Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

BATU SALURAN KEMIH

Oleh

Dr. Sri Mahadhana

Pembimbing

Dr. Nyoman Agus Tripayana


BAB I

PENDAHULUAN

Batu saluran kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein.1

Sistem kemih (urinaria) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses


penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Sistem ini meliputi ginjal, ureter,
buli-buli, dan uretra.2,3 Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh
karena banyak faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor
yang berpengaruh terhadap pembentukan BSK.4 Berdasarkan data dari Urologic
Disease in America pada tahun 2000, incidence rate tertinggi kelompok umur
berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada kelompok umur 55-
64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74
tahun 10,7 per-100.000 populasi.5

Melihat tingginya insiden dari BSK, maka kajian mengenai BSK dirasa
perlu untuk dibahas dengan harapan identifikasi peyakit ini dapat lebih mudah
dilakukan terlebih pada pelayanan medis tingkat pertama.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein.1

BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu
yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih
bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon
ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.1

2.2 Sistem Kemih

Sistem kemih (urinaria) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses


penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak di pergunakan
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Sistem kemih
terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter), dan saluran kemih
bawah (satu kandung kemih dan uretra).2
2.2.1 Saluran Kemih Atas

A. Ginjal

Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan


organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5
cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Ginjal
adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang terletak di bagian
belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum melekat langsung pada
dinding belakang abdomen. Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air
kemih dari pelvis renalis ke dalam kandung kemih. Setiap ginjal terdiri atas 1-4
juta nefron. Selama 24 jam ginjal dapat menyaring darah 170 liter. Fungsi yang
lainnya adalah ginjal dapat menyaring limbah metabolik, menyaring kelebihan
natrium dan air dari darah, membantu mengatur tekanan darah, pengaturan
vitamin D dan Kalsium.3

Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu


proses majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan
sekresi. Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah
terbentuk. Tubulus nefron, terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi
mengabsorpsi dari substansi-substansi yang berguna bagi metabolisme tubuh,
sehingga dengan demikian memelihara homeostatis lingkungan dalam. Dengan
cara ini makhluk hidup terutama manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan
keseimbangan osmostiknya. Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya
akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur
dan fungsi pada traktus urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi
ginjal akibat kerusakan dari paremkim ginjal.3

B. Ureter

Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan


kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal
ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik
pertemuannya dengan kendung kemih. BSK dapat tersangkut dalam ureter di
ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik ureter). Lapisan dinding
ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan
tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan
mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesica urinearia).Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui
suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat
membuka dan menutup sehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat
menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir
dari ureter akan di tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.3

2.2.2 Saluran Kemih Bawah

A. Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya


dilapisi oleh membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya sebagai
tempat menampung air kemih yang dibuang dari ginjal melalui ureter yang
merupakan hasil buangan penyaringan darah. Dalam menampung air kemih
kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal yaitu untuk volume orang dewasa
lebih kurang adalah 30-450 ml.3

Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan


mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak pada
pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka kandung kemih akan berada
pada abdomen di atas pubis. Dimana ukurannya secara bertahap membesar ketika
sedang menampung jumlah air kemih yang secara teratur bertambah. Apabila
kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal ke otak dan menyampaikan
pesan untuk berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara
kandung kemih dan uretra akan membuka dan akan diteruskan keluar melalui
uretra. Pada saat itu, secara bersamaan dinding kandung kemih berkontrasksi yang
menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu mendorong air kemih
keluar menuju uretra.3
B. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih


yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan
fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya 20 cm. Uretra
pada laki-laki terdiri dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra
kavernosa. Uretra prostatika merupakan saluran terlebar dengan panjang 3 cm,
dengan bentuk seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin ke
bawah makin dangkal kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra
membranosa merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra
kavernosa merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15
cm.20 Pada wanita, uretra terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak di
sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-laki.3

2.3 Patofisiologi Batu Saluran Kencing

Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak


faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu:4

2.3.1 Teori Fisiko Kimiawi

Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses
kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa
terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di
saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu,
yaitu:

1. Teori Supersaturasi

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan


dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan
suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi
sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk
batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam
air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,
tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.

2 Teori Matrik

Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan


mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-
sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari
protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel
kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut
merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.

3 Teori Tidak Adanya Inhibitor

Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor


organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya
batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan
yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. Pada inhibitor
anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah
sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang
dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan
mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat
terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal
tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi
pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama
terjadi supersanturasi.

4 Teori Epitaksi

Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering
yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.

5. Teori Infeksi

Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori
terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi
sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah
urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Teori
pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan
membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama
kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung
nano bakteria.

2.3.2. Teori Vaskuler.

Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar


kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK, yaitu :

1 Hipertensi

Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan


pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran
darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi
aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla
(Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu.

2 Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi). Menurut
Hardjoeno, diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan
nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam
jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang
menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat,
asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat
kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini
dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu
memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam
penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.

