahan di luar dan dalam anus.
Timbul bercak-bercak merah pada badan, muka, dan lengan.
Terjadi peradangan hati, ginjal rusak, dan penurunan jumlah trombosit secara drastis.
Cara Penularan:
Melalui kotak langsung dengan cairan tubuh atau kulit.
Cara Pencegahan:
Menghindari bepergian ke daerah yang dilanda wabah ebola atau daerah yang memiliki
riwayat wabah ebola.
Menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien/orang yang terinfeksi ebola seperti darah,
feses, air liur, cairan muntahan, air kencing, bahkan keringat.
Tidak berhubungan langsung (bersentuhan) dengan pasien ebola.
Bila terpaksa kontak langsung, harus menggunakan pelindung diri (proteksi diri) seperti kaca
mata, masker, pakaian khusus, sepatu boot dan sarung tangan.
4. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)

Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian besar media masa dunia.
Pada awalnya peneliti di Cina mengatakan kalau penyebabnya adalah bakteri Chlamydia.
Namun setelah itu peneliti dari Hongkong dan beberapa peneliti dari negara lainnya menduga
bahwa ada dua kemungkinan penyebabnya, yaitu Coronavirus dan Paramyxovirus. Setelah
melalui masa yang cukup lama, akhirnya WHO mengumumkan bahwa yang menjadi dalang
SARS adalah Coronavirus.
Coronavirus adalah virus yang berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 100-120 nm.
Karena itu, pencegahan infeksi Coronavirus akan efektif bila menggunakan masker yang
berpori-pori lebih kecil dari 100 nm.
Virus ini memiliki RNA positive sebagai genomnya, dan biasanya sering disebut virus RNA.
Mutasi virus terjadi pada saat replikasi dan virus RNA bermutasi sekitar 1 juta kali lebih cepat
dari pada virus DNA. Kalau virus DNA mempunyai kecepatan mutasi 10-8 sampai 10-11
nukleotida setiap kali proses replikasi, virus RNA berkecapatan 10-3 sampai 10-4. Karena itu,
tidak bisa dimungkiri bahwa virus penyebab SARS adalah Coronavirus yang sudah bermutasi.
Selain menginfeksi manusia, Coronavirus juga menginfeksi binatang seperti babi, anjing,
kucing, tikus, kelinci, sapi, dan ayam. Pada binatang-binatang ini, infeksi virus ini umumnya juga
menyebabkan gejala gangguan pernapasan (pneumonia) seperti halnya pada manusia.
Berdasarkan antigennya Coronavirus dibagi atas tiga kelopmpok. Lebih terperinci lagi, hasil
analisa gen dan asam amino pembentuk protein N, protein S, dan protein M menunjukan
bahwa Coronavirus SARS terpisah dari ketiga kelompok ini. Artinya, Coronavirus yang menjadi
penyebab SARS adalah jenis Coronavirus yang baru yang merupakan hasil dari mutasi. Dan virus
ini diberi nama virus SARS.
Cara Penularan:
Melalui udara, seperti bersin dan batuk dari penderita SARS ke orang yang ada di dekatnya.
Cara Pencegahan:
Menjaga kekebalan tubuh agar tetap tinggi dan kuat, yaitu dengan makan makanan bergizi
dan tidur yang cukup untuk mempertinggi sel imunitas.
Menjaga udara sekeliling bebas virus: Udara yang masuk ke dalam air conditioner (AC)
terlebih dahulu dilewatkan ke sistem yang bertemperatur tinggi (300 oC) agar semua virus dan
bakteri menjadi mati, baru dialirkan ke AC, sehingga diperoleh udara yang sesuai dengan
temperatur yang diinginkan.
Memakai masker di dekat orang yang terkena SARS, sebisa mungkin menjauhinya. Masker
yang efektif adalah masker yang berpori-pori lebih kecil dari 100 nm.