2.4 Epidemiologi Batu Saluran Kemih

2.4.1 Distribusi dan Frekuensi

Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,


incidence rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi,
tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi.
Incidence rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih
atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada
perempuan 51 per-100.000 populasi. Incidence rate tertinggi kelompok umur
berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada kelompok umur
75-84 tahun 18 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-
74 tahun 11 per-100.000 populasi. Tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu
yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi
sedangkan pada perempuan 0,7 per- 100.000 populasi.5

Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada


tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat
23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada perempuan jenis
batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu struvit 1,3%, dan batu cysteine
1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Australia Selatan pada
tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat 73%, batu
asam urat 79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%. Analisis jenis
batu berdasarkan

kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam urat 60-65
tahun dan batu struvit 20-55 tahun.5

2.4.2 Determinan

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah


terjadinya BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik,
yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya. Faktor Intrinsik Faktor
intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor
intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.6

1. Umur

Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50


tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.
Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya
perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.

2 Jenis kelamin

Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki
tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya
kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-
laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air
kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon
testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta
adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi garam
kalsium. Insiden BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per
100.000 populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000 populasi.6
3. Heriditer/ Keturunan

Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit


BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor keturunan tersebut sampai
sekarang belum diketahui secara jelas. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005)
di RS. Sedney Australia berdasarkan keturunan proporsi BSK pada laki-laki
16,8% dan pada perempuan 22,7%.6

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu
seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang. Faktor yang memengaruhi
risiko BSK antara lain:6

1 Geografi

Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah


pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi
oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral
seperti phospor, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Letak geografi
menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya.
Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti
kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi
predoposisi kejadian BSK.

2 Faktor Iklim dan Cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya


banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih.
Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal
air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
menderita penyakit BSK.

3 Jumlah Air yang di Minum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut.
Bila jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air
kemih, sehingga mempermudah pembentukan BSK.

4 Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK.


Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya
adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko
terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein
hewani dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam
darah akan naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan
kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.

5 Jenis Pekerjaan

Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk
dalam melakukan pekerjaannya.

6 Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air


kemihyang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang
disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu
struvit.

2.5 Manifestasi Klinis Batu Saluran Kemih

Gejala Gejala Batu Saluran Kemih Manisfestasi klinik adanya batu


dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema.
Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria.
Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan
akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang
luar biasa ( kolik).7 Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu:

1. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka
pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.

2. Demam

Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah


sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini
disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di
kulit.

3. Infeksi

BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat


obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

4. Hematuria dan kristaluria

Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan
air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit
BSK.

5. Mual dan muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali


menyebabkan mual dan muntah.

2.6 Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih

Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan


batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi,
dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa
operasi, dan pembedahan terbuka.8

2.6.1 Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil


yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar
tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet
makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya
kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan
ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas
air sehari.8

Pemberian Obat-obatan Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri


dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti
injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid
seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri.
Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik
apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk
mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.8

2.6.2 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

ESWL merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada


tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh
untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal,
batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan
melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di
rumah sakit.

2.6.3 Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung
kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah:

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang


berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat


ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui


alat keranjang Dormia.

2.6.4 Tindakan Pembedahan

Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk


mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut
tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu:8

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di


dalam ginjal

b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada


di ureter

c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di


vesica urinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada
di uretra

2.7 Pencegahan Batu Saluran Kemih

Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat


pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan
tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain:9

2.7.1 Pencegahan Primer

Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak


terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari
penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat,
belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi
promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan.
Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk
minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan
aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta
olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak
duduk atau statis.

2.7.2 Pencegahan Sekunder

Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan


perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya
komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit
BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik,
laboraturium, dan radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan
kelainan fisik pada daerah organ yang bersangkutan:

a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam
(tidak selalu).
b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih.

Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu


peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena
batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara
batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.

2.8 Diagnosis BSK

Diagnosa BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:10

a. Sinar X abdomen

Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi
batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu
struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di
dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.

b. Intravenous Pyelogram (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

c. Ultrasonografi (USG)

USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan
untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.

d. Computed Tomographic (CT) scan


Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : NWM

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku : Bali

Agama : Hindu

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : Tamat SMA

Status : Sudah Menikah

Alamat : Pekutatan

Tanggal pemeriksaan : 21 Mei 2017

3.2 Anamnesis
Keluhan utama

Nyeri pinggang kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri pinggang kanan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri
diakatakan sepanjang hari, hilang timbul, dikatakan sangat nyeri, dan nyeri
menjalan hingga perut depan. Nyeri dirasakan muncul mendadak sejak 3 hari lalu
dan tidak membaik hingga tanggal pemeriksaan. Nyeri tidak membaik dengan
istirahat dan perubahan posisi atau postur tubuh. Pasien juga mengeluh muntah
sebanyak 5 kali dan meriang sejak 2 hari yang lalu. Buang air besar normal, BAK
sedikit berkurang, makan minum berkurag akibat muntah-muntah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung,


dan penyakit ginjal disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan

Pasien belum mendapat pengobatan untuk keluhan saat ini, tindakan yang
dilakukan sebatas memijat dan kompres hangat.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama
dengan pasien. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, keganasan, dan diabetes di
dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial dan Personal