5. Flu Singapura (oleh Enterovirus 71)


Flu Singapura sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal sebagai Hand,
Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit jari, kaki, tangan, dan mulut (KTM).
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus RNA yang masuk dalam
keluarga Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ) dan Genus Enterovirus (non Polio).
Enterovirus merupakan penyakit tangan, kaki, dan mulut, apabila diabaikan maka bisa
menjadi Radang Otak. Gejala serangan Enterovirus sangat mirip gejala flu biasa sehingga sulit
dideteksi seperti demam yang kadang disertai pusing dan lemas serta nyeri.
Namun, penting untuk diketahui oleh para orang tua, bahwa virus penyebab flu singapura
secara umum ada dua macam, yakni Enterovirus coxsackie A16 dan Enterovirus 71.
Jika terinfeksi virus Enterovirus coxsackie A16, tidak perlu khawatir karena tidak
menyebabkan kematian dan dapat ditangani hanya dengan rawat jalan.
Namun, jika pengidap terinveksi Enterovirus 71, maka harus mendapatkan perawatan lebih
intensif. Sebab, virus ini lebih berbahaya dari sebelumnya. Bahkan, jika terjadi komplikasi dapat
menyebabkan penderita meninggal dunia.
Gejala:
Demam, batuk, pilek.
Pegal-pegal dan mudah lelah.
Timbul bisul kecil dan bintik-bintik merah di kulit.
Cara Penularan:
Melalui kontak langsung, seperti: doplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta.
Melalui kontak tidak langsung: dari barang-barang yang terkontaminasi oleh sekresi itu.
Melalui hewan: lalat dan kecoak.
Cara Pencegahan:
Orangtua sebaiknya mencuci tangan dengan bersih dan benar sebelum menyentuh bayi
untuk menghindari bayi dari virus, dan mengajarkan cuci tangan yang benar kepada anaknya.
Mencuci tangan terutama setelah membersihkan hidung, menggunakan toilet, atau
mengganti popok.
Membersihkan bagian tangan dan kaki terutama bagian yang sering menjadi sarang kuman.

5. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)


AIDS adalah kumpulan kelainan tubuh yang disebabkan oleh kelemahan sistem kekebalan
tubuh. Lemahnya sistem kekebalan tubuh atau imunitas ini disebabkan oleh serangan HIV
(Human Immunodeficiency Virus) terhadap sel-sel pembentuk kekebalan, yaitu sel darah putih.
Virus HIV pertama kali ditemukan oleh ilmuwan dari Amerika Serikat, Michale S. Gottlieb
dan Frederick P. Siegel (1979). Pada mulanya, HIV dapat diisolasikan dan dibiakkan di dalam sel
darah putih penderita. Di dalam sel darah putih tersebut, setelah dua sampai tiga minggu, HIV
dapat menghasilkan virus baru.
Cara Penularan:
Melalui hubungan seksual, dari penderita AIDS ke pasangannya.
Melalui transfusi darah.
Dari ibu penderita AIDS kepada anaknya yang masih dalam kandungan.
Cara Pencegahan:
Hindari sentuhan langsung terutama dengan darah, sperma, air liur, air seni, air mata,
ataupun cairan lain dari tubuh penderita AIDS.
Wanita yang sedang hamil diharapkan menjauhkan diri dari penderita AIDS, karena
berbahaya bagi dirinya dan bayinya.
Hindari pemakaian alat, pakaian, dan benda-benda lain yang digunakan oleh orang yang
menderita AIDS atau yang berisiko tinggi terhadap virus AIDS.

7. Demam Berdarah
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan
kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Gejala:
Munculnya demam tinggi terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan, contohnya ruam.
Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang.
Sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada sendi
(artralgia), sakit pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock
dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
1) Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2) Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang,
diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
3) Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue
klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
4) Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk
ini sering berujung pada kematian.
Cara Penularan:
Melalui virus yang mendapat virus dengue sewaktu digigit/menghisap darah orang yang sakit
DBD, atau melalui orang yang tidak sakit DBD tapi dalam darahnya terdapat virus Dengue
(karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus Dengue.)
Melalui orang yang mengandung virus Denguetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan
menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypty.
Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk
termasuk kelenjar liurnya. nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu
akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.
Cara Pencegahan:
Menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah.
Menguras bak mandi setiap seminggu sekali.
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik
nyamuk.
Menutup wadah yang dapat menampung air.
Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang
cukup.
Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate
akan mematikan jentik pada air.
Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi.

8. Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari
setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Gejala:
Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik -
nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.
Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam
kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah
telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh,
lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40 Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik
dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari
diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari.
Cara Penularan:
Melalui saluran hidung. Virus campak yang berasal dari cairan hidung dan tenggorokan yang
keluar dari penderita pada saat bersin, bantuk, dan bernapas.
Cara Pencegahan:
Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi.
Hindari penderita, karena campak dapat ditularkan melalui saluran pernapasan. Virus
campak yang berasal dari cairan hidung dan tenggorokan yang keluar dari penderita pada saat
bersin, bantuk, dan bernapas.

9. Cacar Air
Cacar air (varisela, chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular, yang menyebabkan
ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi
cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Penyebabnya adalah virus Varicella zoster. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah
penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit.
Penderita bisa menularkan penyakitnya, mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang
terakhir telah mengering. Untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi
(diasingkan).
Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak
akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu
kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.
Gejala:
Demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah.
Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama
kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan
wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas
lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih
dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada
bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang
dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih
sulit menghilang.
Cara Penularan:
Sentuhan
Droplet : bila penderita cacar air batuk / pilek / bicara ia mengeluarkan semacam liur tapi
dalam ukuran super kecil. Droplet ini masuk ke tubuh orang sehat, terus tinggal di situ 7 - 10
hari.
Bila selama periode itu, ia tetap sehat, virus tidak berkembang, atau berkembang tp dengan
pertumbuhan tertekan, sehingga pada beberapa orang, ia tidak merasa pernah kena cacar air
padahal dia sebenarnya sudah kena tapi nggak pernah muncul ke kulit.
Bila selama periode itu, si sehat jadi lemah, virus menyebar dan muncul ke permukaan &
jadilah cacar air.
Cara Pencegahan:
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini dianjurkan
bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan. Penyakit ini erat kaitannya
dengan kekebalan tubuh.
Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan
kepada anak yang berusia 12-18 bulan.

10. Gondong
Gondong (Mumps, Parotitis epidemika) adalah penyakit menular, disebabkan oleh virus
(Myxovirus parotitidis), berlangsung cepat (akut) yang ditandai dengan pembesaran kelenjar
ludah, terutama kelenjar di bawah telinga (parotis).
Gejala:
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam, sakit kepala, nyeri
otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya
disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar
di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar
(testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Cara Penularan:
Kontak langsung
Percikan ludah (droplet)
Muntahan
Air seni (kencing)
Cara Pencegahan:
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela) yang
diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR tidak menimbulkan panas dan efek
lainnya. Imunisasi dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum
menderita Gondong.