Pasien adalah seorang PNS dengan kesibukan didominasi mengerjakan


administrasi di kantor, dan semenjak mengalami keluhan pasien tidak dapat
beraktivitas seperti biasa. Riwayat merokok dan alkohol disangkal. Pola makan
pasien masih tergolong belum baik, di mana pasien gemar mengonsumsi jeroan
dan daging dalam jumlah banyak.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Tanda-tanda Vital

Kedaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis (E4 V5 M6)

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 kali per menit, reguler, isi cukup

RR : 20 kali per menit, teratur, tipe thorakoabdominal

Tax : 37,20C

Nyeri : visual analog score 7/10

Berat badan : 75 kg

Tinggi badan : 166 cm

Pemeriksaan Fisik Umum

Mata : anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ iso, edema palpebra (-/-)

THT :

Telinga: sekret tidak ada, pendengaran tidak ada

Hidung : sekret tidak ada

Tenggorokan : tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Lidah : ulkus (-), papil lidah atrofi (-)

Mukosa bibir : lembab, stomatitis angularis (-)

Leher :

JVP : PR +- 0 cmH2O

Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembesaran

Thoraks :

Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak.

Palpasi : iktus kordis tidak teraba.

Parkusi : Batas atas: ICS II sinistra

Batas kanan: parasternal line dekstra ICS IV

Batas kiri: midclavicular line sinistra ICS V

Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo :

Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)

Palpasi : vokal fremitus N/N

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen :

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ballotement (-), nyeri
ketok CVA +/+

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas : hangat +/+ edema /

+/+ /

Pembesaran kelenjar diinguinal (-)

Pembesaran kelenjar diketiak (-)

3.4 Diagnosis Banding

Batu salura kencing


Pyelonefritis
Ureteritis
Appendicitis
Pankreatitis
Muscle spasme

3.5 Diagnosis

Suspek batu ureter 1/3 proksimal D

3.6 Penatalaksanaan

Injeksi Ketorolac 1 amp I.M.


Injeksi Ranitidin 1 amp I.M.
Paracetamol 3 x 500 mg tab
Ranitidine 2 x 150 mg tab
KIE poli bedah RSU
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,


incidence rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi,
tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi.
Incidence rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih
atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada
perempuan 51 per-100.000 populasi. Umur terbanyak penderita BSK di negara-
negara Barat adalah 20-50 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan
umur 30-60 tahun. Pasien ini berusia 45 tahun dan berjenis kelamin laki-laki,
sehingga termasuk golongan yang memiliki risiko tinggi untuk menderita BSK.

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya


banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Dua
faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang diminum
dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut. Bila jumlah air
yang diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air kemih, sehingga
mempermudah pembentukan BSK. Pasien tinggal di daerah dataran rendah
dengan iklim tropis dan untuk kebiasaan minum air, pasien tidak menjadikannya
sebagai hal yang utama.
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK.
Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya
adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko
terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein
hewani dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam
darah akan naik. Menurut pengakuan pasien, pasien sangat gemar mengonsumsi
daging dan jeroan dalam jumlah banyak. Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada
orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya, identic dengan
kebiasaan kerja pasien yang lebih banyak duduk di dalam ruangan.

Adapun gejala BSK meliputi nyeri hilang timbul pada pinggang, mual,
muntah, demam atau tanda-tanda inflamasi lokal dan atau sistemik, hematuria.
Gejala yang dialami oleh pasien antara lain nyeri hilang timbul pada pinggang
kanan, demam, mual dan muntah. Keluhan yang dialami oleh pasien spesifik dan
mengarah pada kecurigaan BSK.
BAB V

SIMPULAN

Batu saluran kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000, incidence
rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas
adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi
kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi. Banyak
teori yang mencoba menerangkan patofisiologi dari BSK meningat penyakit ini
insidennya masih tinggi dan menjadi salah satu penyebab utama morbiditas pada
usia tua.

Pasien dengan keluhan prodromal seperti demam, mual muntah, dan nyeri
pinggang perlu mendapat kecurigaan menderita BSK, oleh karena itu anamnesis
yang lengkap dan mengandung substansi factor risiko perlu diterapkan pada
pasien dengan kecurigaan BSK. Penanganan BSK sejauh ini masih terbatas pada
upaya konservatif hingga pembedahan. BSK merupakan penyakit yang perlu
mendapat perhatian dan kepekaan dalam proses pemeriksaan awal, mengingat
penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup penderita.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html.
akses tanggal 2 Juni 2017.
2. Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto:
Jakarta
3. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta
4. Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034.
EGC : Jakarta.
5. http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis. akses tanggal
2 Juni 2017.
6. Glenn, James F. 1991. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-
Raven Publisher.

7. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. 1995. Buku Ajar bedah, EGC: Jakarta

8. Rasyad, Syahriar, dkk. 1998. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit


FKUI: Jakarta.
9. Shires, Schwartz. Intisari prinsip prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC :
Jakarta. 588-589
10. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill
Companies; 2001.

Anda mungkin juga menyukai