YANG MENYERANG HEWAN


1. Newcastle Disease (NCD)

Newcastle Disease (NCD) juga di kenal dengan sampar ayam atau Tetelo yaitu penyakit
yang disebabkan oleh Newcastle Disease Virus dari golongan Paramyxovirus. Virus ini biasanya
berbentuk bola, meski tidak selalu (pleomorf) dengan diameter 100 300 nm. Genome virus
ND ini adalah suatu rantai tunggal RNA. Virus ini menyerang alat pernapasan, susunan jaringan
syaraf, serta alat-alat reproduksi telur dan menyebar dengan cepat serta menular pada banyak
spesies unggas yang bersifat akut, epidemik (mewabah) dan sangat patogen.
Virus NCD dibagi dua tipe yakni tipe Amerika dan tipe Asia. Pembagian ini berdasarkan
keganasannya dimana tipe Asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujan atau musin
peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit mudah masuk.
Gejala:
Ayam pingsan payah, mengantuk dengan kepala ditundukkan, sesak nafas, terdengar suara
mencicit seperti ayam tercekik.
Nafsu makan berkurang, berak putih seperti kapur dan padat tetapi lambat laun berubah jadi
encer dan hijau.
Ayam menjadi kurus dalam beberapa hari, ayam hilang keseimbangan atau selalu memutar-mutar
kepalanya, berjalan keliling, kepala diletakan diatas punggung juga kelumpuhan.
Pial dan balung berwarna kebiruan.
Cara Penularan:
Melalui kontak langsung dari ayam sakit ke ayam lainnya.
Melalui kontak tidak langsung, melalui bahan, pekerja, atau alat yang tercemar virus tersebut.
Virus NCD yang bereplikasi di saluran pencernaan akan menyebabkan adanya feses yang
tercemar oleh virus tersebut. Dalam hal ini, penularan virus NCD dapat terjadi melalui oral
akhibat ingesti feses yang mengandung virus tersebut ataupun secara tidak langsung melalui
pakan atau minuman yang tercemar atau per inhalasi akhibat menghirup partikel feses yang
telah mengering.
Cara Pencegahan:
Vaksinasi yang teratur sesuai dengan program yang dianjurkan yaitu:
1) Umur ayam antara Umur ayam antara 4-7 hari, vaksinasi dengan vaksin aktif melalui tetes
mata yaitu cukup tetes pada mata kiri atau kanan juga dilakukan vaksinasi inaktif yang
disuntikan pada kulit leher dengan menggunakan Spuit atau spet dengan dosis 0,2-0,25 CC pada
waktu yang sama.
2) Umur ayam antara 18 hari - 21 hari dilakukan vaksinasi (revaksinasi) dengan vaksin aktif galur
lasota / Clone melalui tetes mata atau air minum.
3) Setelah vaksinasi kedua, vaksinasi selanjutnya dapat dilakukan pada umur ayam tiga bulan
atau empat bulan atau setiap akan memasuki bulan peralihan.
Memelihara ayam dalam kandang terbatas serta menjaga kebersihan ayam, jangan
memasukkan ayam luar sebelum dikarantina atau divaksin dan dipastikan tidak membawa
penyakit.

2. Rabies
Rabies merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang disebabkan oleh virus
neurotropik dari ss RNA virus; genus Lyssavirus; famili Rhabdoviridae. Virus Rabies termasuk
dalam serotipe 1, serotipe 2 (Lagos bat virus), serotipe 3 (Mokola rhabdovirus), dan serotype 4
(Duvenge rhabdovirus).
Rabies menyerang sistem syaraf pusat hewan berdarah panas dan manusia. Bersifat
zoonosis yaitu dapat menular pada manusia lewat gigitan atau cakaran. atau dapat pula lewat
luka yang terkena air liur hewan penderita rabies Hewan yang terinfeksi dapat berubah menjadi
lebih agresif/ ganas dan dapat menyerang manusia.. Rabies sangat berbahaya, bila ditemukan
gejala klinis dan penanganannya tidak benar biasanya diikuti kematian, baik pada hewan
maupun manusia.
Gejala pada hewan:
Suka bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk.
Terjadi kelumpuhan tubuh, hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan, rahang
bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes berlebihan.
Kejang berlangsung singkat dan kadang sering tidak terlihat.
Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit. Kematian akan terjadi dalam beberapa jam.
Gejala pada manusia:
Timbul gejala-gejala lesu, nafsu makan hilang, mual, demam tinggi, sakit kepala, dan tidak bisa
tidur.
Rasa nyeri di tempat bekas luka gigitan dan nampak kesakitan serta menjadi gugup, bicara
tidak karuan, dan selalu ingin bergerak
Rasa takut pada air yang berlebihan, peka suara keras dan cahaya serta udara.
Air liur dan air mata keluar berlebihan, pupil mata membesar.
Kejang-kejang lalu mengalami kelumpuhan dan akhirnya meninggal dunia. Biasanya penderita
meninggal 4-6 hari setelah gejala-gejala / tanda-tanda pertama timbul.
Cara Penularan:
Melalui air liur yang mengandung virus rabies.
Cara Pencegahan:
Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik dan benar. Jika tidak dipelihara dengan
baik dapat diserahkan ke Dinas Peternakan atau para pecinta hewan.
Mendaftarkan anjing ke Kantor Kelurahan/Desa atau Petugas Dinas Peternakan setempat.
Pada hewan virus rabies dapat ditangkal dengan vaksinasi secara rutin 1-2 kali setahun
tergantung vaksin yang digunakan, ke Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan atau Dokter
Hewan Praktek.
Semua anjing/kucing yang potensial terkena, divaksin setelah umur 12 minggu, lau 12 bulan
setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3 tahun, untuk kucing harus
vaksin inaktif.
Penangkapan/eliminasi anjing, kucing, dan hewan lain yang berkeliaran di tempat umum dan
dianggap membahayakan manusia.
Pengamanan dan pelaporan terhadap kasus gigitan anjing, kucing, dan hewan yang dicurigai
menderita rabies.
Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit rabies.
Menempatkan hewan didalam kandang, memperhatikan serta menjaga kebersihan dan
kesehatan hewan.
Setiap hewan yang beresiko rabies harus diikat/dikandangkan dan tidak membiarkan anjing
bebas berkeliaran.
Menggunakan rantai pada leher anjing dengan panjang tidak lebih dari 2 meter bila tdak
dikandang atau saat diajak keluar halaman rumah.
Tidak menyentuh atau memberi makan hewan yang ditemui di jalan
Daerah yang sudah bebas rabies, haeus mencegah masuknya anjing, kucing atau hewan
sejenisnya dari daerah yang tertular rabies.
Pada area terkontaminasi dilakukan desinfeksi menggunakan 1:32 larutan (4 ounces per
gallon) dari pemutih pakaian untuk menginaktifkan virus dengan cepat.

3. Papillomatosis (Kutil pada Sapi)


Penyakit kutil (Warts) atau papillomatosis pada sapi disebabkan oleh virus yang dikenal
dengan Bovine Papillomavirus (BPV). Bovine Papilloma Virus (BPV) dikenal ada 6 strain yang
masing-masing menyebabkan lesi pada bagian tubuh yang berbeda. BPV1 biasanya
menyebabkan lesi pada daerah hidung, putting dan gland penis. BPV2 menyebabkan lesi pada
kepala, leher. BPV3 pada kepala dan daerah intradigital. BPV4 pada saluran pencernaan dan
vesika urinaria. BPV5 dan BPV6 menyebabkan lesi pada putting.
Ada 4 bentuk dari pertumbuhan kutil
Tag shaped
Pedunculated (stalked)
Sessile (squat)
flat
Papillomatosis sebenarnya bukanlah penyakit yang mematikan, seperti antrax atau SE
tetapi lebih menyebabkan kepada gangguan fisik dan keindahan. Penyakit kutil biasanya akan
hilang sendirinya tetapi dalam waktu yang lama. Kutil pada sapi bisa ditemukan diseluruh
tubuh, tetapi yang paling sering ditemui adalah pada daerah moncong, leher, daun telinga,
pantat, kaki dan puting.
Cara Penularan:
Kontak langsung.
Gigitan lalat (serangga).
Menular dari puting ke puting atau dari sapi ke sapi melewati tangan pemerah atau melalui
mesin perah.
Cara Pencegahan:
Hindari pemerahan yang mengakibatkan trauma pada puting yang sakit juga bisa
mengendalikan penyebaran penyakit ini.
Menjaga kebersihan selama proses pemerahan.
Pemerah yang menggunakan sarung tangan dan desinfektan celup putting yang baik dari
golongan Chlorhexidine bisa digunakan untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini.
YANG MENYERANG TUMBUHAN

1. CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)

Disebut juga greening kini namanya secara internasional telah dibakukan menjadi
Huang Lung Bin atau kira-kira berarti penyakit yang menyebabkan daun berwarna kuning.
Penyakit ini disebabkan oleh suatu bakteri perusak jaringan phloem yang tidak dapat
dikulturkan disebut Liberobacter asiaticum dan berbeda dengan yang berkembang di benua
Afrika yaitu Liberobacter africanum.
Gejala:
Belang-belang kuning (blotching) tidak merata mulai berkembang pada daun bagian ujung
yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas.
Belang-belang kuning (blotching) tidak merata mulai berkembang pada daun bagian ujung
yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas.
Kuncup yang berkembang lambat, pertumbuhannya mencuat ke atas, daun menjadi lebih
kecil dan ditemukan gejala khas CVPD yaitu blotching, mottle, belang-belang kuning berpola
tidak teratur pada helai daun yang agak berbeda dengan gejala defisiensi hara Zn, Mn, Fe atau
Mg.
Cara Penularan:
Penularan penyakit CVPD dilakukan oleh serangga vektor Diaphorina citri dari satu tanaman
ke tanaman lain setelah melalui:
1) periode makan akuisisi yaitu waktu yang diperlukan vektor untuk makan pada tanaman sakit
sampai mendapatkan patogen,
2) periode makan inokulasi yaitu waktu yang diperlukan vektor untuk makan pada tanaman
sehat sampai dapat menularkan patogen dan,
3) periode retensi yaitu selang waktu vektor masih dapat menularkan patogen. Selanjutnya
ditambahkan ketepatan vektor menusukkan stiletnya pada bagian tanaman sakit dan proporsi
vektor yang infektif mempengaruhi laju penularan penyakit CVPD.
Cara Pencegahan:
Melarang peredaran bibit yang tidak jelas asal usulnya.
Melarang memasukkan bibit jeruk dari daerah serangan endemis ke daerah lain.
Membersihkan dan sanitasi kebun terhadap inang lain dan membongkar tanaman sakit serta
memusnahkannya.
Menggunakan insektisida untuk mengendalikan vektornya.

2. Mosaik pada Tembakau


Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang menyebabkan
penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) lain.
Gejala yang ditimbulkan adalah bercak-bercak kuning pada daun yang menyebar, seperti
mosaik. TMV adalah virus pertama yang ditemukan orang.
Adolf Meyer (1883) menunjukkan pertama kali bahwa gejala mosaik ini dapat menular,
seperti penyakit bakteri. Keberadaan adanya substansi non-bakteri pertama kali ditunjukkan
oleh Dmitri Ivanovski, biologiwan Rusia, pada tahun 1892. Daun sehat yang diolesi ekstrak daun
tembakau yang menunjukkan gejala mosaik dapat tertular. Ketika ekstrak itu disaring dengan
saringan keramik -- yang sangat halus sehingga bakteri pun tidak dapat menembus -- dan
dioleskan pada daun sehat, daun itu pun tetap tertular. Ivanovski berpendapat ada substansi
super kecil yang bertanggung jawab atas gejala tersebut. Martinus Beijerinckmengonfirmasi hal
ini. Isolasi pertama kali dilakukan oleh Wendell M. Stanley (1935) dari Institut Rockefeller AS.
Gejala:
Agak tergantung pada tanaman inang dan dapat termasuk mosaik.
Bintik-bintik, nekrosis, pengerdilan, daun keriting, dan menguning dari jaringan tanaman.
Cara Penularan:
Melalui tangan pekerja yang telah terkontaminasi oleh cairan tembakau yang telah kena
penyakit Mosaik.
Cara Pencegahan:
Tidak merokok sambil menangani tanaman, karena cerutu, rokok, dan tembakau pipa bisa
terinfeksi virus Mosaik tembakau.
Melakukan sanitasi.
Memotong tanaman yang terinfeksi agar tidak menyebar.
Mensterilkan alat dan bahan yang digunakan untuk memotong.

3. Penyakit Tungro
Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro
Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis
virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara
bersama-sama.
Gejala:
Tanaman padi menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai bercak-
bercak berwarna coklat.
Perubahan warna meluas mulai dari ujung ke bagian pangkal.
Terjadi penurunan jumlah malai per rumpun.
Cara Penularan:
Ditularkan melalui wereng hijau. Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling
efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.
Cara Pencegahan:
Menanam varietas tahan, artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau
penularan virus oleh wereng hijau.
Memusnahkan tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar luas.
Menggunakan insektisida sistemik butiran (carbofuran).
Tidak membuat persemaian di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau
di persemaian.

Anda mungkin juga menyukai